Anda di halaman 1dari 1

Filsafat Ilmu S3 Akuntansi (5):

MICHEL FOUCAULT: PENGETAHUAN,


DISKURSUS DAN STRATEGI KUASA

1. Foucault adalah seorang filsuf sekaligus teoritisi post-strukturalis yang mengkaji sejarah
dengan menggunakan pendekatan arkeologi dan genealogi. Selain membahas struktur-
struktur episteme, rezim kebenaran yang dominan dalam setiap masa, Foucault juga
membahas keterkaitan antara pengetahuan dan kekuasaan: bagaimana diskursus yang
mendisiplinkan manusia menyebabkan orang-orang dalam institusi seperti penjara, rumah
sakit, barak militer, sekolah, dan lain sebagainya memaknai mana yang boleh dan mana yang
tidak diperbolehkan.
2. Foucault memiliki minat khusus dalam penggunaan sains dan rasio sebagai instrumen
kekuasaan, terutama di wilayah kedokteran dan kriminologi. Secara khusus Foucault ingin
menemukan kondisi-kondisi dasar yang memungkinkan sebuah diskursus atau wacana bisa
berlangsung. Foucault memiliki dan mengembangkan minat khusus pada kegilaan, disiplin
dan kekuasaan. Foucault dikenal sebagai pencetus teori wacana (diskursus) yang menaruh
perhatian khusus pada sosiologi tubuh, yakni bagaimana kekuasaan di sebuah era memiliki
kaitan dengan pendefinisian tentang tubuh. Karya-karya Foucault membahas bagaimana
kondisi sosial dan budaya berpengaruh dalam mendefinisikan tubuh dengan karakter alamiah,
universal, yang tergantung pada waktu dan tempat, sebab di dunia sosial yang berbeda orang
diajarkan untuk berpikir berbeda tentang tubuh mereka.
3. Arkeologi, dalam pemikiran Foucault dipahami sebagai sarana analisis kritis untuk
membongkar relasi antara kuasa dan pengetahuan dalam wacana. Ia menggunakan istilah
wacana ini untuk menjelaskan cara berpikir dan bertindak yang berbasis pengetahuan (Jones,
2009). Foucault memandang kekuasaan tidak seperti kaum Weberian, yakni kemampuan
subjektif untuk mempengaruhi orang lain. Kekuasaan tidak pula dimaknai seperti kaum
Marxian sebagai artefak material yang dapat dikuasai dan digunakan oleh kelas tertentu
(bourjuis) untuk mendominasi dan menindas kelas lain (proletar).
4. Foucault membedakan antara arkeologi dengan genealogi kekuasaan. Arkeologi
memfokuskan pada kondisi historis yang ada, sementara geneologi lebih mempermasalahkan
tentang proses histori. Lebih tepatnya, genealogi menawarkan pada kita sebuah hubungan
proses tentang jaringan diskursus, sebaliknya pendekatan arkeologi memberikan pada kita
sebuah jepretan dan irisan melalui mata rantai diskursus (Cohen dan Kendall, 1993).
Genealogi adalah sejarah yang ditulis sesuai dengan komitmen terhadap masalah-masalah
masa kini, dan ia akan menerobos masuk ke masa kini, Singkatnya genealogi adalah sebuah
sejarah efektif yang ditulis sebagai intervensi masa kini (Lechte, 2001: 179).
5. Sementara itu yang dimaksud dengan diskursus, dalam pandangan Faoucault adalah cara
menghasilkan pengetahuan beserta praktik-praktik sosial yang menyertainya, bentuk
subjektivitas yang terbentuk darinya, relasi kuasa yang ada di balik pengetahuan dan praktik
tersebut, serta saling keterkaitan di antara semua aspek (Foucault, 2002: 9). Melalui diskursus
atau wacana inilah yang mendominasi suatu waktu dalam sejarah dan suatu tempat di dunia,
sehingga manusia memiliki kerangka pikir atau pandangan dunia tertentu. Diskusrsus dalam
pandangan Foucault, adalah bahasa dalam tindakan, dan identitas manusia ditentukan oleh
diskursus yang dimilikinya.

Anda mungkin juga menyukai