Anda di halaman 1dari 13

BEHAVIOURAL ACCOUNTING

UJIAN AKHIR SEMESTER


Dosen : Dr. Anies Lastiati, SE., AK., MHRM., M.Educ.Stud.,CA

Nama : Ihsan Nasihin


NPM : 120620180006

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PADJAJARAN
2019
Kasus PT Telkom : Terjepit di Antara Akuntan

Analisis kasus tersebut dengan memperhatikan :

1. Teori – teori yang berkaitan dengan pola – pola perilaku Auditor dan

Auditee

2. Aspek – aspek keperilakuan dari pengambilan keputusan yang dilakukan

oleh baik pemimpin PT. Telkom maupun dari KAP Eddy Pianto

3. Aspek – aspek keperilakuan dari pelaporan keuangan PT. Telkom dan kasus

yang di alaminya

Case Study PT. Telkom

Permasalahan audit laporan keuangan Telkom terjadi pad atahun 2002,

berawal dari rencana Telkom untuk mengganti auditornya yang selama beberapa

periode terkahir mengaudit laporan keuangan Telkom. Delloitte Touche Tohmatsu

International (DTT International) yang di wakili oleh KAP Hans Tuanakotta

Mustofa (HTM).

Pada tanggal 17 september 2002, Dewan Komisaris Telkom menetapkan

KAP Prasetio, Sarwoko, dan Sandjaja yang merupakan anggota E&Y di Indonesia

sebagai pemenang tender audit laporan keuanga. Namun setelah bekerja selama

sebulan, pada tanggal 5 November 2002, E&Y menuliskan surat pengunduran diri

sebagai auditor Telkom karena adanya peraturan baru di SEC yang melarang

auditor melakukan audit bersamaan dengan pemberian jasa nonaudit. Oleh karena

itu, pada bulan November, Telkom menunjuk KAP Eddy Pianto sebagai auditor

laporan keuangan Telkom 2002.


A. Landasan Teori

Teori – teori yang berkaitan dengan pola – pola perilaku auditor dan auditee :

1. Teori judgment

Perubahan sikap seseorang terhadap objek sosial dan isu tertentu

merupakan hasil proses pertimbangan (judgement) yang terjadi dalam diri orang

tersebut terhadap pokok persoalan yang dihadapi. Proses ”mempertimbangkan”

isu atau objek sosial tersebut menurut Sherif berpatokan pada kerangka rujukan

(reference points) yang dimiliki seseorang. Kerangka rujukan inilah yang pada

gilirannya menjadi ”jangkar” untuk menentukan bagaimana seseorang

memposisikan suatu pesan persuasif yang diterimanya. Lebih jauh Sherif

menegaskan bahwa tindakan memposisikan dan menyortir pesan yang

dilakukan oleh alam bawah sadar kita terjadi sesaat setelah proses persepsi.

Disini kita menimbang setiap gagasan baru yang menerpa kita dengan cara

membandingkannya dengan sudut pandang kita saat itu.

2. Teori penetapan tujuan

Teori penetapan tujuan menunjukkan adanya keterkaitan antara tujuan

dan kinerja seseorang terhadap tugas, bahwa tujuan spesifik dan sulit

menyebabkan kinerja tugas lebih baik dari tujuan yang mudah.

Lima Prinsip Penetapkan Tujuan

 Kejelasan.

 Tantangan

 Komitmen

 Umpan balik (feedback)


 Kompleksitas tugas.

 Kejelasan

Tujuan harus jelas terukur, tidak ambigu, dan ada jangka waktu tertentu

yang ditetapkan untuk penyelesaian tugas. Manfaatnya ketika ada sedikit

kesalahpahaman dalam perilaku maka orang masih akan tetap menghargai

atau toleran. Orang tahu apa yang diharapkan, dan orang dapat

menggunakan hasil spesifik sebagai sumber motivasi.

 Menantang

Salah satu karakteristik yang paling penting dari tujuan adalah tingkat

tantangan. Orang sering termotivasi oleh prestasi, dan mereka akan menilai

tujuan berdasarkan pentingnya sebuah pencapaian yang telah diantisipasi.

Ketika orang tahu bahwa apa yang mereka lakukan akan diterima dengan

baik, akan ada motivasi alami untuk melakukan pekerjaan dengan baik.

Dengan catatan sangat penting untuk memperhatikan keseimbangan yang

tepat antara tujuan yang menantang dan tujuan yang realistis.

 Komitmen

Tujuan harus dipahami agar efektif. Karyawan lebih cenderung memiliki

tujuan jika mereka merasa mereka adalah bagian dari penciptaan tujuan

tersebut. Gagasan manajemen partisipatif terletak pada ide melibatkan

karyawan dalam menetapkan tujuan dan membuat keputusan. Mendorong

karyawan untuk mengembangkan tujuan-tujuan mereka sendiri, dan mereka

menjadi berinisiatif memperoleh informasi tentang apa yang terjadi di


tempat lain dalam organisasi. Dengan cara ini, mereka dapat yakin bahwa

tujuan mereka konsisten dengan visi keseluruhan dan tujuan perusahaan.

 Umpan balik (feedback)

Umpan balik memberikan kesempatan untuk mengklarifikasi harapan,

menyesuaikan kesulitan sasaran, dan mendapatkan pengakuan. Sangat

penting untuk memberikan kesempatan benchmark atau target, sehingga

individu dapat menentukan sendiri bagaimana mereka melakukan tugas.

 Kompleksitas Tugas

Faktor terakhir dalam teori penetapan tujuan memperkenalkan dua

persyaratan lebih untuk sukses. Untuk tujuan atau tugas yang sangat

kompleks, manajer perlu berhati-hati untuk memastikan bahwa pekerjaan

tidak menjadi terlalu berlebihan.

B. Pembahasan

Bila dikaitkan teori dengan kasus yang terjadi di PT Telkom ada beberapa

teori yang saling terkait diantaranya :

1. Kepercayaan

KAP Hadi Sutanto dan KAP Eddi Pianto telah melanggar kepercayaan. Karena

pasar keuangan tidak dapat beroperasi tanpa kepercayaan. Kerjasama adalah

penting dan kepercayaan adalah prasyarat kerjasama.

2. Independensi.

Suatu Kantor Akuntan Publik harus menunjukkan integritasnya kepada klien

maupun masyarakat. Suatu KAP dalam tugasnya dituntut untuk bersikap jujur

dan mempertahankan objektivitas tanpa dipengaruhi tekanan dari pihak


manapun untuk kepentingan pribadi. KAP Drs. Hadi Sutanto tidak seharusnya

melakukan penilaian kualifikasi terhadap KAP lain melalui penolakan

kesediaan terasosiasi. Walaupun atas dasar alasan menghindari risiko yang

dapat merugikan karena keraguan kelayakan hak berpraktek KAP Eddy Pianto

dihadapan US SEC. Seharusnya KAP Drs. Hadi Sutanto & rekan bersikap adil

terhadap KAP Eddy Pianto dan tidak melakukan hal - hal bersifat menjatuhkan,

dikarenakan tidak adanya kewenangan dan tidak diperkenankan anggota KAP

melakukan tindakan atau mengucapkan perkataan yang mencemarkan profesi.

3. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi.

Dengan memberikan interpretasi yang menyesatkan kepada PT. Telkom, PT.

Telkomsel, dan US SEC, KAP Drs. Hadi Sutanto mengakibatkan rusaknya

kualitas audit yang dilakukan oleh KAP Eddy Pianto atas Laporan Keuangan

Konsolidasi PT. Telkom tahun Buku 2002 sehingga menghalangi KAP Eddy

Pianto untuk bersaing dengan KAP Drs. Hadi Sutanto sehubungan dengan

penyediaan layanan audit ke perusahaan - perusahaan besar yang tercatat di

lantai bursa (BEJ). Seharusnya anggota KAP wajib memelihara citra profesi,

dengan tidak melakukan perkataan dan perbuatan yang dapat merusak reputasi

rekan seprofesi.

Aspek – aspek keperilakuan dari pengambilan keputusan yang dilakukan

oleh KAP Eddy Pianto. Tepatnya tahun 2002 dimana awalnya kasus yang menimpa

PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk yang terjepit diantara dua KAP, sehingga

membuat laporan keuangan tahunan yang dikeluarkan oleh PT. Telkom tidak diakui

oleh SEC, komisi pengawas pasar modal di Amerika Serikat. Dicurigai adanya
konspirasi pihak atas yang membuat kasus ini disimpulkan sebagai persaingan tidak

sehat untuk menjatuhkan salah satu KAP Eddy Pianto partner Grant Thornton (GT)

yang merupakan auditor bagi PT. Telkom dan KAP Hadi Sutanto partner

Pricewaterhouse Coopers (PwC) sebagai pihak yang diduga ingin menjatuhkan.

Kasus persaingan tidak sehat ini jelas melanggar etika dalam berbisnis dan etika

akuntan publik dan tulisan ini akan menganalisis mengapa kasus ini disebut

melanggar etika.

kasus laporan keuangan PT. Telkom tahun 2002 yang berujung menjadi

persaingan tidak sehat dapat dinilai sebagai suatu tindakan yang salah karena antar

KAP boleh bersaing namun tidak boleh saling menjatuhkan salah satu pihak dengan

mengabaikan kewajibannya sebagai seorang auditor. Hal ini dikarenakan Eddy

Pianto dari KAP Eddy Pianto merasa dirugikan oleh KAP Hadi Sutanto karena

dinilai menghambat karier dan kerja Eddy Pianto karena Hadi Sutanto tidak

mengizinkan KAP Eddy Pianto untuk menggunakan pendapat KAP Hadi Sutanto

dalam hasil auditnya terhadap PT. Telkomsel (anak perusahaan) ke dalam laporan

audit (konsolidasi) PT. Telkom. Eddy Pianto kemudian menganggap sebagai salah

satu alasan SEC menolak laporan keuangan PT. Telkom tahun 2002 auditan KAP

Eddy Pianto.

Dalam kasus persaingan ini awalnya antar kedua KAP tidak terjadi

perselisihan. Keduannya dapat saling berkomunikasi dan bertukar dokumen karena

keduanya secara bersamaan menjadi auditor masing-masing PT. Telkom dan PT.

Telkomsel. Namun ketika Eddy Pianto akan melakukan reference terhadap hasil

audit PT. Telkomsel pada tanggal 25 Maret 2003, Hadi Sutanto menyatakan tidak
mengizinkan Eddy Pianto untuk me-refer hasil auditnya. Tetapi pada tanggal yang

sama Hadi Sutanto mengirimkan copy audit report PT. Telkomsel untuk

dikonsolidasikan ke laporan keuangan PT. Telkom yang dalam surat pengantarnya,

Hadi Sutanto sama sekali tidak menyebutkan kata-kata yang tidak mengizinkan

Eddy Pianto menggunakan hasil auditnya dalam konsolidasi PT. Telkom. Padahal

dalam PSA 543 tidak mengharuskan Eddy Pianto meminta izin melainkan cukup

mengkomunikasikannya saja tapi Hadi Sutanto menafsirkan PSA 543 kalau Eddy

Pianto harus mendapatkan terlebih dahulu darinya sebelum menggunakan hasil

auditnya yang sebenarnya tanpa perlu izin pun Eddy Pianto bisa me-refer hasil audit

PT. Telkomsel. Seharusnya tindakan yang benar yang harus dilakukan oleh Hadi

Sutanto adalah memberikan hasil auditnya di-refer oleh Eddy Pianto seperti

mengacu pada PSA 543 dimana Eddy Pianto sebagai auditor utama perusahaan

induk PT. Telkom dari perusahaan anak PT. Telkomsel boleh tanpa perlu izin

mengambil hasil auditan Hadi Sutanto.

Kasus persaingan ini menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan

pada umumnya tidak lepas dari tindakan-tindakan yang salah atau tidak beretika

karena mengabaikan etika. Etika dapat berkembang sesuai ruang dan waktu yang

berbeda sehingga etika dapat dikatakan sangat dinamis dan dapat berubah sesuai

zamannya dan dalam tindakan-tindakan manusia ini juga ditentukan oleh

bermacam-macam norma yang terbagi menjadi :

a Norma Hukum

Norma hukum kasus ini adalah dengan didendanya Kantor Akuntan

Publik Drs. Hadi Sutanto & Rekan yang berafiliasi dengan Pricewaterhouse
Coopers (PWC) sebesar Rp. 20.000.000.000 oleh Komisi Pengawas

Persaingan Usaha (KPPU). Denda tersebut harus dibayar maksimal 30 hari

sejak pemberitahuan keputusan ke kas negara dengan uang paksa Rp 10 juta

perhari.KAP Hadi Susanto terbukti dengan sengaja memberi interpretasi

menyesatkan kepada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Telkom), PT

Telekomunikasi Seluler (Telkomsel), dan US Securities and Exchange

Commission (Bapepam AS) mengenai standar audit khususnya AU 543

(PSA 543). Inti permasalahan ini karena kengganan KAP Hadi Sutanto dan

Rekan sebagai terlapor yang mengaudit laporan keuangan Telkomsel tahun

buku 2002 untuk berasosiasi dengan pekerjaan audit KAP Eddy Pianto

terhadap laporan keuangan konsolidasi Telkom tahun buku 2002.

Terlapor beralasan untuk menghindari resiko yang dapat merugikan

jika terasosiasi dengan pekerjaan audit KAP Eddy Pianto. Keengganan ini

dipicu keraguan terlapor terhadap kelayakan hak praktek KAP Eddy Pianto

di hadapan Bapepem AS. Selain meragukan kelayakan, terlapor juga

meminta Telkom memberikan akses penuh untuk membaca filing form 20-

F. Permintaan ini ditolak mentah-mentah oleh Telkom. Menurut analisa

KKPU, penolakan terlapor untuk terasosiasi dengan alasan meragukan hak

praktek KAP Eddy pianto berada di luar kewenangan terlapor (Tempo,

2004).

Dalam Putusan Perkara Nomor: 08/KPPU-L/2003, KPPU menduga

KAP Hadi Sutanto melanggar Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999

tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat


selanjutnya disebut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Bahwa beberapa

tindakan KAP Hadi Sutanto yang melanggar Undang-undang Nomor 5

Tahun 1999 adalah dengan sengaja memberikan interpretasi yang

menyesatkan kepada PT. Telkom, PT. Telkomsel, dan United States

Securities and Exchange Commission, selanjutnya dalam Putusan ini

disebut SEC, mengenai ketentuan Standar Audit Amerika, khususnya AU

543 mengakibatkan rusaknya kualitas audit yang dilakukan oleh KAP Eddy

Pianto atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Telkom Tahun Buku 2002

sehingga menghalangi KAP Eddy Pianto untuk bersaing dengan KAP Hadi

Sutanto sehubungan dengan penyediaan layanan audit ke perusahaan-

perusahaan besar yang tercatat di lantai bursa (KPPU, 2003).

Fungsi etika adalah sarana untuk memperoleh orientasi kritis

berhadapan dengan berbagai moralitas yang membingungkan. Tetapi dalam

kasus ini fungsi etika tidak berlaku dengan baik karena etika yang

seharusnya sebagai sarana untuk menilai apakah tindakan ini benar atau

salah dan memecahkan moralitas yang membingungkan dalam kasus ini

etika diabaikan sehingga moralitas yang membingungkan semakin

berkembang dan tidak terkonsentrasi dan membuat persaingan tidak sehat

semakin marak karena tidak mau mengakui kemampuan orang lain dan

tidak menghargai kemampuan orang lain.

Aspek – aspek keperilakuan dari pengambilan keputusan yang dilakukan

oleh PT Telkom yaitu ketika melakukan KSO (kerja Sama Operasi) yang setengah

hati mengakibatkan :
1. Usulan ventura bersama ini menyakitkan karyawan PT Telkom yang

membayangkan perusahaan tempat mereka bekerja selama bertahun – tahun

dipecah dan diserahkan kepada pihak lain. Usulan ini lalu ditolak oleh

manajemen PT Telkom. Sebagai kompromi, lahirlah bentuk penyelenggaraan

telekomukasi bersama dengan pola KSO yang tertuang dalam Surat Keputusan

Menparpostel Nomor 13/1994. Mengacu pada kasus diatas PT Telkom telah

melanggar Prinsip GCG tentang Responsibility.

2. Sistem KSO yang mulai dilaksanakan tahun 1996 ternyata tidak berjalan sesuai

dengan yang diharapkan. Target pembangunan yang dijadwalkan dalam tiga

tahun hanya dicapapai oleh PT Mitra Global Telekomunikasi Indonesia di

Divisi Regional IV Jawa Tengah. Mengacu pada kasus diatas PT Telkom telah

melanggar Prinsip GCG tentang Responsibility.

3. Mereka tidak dapat mengembalikan uang yang telah mereka terima akibat

perubahan nilai mata uang yang sangat drastis yang tidak didukung oleh

peningkatan pendapatan. Mengacu pada kasus diatas PT Telkom telah

melanggar Prinsip GCG tentang Responsibility.

4. Dengan tidak diambilnya kesempatan tersebut, pemerintah berupaya untuk

mempertahankan kelanjutan KSO dengan mengusulkan pembuatan nota

kesepahaman yang memberi kemudahan kepada para mitra dalam bentuk

penurunan target pembangunan, peningkatan bagian mitra pada DTR dari 70%

menjadi 90%, dan pembebasan biaya pemakaian fasilitas Telkom. Dan KSO

terus menimbulkan permaslahan bagi Telkom yang menguras waktu, perhatian,

dan biaya untuk menyelesaikannya. Mengacu pada kasus diatas PT Telkom


telah melanggar prinsip GCG tentang Fairness dan Responbility dalam

pengambilan keputusannya.

Aspek – aspek keperilakuan dari pelaporan keuangan PT. Telkom dan kasus

yang di alaminya

1. Ditolaknya Form 20-F yang disampaikan oleh PT Telkom terhadap

Securities and Exchange Commission (SEC), dikarenakan :

2. Laporan Keuangan Konsolidasi PT Telkom tahun 2002 belum

memperoleh kendali mutu (quality control- QC) dari Grant Thorton LLP

selaku US Affiliate dari Kantor Akuntan Publik (KAP) Eddy Pianto.

Yang dimana PT Telkom telah melanggar prinsip GCG terkait

Akuntabilitas.

3. PT Telkom tidak memperoleh izin dari Pricewaterhouse Coopers (PwC)

sebagai auditor PT Telkomsel, anak perusahaannya, untuk melampirkan

laporan keuangan hasil audit mereka di form 20-F.

4. Laporan Keuangan Konsolidasi PT Telkom tahun 2002 yang

dimasukkan dalam form 20-F. tidak disertai dengan Laporan Audit atas

Laporan Keuangan anak perusahaan lainnya yang diacu oleh KAP Eddy

Pianto. Yand dimana PT Telkom telah melanggar prinsip GCG terkait

Transparansi.

2. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), Herwodayatmo,

mengatakan bahwa pihaknya akan menghentikan sementara kegiatan KAP

Eddy Pianto. Penghentian ini disebabkan KAP eddy Pianto diaangap telah
melanggar Prinsip etika profesi akuntan menurut IAI yaitu tidak kompeten

dan kehat – hatian professional.

C. Kesimpulan

Profesionalitas seorang auditor dalam menjalankan tugasnya

merupakan aset penting yang harus dimiliki. Saling menghargai sesama

profesi dan menjalankan tugas sebaik-baiknya adalah tujuan dari setiap

pekerjaan. Minimal tidak membuat orang susah, dengan bagusnya sikap dan

sifat Kantor Akuntan Publik yang ada di Indonesia akan membuat reputasi

saham di pasar akan membaik. Dan banyak investor yang akan

menanamkan modalnya di Indonesia.

Dengan adanya reputasi baik tersebut, perekonomian Indonesia di

mata dunia akan mendapatkan tempat yang baik bula. Sehingga semakin

banyak perseroan- peseroan dari Indonesia mendapatkan perilaku yang baik

juga di bursa asing. Simbiosis mutualisme antara perseroan dan auditor

adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Karena kedua organ tersebut saling

membutuhkan. Perbaikan-perbaikan akan konsep dan fair game dalam

usaha harus benar-benar dilaksanakan. Sehingga tidak terjadi gesekan atas

kepentingan-kepentingan yang dilakukan oleh oknum yang ada di pasar

modal

Anda mungkin juga menyukai