Anda di halaman 1dari 4

Kelvin Kohar

1906352230
Fakultas Kedokteran
Komkes-13

Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Komunikasi Peer Atau Mitra Kesehatan
Pendahuluan
Komunikasi kesehatan didefinisikan oleh Centers for Disease Control and Prevention
(CDC) sebagai studi dan penggunaan strategi untuk mempengaruhi dan menginformasikan
masyarakat mengenai suatu keputusan yang berkaitan dengan bidang kesehatan. Peran dari
komunikasi kesehatan adalah untuk menciptakan keadaan reseptif yang membuat pasien
mampu menerima informasi yang diberikan agar dapat dimengerti, diserap, disebarkan, dan
didiskusikan mengenai langkah selanjutnya. Komunikasi Kesehatan bertujuan untuk
menyampaikan pesan dan saran medis terbaik untuk individu dan komunitas sehingga pasien
dapat mempunyai persepsi yang positif terhadap dunia medis dan juga cepat sembuh dari
penyakitnya.1
Komunikasi Kesehatan tidak luput dari adanya hubungan antara sesama petugas
kesehatan yang mengatur komunikasi interpersonal antar rekan atau mitra kerja. Dalam
melaksanakan prosesnya, perlu adanya tata cara untuk melakukan komunikasi kesehatan
antar mitra kerja agar tujuan akhir komunikasi kesehatan dapat tercapai. Mengenai
komunikasi interpersonal, ada beberapa pendapat mengenai apa itu komunikasi interpersonal.
Interpersonal sendiri artinya menurut buku “The international encyclopedia of
communication”, Komunikasi interpersonal adalah kegiatan bertukar informasi antara dua
orang atau lebih. Komunikasi interpersonal juga merupakan lingkup studi dan riset yang
bertujuan untuk mengerti bagaimana cara manusia berkomunikasi, baik secara verbal maupun
non-verbal untuk mencapai tujuan akhir komunikasi, yaitu tersampainya pesan dari
komunikator dan komunikan, dan terciptanya pemahaman dan persepsi yang sama.2
Namun, ternyata komunikasi antar mitra kerja perlu makna lebih dari komunikasi
interpersonal biasa, meskipun keduanya saling berhubungan. Komunikasi yang dilaksanakan
antar rekan kerja dalam bidang kesehatan lebih lazim disebut Komunikasi Interprofesional.
Apabila komunikasi antara mitra kerja kesehatan rendah, maka akan mengakibatkan
penurunan kualitas tenaga kesehatan yang selanjutnya akan merugikan pasien serta
keluarganya. Tujuan dari komunikasi interprofesional antar mitra kerja adalah untuk
mengurangi jarak antar mitra kerja medis, untuk mempermudah partisipasi mitra kerja dalam
suatu tugas atau kasus tertentu, dan untuk mempermudah diskusi dan dialog antar mitra kerja
sehingga dapat dicapai suatu hasil diskusi yang menghasilkan keputusan medis terbaik.
Dalam berkomunikasi dengan rekan kerja kesehatan, perlu adanya tindakan untuk
mencapai komunikasi interprofesional yang efektif. Hal-hal tersebut penting untuk diketahui
oleh petugas kesehatan agar mampu melaksanakan komunikasi interprofesional tersebut.3
Namun, pada kenyataannya masih banyak hambatan yang terjadi dalam komunikasi
interprofesional terutama antar mitra kerja bidang kesehatan sehingga komunikasi tidak dapat
terjalin secara efektif. Situasi ini dapat terjadi karena masih adanya rasa superioritas karena
tanggung jawab dan status, merasa lebih pintar, dan sebagainya. Oleh karena itu, dari
hambatan-hambatan tersebut dapat ditentukan mengenai beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam komunikasi peer atau mitra kesehatan.
Kelvin Kohar
1906352230
Fakultas Kedokteran
Komkes-13

Pembahasan Topik
Komunikasi yang dilakukan oleh petugas kesehatan sebenarnya sama dengan interaksi
sosial yang lainnya, yaitu dinamis, kreatif, serta telah direncanakan terlebih dahulu. Aktivitas
utama yang dilakukan dalam komunikasi interprofesional adalah berbicara sebagai partner
yang berbeda untuk bertukar informasi dalam menentukan keputusan bidang kesehatan yang
perlu diambil untuk kebaikan pasien. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
1996, Tenaga Kesehatan meliputi: tenaga medis (dokter), tenaga keperawatan, tenaga
kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian medis, serta tenaga
keteknisian medis.4
Banyaknya profesi yang termasuk dalam tenaga kesehatan mengakibatkan adanya
berbagai macam tuntutan untuk menghasilkan pelayanan medis yang terbaik. Dalam buku
“Health Communication: From Theory to Practice” terdapat beberapa kendala dalam
komunikasi interprofesional antara mitra kerja atau peer yaitu: perbedaan pengetauan medis,
waktu, perbedaan prioritas dan tipe kerja, sarana prasarana kesehatan yang tidak memadai,
kurangnya motivasi kerja, serta kekurangan dana operasional yang menjalankannya.1
Berbagai permasalahan tersebut bersumber dari tiga akar utama masalah, yaitu: stess role,
lack of interprofession understanding, dan autonomy struggles. Stress role merupakan
kondisi stres atau tertekan yang disebabkan oleh profesi utamanya sendiri. Permasalahan
yang sering melanda stress role adalah konflik kepentingan etika profesi dengan nilai-nilai
yang telah dipercayai dan ditanamkan kepada diri seseorang, mulai dari keluarga, lingkungan
akademik, serta lingkungan sosial. Dalam review paper menyatakan bahwa baik dokter
maupun perawat sering merasa tidak nyaman dalam melaksankan komunikasi interprofesi
karena berbagai macam alasan seperti kurang siap dalam briefing, tidak fokus, serta lamban
dalam pengambilan keputusan. Lack of interprofession understanding berkaitan dengan
seseorang dengan profesi tertentu dalam bidang kesehatan tidak mengenali profesi lain
dengan baik dalam bidang kesehatan. Selain itu, juga terdapat permasalahan autonomy
struggles yaitu kesulitan dalam menyuarakan kedaulatan pekerjaannya karena adanya
inferioritas posisi yang berbeda. Dalam autonomy struggles biasanya seorang dokter merasa
lebih memiliki hak untuk berpendapat dan menjadi superioritas dibandingkan dengan
perawat. Akibatnya, profesi perawat yang merasa lebih inferior akan lebih mudah mengalami
stres profesi.5-7
Berdasarkan pemaparan di atas, perlu adanya berbagai hal yang harus diperhatikan
dalam melaksanakan komunikasi interprofesional antara mitra kerja atau peer yang efektif.
Beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:
1. Pengetahuan Medis Dasar
Seorang pasien akan menginformasikan pengalaman unik pribadinya mengenai
penyakit yang dideritanya, ide yang dimiliki, serta ekspektasi dalam konsultasi dan
penyembuhan. Melalui berbagai informasi tersebut, petugas kesehatan harus mampu
bekerja sama mendiskusikan dimulai dari melihat anamnesis, mendiagnosis, hingga
menegakkan status suatu penyakit.7 Oleh karena itu, dalam komunikasi interprofesional
yang dilakukan perlu adanya pengetahuan medis dasar agar petugas kesehatan dapat
terlibat dalam komunikasi menentukan tindakan terbaik yang perlu dilakukan untuk
pasien.
2. Berkomunikasi secara sopan serta mengenali komunikan dengan baik
Dalam berkomunikasi, mengenali lawan bicara merupakan hal yang sangat
esensial. Dengan kita mengenali lawan biacara, kita dapat memastikan apakah lawan
bicara masih keep up dengan komunikator atau tidak.7 Menggunakan pilihan kata formal
juga perlu dilakukan tanpa menyinggung perasaan rekan kerja bersangkutan.
Kelvin Kohar
1906352230
Fakultas Kedokteran
Komkes-13

3. Persepsi
Dalam komunikasi kesehatan, cara pandang petugas kesehatan terhadap suatu
penyakit dapat berbeda-beda. Saat melaksanakan komunikasi, persepsi tersebut hendak
disampaikan dari berbagai pihak agar mampu mendapatkan hasil yang optimal dan dapat
mendiagnosis penyakit yang diderita pasien dengan baik.7
4. Isi dari pesan yang ingin disampaikan
Komunikasi memiliki keterkaitan erat dengan pesan yang akan disampaikan
antara komunikator dan komunikan. Isi dari pesan hendaklah mengandung sesuai dengan
permasalahan yang ada. Isi pesan hendaklah singkat, padat, efektif, serta bermanfaat.
Pesan yang sesuai dengan kriteria tersebut akan mempermudah dalam melaksanakan
komunikasi interprofesional antara rekan kerja dengan baik.7
5. Keadaan psikologis
Psikologis diperlukan dalam komunikasi karena akan menentukan tingkat
partisipasi serta komunikasi yang dilakukan. Seseorang yang memiliki kondisi psikologis
yang buruk seperti dalam keadaan tertekan, akan lebih sulit dalam bergabung serta tidak
mampu memberikan peranan yang besar dalam komunikasi tersebut.7
6. Media komunikasi
Media yang digunakan untuk berkomunikasi bermacam-macam tergantung dari
informasi yang berkaitan dan akan disampaikan. Umumnya, media yang digunakan
dalam komunikasi kesehatan dapat berupa poster, presentasi, video, dan sebagainya.
Namun, dalam pembahasan suatu kasus pasien yang berat, kebanyakan petugas
kesehatan dalam melaksanakan komunikasi interprofesional antara mitra kerja lebih
menggunakan media berupa presentasi agar semuanya dapat tersampaikan dengan baik.7
7. Feedback dan evaluasi
Feedback (umpan balik) diperlukan dalam komunikasi kesehatan interprofesional
antara mitra kerja karena bersifat dua arah serta membutuhkan saran maupun pandangan
dari mitra kerja lainnya agar mampu mendapatkan hasil optimal untuk pasien sendiri.
Evaluasi dari setiap keputusan yang dihasilkan dari komunikasi kesehatan
interprofesional juga perlu dilaksanakan untuk mengetahui tingkat keefektifan
komunikasi yang telah berhasil dicapai oleh orang tersebut.7
Penutup
Komunikasi interprofesional antara mitra kerja dalam bidang kesehatan sangat
penting untuk dilakukan secara efektif. Dalam mencapai komunikasi interprofesional efektif
tersebut, banyak hambatan yang dapat muncul sehingga sulit untuk mencapai tingkat
komunikasi yang efektif. Padahal, komunikasi interprofesional yang efektif diperlukan agar
mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik dan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat terutama pasien. Dalam usaha mencapai komunikasi interprofesional yang efektif
tersebut, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti: pengetahuan medis dasar,
persepsi, berkomunikasi secara sopan, mengenali komunikan dengan baik, isi dari pesan yang
ingin disampaikan, media komunikasi, keadaan psikologis, serta perlu adanya feedback dan
evaluasi. Jika hal-hal tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka akan tercipta suatu
komunikasi kesehatan interprofesional antar mitra kerja atau peer yang efektif dan mampu
mengatasi permasalahan yang dialami pasien dengan baik.
Kelvin Kohar
1906352230
Fakultas Kedokteran
Komkes-13

Referensi

1. Schiavo R. Health communication : from theory to practice. 2nd ed. San Francisco:
Jossey-Bass; 2014.
2. Donsbach W. The international encyclopedia of communication. Malden, MA:
Blackwell Pub.; 2008.
3. Kumala, P. 1995. Manajemen pelayanan kesehatan primer. Jakarta: Buku Kedokteran
4. Tenaga Kesehatan, Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996, Pasal 2 Ayat 1 (1996
Mei 22).
5. Foronda C, MacWilliams B, McArthur E. Interprofessional communication in
healthcare: An integrative review. Nurse Educ Pract. 2008;19:36–40.
6. Flood B. Interprofessional teamwork : what is it and what does it mean for occupational
therapy? [Lecture Notes]. Faculty of Health and Enviromental Science. Auckland:
Auckland University of Technology; lecture given 2008 Aug 1.
7. Berry D. Health communication : from theory to practice. 1st ed. Berkshire: Open
University Press; 2007.

Anda mungkin juga menyukai