Hipertensi Dalam Kehamilan
Hipertensi Dalam Kehamilan
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan
Dosen Pengampu: Ibu Farhati, SST., M.Keb
Disusun oleh :
Kelompok 4
Aulia Nur Insanni P17324118051
Katrina Sifa Nurahmah P17324118042
Mutiara Putri Horison P17324118016
Nur Syifa Yudhiani P17324118029
Tingkat II-A
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Penyusunan makalah ini merupakan salah satu
syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Semester III yaitu Asuhan Kebidanan Kehamilan
dengan judul makalah “Hipertensi dalam Kehamilan, Preeklampsi, dan EklampsI” di
Poltekkes Kemenkes Bandung Jurusan Kebidanan Bandung.
Dengan tersusunnya makalah ini, kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Wiwin Widayani, SST., M.Keb selaku koordinator mata kuliah Asuhan
Kebidanan Kehamilan
2. Ibu Farhati, SST., M.Keb selaku dosen pengampu mata kuliah Asuhan Kebidanan
Kehamilan
3. Rekan-rekan kelompok 4 yang telah berkontribusi dalam menyelesaikan makalah
ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa dalam tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan, hal ini karena adanya kekurangan dan keterbatasan kemampuan
pengalaman maupun pengetahuan kami.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan tugas makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
D. Patofisiologi
Selama kehamilan normal terdapat perubahan-perubahan dalam sistem
kardiovaskuler, renal, dan endokrin perubahan ini akan berbeda dengan respon
patologi yang timbul pada HDK. Pada trimester kedua akan terjadl perubahan
tekanan darah, yaitu penurunan sistolik rata-rata 5 mmHG dan tekanan darah
diastolic 10 mm HG, yang selanjutnya akan meningkat kembali dan mencapai
tekanan darah normal pada usia kehamilan trimester ketiga. Pada keadaan
istirahat, curah jantung meningkat 40% dalam kehamilan, meningkat pada usia
kehamilan 20-30 minggu. Tahanan perifer menurun pada usia kehamlian
trimester pertama. Hal ini disebabkan karena meningkatnya sistem rennin-
angiotensin aldosteron dan sistem saraf simpatis. Penurunan tahanan perifer
disebabkan oleh menurunnya tonus 0101 polos oleh pembuluh darah.Volume
darah yang beredar dan juga peningkatannya mencapai 40%. Peningkatan
inimelebihi set jumlsh set darah merah, sehingga hemoglobin dan viskositas
darah menurun. Terjadi tekanan penurunan osmotic plasma darah yang
menyebabkan peningkatan cairan ekstraseluller sehingga timbul edema perifer
yang biasa timbul pada kehamilan normal,dan juga dapat terjadi peningkatan
kecepatan denyut jantung, peningkatan volume sekuncup/curah jantung
bermasalah lama, Peningkatan Tekanan Perifer (TPR) yang berlangsung
lama.
G. Penanganan
Asuhan atau penanganan awal pada ibu hamil dengan hipertensi dilakukan
pemeriksaan fisik, laboratorium, pengobatan nonfarmakologi, mengubah ke arah
hidup sehat, tidak terlalu banyak pikiran, mengurangi berat badan bila terdapat
kelebihan (indeks massa tubuh >27), mengatur diet atau pola makan seperti
pengurangan asupan kalsium dan magnesium adekuat, perbanyak unsur kalium
(buah-buahan), lakukan DASH (Dietary approach to stop hipertension), istirahat yang
cukup.
Persalinan merupakan pengobatan untuk preeklampsia. Jika diketahui atau
diperkirakan janin memiliki usia gestasi preterm, kecenderungannya adalah
mempertahankan sementara janin di dalam uterus selama beberapa minggu untuk
menurunkan risiko kematian neonatus.
Khusus pada penatalaksanaan preeklampsia berat (PEB), penanganan terdiri dari
penanganan aktif dan penanganan ekspektatif. Wanita hamil dengan PEB umumnya
dilakukan persalinan tanpa ada penundaan. Pada beberapa tahun terakhir, sebuah
pendekatan yang berbeda pada wanita dengan PEB mulai berubah. Pendekatan ini
mengedepankan penatalaksanaan ekspektatif pada beberapa kelompok wanita
dengan tujuan meningkatkan luaran pada bayi yang dilahirkan tanpa memperburuk
keamanan ibu. Adapun terapi medikamentosa yang diberikan pada pasien dengan
PEB antara lain adalah:
1. Tirah baring
2. Oksigen
3. Kateter menetap
4. Cairan intravena.
5. Magnesium sulfat (MgSO4)
Obat ini diberikan dengan dosis 10 cc MgSO4 40% secara intravena loading dose
dalam 4-5 menit. Kemudian dilanjutkan dengan MgSO4 40% sebanyak 15 cc dalam
500 cc ringer laktat (RL) selama 6 jam. Magnesium sulfat ini diberikan dengan
beberapa syarat, yaitu:
1. Refleks patella normal
2. Frekuensi respirasi >16x per menit
3. Produksi urin dalam 4 jam sebelumnya >100cc atau 0.5 cc/kgBB/jam
4. Disiapkannya kalsium glukonas 10% dalam 10 cc sebagai antidotum.
Bila nantinya ditemukan gejala dan tanda intoksikasi maka kalsium glukonas
tersebut diberikan dalam tiga menit.
Antihipertensi diberikan jika tekanan darah diastolik >110 mmHg. Pilihan
antihipertensi yang dapat diberikan adalah nifedipin 10 mg. Setelah 1 jam, jika
tekanan darah masih tinggi dapat diberikan nifedipin ulangan 10 mg dengan interval
satu jam, dua jam, atau tiga jam sesuai kebutuhan.1 Penurunan tekanan darah pada
PEB tidak boleh terlalu agresif yaitu tekanan darah diastol tidak kurang dari 90 mmHg
atau maksimal 30%. Penggunaan nifedipin ini sangat dianjurkan karena harganya
murah, mudah didapat, dan mudah mengatur dosisnya dengan efektifitas yang cukup
baik.
Kortikosteroid. National Institutes of Health (NIH) merekomendasikan:
6. Semua wanita hamil dengan kehamilan antara 24–34 minggu yang dalam
persalinan prematur mengancam merupakan kandidat untuk pemberian
kortikosteroid antenatal dosis tunggal.
7. Kortikosteroid yang dianjurkan adalah betametason 12 mg sebanyak dua dosis
dengan selang waktu 24 jam atau deksametason 6 mg sebanyak 4 dosis
intramuskular dengan interval 12 jam.
8. Keuntungan optimal dicapai 24 jam setelah dosis inisial dan berlangsung selama
tujuh hari.
Adapun penanganan Aktif dan Ekspektatif pada hipertensi dalam kehamilan, yaitu:
1. Penanganan Aktif
Beberapa ahli berpendapat untuk terminasi kehamilan setelah usia kehamilan
mencapai 34 minggu. Terminasi kehamilan adalah terapi definitif yang terbaik untuk ibu
untuk mencegah progresifitas PEB. Dalam ACOG Practice Bulletin mencatat terminasi
sebagai terapi untuk PEB. Akan tetapi, keputusan untuk terminasi harus melihat
keadaan ibu dan janinnya. Sementara Nowitz ER dkk membuat ketentuan penanganan
PEB dengan terminasi kehamilan dilakukan ketika diagnosis PEB ditegakkan. Hasil
penelitian juga menyebutkan tidak ada keuntungan terhadap ibu untuk melanjutkan
kehamilan jika diagnosis PEB telah ditegakkan.
2. Penanganan Ekspektatif
Beberapa ahli berpendapat untuk memperpanjang usia kehamilan sampai seaterm
mungkin sampai tercapainya pematangan paru atau sampai usia kehamilan di atas 37
minggu. Berdasarkan luaran ibu dan anak, berdasarkan usia kehamilan, pada pasien
PEB yang timbul dengan usia kehamilan dibawah 24 minggu, terminasi kehamilan lebih
diutamakan untuk menghindari komplikasi yang dapat mengancam nyawa ibu
(misalnya perdarahan otak). Sedangkan pada pasien PEB dengan usia kehamilan 25
sampai 34 minggu, penanganan ekspektatif lebih disarankan. Penanganan lini primer
diharapkan bidan maupun petugas puskesmas dapat mendeteksi dini adanya
hipertensi pada saat dilakukannya antenatal care. Pasien dilakukan pemeriksaan
tekann darah rutin dan bila adanya tekanan darah tinggi yang muncul pada saat
kehamilan dan timbul diatas usia 20 minggu dapat diakukan screening dengan
melakukan tes protein urine. Bila diketahui adanya preeclampsia diharapkan pelayanan
primer dapat melakukan rujukan ke rumah sakit untuk penanganan yang lebih lanjut.
H. Kerangka Konsep
BAB II
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Hipertensi pada kehamilan sering terjadi (6-10 %) dan meningkatkan risiko
morbiditas dan mortalitas pada ibu, janin dan perinatal. Pre-eklampsia/eklampsia
dan hipertensi berat pada kehamilan risikonya lebih besar.
B. Saran
Penyusun berharap agar mahasiswa dapat lebih mengetahui tentang penyakit
yang terjadi pada ibu hamil, seperti hipertensi dalam kehamilan yang sudah
dipaparkan di makalah, dan diharapkan mahasiswa dapat menerapkan deteksi
dini beserta penangannya saat praktek di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA