Yang dimaksud fungsi intelektual dibawah normal yaitu apabila IQ dibawah 70. Anak ini
tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah biasa, karena cara berpikirnya yang terlalu sederhana,
daya tangkap dan daya ingatnya lemah, demikian pula dengan pengertian bahasa dan
hitungannya juga sangat lemah.
Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku adaptif sosial adalah kemampuan seeorang
untuk mandiri, menyesuaikan diri dan mempunyai tanggung jawab sosial yang sesuai dengan
kelompok umur dan budayanya. Pada penderita retardasi mental gangguan perilaku adaptif yang
paling menonjol adalah kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakatsekitarnya. Biasanya
tingkah lakunya kekanak-kanakan tidak sesuai dengan umurnya.
Gejala tersebut harus timbul pada masa perkembangan, yaitu dibawah umur 18 tahun.
Karena kalau gejala tersebut timbul setelah umur 18 tahun, bukan lagi disebut retardasi mental
tetapi penyakit lain sesuai dengan gejala klinisnya.
Keterbelakangan Mental (Retardasi Mental, RM) adalah suatu keadaan yang ditandai
dengan fungsi kecerdasan umum yang berada dibawah rata-rata disertai dengan berkurangnya
kemampuan untuk menyesuaikan diri (berpelilaku adaptif), yang mulai timbul sebelum usia 18
tahun.
Orang-orang yang secara mental mengalami keterbelakangan, memiliki perkembangan
kecerdasan (intelektual) yang lebih rendah dan mengalami kesulitan dalam proses belajar serta
adaptasi sosial. 3% dari jumlah penduduk mengalami keterbelakangan mental.
i. Deprivasi psikososial
Devripasi artinya tidak terpenuhinya kebutuhan. Tidak terpenuhinya kebutuhan
psikososial awal-awal perkembangan ternyata juga dapat menyebabkan terjadinya retardasi
mental pada anak.
2.4 Patofisiologi
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari. Retardasi
mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-
kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ
70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area
fungsi adaftif : berbicara dan berbahasa , kemampuan/ketrampilan merawat diri,
kerumahtanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri ,
kesehatan dan keamanan , akademik fungsional, bersantai dan bekerja.
Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca
natal. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak.
Pathway
2.5 Manifestasi Klinis
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik
yang merupakan stigmata congenital yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu
sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelaianan fisik dan gejala yang sering disertai
retardasi mental, yaitu :
1. Kelainan pada mata :
a. Katarak
Sindrom Cockayne
Sindrom Lowe
Galactosemia
Sindrom Down
Kretin
Rubella Pranatal, dll.
b. Bintik cherry-merah pada daerah macula
Mukolipidosis
Penyakit Niemann-Pick
Penyakit Tay-Sach
c. Korioretinitis
Lues congenital
Penyakit Sitomegalovirus
Rubella Pranatal
d. Kornea keruh
Lues Congenital
Sindrom Hunter
Sindrom Hurler
Sindrom Lowe
2. Kejang
a. Kejang umum tonik klonik
Defisiensi glikogen sinthesa
Hipersilinemia
Hipoglikemia, terutama yang disertai glikogen storage disease I, III, IV, dan aaVI
Phenyl ketonuria
Sindrom malabsobrsi methionin, dll.
b. Kejang pada masa neonatal
Arginosuccinic asiduria
Hiperammonemia I dan II
Laktik asidosis, dll.
3. Kelainan kulit
a. Bintik café-au-lait
Atakasia-telengiektasia
Sindrom bloom
Neurofibromatosis
Tuberous selerosis
4. Kelainan rambut
a. Rambut rontok
Familial laktik asidosis dengan Necrotizing ensefalopati
b. Rambut cepat memutih
Atrofi progresif serebral hemisfer
Ataksia telangiektasia
Sindrom malabsorbsi methionin
c. Rambut halus
Hipotiroid
Malnutrisi
5. Kepala
a. Mikrosefali
b. Makrosefali
Hidrosefalus
Neuropolisakaridase
Efusi subdural
6. Perawakan pendek
a. Kretin
b. Sindrom Prader-Willi
7. Distonia
a. Sindrom Hallervorden-Spaz
Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut:
1. Retardasi mental ringan
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka
ini termasuk dari tipe social-budaya dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik
kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan bias bisa
sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan
mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka ini kurang
mampu menghadapi stress sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya.
2.8 Penatalaksanaan
1) Obat-obat psikotropika ( tioridazin,Mellaril untuk remaja dengan perilaku yang
membahayakan diri sendiri.
2) Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan konsentrasi/gangguan
hyperaktif.
3) Antidepresan ( imipramin (Tofranil)
4) Karbamazepin ( tegrevetol) dan propanolol ( Inderal )
5) Meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan penyediaan pengasuhan dan lingkungan
yang merangsang pertumbuhan
6) Harus memfokuskan pada kesehatan biologis dan pengalaman kehidupan awal anak yang
hidup dalam kemiskinan dalam hal ini ;
perawatan prenatal
pengawasan kesehatan regular
pelayanan dukungan keluarga
2.9 Komplikasi
a) Serebral palcy
b) Gangguan kejang
c) Gangguan kejiwaan
d) Gangguan konsentrasi /hiperaktif
e) Defisit komunikasi
f) Konstipasi (karena penurunan motilitas usus akibat obat-obatan antikonvulsi, kurang
mengkonsumsi makanan berserat dan cairan)
2.10 Prognosis
Retardasi mental yang diketahui penyakit dasarnya, biasanya prognosisnya lebih baik.
Tetapi pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak dengan dengan
retardasi mental ringan dengan kesehatan yang baik tanpa penyakit kardiorespirasi, pada
umumnya umur harapan hidupnya sama dengan orang yang normal. Tetapi sebaliknya pada
retardasi mental yang berat dengan masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia
muda.
2.11 Pencegahan
Karena penyembuhan dari retardasi mental ini boleh dikatakan tidak ada, sebab
kerusakan dari sel-sel otak tidak mungkin fungsinya kembali normal,maka yang penting adalah
pencegahan primer yaitu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit. Dengan
memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit yang potensial dapat mengakibatkan
retardasi mental, misalnya melalui imunisasi. Konseling perkawinan, pemeriksaan kehamilan
yang rutin, nutrisi yang baik selama kehamilan, dan bersalin pada tenaga kesehatan yang
berwenang, maka dapat membantu menurunkan angka kejadian retardasi mental. Demikian pula
dengan mengentaskan kemiskinan dengan membuka lapangan kerja, memberikan pendidikan
yang baik, memperbaiki sanitasi lingkungan, meningkatkan gizi keluarga. Dengan adanya
program BKB (Bina Keluarga Balita) yang merupakan stimulasi mental dini dan bisa
dikembangkan juga deteksi dini, maka dapat mengoptimalkan perkembangan anak.
Pencegahan harus sedini mungin yang dimulai sejak dari bayi, yaitu dengan memberikan
ASI. Bayi yang minum ASI jarang yang menjadi obesitas, karena komposisi ASI mempunyai
mekanisme tersendiri dalam mengontrol berat badan bayi.
2.12 Penanganan
a. Penanganan Residensial
Sejak tahun 1975, para individu yang mengalami retardasi mental berhak mendapatkan
penanganan yang sesuai dalam lingkungan dengan batasan yang sangat minimal. Idealnya,orang-
orang dewasa dengan retardasi mental sedang tinggal di tempat-tempat tinggal berukuran kecil
hingga sedang yang menyerupai rumah yang berada ditengah masyarakat. Disediakan perawatan
medis dan para supervisor petugas terlatih yang juga tinggal di bersama mereka memenuhi
kebutuhan para penghuni selama 24 jam.
Banyak orang dewasa dengan retardasi mental ringan dapat memilih pekerjaan dan
mampu hidup mandiri di apartemen mereka sendiri. Ada juga yang hidup semi mandiri di
apartemen bersama 3 hingga orang dewasa lain yang juga mengalami retardasi mental dengan
bantuan seorang konselor yang umumnya datang dimalam hari. Anak-anak yang mengalami
retardasi mental berat dapat tinggal dirumah atau di rumah-rumah perawatan yang dilengkapi
dengan layanan pendidikan dan psikologis. Hanya orang-orang yang mengalami retardasi mental
berat dan sangat berat serta memiliki cacat fisik yang cenderung tetap tinggal di berbagai
institusi mental.
3.1 Pengakajian.
Pengakjian dapat dilakukan melalui:
1. Neuroradiologi dapat menemukan kelainan dalam struktur kranium, misalnya klasifikasi atau
peningkatan tekanan intrakranial.
2. Ekoesefalografi dapat memperlihatkan tumor dan hamatoma.
3. Biopsi otak hanya berguna pada sejumlah kecil anak retardasii mental. Juga tidak mudah bagi
orang tua untuk menerima pengambilan jaringan otak dalan jumlah kecil sekalipun karena
dianggap menambah kerusakan otak yang memang tidak adekuat.
4. Penelitian bio kimia menentukan tingkat dari berbagai bahan metabolik yang diketahui
mempengaruhi jaringan otak jika tidak ditemukan dalam jumlah besar atau kecil, misalnya
hipeglekimia pada neonatus prematur, penumpukan glikogen pada otot dan neuron, deposit
lemak dalam otak dan kadar fenilalanin yang tinggi.
Atau dapat melakukan pengkajian sebagai berikut:
1) Lakukan pengkajian fisik.
2) Lakukan pengkajian perkembangan.
3) Dapatkan riwayat keluarga, teruma mengenai retardasi mental dan gangguan herediter
dimana retardasi mental adalah salah satu jenisnya yang utama
4) Dapatkan riwayat kesehatan unutk mendapatkan bukti-bukti adanya trauma prenatal,
perinatal, pascanatal, atau cedera fisik.
5) Infeksi maternal prenatal (misalnya, rubella), alkoholisme, konsumsi obat.
6) Nutrisi tidak adekuat.
7) Penyimpangan lingkungan.
8) Gangguan psikiatrik (misalnya, Autisme).
9) Infeksi, teruma yang melibatkan otak (misalnya, meningitis, ensefalitis, campak) atau
suhu tubuh tinggi.
10) Abnormalitas kromosom.
11) Bantu dengan tes diagnostik misalnya: analis kromosom, disfungsimetabolik, radiografi,
tomografi, elektro ersafalografi.
12) Lakukan atau bantu dengan tes intelegensia. Stanford, binet, Wechsler Intellence, Scale,
American Assiciation of Mental Retardation Adaptif Behavior Scale.
13) Observasi adanya manifestasi dini dari retardasi mental:
14) Tidak responsive terhadap kontakkontak mata buruk selama menyusui.
15) Penurunan aktivitas spontan
16) Penurunan kesadaran terhadap suara getaran
17) Peka rangsang.
18) Menyusui lambat.
Diagnosa 2: Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
retardasi mental.
Hasil yang diharapkan:
Keluarga mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran mengenai kelahiran anak dengan
retardasi mental dan impikasinya.
Anggota keluarga membuat keputusan yang realistik berdasarkan kebutuhan dan
kemampuan mereka.
Anggota keluarga menunjukan penerimaan terhadap anak.
3.4 Evaluasi
1. Pasien mencapai potensi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
2. Keluarga mampu menerima keadaan yang anaknya yang retardasi mental.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Retardasi mental adalah bentuk gangguan atau kekacauan fungsi mental atau kesehatan mental
yang disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan
terhadap stimulus eksteren dan ketegangan-ketegangan sehingga muncul gangguan fungsi atau
gangguan struktur dari suatu bagian, satu organ, atau sistem kejiwaan mental.
Retardasi mental bisa saja terjadi pada setiap individu / manusia karena adanya faktor-faktor dari
dalam maupun dari luar, gejala yang ditimbulkan pada penderita retardasi mental umumnya rasa
cemas, takut, halusinasi serta delusi yang besar.
4.2 Saran
1) Disarankan kepada para ibu agar memperhatikan kesehatan dirinya seperti
memperhatikan gizi, hati-hati mengkonsumsi obat-obatan dan mengurangi kebiasaan
buruk seperti: minum-minuman keras dan merokok.
1) Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan perlu melakukan langkah prepentif guna
menanggulangi gangguan mental yang dapat membahayakan kesehatan anak dan remaja
caranya yaitu dengan menggalakkan penyuluhan tentang retardasi mental kepada
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Philips J. Prevention and Treatment of Mental Retardation.3rd Ed.New York, London: Basic Books
Inc, 1966.
Noyes AP, Kolb LC, Modern Clinical Psychiatry Philadelphia, London : W.B. Saunders Co, 1963; pp
275 – 292.
Freedman et al. Modern Synopsis of Comprehensive Textbook of Psychiatry. Baltimore : The
Williams & Wilkins Co, 1972; pp 312 -329.
Coleman JC. Abnormal Psychology and Modern Life,Bombay : D.B. Taraporevala Sons & Co Private
Ltd, 1964; pp 519 – 536.
Prasadio T. Gangguan psikiatrik pada anak-anak dengan Retardasi Mental. Disertasi, gelar doktor
dalam Ilmu Kedokteran, UNAIR, Surabaya. 1972.
Robinson HB et al. Mental Retardation Advanced Child Psychiatry, New York: Literature Seminar
1974. Feb.
Menolascimo FJ. Emotional Disturbances in Mentally Retardied Child. Advanced Child Psychiatry,
New York : Literature Seminar 1974 Feb
Potter HW. The needs of Mentally Retarded Chidren for child Psychiatry services, Advanced Child
Psychiatry. New York Literature Seminar 1974 Feb.
George Tarjan, Keeran CV. An overview of Mental Retardation, A Psychiatric Annals reprint, New
York : Insight communications Inc, 1974 Feb.
Valente M et al. Etiologic Factors in Mental Retardation A Psychi- atric Annals reprint. New York :
Insight Communications, Inc, 1974 Feb.
Simmons JG et al. Treatment and care of mentally retarded A Psychiatric Annals reprint.New York :
Insight Communications Inc,1974 Feb