Anda di halaman 1dari 20

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Kepentingan
kesegaran jasmani dalam pemeliharaan kesehatan tidak diragukan lagi,
semakin tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin
baik pula (Anwar, 2001). Kesegaran jasmani seseorang dipengaruhi oleh
berbagai faktor yakni, faktor internal dan faktor eksternal. Yang dimaksud
faktor internal adalah sesuatu yang sudah terdapat dalam tubuh seseorang
yang bersifat menetap misalnya genetik, umur, jenis kelamin. Sedangkan
faktor eksternal diantaranya aktivitas fisik, lingkungan dan kebiasaan
merokok (Kaplan & Petterson, 1993).
Dalam makalah ini hal-hal yang dibahas terkait Penyakit Paru
Obstruksi Menahun (PPOM) ini terkait penyakit Bronkiektasis, bronchitis
kronik, dan emfisema paru. Penyakit PPOM diketahui disebabkan oleh
polusi udara, infeksi, dan rokok.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang ingin dipecahkan dalam
makalah ini antara lain:
1. Apakah penyebab penyakit PPOM (Bronchitis kronik, bronkiektasis,
dan emfisema paru)?
2. Bagaimana patofisiologi dari penyakit PPOM tersebut?
3. Bagaimana Asuhan keperawatan dari penyakit PPOM tersebut?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab penyakit PPOM (Bronchitis kronik,
bronkiektasis, dan emfisema paru).
2. Untuk memahami patofisiologi dari penyakit PPOM (Bronchitis
kronik, bronkiektasis, dan emfisema paru).
3. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan dari penyakit
PPOM (Bronchitis kronik, bronkiektasis, dan emfisema paru).

1
D. Manfaat
Untuk mengetahui penyebab, patofisiologi, dan asuhan keperawatan dari
penyakit PPOM (Bronchitis kronik, bronkiektasis, dan emfisema paru).

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Bronkiektasis
Bronkiektasis adalah dilatasi bronki dan bronkiolus kronis yang
disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan obstruksi
bronkus; aspirasi benda asing, muntahan, atau benda-benda dari saluran
pernapasan atas; dan tekanan akibat tumor, dan berbesaran nodus limfe.
a) Patofisiologi Bronkiektasis
Infeksi merusak dinding bronkial, menyebabkan kehilangan struktur
pendukungnya dan menghasilkan sputum kental yang akhirnya dapat
menyumbat bronki. Dinding bronki menjadi teregang secara permanen
akibat batuk hebat.
b) Asuhan Keperawatan Bronkiektasis
Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menyusun asuhan
keperawatan:
 Pengkajian
Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang
bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional klien
pada saat ini dan waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola
respons klien saat ini dan waktu sebelumnya (Carpenito-Moyet, 2005).
 Identitas klien
Berisi nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan,
alamat pasien.
 Keluhan utama
Pada penyakit bronkiektasis keluhan utama berupa sesak, Pernapasan
abnormal ditandai dengan RR > 26x/menit, peningkatan produksi
sputum, dispnea, nyeri pada dada (chest pain), suara napas tambahan
yaitu Wheezing, lemas dan nafsu makan berkurang.
 Riwayat peyakit
Berisi data riwayat penyakit dahulu klien dan riwayat sakit keluarga
 Pemeriksaan fisik

3
Berisi pengamatan umum, tanda-tanda vital, Breathing (inspeksi,
palpasi, perkusi da auskultasi) memperhatikan kepatenan jalan napas,
Pemeriksaan penunjang.

 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
(NANDA; domain 11; Kelas 2; Kode diagnosis 00031)
Definisi : ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari
saluran nafas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Batasan karakteristik:
1. Suara nafas tambahan
2. Dispnea
3. Sputum dalam jumlah yang berlebihan
4. Batuk yang tidak efektif
5. Perubahan frekuensi napas
 NOC :
- Status pernafasan : frekuensi pernapasan, irama pernapasan,
kepatenan jalan napas,dan kemampuan untuk mengeluarkan secret
- Tanda-tanda vital
 NIC:
- Monitor irama dan laju pernapasan
- kemampuan untuk mengeluarkan secret
- Fisioterapi dada
- Latihan batuk efektif
- Pengaturan posisi
- Monitor tanda-tanda vital
 Kriteria Hasil:
- Bebas dari suara napas tambahan
- Tidak ada batuk
- Pergerakan sputum keluar dari jalan napas
- Irama napas dalam batas normal

4
- RR (Respiratory Rate) dalam batas normal
- Tanda-tanda vital kembali normal

2. Ketidakefektifan pola napas


(NANDA; domain 4; Kelas 4; Kode diagnosis 00032)
Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi
adekuat.
- Batasan karakteristik:
1. Dispnea
2. Ortopnea
3. Pola napas abnormal (mis., irama, frekuensi, kedalaman)

 NOC :
- Status pernafasan : Status pernapasan : Ventilasi
1. Frekuensi pernapasan
2. Dispnea saat istrahat
- Tanda-tanda vital
 NIC:
- Penghisapan lender pada jalan napas
- Fisioterapi dada
- Pengaturan posisi
- Monitor tanda-tanda vital
 Kriteria Hasil:
- Tidak adanya dispnea
- Menunjukkan kepatenan jalan napas
- Pola napas kembali normal

5
c) Pathway
Infeksi

Merusak
dinding
bronkus

bronkiektasis
Terkumpulnya Penyakit
sekret sputum paru primer
kental
Bronkus Obstruksi
tersumbat saluran
kental penapasan
Anoreksi
(gangguan Udara di parenkim tersumbat
makan)

Tekanan infrapleura lebih


Perubahan nutrisi kurang dan elasti
dari kebutuhan

Kerusakan pada jaringan


otot

Kerusakan bronkus yang


menetap

Bronkus dilatasi

sesak

Gangguan pertukaran gas

6
B. Bronkhitis Kronik
Bronkitis merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan bawah yang
ditandai dengan kondisi peradangan pada daerah trakheobronkhial.
Peradangan tidak meluas sampai alveoli. Bronkitis bisa bersifat akut dan
kronis, dan dapat terjadi pada semua usia. Bronkitis akut disebabkan 95%
infeksi virus dan bronkitis kronis sebagian besar disebabkan oleh bakteri.
Klebsiella pneumonia merupakan salah satu bakteri yang menyebabkan
bronkitis kronik (Ikawati, 2011).

Bronchitis kronik adalah adalah kelaianan saluran napas yang ditandai


oleh batuk kronik berdahak minimal 3bulan dalam setahun, sekurang-
kurangnya dua tahun berturut-turut, tidak disebabkan penyakit lainnya.

Tanda dan gejala bronchitis, setelah peradangan saluran napas terjadi


dalam jangka panjang, penyakit ini dapat menimbulkan gejala khas. Beberapa
gejala penyakit ini yang khas, antara lain:

1. Produksi lendir yang berlebih dan konstan.


2. Warna lendir bisa tampak bening, putih, kuning, abu-abu, atau kehijauan
3. Kesulitan bernapas karena menebalnya saluran udara akibat udara
4. Batuk berdahak yang terjadi setiap hari (kondisi ini juga dapat
menyebabkan luka pada paru-paru)

Beberapa gejala lain bronkitis kronis, yaitu:

1. Kelelahan
2. Demam
3. Panas dingin
4. Rasa tidak nyaman pada dada
a) Patofisiologi Bronkhitis Kronik
Perubahan struktur pada paru menimbulkan perubahan fisiologik yang
merupakan karakteristik bronkitis kronis seperti batuk kronik, sputum
produksi, obstruksi jalan napas, gangguan pertukaran gas, hipertensi
pulmonal dan kor-pulmonale.

7
Akibat perubahan bronkiolus dan elveoli terjadi gangguan pertukaran
gas yang menimbulkan 2 masalah yang serius yaitu :
1. Aliran darah dan aliran udara ke dinding alveoli yang tidak sesuai
(mismatched).Sebagian tempat (alveoli) terdapat adekuat aliran
darah tetapi sangat sedikit aliran udara dan sebagian tempat lain
sebaliknya
2. Performance yang menurun dari pompa respirasi terutama otot-otot
respirasi sehingga terjadi overinflasi dan penyempitan jalan napas,
menimbulkan hipoventilasi dan tidak cukupnya udara ke alveoli
menyebabkan CO2 darah meningkat dan O2 dalam darah
berkurang. Mekanisme patofisiologik yang bertanggung jawab
pada bronkitis kronis sangat kompleks, berawal dari rangsang
toksik pada jalan napas menimbulkan 4 hal besar seperti inflamasi
jalan napas, hipersekresi mukus, disfungsi silia dan rangsangan
reflex vagal saling mempengaruhi dan berinteraksi menimbulkan
suatu proses yang sangat kompleks.

8
b) Asuhan Keperawatan Bronkhitis Kronik
Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan saat menyusun asuhan
keperawatan
 Pengkajian
Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang
bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional klien
pada saat ini dan waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola
respons klien saat ini dan waktu sebelumnya (Carpenito-Moyet, 2005).
o Identitas klien
Berisi nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan,
pendidikan, alamat pasien.
o Keluhan utama
Keluhan utama seperti batuk, peningkatan produksi sputum,
dispnea, sesak napas, nyeri pada dada (chest pain), pusing, sulit
tidur dan tegang leher.
o Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian riwayat kesehatan terdahulu sering kali
klien mengeluh pernah mengalami infeksi saluran pernapasan
bagian atas dan adanya riwayat alergi pada pernapasan atas.
o Pemeriksaan fisik
Berisi pengamatan umum, tanda-tanda vital, Breathing
(inspeksi, palpasi, perkusi da auskultasi), Pemeriksaan penunjang
 Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan Pola Napas
(NANDA , Domain 4, kelas 4, kode diagnosa 00032)
Definsi : inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak member ventilasi
adekuat
- Batasan karakteristik :
1. Penurunan tekanan ekspirasi
2. Penurunan tekanan inspirasi

9
3. Dispnea
4. ortopnea
- Faktor yang Berhubungan
1. Posisi tubuh yang menghambat
2. Hiperventilasi
3. Keletihan otot pernapasan
- Hasil NOC
Status pernapasan : Ventilasi
3. Frekuensi pernapasan
4. Dispnea saat istrahat
5. Penggunaan otot bantu napas
- NIC
Monitor pernapasan (3350) :
1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan
bernapas
2. Monitor pola napas (Hiperventilasi, bradipneu, takipneu)
3. Auskultasi suara napas, catat area dimana terjadi penurunan
atau tidak adanya ventilasi dan keberadaan suara napas
tambahan
4. Monitor kemampuan batuk efektif pasien
2) Ketidakefektifan bersihan jalan napas
(NANDA, domain 11. Kelas 2. Kode diagnosis 00031)
Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau
obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan
napas.
- Batasan karakteristik :
1. Perubahan pola napas
2. Perubahan frekuensi napas
3. sianosis
4. Dispnea
5. Ortopnea

10
6. Gelisah
7. Sputum dalam jumlah yang berlebihan
- Faktor yang berhubungan
1. Perokok
- Hasil NOC
Status pernapasan : kepatenan jalan napas
1. frekuensi pernapasan
2. irama pernapasan
3. kemampuan untuk mengeluarkan secret
- Intervensi NIC
Manajemen jalan napas (3140) :
1. Buka jalan napas dengan teknik chin lift atau jaw thrust
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Lakukan fisioterapi dada
4. Motivasi pasien untuk bernapas pelan, dalam, berputar dan
batuk
5. Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif
- Kriteria hasil :
1. Menunjukkan pola napas efektif
2. Pasien mampu batuk efektif dengan sendiri tanpa bantuan
perawat
3. tidak adanya dispnea
4. menunjukkan kepatenan jalan napas

C. Emfisema Paru
Emfisema pulmonal didefinisikan sebagai pola uniformis abnormal,
distensikan permanen spasium udara dengan destruksi dinding alveolar.
Kondisi ini tampaknya menjadi proses tahap akhir yang mengalami perjalanan
secara lambat selama beberapa tahun. Pada persentase kecil pasien, terdapat
prediposisi keluarga yang berkaitan dengan abnormalitas protein plasma
(definisi antitrypsin-A1).
Emfisema diklasifikasikan sebagai:

11
1. Panlobular (panasinar): ditandai dengan destruksi bronkiole pernapasan,
ductus alveolar, dan alveoli; spasium udara didalam lobules lebih atau
kurang membesar, dengan sedikit penyakit inflasi. Sering disebut sebagai
“pink puffer”.
2. Sentrilobular (sentriasinar): menyebabkan kelainan patologis dalam
bronkiolus, menghasilkan hipoksia kronis, hiperkapnea, positemia, dan
episode gagal jantung sebelah kanan. Seringkali disebut sebagai “blue
bloater” (kedua tipe emfisema dapat terjadi bersamaan).

a) Patofisiologi
Pembesaran ruang udara pada emfisema menyebabkan hiperinflasi
paru dan peningkatan kapasitas paru total. Emfisema diyakini terjadi
akibat pemecahan elastin oleh enzim yang disebut protease, yang
mencerna protein. Protase ini, terutama elastase, dilepaskan dari
neutrophil, makrofag alveolar, dan sel inflamasi lain. Dua kondisi yang
dikenal menyebabkan emfisema adalah merokok dan defisiensi A1-
antitripsin herediter. Merokok menyebabkan peningkatan sel inflamasi
pada alveoli, peningkatan pelepasan elastase dari neutrophil, peningkatan
aktivitas elastase pada makrofag, dan aktivasi sel mast yang melepaskan
elastase sel mast. A1-antitripsin biasanya melindungi paru dari sel
inflamasi destruktif; akan tetapi, proses destruktif jaringan elastis terus
tidak berkurang pada pasien yang mengalami defisiensi A1-antitripsin
herediter.

Hampir semua individu yang mengalami emfisema sebelum usia 40


tahun mengalami defisiensi A1-antitripsin. Bukti menjukkan bahwa
merokok menurunkan kadar A1-antitripsin dan meningkatkan jumlah
makrofag pada dinding alveolar. Siklus jahat ini menambah peningkatan
jumlah neutrophil. Defisiensi A1-antitripsin herediter bertanggung jawab
atas sekitar 1% dari semua kasus PPOK. Merokok dan infeksi saluran
napas berulang lebih lanjut menurunkan kadar A1-antitripsin sehingga
menabah risiko emfisema pada individu dengan kadar A1-antitripsin yang
rendah.

Fenomena umum pada emfisema adalah pneumotoraks spontan yang


berhubungan dengan rupture parenkim yang menipis. Pasien dapat
mengalami dyspnea berat akut dan gagal napas yang bergantung pada
jumlah cadangan pulmonal.

b) Tanda dan Gejala Emfisema Paru


- Sesak napas

12
- Batuk kronis
- Sering merasa gelisah
- Penurunan berat badan
- Sering sering merasa kelelahan
- Berkurangnya nafsu makan
- Edema
- Penurunan kemampuan untuk berolahraga

c) Pathway
Infeksi/polusi/rokok

Enzim α-1 – antitrypsin, enzim protase

inflamasi
Terbentuk blebs dan bullae
- Elastisitas paru menurun
- Destruksi jaringan paru Peningkatan ventillatory dead space

Pertukaran gas darah menurun


Destruksi kapiler paru EMFISEM
A
Pelebaran ruang udara
Penurunan perfusi O2
didalam paru (bronkus
Sianosis terminal menggembung)

Nyeri dispnea
Penurunan CO2 terperangkap dalam paru
ventilasi
Peningkatan upaya Penurunan keinginan untuk
- Sesak
menangkap O2 - RR> 20x/menit batuk
- CO2 meningkat  Sekret tertahan
RR meningkat hiperkapnia
- O2 menurun  hipoksia
Bersihan jalan napas tidak
Retraksi otot bantu napas
efektif
Gangguan pertukaran gas
Pola napas tidak efektif

Kelelahan/kelemahan
13
Intoleransi aktifitas

d) Asuhan Keperawatan Emfisema paru


Berikut ini hl-hal yang perlu diperhatikan untuk menyusun asuhan
keperawatan:
 Pengkajian
Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang
bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional klien
pada saat ini dan waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola
respons klien saat ini dan waktu sebelumnya (Carpenito-Moyet, 2005).
 Identitas klien
Berisi nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan,
alamat pasien.
 Keluhan utama
Pada penyakit emfisema paru keluhan utama berupa sesak, Pernapasan
abnormal ditandai dengan RR > 20x/menit, hiperkapnia (CO2
meningkat), hipoksia (O2 menurun).
 Riwayat peyakit
Berisi data riwayat penyakit dahulu klien dan riwayat sakit keluarga.
 Pemeriksaan fisik
Berisi pengamatan umum, tanda-tanda vital, Breathing (inspeksi,
palpasi, perkusi da auskultasi) memperhatikan kepatenan jalan napas,
Pemeriksaan penunjang.
 Diagnosa
1. Hambatan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan
alveoli yang reversible
(NANDA , Domain 3, kelas 4, kode diagnosa 00030)
Definsi : kelebihan atau defisit oksigenasi dan/atau eliminasi
karbon dioksida pada membrane alveolar-kapiler
- Batasan karakteristik :
1. Pola pernapasan abnormal

14
2. Hiperkapnia
3. Dispnea
4. Hipoksia
- Hasil NOC
Status pernapasan : Pertukaran gas
1. Keseimbangan ventilasi, perfusi
2. Tidal CO2 akhir
3. Dispnea saat istrahat
4. Dispnea dengan akivitas ringan
- Intervensi NIC
Bantuan Ventilasi (3390):
1. Pertahankan kepatenan jalan napas
2. Posisikan [pasien] untuk mengurangi Dispnea
3. Posisikan untuk memfasilitasi pencocokan ventilasi/perfusi
“good lung down” , dengan tepat
4. Monitor efek-efek perubahan pada oksigenasi: tidal akhir
CO2
5. Monitor pernapasan dan status oksigenasi
6. Beri obat yang meningkatkan patensi jalan napas dan
pertukaran gas, (misalnya, bronkodilator dan inhaler)
7. Ajarkan teknik pernapasan dengan tepat
- Kriteria hasil :
1. Menunjukkan pola napas yang efektif
2. Proses ventilasi dan perfusi pasien dapat seimbang (jumlah
CO2 dan O2 normal didalam tubuh)
3. Pasien mampu bernapas dengan normal, tidak terdapat
hambatan pada jalan napas pasien
4. Pasien mampu melakukan teknik pernapasan dengan tepat
tanpa bantuan perawat
2. Ketidakefektifan pola napas
(NANDA, domain 4. Kelas 4. Kode diagnosis 00032)

15
Definisi : inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi
adekuat.
- Batasan karakteristik :
1. Pola napas abnormal
2. Penuruan ventilasi semenit
3. Penggunaan otot bantu pernapasan
4. Dispnea
5. takipnea
- Hasil NOC
Status pernapasan : ventilasi (0403)
1. frekuensi pernapasan
2. irama pernapasan
3. volume tidal
4. tes faal paru
5. dyspnea saat istirahat
6. dyspnea saat latihan
7. gangguan ekspirasi
- Intervensi NIC
Manajemen jalan napas (3140) :
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Lakukan fisioterapi dada sebagaimana mestinya
3. Motivasi pasien untuk bernapas pelan dan dalam
4. Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif
5. Posisikan untk meringankan sesak napas
6. Ajar pasien bagaimana cara menggunakan inhaler sesuai
resep sebagaimana mestinya
7. Monitor status pernapasan dan oksigen sebagaimana
mestinya
- Kriteria hasil :
1. Pola napas pasien kembali efektif (normal)
2. Pasien tidak merasakan dyspnea

16
3. RR menuju ke angka normal

3. Intoleran aktivitas
(NANDA , Domain 4, kelas 4, kode diagnosa 00092)
Definisi:ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk
mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-
hari yang harus atau yang ingin dilakukan.
- Batasan karakteristik :
1. Dispnea setelah beraktivitas
2. Keletihan
3. Kelemahan umum
- Hasil NOC
Tingkat kelelahan
1. Kelelahan
2. Nyeri otot
3. Kegiatan sehari-hari (ADL)
- Intervensi NIC
Terapi Oksigen (3320):
1. Batasi [aktivitas] merokok
2. Pertahankan kepatenan jalan napas
3. Monitor aliran oksigen
4. Amati tanda-tanda hipoventilasi induksi oksigen
- Kriteria hasil :
1. Pasien dapat menyadari buruknya damak merokok bagi
kesehatan dan mengurangi bahkan menghindari kebiasaan
yang berkaitan dengan asap rokok
2. Pasien mampu bernapas dengan normal, tanpa ada keluhan
kesulitan bernapas
3. Tidak terdapat hambatan pada jalan napas pasien
4. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan perokok
(aktif dan/atau pasif)

17
(NANDA , Domain 11, kelas 2, kode diagnosa 00031)
Definisi: Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi
dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Batasan karakteristik :
1. Batuk yang tidak efektif
2. Dyspnea
3. Perubahan pola napas
4. Perubahan frekuensi pernapasan
- Hasil NOC
Status pernapasan: pertukuran gas
1. Frekuensi perapasan
2. Irama pernapasan
3. Kemampuan mengeluarkan secret
4. Dyspnea saat istirahat
5. Dyspnea dengan aktivitas ringan
6. Batuk
- Intervensi NIC
Penghisapan lendir pada jalan napas (3160)
1. Tentukan perlunya suction mulut atau trakea
2. Auskultasi suara napas sebelum dan sesudah tindakan
suction
3. Gunakan alat steril setiap tindakan suction trakeal
4. Aspirasi nasopharynx dengan kanul suction mulut atau
trakea
5. Monitor adanya nyeri
6. Monitor status oksigenasi pasien (nilai SaO3 atau SvO2)
- Kriteria hasil :
1. Pasien dapat bernapas dengan biasa tanpa terhalangi oleh
tahanan secret didalam saluran pernapasan

18
19
Daftar Pustaka
Baughman,D.C& Hackey,J.C.2000.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta :
EGC

Morton.P.G.,dkk.2000.Keperawatan Kritis Pendekatan Asuhan


HolistikVolume 1 (Ed. 8). Jakarta : EGC

Tanujaya, Edward. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan


pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba
medika

NANDA. (2018). Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2018-


2020. Jakarta: EGC

Jhonson, Marion., Meridean Maas. (2013). Nursing Outcomes Classification


(NOC). St. Louis: Mosby.

McCloskey, Joanne C., Bullechek, Gloria M. (1996). Nursing Interventions


Classification (NIC). St. Loui: Mosby.

Somantri Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah : Asuhan Keperawatan


pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba
Medika

20

Anda mungkin juga menyukai