3834 11422 1 SM
3834 11422 1 SM
1 OKTOBER 2018
ABSTRAK
Asuransi merupakan metode yang paling handal dalam mengalihkan risiko dari tertanggung kepada
penanggung.Asuransi diatur secara umum dalam KUHPerdata dan secara khusus dalam
KUHD.Asuransi Marine Hull and Machinery merupakan salah satu obyek yang dipertanggungkan
risikonya oleh PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia selaku Penanggung.Fokus permasalahan yang
dikaji dalam penelitian ini, yaitu:bagaimana hak dan kewajiban PT P selaku Penanggung terhadap
klaim Marine Hull and Machinery dalam praktek pertanggungan danbagaimanakah tata cara
penyelesaian klaim asuransi Marine Hull and Machinery pada PT P dalam praktek
pertanggungan.Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis empirisdengan metode wawancara
terhadap beberapa subyek penelitian yaitu PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia sebagai pelaku
industri asuransi dan PT.P (Persero) sebagai pihak tertanggung , serta melakukan pengamatan
terstruktur kapal MT.K selaku objek penelitian. Data sekunder diperoleh melalui sejumlah bahan
pustaka yang berkaitan dengan hukum asuransi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Tanggung jawab PT.P selaku penanggung dalam praktek
pertanggungan risiko Marine Hull and Machinerybersifat parsial , hal tersebut diatur dalam polis
yang telah diperjanjikan yaitu Marine Hull Policy PT P (Persero) Policy No.PPH 1100007 For the
Period From 1st January 2011 to 31 st December 2012, Institute Time Clause Hulls 1/10/83 (Clause
280).Mekanisme penyelesaian klaim telah ditetapkan oleh Penanggung, sejak awal dan telah
disepakati pada saat penutupan asuransiMarine Hull and Machinery. Para pihak perlu memahami isi
polis asuransi Marine Hull and Machinery, yang bersumber dari Marine Insurance Act 1906 sebagai
dokumen/ alat bukti terjadinya perjanjian pertanggungan pengangkutan melalui laut secara mendetail
, agar risiko hukum yang berpotensi timbul di kemudian hari dapat diantisipasi oleh para pihak.
ABSTRACT
Insurance is the most reliable method of transferringof risk from the insured to the insurer. The
provision of insurance are generally regulated in the Civil Code and specifically in Commercial Code.
Marine Hull Insurance and Machinery is one of the objects that is insured by PT Asuransi Tugu
Pratama Indonesia as the Insurer. The focus of discussion which examined in this study, namely: how
are the rights and obligations of PT P as the Insurer to the claims of Marine Hull and Machinery in
the practice of coverage and how are the procedures for resolving Marine Hull and Machinery
insurance claims at PT P in insured practice. This study uses an empirical juridical approach with
interview methods on several research subjects, namely PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia as an
insurance industry player and PT. P (Persero) as the insured party, as well as conducting structured
observations of MT.K vessels as the object of research. Secondary data is obtained through a number
of library materials related to insurance law.
The research results showed that PT. P (Persero) responsibility as the insurer in the practice of
Marine Hull and Machinery risk coverage was partial, it was regulated in the policy that had been
agreed on, namely PT P (Persero) Marine Hull Policy No. PPH 1100007 For the Period From 1st
January 2011 to 31 st December 2012, Institute Time Clause Hulls 1/10/83 (Clause 280). The claim
settlement mechanism has been determined by the Insurer, from the beginning and has been agreed
upon at the closing of the Marine Hull and Machinery Insurance. The parties need to understand the
contents of the Marine Hull and Machinery Insurance polis, which is sourced from the Marine
Insurance Act 1906 as a document / evidence of the sea freight insurance agreement in detail, so that
the legal risks that could potentially arise in the future can be anticipated by the parties.
326
Klaim Marine Hull And Machinery Dalam Praktek Pertanggungan
1 2
Siti Nurbaiti, 2009, Hukum Pengangkutan Darat Tuti Triyanti Gondhokusumo, 1982, Pengangkutan
(Jalan dan Kereta Api), Jakarta: Penerbit Melalui Laut, Semarang, Fakultas Hukum
Universitas Trisakti, Halaman 1. Universitas Diponegoro, Halaman 1.
327
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 3 NO. 1 OKTOBER 2018
328
Klaim Marine Hull And Machinery Dalam Praktek Pertanggungan
329
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 3 NO. 1 OKTOBER 2018
330
Klaim Marine Hull And Machinery Dalam Praktek Pertanggungan
331
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 3 NO. 1 OKTOBER 2018
Asas subrogasi bagi penanggung, dalam setiap polis, kecuali mengenai polis
seperti diatur pada Pasal 284 KUH pertanggungan jiwa, harus menyatakan hal-
Dagang tersebut diatas adalah suatu hal sebagai berikut:
asas yang merupakan konsekuensi logis 1. Hari ditutupnya pertanggungan;
dari asas indemnitas. 2. Nama orang yang menutup
Subrogasi dalam asuransi adalah pertanggungan atas tanggungan sendiri
subrogasi berdasarkan undang-undang. atau atas tanggungan orang ketiga;
Oleh karena itu asas subrogasi hanya 3. Suatu uraian yang cukup jelas
dapat ditegakkan apabila memenuhi mengenai barang yang
dua syarat berikut: dipertanggungkan;
1. Apabila tertanggung di samping 4. Jumlah uang yang untuk berapa
mempunyai hak terhadap diadakan pertanggungkan;
penanggung masih mempunyai 5. Bahaya-bahaya yang di tanggung oleh
hak-hak terhada pihak ketiga. si penanggung;
2. Hak tersebut timbul, karena 6. Saat pada mana bahaya mulai berlaku
terjadinya suatu kerugian. untuk tanggungan si penanggung dan
saat berakhirnya itu;
7. Premi pertanggungan tersebut; dan
2.2 Pentingnya Polis Dalam Perjanjian
8. Pada umumnya, semua keadaan yang
Asuransi
kiranya penting bagi si penanggung
Polis sebagai dokumen tertulis untuk diketahuinya, dan segala syarat
mempunyai peran sangat penting dalam yang diperjanjikan antara para pihak.
perjanjian asuransi, karena di dalam polis Polis tersebut harus ditandatangani oleh
inilah dicantumkan hak dan kewajiban tiap-tiap penanggung.
penanggung dan tertanggung. Dalam
kepustakaan hukum asuransi, ahli hukum Pada Pasal 257 KUHD memberi
mengingatkan kepada para calon pembeli ketegasan, walaupun belum dibuatkan
polis asuransi agar betul-betul membaca polis, asuransi sudah terjadi sejak tercapai
polis, sebab polis sebagai wujud perjanjian kesepakatan antara tertanggung dan
asuransi mempunyai karakteristik penanggung. Sehingga hak dan kewajiban
tersendiri jika di bandingkan dengan tertanggung dan penanggung timbul sejak
perjanjian pada umumnya. terjadi kesepakatan berdasarkan nota
persetujuan. Bila bukti tertulis sudah ada
barulah dapat digunakan alat bukti biasa
Menurut ketentuan Pasal 255 yang diatur dalam hukum acara perdata.
KUHD, perjanjian pertanggungan harus Ketentuan ini yang dimaksud oleh Pasal
dilakukan secara tertulis dengan akta, yang 258 ayat (1) KUHD. Syarat-syarat khusus
diberi nama polis, polis ini sebagai alat yang dimaksud dalam Pasal 258 KUHD
bukti tertulis. Bagi para pihak baik adalah mengenai esensi inti isi perjanjian
Tertanggung maupun Penanggung, polis yang telah dibuat itu, terutama mengenai
mempunyai arti yang besar atau sangat realisasi hak dan kewajiban tertanggung
penting. Sebab polis merupakan bukti yang dan penanggung seperti: penyebab timbul
sempurna tentang apa yang mereka kerugian (evenemen); sifat kerugian yang
perjanjikan di dalam perjanjian menjadi beban penanggung; pembayaran
pertanggungan itu. Tanpa polis maka premi oleh tertanggung; dan klausula-
pembuktian akan menjadi sulit dan klausula tertentu.
terbatas.
332
Klaim Marine Hull And Machinery Dalam Praktek Pertanggungan
333
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 3 NO. 1 OKTOBER 2018
334
Klaim Marine Hull And Machinery Dalam Praktek Pertanggungan
Penyelesaian klaim dalam Marine Hull dan dari macam apapun juga. Kecuali
and Machinerysama dengan asuransi apabila ditentukan lain atau
kerugian pada umumnya. Hak dari diperjanjikan lain, maka kapal itu
tertanggung yang harus di penuhi oleh dianggap meliputi segala
penanggung, apabila telah memenuhi perlengkapannya. Pasal 310 ayat (1)
syarat-syarat dan ketentuan yang KUHD memberikan definisi yang
ditentukan oleh penanggung dan tercantum lebih rinci yaitu kapal laut yang
dalam polis. Pembayaran klaim dalam diartikan semua kapal yang dipakai
asuransiMarine Hull and Machinerysama untuk pelayaran di laut atau
dengan halnya dalam asuransi kerugian, yangdiperuntukkan untuk itu. Dalam
yaitu: penelitian ini penanggung melakukan
perjanjian pertanggungan dengan
1. Pembayaran klaim murni, yaitu tertanggung dengan obyek
pembayaran klaim karena klaim perjanjiannya adalah kapal laut, yaitu
tersebut telah memenuhi persyaratan- kapal MT.K(sebuah kapal tanker),
persyaratan yang ditentukan yang buatan tahun 1998.
dilampiri dengan dokumen Perjanjian asuransi Marine Hull
pendukung yang lengkap. and Machinery yang terjadi pada
2. Pembayaran exgratia, yaitu kasus ini telah memenuhi syarat umum
pembayaran klaim atau ganti rugi dan syarat khusus perjanjian asuransi,
yang diberikan penanggung sehingga menimbulkan hak dan
meskipun sebenarnya penanggung kewajiban antara para pihak yaitu :
tidak wajib untuk memberikan ganti I. Hak dan kewajiban
rugi. Besar maupun bentuk ganti rugi penanggung :
ini tidak diatur di dalam polis. Pada 1. Hak Penanggung :
umunya, exgratia ini diberikan a. Menerima pembayaran
semata-mata karena pertimbangan premi dari tertanggung
komersial seperti nasabah utama b. Menunjuk Surveyor dan
yang besar, nasabah berpengaruh, Loss Adjuster yang memiliki
nasabah dengan sejarah tuntutan kewenangan memeriksa
ganti rugi yang baik (jarang). kasus klaim tersebut
3. Pembayaran klaim kompromis, yaitu c. Memutuskan sebuah klaim
pembayaran klaim yang besarnya dapat diterima atau ditolak
didasarkan kepada kesepakatan para berdasarkan persyaratan
pihak yang bersangkutan karena yang tertera dalam polis dan
terdapatnya perbedaan penafsiran hasil pemeriksaan dari
teknis atas kerugian yang terjadi Surveyor dan Loss Adjuster.
D. HASIL PENELITIAN DAN 2. Kewajiban penanggung
PEMBAHASAN a. Memberikan ganti rugi
1. Hak Dan KewajibanPenanggung secara materiil kepada pihak
Terhadap KlaimMarinehull And tertanggung atas risiko yang
Machinery Pada PT P (PERSERO) dijamin dalam polis tidak
Dalam Praktek Pertanggungan lebih dari jumlah maksimum
Asuransi Marine Hull and Machinery limit pertanggungan.
merupakan salah satu jenis asuransi b. Memberikan keterangan
kerugian yang mengcover lambung yang sebenar-benarnya
dan mesin kapal laut. Pasal 309 mengenai isi polis.
KUHD mendefinisikan kapal adalah
semua perahu, dengan nama apapun, II. Hak dan kewajiban tertanggung
335
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 3 NO. 1 OKTOBER 2018
336
Klaim Marine Hull And Machinery Dalam Praktek Pertanggungan
337
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 3 NO. 1 OKTOBER 2018
338
Klaim Marine Hull And Machinery Dalam Praktek Pertanggungan
339
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 3 NO. 1 OKTOBER 2018
jawab untuk memberikan penggantian 3). Polis dan Premi Dalam Asuransi
karena suatu kerugian, kerusakan atau Marine Hull and Machinery
kehilangan keuntungan yang diharapkan Polis yang digunakan dalam
yang mungkin akan dideritanya karena asuransi ini S.G.Policy yaitu Standard
suatu peristiwa tak tentu berdasarkan polis Indonesia Hull Form yang mendasarkan
yang telah diperjanjikan selam polis penyelesaian sengketa berdasarkan hukum
tersebut dibuat memenuhi syarat-syarat dan kelaziman yang berlaku di Inggris,
dasar perjanjian dan memenuhi asas-asas yaitu Marine Insurance Act 1906.
dalam perjanjian. Pada kapal (Hull Policy) dalam
Dalam penutupan perjanjian menentukan jumlah harga pertanggungan
asuransi antara PT P (Persero) dengan PT yang diperjanjikan dapat dibagi menjadi:
Tugu Pratama Indonesia dapat dilihat 1. Valued Policy, perjanjian ditutup
bahwa perjanjian tersebut telah memenuhi dengan harga pertanggungan
ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata yaitu berdasarkan kesepakatan para pihak
sepakat mereka yang mengikatkan diri, tanpa melihat harga kapal yang
kecakapan untuk membuat perjanjian atau sebenarnya. Jika kapal mengalami
perikatan, suatu hal tertentu dan sebab kerugian total atau total loss, maka
yang halal. Perjanjian pertanggungan ganti kerugian yang diberikan adalah
tersebut telah memenuhi asas-asas asuransi sebesar nilai pertanggungan yang
yang diatur dalam Buku I Bab IX KUHD, tercantum dalam polis, dan apabila
yaitu: terjadi kerugian sebagian (partial Loss),
1. Asas Kejujuran yang sempurna maka penanggung akan membayar
(Utmost Good Faith) seluruh harga perbaikan kapal dengan
2. Asas Kepentingan nilai maksimum sebesar nilai
3. Asas Indemnitas pertanggungan kapal.
4. Asas Subrogasi 2. Unvalued Policy, perjanjian ditutup
dengan harga pertanggungan
Perjanjian antara penanggung dan berdasarkan harga yang sebenarnya
tertanggung ini telah terpenuhi dan telah dari sebuah kapal, tetapi polis jenis ini
sah sehingga menimbulkan akibat hukum jarang dilakukan karena terdapat
sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 kesulitan dalam menilai harga yang
KUHPerdata yaitu bahwa semua perjanjian sebenarnya dari sebuah kapal di pasar
yang dibuat secara sah berlaku sebagai dunia, biaya pemeliharaan kapal, suku
undang-undang bagi mereka yang cadang yang dipakai oleh kapal,
membuatnya dan telah dituangkan dalam kemampuan kapal pada umumnya
bentuk polis asuransi dengan nomor polis ditutup atas dasar kesepakatan para
PPH1100007. Polis ini dijamin denganITC pihak yaitu menggunakan valued
(Institute Time Clause) Hull 1.10.83 policy. Jika dilihat dari jenis-jenis
Clause 280 (All Risks/Comprehensive) kepentingan yang dapat diasuransikan,
yang mengatur bahwa kerugian yang maka polis dapat dibedakan menjadi
ditanggung adalah kerugian parsial, Voyage Policy dan Time Policy: 13
sehingga kalau ada kerusakan sedikit pada 1. Voyage Policy atau polis
kapal dan kerusakan ini disebabkan oleh perjalanan.
hal-hal yang tercantum dalam polis, maka Polis ini menanggung kapal selama
penanggung wajib untuk melakukan ganti pelayaran dari satu pelabuhan ke
rugi atas kerugian yang diderita oleh kapal pelabuhan lain. Polis ini
tersebut. menentukan bahwa pertanggungan
berlaku mulai dari pelabuhan
13
Radiks Purba 1998, Asuransi Angkutan Laut,
Jakarta, PT Rineka Cipta, halaman 43.
340
Klaim Marine Hull And Machinery Dalam Praktek Pertanggungan
14
Junaedy Ganie, op cit, halaman 120.
341
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 3 NO. 1 OKTOBER 2018
342
Klaim Marine Hull And Machinery Dalam Praktek Pertanggungan
DAFTAR PUSTAKA
343
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 3 NO. 1 OKTOBER 2018
F.D.C Sudjatmiko, 1985, Pokok-Pokok Sri Redjeki Hartono, 1985, Asuransi dan
Pelayaran Niaga, Jakarta, Hukum Asuransi di Indonesia,
Akedemika Pressindo. Semarang, Ikip Press.
Heru Irianto dan Burhan Bungin, “Pokok- Wiwoho Soedjono, 1993, Hukum
Pokok Penting Tentang Pertanggungan Laut, Jakarta: PT.Rineka
Wawancara” dalm Burhan Cipta.
Bungin (Editor), Metodologi
Penelitian Kualitatif Aktualisasi WJS.Poerwadarminta.1976. Kamus Umum
Metodologis Ke Arah Ragam Bahasa Indonesia. Jakarta.
Varian kontemporer, 2001,
Jakarta: Raja Grafindo Perkasa. Peraturan dan Perundang-Undangan:
344