Anda di halaman 1dari 21

MANAJEMEN PENGELOLAAN PONDOK PESANTREN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Manajemen Pendidikan Islam ”

Dosen Pengampu:

Dr. Afiful Ikhwan, M.Pd.I

Oleh:

Nartika Cindhi Martha 2015470542

PAI – SMT 4

KAMPUS UNIT CAMPURDARAT

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH (STAIM)


TULUNGAGUNG
MARET 2017
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.

Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama Islam.

Kemudian dari pada itu, kami sadar bahwa dalam menyusun makalah ini
banyak yang membantu terhadap usaha kami, mengingat hal itu dengan segala
hormat kami sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIM) Tulungagung Bapak


Nurul Amin M.Ag
2. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam
penyusunan makalah ini Bapak Dr. Afiful Ikhwan. M.Pd.I
3. Teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam
penyelesaian makalah.

Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut kami hanya dapat berdo'a
dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi
amal soleh di mata Allah SWT. Amin.

Dan dalam penyusunan makalah ini kami sadar bahwa masih banyak
kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu kami mengharapkan kritikan positif,
sehingga bisa diperbaiki seperlunya.

Akhirnya kami tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir


amalan kami dan bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi seluruh
pembaca. Amin Yaa Robbal 'Alamin.

(PENYUSUN)

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................... i

Kata Pengantar ................................................................................... ii

Daftar Isi .................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1

B. Rumusan Masalah ......................................................... 2

C. Tujuan Masalah .......................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

Manajemen Pengelolaan Pondok Pesantren

A. Pengertian Manajemen Pondok Pesantren…......…… 3


B. Elemen-elemen Pondok Pesantren.............................. 4
C. Struktur Organisasi pondok pesantren........................ 9
D. Kombinasi Idealisme dan Profesionalisme Pesantren. 10
E. Pengelolaan Sistem dalam Pendidikan Pesantren...... 12

BAB IIII PENUTUP

Kesimpulan .................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam prinsip ajaran Islam segala sesuatu tak boleh dilakukan secara asal-asalan
melainkan harus dilakukan secara rapi benar tertib dan teratur dan proses-proses
juga harus diikuti dengan tertib.

Dalam sebuah riwayat Rasulullah saw bersabda yang artinya “Sesungguh


Allah sangat mencintati orang yg jika melakukan sesuatu pekerjaan dilakukan
secara Itqan (tepat terarah jelas dan tuntas)”. (HR Thabrani)

Pondok pesantren merupakan suatu lembaga yang berbasiskan pada


kesatuan keagamaan sekaligus berbasiskan pendidikan. Pondok pesantren bisa
menjadi “social agent” yang bagus untuk membantu pemerintah dalam perbaikan
sektor ekonomi,budaya dan sosial masyarakat, tapi dengan satu syarat bahwa
secara organisasional pondok pesantren harus mau untuk berubah, baik dan secara
kultur, cara pendekatan dan aspek-aspek manajemen. Di dalam pondok pesantren
sendiri terdapat empat unsur pembangun yaitu: ustadz, santri, kitab, dan masjid.
Setiap komponen tersebut masing-masing mempunyai peran yang berbeda-beda.

Untuk mencetak generasi penerus yang cerdas dan berakhlaq mulia


diperlukan pendidikan yang menyeluruh, dalam arti mencakup semua potensi baik
dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Pondok pesantren sebagai salah satu
lembaga pendidikan yang mengkombinasikan ketiga aspek tersebut, tidak hanya
menekankan aspek kecerdasan kognitif semata, akan tetapi juga menekankan pada
aspek afektif dan psikomotor, yaitu dengan mengajarkan nilai – nilai dan norma
yang sesuai dengan syariat Islam serta membekali para santri dengan ketrampilan
– ketrampilan yang berguna bagi kehidupan sehari – hari.

Maka dari itu, dalam rangka menjadi menjadi pondok pesantren yang
ideal, perlu diadakan manajemen pengelolaan serta pengembangan podok
pesantren tersebut. Dengan begitu segala potensi yang dimiliki pondok pesantren
dapat tereksplore secara optimal. Sehingga pondok pesantren mampu memberikan

1
2

andil yang besar terhadap masyarakat Tentu, reformasi pesantren dalam dinamika
yang panjang dimaksudkan uuntuk mencari format yang ideal peningkatan mutu
pendidikan pesantren.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian manajemen pondok pesantren ?
2. Apa saja elemen-elemen Pondok Pesantren ?
3. Bagaimana Struktur Pengurusan Pondok pesantren ?
4. Bagaimana Kombinasi Idealisme dan Profesionalisme Pesantren ?
5. Bagaimana langkah Pengelolaan Sistem dalam Pendidikan Pesantren ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui pengertian manajemen pondok pesantren
2. Untuk Mengetahui elemen-elemen Pondok Pesantren
3. Untuk Mengetahui Struktur Pengurusan Pondok pesantren
4. Untuk Mengetahui Kombinasi Idealisme dan Profesionalisme Pesantren
5. Untuk Mengetahui Pengelolaan Sistem dalam Pendidikan Pesantren
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Pondok Pesantren


Sebelum membahas tentang pengertian manajemen pondok pesantren,
maka kita harus tahu dulu apa itu manajemen dan apa itu pesantren. Kata
“manajemen” berasal dari bahasa Inggris yaitu management yang dikembangkan
dari kata to manage, yang artinya mengatur atau mengelola. Kata manage itu
sendiri berasal dari Italia Maneggio yang diadopsi dari bahasa latin managiare,
yang berasal dari kata manus yang artinya tangan.1

Adapun pengertian Manajemen menurut M. Manulang terkandung pada tiga


arti, yaitu : Pertama, Manajemen suatu proses. Kedua, Manajemen sebagai
kolektifitas orang – orang yang melakukan aktifitas manajemen. Ketiga,
Manajemen sebagai suatu seni (art) dan sebagai suatu ilmu.2 Sedangkan pesantren
yaitu berasal dari kata santri yang mendapat awalam pe dan akhiran an berarti
tempat tinggal para santri Prof. Jons berpendapat bahwa istilah santri berasal dari
bahasa tamil yang berarti menjadi guru. Secara umum pesantren atau pondok
didefinisikan sebagai “lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama, kyai
sebagai sentral figurnya dan masjid sebagai titik pusat yang menjiwainya.”3
Maka Manajemen Pondok Pesantren adalah suatu proses penataan dan
pengelolaan lembaga Pendidikan Pesantren yang melibatkan sumber daya
manusia dan non manusia dalam menggerakkan mencapai tujuan Pendidikan
Pesantren secara efektif dan efisien.” Jadi, manajemen pesantren merupakan
bagian dari pendidikan Islam sehingga dapat manajemen pesantren sejalan dengan

1
Evi Hanifah, Manajemen Pondok Pesantren, (Pola Manajemen Pondok
Pesantren Tradisional), dalam https://hanivie.wordpress.com/2013/05/18/manajemen-
pondok-pesantren-pola-manajemen-pondok-pesantren-tradisional/ Diunggah pada 18
Mei 2013 pukul 20.19 WIB
2
M. Manullang, Dasar – dasar Manajemen, (Jakarta : Ghalia Indonesia,
1996), hlm. 2
3
Sophie Mauliedia, Manajemen Pendidkan Pondok Pesantre, dalam
http://rascalshelvy.blogspot.co.id/2011/06/manajemen-pendidikan-pondok-
pesantren.html Diunggah pada 06 juni 2011 pukul 13.07 WIB

3
4

manajemen pendidikan Islam.4 Sudah menjadi common sense bahwa pesantren


lekat dengan figure kyai. Kyai dalam pesantren merupakan figure pesantren
sentral, otoritatif, dan pusat seluruh kebijakan dan perubahan. Hal ini erat kaitanya
denggan dua faktor :

Pertama, kepemimpinan yang tersentralisasi pada individu yang bersandar


pada karisma serta hubungan yang bersifat patemalistik. Kebanyakan pesantren
menganut pola mono manjemen dan mono administrasi sehingga tidak ada
delegasi kewenanggan ke unit-unit kerja yang ada dalam organisasi.

Kedua, kepemilikan pesantren bersifat individual atau keluarga bukan


komunal. Otoritas individu kyai sebagai pendiri skaligus pengasuh pesantren
sanggat besar dan tidak bisa di ganggu gugat. Faktor nasab atau keturnan juga
kuat sehingga kyai bisa mewariskan kepemimpinan pesantren kepada anak (
istilahnya putra mahkota) yang di percaya pada komponen pesantren yang berani
memprotes. Sistem seperti ini kerap kali menggundang sindiran bahwa pesantren
seperti kerajaan kecil.5

B. Elemen-Elemen Pondok Pesantren


Hampir dapat dipastikan, lahirnya suatu pesantren berawal dari beberapa
elemen dasar yang selalu ada di dalamnya. Ada lima elemen dasar pesantren,
antara satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Kelima elemen tersebut
meliputi: ustadz, santri, podok, mesjid dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik
atau yang sering disebut dengan kitab kuning.
1. Masjid
Masjid pada hakekatnya merupakan sentral kegiatan muslimin baik
dalam dimensi ukhrawi maupun duniawi dalam ajaran Islam, karena
pengertian yang lebih luas dan maknawi masjid memberikan indikasi
sebagai kemampuan seorang abdi dalam mengabdi kepada Allah yang
disimbolkan sebagai adanya masjid (tempat sujud). Atas dasar pemikiran

4
Ismi Nur Laili, Sistem Manajemen Pondok Pesantren, dalam
http://isminurlailil27.blogspot.co.id/2015/12/sistem-manajemen-pondok-pesantren.html.
Diunggah pada 03 Desember 2015 pukul 14.54 WIB
5
M. Sulthon Masyhud dan M. Khusnurridlo, 2003, Manajemen Pondok Pesantren,
cet. 1, (Jakarta: Diva Pustaka).14-15.
5

itu dapat difahami bahwa masjid tidak hanya terbatas pada pandangan
materialistik, melainkan pandangan idealistik immaterialistik termuat
didalamnya.
Pemikiran materialistik mengarah kepada keberadaan masjid
sebagai suatu bangunan yang dapat ditangkap oleh mata. Dalam hal ini
secara sederhana masjid adalah tempat sujud. Sujud adalah symbol
kepatuhan seorang hamba kepada Khaliqnya. Oleh karena itu seluruh
kegiatan yang mengambil tempat di masjid tentu memiliki nilai ibadah
yang tinggi. Artinya proses kegiatan itu hanya mengharapkan keridhoan
Allah yang bersifat Ilahiyah, berkaitan dengan pahala dan balasan dari
Allah.
Didunia pesantren masjid dijadikan ajang atau sentral kegiatan
pendidikan Islam baik dalam pengertian modern maupun tradisional.
Dalam konteks yang lebih jauh masjidlah yang menjadi pesantren pertama,
tempat berlangsungnya proses belajar – mengajar adalah masjid. Dapat
juga dikatakan masjid identik dengan pesantren. Seorang kyai yang ingin
mengembangkan sebuah pesantren biasanya pertama – tama akan
mendirikan masjid di dekat rumahnya.
Paling tidak didirikan surau di sebelah rumah kyai yang kemudian
dikembangkan menjadi masijd sebagai basis berdirinya pondok pesantren.
Di dalam masijd para santri dibina mental dan dipersiapkan agar mampu
mandiri dibidang ilmu keagamaan. Oleh karena itu masjid di samping
dijadikan wadah (pusat) pelaksanaan ibadah juga sebagai tempat latihan.
Latihan seperti muhadharah, qiro’ah dan membaca kitab yang ditulis oleh
para ulama abad 15 (pertengahan) yang dikenal sebagai kitab kuning yang
merupakan salah satu ciri pesantren. Pelaksanaan kajiannya dengan cara
bandongan, sorogan, dan wetonan, pada hakekatnya merupakan metode
klasik yang dilaksanakan dalam proses belajar – mengajar dengan pola
seorang kyai langsung bertatapan dengan santrinya dalam mengkaji dan
menelaah kitab – kitab tersebut.6

6
M. Bahri Ghazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan, (Jakarta : Pedoman
Ilmu Jaya, 2001), hlm. 18 – 19
6

2. Pondok
Setiap pesantren pada umumnya memiliki pondokan. Pondok
dalam pesantren pada dasarnya merupakan dua kata yang sering
penyebutannya tidak dipisahkan menjadi “Pondok Pesantren”. yang berarti
keberadaan pondok dalam pesantren merupakan wadah penggemblengan,
pembinaan dan pendidikan serta pengajaran ilmu pengetahuan.
Kedudukan pondok bagi para santri sangatlah esensial sebab
didalamnya santri tinggal belajar dan ditempa diri pribadinya dengan
control seorang ketua asrama atau kyai yang memimpin pesantren itu.
Dengan santri tinggal di asrama berarti dengan mudah kyai mendidik dan
mengajarkan segala bentuk jenis ilmu yang telah ditetapkan sebagai
kurikulumnya. Begitu pula melalui pondok santri dapat melatih diri
dengan ilmu – ilmu praktis seperti kepandaian berbahasa : Arab dan
Inggris juga mampu menghafal Al – Qur’an begitu pula ketrampilan yang
lain. Sebab di dalam pondok pesantren santri saling kenal – mengenal dan
terbina kesatuan mereka untuk saling isi – mengisi dan melengkapi diri
dengan ilmu pengetahuan.
3. Kyai
Ciri yang paling esensial bagi suatu pesantren adalah adanya
seorang kyai. Kyai pada hakekatnya adalah gelar yang diberikan kepada
seseorang yang mempunyai ilmu di bidang agama dalam hal ini agama
Islam. Terlepas dari anggapan kyai sebagai gelar yang sacral, maka
sebutan kyai muncul di dunia pondok pesantren. Dalam tulisan ini kyai
merupakan suatu personifikasi yang sangat erat kaitannya dengan suatu
pondok pesantren.
Keberadaan kyai dalam pesantren sangat sentral sekali. Suatu
lembaga pendidikan Islam disebut pesantren apabila memliki tokoh sentral
yang disebut kyai. Jadi kyai di dalam dunia pesantren sebagai penggerak
dalam mengemban dan mengembangkan pesantren sesuai dengan pola
yang dikehendaki. Di tangan sorang kyailah pesantren itu berada. Oleh
karena itu kyai dan pesantren merupakan dua sisi yang selalu berjalan
7

bersama. Bahkan “kyai bukan hanya pemimpin pondok pesantren tetapi


juga pemilik pondok pesantren”. sedangkan sekarang kyai bertindak
sebagai koordinator.7

4. Santri
Istilah santri hanya terdapat di pesantren sebagai pengejawantahan
adanya peserta didik yang haus akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh
seorang kyai yang memimpin sebuah pesantren. Oleh karena itu santri
pada dasarnya berkaitan erat dengan keberadaan kyai dan pesantren.
Di dalam proses belajar mengajar ada dua tipologi santri yang
belajar di pesantren berdasarkan hasil penelitian Zamakhsyari Dhofier:
a). Santri Mukim
Santri Mukim yaitu santri yang menetap, tinggal bersama
kyai dan secara aktif menuntut ilmu dari seorang kyai. Dapat
juga secara langsung sebagai pengurus pesantren yang ikut
bertanggung jawab atas keberadaan santri lain. Setiap santri
yang mukim telah lama menetap dalam pesantren secara tidak
langsung bertindak sebagai wakil kyai.
Ada dua motif seorang santri menetap sebagai santri mukim :
1) Motif menuntut ilmu artinya santri itu datang dengan
maksud menuntut ilmu dari kyainya.
2) Motif menjunjung tinggi akhlak, artinya seorang santri
belajar secara tidak langsung agar santri tersebut setelah di
pesantren akan memiliki akhlak yang terpuji sesuai dengan
akhlak kyainya.
b). Santri Kalong
Santri Kalong pada dasarnya adalah seorang murid yang
berasal dari desa sekitar pondok pesantren yang pola belajarnya
tidak dengan jalan menetap di dalam pondok pesantren,

7
Ibid hlm. 19 – 21
8

melainkan semata – mata belajar dan secara langsung pulang


ke rumah setelah belajar di pesantren.
Sebuah pesantren yang besar didukung oleh semakin banyaknya
santri yang mukim dalam pesantren di samping terdapat pula santri kalong
yang tidak banyak jumlahnya.8

5. Pengajaran Kitab – kitab Islam Klasik


Kitab – kitab Islam klasik biasanya dikenal dengan istilah kuning
yang terpengaruh oleh warna kertas. Kitab – kitab itu ditulis oleh ulama
zaman dulu yang berisikan tentang ilmu keislaman seperti : fiqih, hadist,
tafsir, maupun tentang akhlaq.
Ada dua esensinya seorang santri belajar kitab – kitab tersebut di
samping mendalami isi kitab maka secara tidak langsung juga mempelajari
bahasa Arab sebagai bahasa kitab tersebut. Oleh karena itu seorang santri
yang telah tamat belajarnya di pesantren cenderung memiliki pengetahuan
bahasa Arab. Hal ini menjadi ciri seorang santri yang telah menyelesaikan
studinya di pondok pesantren, yakni mampu memahami isi kitab dan
sekaligus juga mampu menerapkan bahasa kitab tersebut menjadi
bahasanya.9
Mastuhu mengklasifikasikan perangkat-perangkat pesantren meliputi aktor
atau pelaku seperti ustadz dan santri. Perangkat keras pesantren meliputi mesjid,
asrama, pondok dan sebagainya. Sementara perangkat lunaknya adalah tujuan
kurikulum, metode pengajaran, evaluasi, dan alat-alat penunjang pendidikan
lainnya. Namun demikian elemen-elemen pesantren tergantung pada besar
kecilnya, program pendidikan yang dijalankan pesantren. Untuk pesantren yang
berskala kecil dan hanya sekedar mengelola pondok pesantren saja, maka hanya
kelima elemen dasar tersebut yang menjadi elemen pesantren. Dan kelima elemen
inilah yang menjadi objek manajemen.

8
M. Bahri Ghazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan, (Jakarta : Pedoman
Ilmu Jaya, 2001), hlm. 22 – 23
9
Ibid.hlm 24
9

C. Struktur Organisasi Pondok pesantren


Untuk mencapai visi dan misinya, pondok pesantren membentuk struktur
organisasi. Struktur organisasi tersebut disusun beserta dengan deskripsi kerja
pada setiap bagian. Deskripsi kerja disusun sedemikian rupa sehingga dapat
bersinergi satu dengan lainnya untuk mencapai visi dan misi pondok pesantren
tersebut.
Setiap pesantren memiliki struktur organisasi sendiri-sendiri yang
berbeda-beda satu terhadap yang lain, sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Meskipun demikian, daripadanya dapat di simpulkan adanya kesamaan-kesamaan
yang menjadi ciri-ciri umum struktur organisasi pesantren, dan tampak adanya
kecenderungan perubahan yang sama di dalam menatap masa depannya, sebagai
berikut :
a. Pada dasarnya struktur organisasi pesantren dapat digolongkan menjadi
dua sayap sesuai dengan pembagian jenis nilai yang mendasarinya, yaitu
nilai agama dengan kebenaran absolut dan nilai agama dengan kebenaran
relatif.
b. Sesuai dengan hierarkis pembagian jenis nilai, maka sayap 1 mempunyai
supremasi terhadap sayap 2, dan oleh karena itu sayap 2 tidak boleh
bertentangan dengan sayap 1, apalagi kalau sampai melakukan perbuatan-
perbuatan yang melanggar akidah-syariah agama dan sunnah pondok.
c. Sayap satu dijaga oleh kyai utama dan dibantu oleh kiai-kiai dan ustadz
yang telah dinilai kemampuan ilmu agamanya oleh kyai utama. Para
pembantu kyai utama ini adalah juga santri-santri dari kyai utama. Sayap 2
dijaga oleh kyai-kyai muda, ustaz dan santri. Semua kerja sayap 2, bahkan
semua perilaku warga pesantren harus memperoleh restu dari kyai utama,
atau setidak-tidaknya diperbolehkan atau tidak dilarang oleh kyai utama.
d. Kyai utama merupakan pimpinan spritual dan tokoh kunci pesantren.
Kedudukan, kewenangan, dan kekuasaannya amat kuat. Hubungan
antarsantri, dan antara santri dan pimpinan (kiai, ustaz, dan pengurus)
bersifat kekeluargaan dan penuh hormat.
e. Pembagian kerja antar unit-unit kerja sering kali kurang tajam dan banyak
terdapat kesamaan. Misalnya antara unit yang mengurusi pendidikan dan
10

pengajaran dengan unit yang mengurusi pengajian, kehumasan,


kemasyarakatan, kesejahteraan santri, dan sebagainya sering kali
mempunyai tugas yang sama.
f. Gaya kerja dalam struktur organisasi pesantren pada umumnya masih
merupakan garis lurus ke atas, artinya setiap unit kerja bergantung pada
atasan langsung. 10

D. Kombinasi Idealisme dan Profesionalisme Pesantren


Pondok pesantren seringkali menerapkan pola manajemen yang
berorientasi pada penanaman jiwa ketulusan, keiklasan, kesukarelaan yang biasa
di kenal dengan istilah “lillahi ta’ala”. Konsep tersebut menjiwai hampir semua
aktifitas pada pondok pesantren namun konsep tersebut pada masalalu banyak
memiliki kelemahan karena tidak diimbanggi dengan kemampuan manajemen
modern tampak kurang beraturan dan kurang efisien.
Konsep pengembangan manajemen pondok pesantren harus lebih
akomodatif terhadap perubahan yang serba cepat dalam era global saat ini. Oleh
karena itu idealisme”lillahi ta’ala” tersebut harus dilapisi dengan profesionalisme
yang memadai, sehingga dapat menghasilkan kombinasi yang ideal dan utuh yaitu
idealism-profesionalisme. Dengan kombinasi konsep manajemen yang ideal
tersebut diharapkan akan tetap dapat mempertahankan eksistensi pondok
pesantren di satu sisi, serta dapat menigkatkan daya kompetitif pesantren dalam
era global di sisi lainya. Kombinasi tersebut dapat menghasilkan konsep
manajemen pondok pesantren denggan karakteristik baru yang ideal. Selain itu
juga dapat disebut sebagai Manajemen Berbasis Pondok Pesantren (MBPP).
Dengan MPBB baru tersebut diharapkan akan dapat menghasilkan karakteristik
pondok pesantren yang efektif.11

10
Evi Hanifah, MANAJEMEN PONDOK PESANTREN (Pola Manajemen
Pondok Pesantren Tradisional) dalam
https://hanivie.wordpress.com/2013/05/18/manajemen-pondok-pesantren-pola-
manajemen-pondok-pesantren-tradisional/. Diunggah pada 18 Mei 2013 pukul 10.03
WIB
11
Sholih Fikri, Sistem Mnajenem pendidikan dan Pengelolaan Pondok
Pesantren dalam http://sholihfikr.blogspot.co.id/2014/04/sistem-manajemen-pendidikan-
dan.html. Diunggah pada 01 April 2014 pukul 07.28 WIB
11

Karakteristik MBPP baru tersebut dapat dianalisis dengan pendekatan


system yaitu dari segi imput-proses-output. Hal itu didasari atas pemikiran bahwa
pondok pesantren merupakan suatu sistem sehingga menguraikan karakteristik
MBPP juga didasarkan pada proses output yang dapat menunjang perkembangan
pondok pesantren secara keseluruhan.12 Dimana karakteristik tersebut ditandai
dengan adanya pondok pesantren yang didasarkan pada input maupun ouput yang
ada.13 Uraian berikut dimulai dari output dan di akhiri dengan input mengingat
output memiliki tingkat kepentingan tertinggi, sedangakan proses memiliki
tingkat kepentingan satu tingkat lebih rendah dari pada output, dan input memiliki
tingkatan kepentinggan dua tingkat lebih rendah dari pada output.
1. Output yang diharapkan
Output pondok pesantren harus memiliki prestasi pondik pesantren
yang dihasilkan oleh proses pendidikan dan pembelajaran serta
manajemen di pondok pesantren.
Output pondok pesantren dikelompokan menjadi empat macam:
a. Output berupa prestasi penggetahuan akademik keagamaan.
b. Output berupa prestasi penggetahuan akademik umum.
c. Output berupa prestasi keterampilan atau kecakapan hidup.
d. Output berupa prestasi dalam bidang non akademik.
2. Input podok pesantren
Karakteristik dari pondok pesantren yang efektif diantaranya
adalah memiliki input dengan karakteristik sebagai berikut.
a. Adanya kebijakan, tujuan dan sasaran mutu yang jelas.
b. Sumber daya tersrdia dan siap.
c. Staf yang kopeten, berdedikasi tinggi dan berakhlakul karimah.
d. Memiliki harapan prestasi yang tinggi.
e. Focus pada pelanggan khususnya para santri.
f. Adanya imput manajemen yang memadai untuk menjalankan roda
pondok pesantren.

12
MU YAPPI, Manajemen Pengembangan Pondok Pesantren ,cet. 1(Jakarta: Media
Nusantara 2008,). hlm. 19.
13
M. Yacub, Pondok Pesantren dan Pembangunan Masyarakat Desa, (Bandung:PT.
Angkasa, 2006). hlm. 62.
12

E. Pengelolaan Sistem dalam Pendidikan Pesantren


Permasalahan seputar pengelolaan model pendidikan pondok pesantren
dalam hubunganya dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia (human
resource) merupakaan berita aktual dalam arus perbincanggan kepesantrenan
kontemporer karena pesantren dewasa ini dinilai kurang mampu mengoptimalkan
potensi yang dimilikinya namun meskipun demikian setidaknya terdapat dua
potensi besar yang dimiliki pesantren yaitu:
1. Potensi pendidikan.
2. Penggembangan masyarakat.
Meskipun demikian, tokoh yang dianggap sukses membawa sisitem
pendidikan pondok pesantren adalah Raden rahmat atau yang kita kenal dengan
Sunan Ampel. Terkait denggan sistem pengelolaan pondok pesantren dalam
interaksinya denggan perubahan sosial akibat modernisasi ataupun globalisasi,
kalangan internal pesantren sendiri sudah mulai melakukan pembenahan salah
satu bentuknya adalah pengelolaan pondok pesantren formal sekolahan mulai
tingkat SD, sampai perguruan tinggi, di lingkungan pesantren dengan
menawarkan perpaduan kurikulum keagamaan dan umum sertaperangkat
keterampila yang dirancang secara systematic dan itegralistik.
Tawaran berbagai pendidikan mulai dari SD unggulan, Madrsah Aliyah Program
Khusus (MAPK), SMP, dan SMA plus yang di kembangkan pesantrenpun cukup
kompetitif dalam menarik minat masyarakat. Sebab ada semacam jaminan
keunggulan out put yang siap bersaing dalam kehidupan sosial. Dan pesantren
dengan segala keunikan yang dimilikinya masih sangat diharapkan menjadi
penopong berkembangnya sistem pendidikan di Indonesia yang ditandai banyak
sekarang pesantren yang ada pendidikannya berupa formal dan tentunya non
formal juga.14
Ada pula sebagian pesantren yang memperbaharui sistem pendidikanya
denggan menciptakan model pendidikan modern yang tidak lain terpaku pada
sistem pengajaran klasik (wetonan,bandongan) dan materi kitab-kitab kuning.

14
A inurrofiq Dawam dan Ahmad Ta’rifin, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren,
cet. 3. (Jakarta:PT. Lista Farika Putra, 2008). hlm. 18.
13

Tetapi semua sistem pendidikan mulai dari teknik pengajaran, materi pelajaran,
sarana dan prasarananya didesain berdasarkan sistem pendidikan modern..15
Sementara itu tidak semua pesantren melakukan pengembangan sistem
pendidikannya dengan cara memperluas cangkupan wilayah garapan, masih
banyak pesantren yang masih mempertahankan sistem pendidikan tradisional dan
konvensional denggan membatasi diri pada penggajaran kitab-kitab klasik dan
pembinaan moral keagamaan semata.
Hal ini menjadi tantangan Departemen agama untuk scara terus menerus
mensosialisasikan dan mendorong pesantren-pesantren tersebut terlihat dalam
akselarasi pendidikan nasional akan dapat di tingkatkan scara drastis. Oleh sebab
itu pelibatan pesantren dalam akselerasi pendidikan nasional tidak bisa ditanggani
secara serampangan, apalagi karitatif dan birokatik tugas Departemen Agama
yang mendesak adalah bagaimana memperbesar partisipasi pesantren melalui
program-program yang sesuai dengan kebutuhan dan karakter pesantren itu
sendiri.
Salah satu bagian terpenting dalam manajemen pesantren adalah berkaitan
denggan pengelolaan keuanggan pesantren.16
Pengertian pengelolaan keuangan sendiri adalah penggurusan dan pertanggung
jawaban suatu lembaga terhadap penyandang dana baik individual maupun
lembaga. Dalam penyusunan anggaran memuat pembagian penerimaan dan
pengeluaran anggaran rutin dan anggaran pembanggunan serta anggaran
incidental jika perlu
Prinsip-prinsip pengelolaan pendidikan sebagai berikut:
1. Hemat tidak mewah, efisien, dan sesuai denggan kebutuhan
2. Terarah dan terkendali sesuai dengan rencana dan program
3. Terbuka dan transparan
4. Sedapat mungkin menggunakan kemampuan/hasil produksi dalam
negeri sejauh hal ini di mungkinkan17

15
M. Sulthon Masyhud dan M. Khusnurridlo, Manajemen Pondok Pesantren, cet. 1,
(Jakarta: Diva Pustaka, 2003).hlm.14-15.
16
MU YAPPI, Manajemen Pengembangan Pondok Pesantren, (Jakarta: Media
Nusantara, 2008), hlm. 77.
17
Binti Maunah, Landasan Pendidikan , cet. 1, (Yogyakarta: Teras, 2011). hlm.. 34
14

Pesantren perlu dibentuk organisasi orang tua santri dengan membentuk


komite pesantren yang dapat memberikan pertimbanggan dan membantu
menggontrol kebijakan program pesantren termasuk penggaliaan dan penggunaan
keuanggan pesantren.
Selanjutnya pihak pesantren bersama komite pesantren pada setiap tahun
anggaran perlu bersama-sama merumuskan rencana anggaran pendapatan dan
belanja pesantren (RAPBP) sebagai acuan bagi penggelola pesantren
melaksanakan menejemen keuanggan yang baik hal-hal yang perlu di muat dalam
RAPBP antara lain:
a. Rencana sumber pendapatan dalam satu tahun yang bersangkutan,
meliputi:
1) Konstribusi santri.
2) Sumbanggan dari individu dan organisasi.
3) Sumbanggan dari pemerintah bila ada.
4) Dari hasil usaha.
b. Rencana dalam satu tahun yang bersangkutan
Semua penggunaan uang pesantren dalam satu tahun anggaran
perlu di rencanakan dengan baik agar kehidupan pesantren dapat berjalan
dengan baik. Penggunaan uang pesantren tersebut menyangkut seluruh
pengeluaran yang berkaitan denggan kebutuhan penggelolaan pesantren,
temasuk dana operasional harian, penggembangan sarana dan prasarana
pesantren, infaq semua petugas pesantren, dana kerja sama, dan bahkan
dana praktis lain-lainya perlu di rencanakan denggan baik.
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana anggaran
pendapatan dan belanja pesantren adalah menerapkan prinsip anggaran berimbang
artinya rencana pendapatan dan pengeluaran harus seimbang diupayakan tidak
terjadi anggaran pendapatan minus.
Denggan RAPBP yang berimbang maka kehidupan pesantren akan
menjadi solid dan benar-benar kokoh dalam keuanggan yang akan menjadi kunci
dari kemendirian bagi kehidupan pesantren. Bila hal ini tercapai, kredibilitas
pesantren di mata masyarakat akan tinggi dan terpercaya. Melalui RAPBP juga
maka sentralisasi penggelolaan keuanggan terfokus pada bendaharawan pesantre.
15

Hal ini perlu dilakukan dalam rangka mempermudah pertanggung jawaban


keuanggan. Setiap penggunaan keuanggan perlu dilakukan melalui pengajuan
keuanggan secara tertulis,dan sedapat mungkin hanya program-program yang
termasuk dalam perencanaan keuangan saja yang di danai. Agar mudah
pengawasanya.
Berkaitan denggan penggelolaan keuanggan ada hal-hal yang perlu di
perhatikan oleh bendaharawan pesantren diantaranya:
a) Pada setiap akhir tahun anggaran bendaharawan harus membuat
laporan keunggan kepada komite pesantren untuk di cocokan dengan
RAPBP.
b) Laporan keuanggan harus di lampiri bukti-bukti penggeluaran yang
ada, termasuk bukti penyetoran pajak (PPN dan PPh) bila ada.
c) Kwitansi atau bukti-bukti pembelian atau bukti penerimaan
honorarium atau bantuan atau bukti penggeluaran yang lain yang sah.
d) Neraca keuanggan juga harus di tunjukan untuk di periksa oleh tim
bertanggung jawaban keuanggan dari komite pesantren.18

18
MU YAPPI, Manajemen Pengembangan Pondok Pesantren, (Jakarta: Media
Nusantara, 2008), hlm. 73.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Manajemen pondok pesantren adalah sarana yang bertugas sebagai perangkat


organisasi yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung
dalam pondok pesantren

Sudah menjadi common sense bahwa pesantren lekat dengan figure kyai. Kyai
dalam pesantren merupakan figure pesantren sentral, otoritatif, dan pusat seluruh
kebijakan dan perubahan. Hal ini erat kaitanya denggan dua faktor :

 Pertama, kepemimpinan yang tersentralisasi pada individu yang bersandar


pada karisma serta hubungan yang bersifat patemalistik. Kebanyakan
pesantren menganut pola mono manjemen dan mono administrasi sehingga
tidak ada delegasi kewenanggan ke unit-unit kerja yang ada dalam
organisasi.
 Kedua, kepemilikan pesantren bersifat individual atau keluarga bukan
komunal. Otoritas individu kyai sebagai pendiri skaligus pengasuh pesantren
sanggat besar dan tidak bisa di ganggu gugat. Faktor nasab atau keturnan
juga kuat sehingga kyai bisa mewariskan kepemimpinan pesantren kepada
anak ( istilahnya putra mahkota) yang di percaya pada komponen pesantren
yang berani memprotes. Sistem seperti ini kerap kali menggundang sindiran
bahwa pesantren seperti kerajaan kecil.

2. Elemen-elemen pesantren meliputi lima elemen dasar yaitu; kyai, santri, podok,
mesjid dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik atau yang sering disebut dengan
kitab kuning.

3. Dalam struktur organisasi pesantren peran kyai sangat menonjol, kyai sering kali
menempapti atau bahkan ditempatkan sebagai pemimpin tunggal yang
mempunyai kelebihan (maziyah) yang tidak dimiliki oleh masyarakat pada
umumnya.

16
17

4. Pondok pesantren seringkali menerapkan pola manajemen yang berorientasi pada


penanaman jiwa ketulusan, keiklasan, kesukarelaan yang biasa di kenal dengan
istilah “lillahi ta’ala”. Konsep tersebut menjiwai hampir semua aktifitas pada
pondok pesantren namun konsep tersebut pada masalalu banyak memiliki
kelemahan karena tidak diimbanggi dengan kemampuan manajemen modern
tampak kurang beraturan dan kurang efisien.
5. Pengelolaan model pendidikan pondok pesantren dalam hubunganya dengan
peningkatan kualitas sumberdaya manusia (human resource) merupakaan berita
aktual dalam arus perbincanggan kepesantrenan kontemporer karena pesantren
dewasa ini dinilai kurang mampu mengoptimalkan potensi yang dimilikinya
namun meskipun demikian setidaknya terdapat dua potensi besar yang dimiliki
pesantren yaitu:
1. Potensi pendidikan.
2. Penggembangan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Dawam, A inurrofiq dan Ta’rifin, Ahmad. 2008. Manajemen Madrasah Berbasis


Pesantren, Jakarta:PT. Lista Farika Putra.
Ghazali, M. Bahri. 2001. Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan, Jakarta
: Pedoman Ilmu Jaya.
Hanifah, Evi. 2013. Manajemen Pondok Pesantren, (Pola Manajemen Pondok
Pesantren Tradisional), dalam
https://hanivie.wordpress.com/2013/05/18/manajemen-pondok-pesantren-
pola-manajemen-pondok-pesantren-tradisional/.
Laili, Ismi Nur. 2015. Sistem Manajemen Pondok Pesantren, dalam
http://isminurlailil27.blogspot.co.id/2015/12/sistem-manajemen-pondok-
pesantren.html.
Manullang, M. 1996. Dasar – dasar Manajemen, Jakarta : Ghalia Indonesia.
Masyhud, M. Sulthon dan Khusnurridlo, M. 2003. Manajemen Pondok Pesantren,
Jakarta: Diva Pustaka.
Mauliedia, Sophie. 2011. Manajemen Pendidkan Pondok Pesantre, dalam
http://rascalshelvy.blogspot.co.id/2011/06/manajemen-pendidikan-
pondok-pesantren.html
Maunah, Binti. 2011. Landasan Pendidikan , Yogyakarta: Teras.
Sholih Fikri, Sistem Mnajenem pendidikan dan Pengelolaan Pondok Pesantren
dalam http://sholihfikr.blogspot.co.id/2014/04/sistem-manajemen-
pendidikan-dan.html.
Yacub, M. 2006. Pondok Pesantren dan Pembangunan Masyarakat Desa,
Bandung:PT. Angkasa
YAPPI, MU. 2008 Manajemen Pengembangan Pondok Pesantren. Jakarta: Media
Nusantara

Anda mungkin juga menyukai