Dosen Pengampu:
Oleh:
PAI – SMT 4
Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama Islam.
Kemudian dari pada itu, kami sadar bahwa dalam menyusun makalah ini
banyak yang membantu terhadap usaha kami, mengingat hal itu dengan segala
hormat kami sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut kami hanya dapat berdo'a
dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi
amal soleh di mata Allah SWT. Amin.
Dan dalam penyusunan makalah ini kami sadar bahwa masih banyak
kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu kami mengharapkan kritikan positif,
sehingga bisa diperbaiki seperlunya.
(PENYUSUN)
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan .................................................................. 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam prinsip ajaran Islam segala sesuatu tak boleh dilakukan secara asal-asalan
melainkan harus dilakukan secara rapi benar tertib dan teratur dan proses-proses
juga harus diikuti dengan tertib.
Maka dari itu, dalam rangka menjadi menjadi pondok pesantren yang
ideal, perlu diadakan manajemen pengelolaan serta pengembangan podok
pesantren tersebut. Dengan begitu segala potensi yang dimiliki pondok pesantren
dapat tereksplore secara optimal. Sehingga pondok pesantren mampu memberikan
1
2
andil yang besar terhadap masyarakat Tentu, reformasi pesantren dalam dinamika
yang panjang dimaksudkan uuntuk mencari format yang ideal peningkatan mutu
pendidikan pesantren.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian manajemen pondok pesantren ?
2. Apa saja elemen-elemen Pondok Pesantren ?
3. Bagaimana Struktur Pengurusan Pondok pesantren ?
4. Bagaimana Kombinasi Idealisme dan Profesionalisme Pesantren ?
5. Bagaimana langkah Pengelolaan Sistem dalam Pendidikan Pesantren ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui pengertian manajemen pondok pesantren
2. Untuk Mengetahui elemen-elemen Pondok Pesantren
3. Untuk Mengetahui Struktur Pengurusan Pondok pesantren
4. Untuk Mengetahui Kombinasi Idealisme dan Profesionalisme Pesantren
5. Untuk Mengetahui Pengelolaan Sistem dalam Pendidikan Pesantren
BAB II
PEMBAHASAN
1
Evi Hanifah, Manajemen Pondok Pesantren, (Pola Manajemen Pondok
Pesantren Tradisional), dalam https://hanivie.wordpress.com/2013/05/18/manajemen-
pondok-pesantren-pola-manajemen-pondok-pesantren-tradisional/ Diunggah pada 18
Mei 2013 pukul 20.19 WIB
2
M. Manullang, Dasar – dasar Manajemen, (Jakarta : Ghalia Indonesia,
1996), hlm. 2
3
Sophie Mauliedia, Manajemen Pendidkan Pondok Pesantre, dalam
http://rascalshelvy.blogspot.co.id/2011/06/manajemen-pendidikan-pondok-
pesantren.html Diunggah pada 06 juni 2011 pukul 13.07 WIB
3
4
4
Ismi Nur Laili, Sistem Manajemen Pondok Pesantren, dalam
http://isminurlailil27.blogspot.co.id/2015/12/sistem-manajemen-pondok-pesantren.html.
Diunggah pada 03 Desember 2015 pukul 14.54 WIB
5
M. Sulthon Masyhud dan M. Khusnurridlo, 2003, Manajemen Pondok Pesantren,
cet. 1, (Jakarta: Diva Pustaka).14-15.
5
itu dapat difahami bahwa masjid tidak hanya terbatas pada pandangan
materialistik, melainkan pandangan idealistik immaterialistik termuat
didalamnya.
Pemikiran materialistik mengarah kepada keberadaan masjid
sebagai suatu bangunan yang dapat ditangkap oleh mata. Dalam hal ini
secara sederhana masjid adalah tempat sujud. Sujud adalah symbol
kepatuhan seorang hamba kepada Khaliqnya. Oleh karena itu seluruh
kegiatan yang mengambil tempat di masjid tentu memiliki nilai ibadah
yang tinggi. Artinya proses kegiatan itu hanya mengharapkan keridhoan
Allah yang bersifat Ilahiyah, berkaitan dengan pahala dan balasan dari
Allah.
Didunia pesantren masjid dijadikan ajang atau sentral kegiatan
pendidikan Islam baik dalam pengertian modern maupun tradisional.
Dalam konteks yang lebih jauh masjidlah yang menjadi pesantren pertama,
tempat berlangsungnya proses belajar – mengajar adalah masjid. Dapat
juga dikatakan masjid identik dengan pesantren. Seorang kyai yang ingin
mengembangkan sebuah pesantren biasanya pertama – tama akan
mendirikan masjid di dekat rumahnya.
Paling tidak didirikan surau di sebelah rumah kyai yang kemudian
dikembangkan menjadi masijd sebagai basis berdirinya pondok pesantren.
Di dalam masijd para santri dibina mental dan dipersiapkan agar mampu
mandiri dibidang ilmu keagamaan. Oleh karena itu masjid di samping
dijadikan wadah (pusat) pelaksanaan ibadah juga sebagai tempat latihan.
Latihan seperti muhadharah, qiro’ah dan membaca kitab yang ditulis oleh
para ulama abad 15 (pertengahan) yang dikenal sebagai kitab kuning yang
merupakan salah satu ciri pesantren. Pelaksanaan kajiannya dengan cara
bandongan, sorogan, dan wetonan, pada hakekatnya merupakan metode
klasik yang dilaksanakan dalam proses belajar – mengajar dengan pola
seorang kyai langsung bertatapan dengan santrinya dalam mengkaji dan
menelaah kitab – kitab tersebut.6
6
M. Bahri Ghazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan, (Jakarta : Pedoman
Ilmu Jaya, 2001), hlm. 18 – 19
6
2. Pondok
Setiap pesantren pada umumnya memiliki pondokan. Pondok
dalam pesantren pada dasarnya merupakan dua kata yang sering
penyebutannya tidak dipisahkan menjadi “Pondok Pesantren”. yang berarti
keberadaan pondok dalam pesantren merupakan wadah penggemblengan,
pembinaan dan pendidikan serta pengajaran ilmu pengetahuan.
Kedudukan pondok bagi para santri sangatlah esensial sebab
didalamnya santri tinggal belajar dan ditempa diri pribadinya dengan
control seorang ketua asrama atau kyai yang memimpin pesantren itu.
Dengan santri tinggal di asrama berarti dengan mudah kyai mendidik dan
mengajarkan segala bentuk jenis ilmu yang telah ditetapkan sebagai
kurikulumnya. Begitu pula melalui pondok santri dapat melatih diri
dengan ilmu – ilmu praktis seperti kepandaian berbahasa : Arab dan
Inggris juga mampu menghafal Al – Qur’an begitu pula ketrampilan yang
lain. Sebab di dalam pondok pesantren santri saling kenal – mengenal dan
terbina kesatuan mereka untuk saling isi – mengisi dan melengkapi diri
dengan ilmu pengetahuan.
3. Kyai
Ciri yang paling esensial bagi suatu pesantren adalah adanya
seorang kyai. Kyai pada hakekatnya adalah gelar yang diberikan kepada
seseorang yang mempunyai ilmu di bidang agama dalam hal ini agama
Islam. Terlepas dari anggapan kyai sebagai gelar yang sacral, maka
sebutan kyai muncul di dunia pondok pesantren. Dalam tulisan ini kyai
merupakan suatu personifikasi yang sangat erat kaitannya dengan suatu
pondok pesantren.
Keberadaan kyai dalam pesantren sangat sentral sekali. Suatu
lembaga pendidikan Islam disebut pesantren apabila memliki tokoh sentral
yang disebut kyai. Jadi kyai di dalam dunia pesantren sebagai penggerak
dalam mengemban dan mengembangkan pesantren sesuai dengan pola
yang dikehendaki. Di tangan sorang kyailah pesantren itu berada. Oleh
karena itu kyai dan pesantren merupakan dua sisi yang selalu berjalan
7
4. Santri
Istilah santri hanya terdapat di pesantren sebagai pengejawantahan
adanya peserta didik yang haus akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh
seorang kyai yang memimpin sebuah pesantren. Oleh karena itu santri
pada dasarnya berkaitan erat dengan keberadaan kyai dan pesantren.
Di dalam proses belajar mengajar ada dua tipologi santri yang
belajar di pesantren berdasarkan hasil penelitian Zamakhsyari Dhofier:
a). Santri Mukim
Santri Mukim yaitu santri yang menetap, tinggal bersama
kyai dan secara aktif menuntut ilmu dari seorang kyai. Dapat
juga secara langsung sebagai pengurus pesantren yang ikut
bertanggung jawab atas keberadaan santri lain. Setiap santri
yang mukim telah lama menetap dalam pesantren secara tidak
langsung bertindak sebagai wakil kyai.
Ada dua motif seorang santri menetap sebagai santri mukim :
1) Motif menuntut ilmu artinya santri itu datang dengan
maksud menuntut ilmu dari kyainya.
2) Motif menjunjung tinggi akhlak, artinya seorang santri
belajar secara tidak langsung agar santri tersebut setelah di
pesantren akan memiliki akhlak yang terpuji sesuai dengan
akhlak kyainya.
b). Santri Kalong
Santri Kalong pada dasarnya adalah seorang murid yang
berasal dari desa sekitar pondok pesantren yang pola belajarnya
tidak dengan jalan menetap di dalam pondok pesantren,
7
Ibid hlm. 19 – 21
8
8
M. Bahri Ghazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan, (Jakarta : Pedoman
Ilmu Jaya, 2001), hlm. 22 – 23
9
Ibid.hlm 24
9
10
Evi Hanifah, MANAJEMEN PONDOK PESANTREN (Pola Manajemen
Pondok Pesantren Tradisional) dalam
https://hanivie.wordpress.com/2013/05/18/manajemen-pondok-pesantren-pola-
manajemen-pondok-pesantren-tradisional/. Diunggah pada 18 Mei 2013 pukul 10.03
WIB
11
Sholih Fikri, Sistem Mnajenem pendidikan dan Pengelolaan Pondok
Pesantren dalam http://sholihfikr.blogspot.co.id/2014/04/sistem-manajemen-pendidikan-
dan.html. Diunggah pada 01 April 2014 pukul 07.28 WIB
11
12
MU YAPPI, Manajemen Pengembangan Pondok Pesantren ,cet. 1(Jakarta: Media
Nusantara 2008,). hlm. 19.
13
M. Yacub, Pondok Pesantren dan Pembangunan Masyarakat Desa, (Bandung:PT.
Angkasa, 2006). hlm. 62.
12
14
A inurrofiq Dawam dan Ahmad Ta’rifin, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren,
cet. 3. (Jakarta:PT. Lista Farika Putra, 2008). hlm. 18.
13
Tetapi semua sistem pendidikan mulai dari teknik pengajaran, materi pelajaran,
sarana dan prasarananya didesain berdasarkan sistem pendidikan modern..15
Sementara itu tidak semua pesantren melakukan pengembangan sistem
pendidikannya dengan cara memperluas cangkupan wilayah garapan, masih
banyak pesantren yang masih mempertahankan sistem pendidikan tradisional dan
konvensional denggan membatasi diri pada penggajaran kitab-kitab klasik dan
pembinaan moral keagamaan semata.
Hal ini menjadi tantangan Departemen agama untuk scara terus menerus
mensosialisasikan dan mendorong pesantren-pesantren tersebut terlihat dalam
akselarasi pendidikan nasional akan dapat di tingkatkan scara drastis. Oleh sebab
itu pelibatan pesantren dalam akselerasi pendidikan nasional tidak bisa ditanggani
secara serampangan, apalagi karitatif dan birokatik tugas Departemen Agama
yang mendesak adalah bagaimana memperbesar partisipasi pesantren melalui
program-program yang sesuai dengan kebutuhan dan karakter pesantren itu
sendiri.
Salah satu bagian terpenting dalam manajemen pesantren adalah berkaitan
denggan pengelolaan keuanggan pesantren.16
Pengertian pengelolaan keuangan sendiri adalah penggurusan dan pertanggung
jawaban suatu lembaga terhadap penyandang dana baik individual maupun
lembaga. Dalam penyusunan anggaran memuat pembagian penerimaan dan
pengeluaran anggaran rutin dan anggaran pembanggunan serta anggaran
incidental jika perlu
Prinsip-prinsip pengelolaan pendidikan sebagai berikut:
1. Hemat tidak mewah, efisien, dan sesuai denggan kebutuhan
2. Terarah dan terkendali sesuai dengan rencana dan program
3. Terbuka dan transparan
4. Sedapat mungkin menggunakan kemampuan/hasil produksi dalam
negeri sejauh hal ini di mungkinkan17
15
M. Sulthon Masyhud dan M. Khusnurridlo, Manajemen Pondok Pesantren, cet. 1,
(Jakarta: Diva Pustaka, 2003).hlm.14-15.
16
MU YAPPI, Manajemen Pengembangan Pondok Pesantren, (Jakarta: Media
Nusantara, 2008), hlm. 77.
17
Binti Maunah, Landasan Pendidikan , cet. 1, (Yogyakarta: Teras, 2011). hlm.. 34
14
18
MU YAPPI, Manajemen Pengembangan Pondok Pesantren, (Jakarta: Media
Nusantara, 2008), hlm. 73.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sudah menjadi common sense bahwa pesantren lekat dengan figure kyai. Kyai
dalam pesantren merupakan figure pesantren sentral, otoritatif, dan pusat seluruh
kebijakan dan perubahan. Hal ini erat kaitanya denggan dua faktor :
2. Elemen-elemen pesantren meliputi lima elemen dasar yaitu; kyai, santri, podok,
mesjid dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik atau yang sering disebut dengan
kitab kuning.
3. Dalam struktur organisasi pesantren peran kyai sangat menonjol, kyai sering kali
menempapti atau bahkan ditempatkan sebagai pemimpin tunggal yang
mempunyai kelebihan (maziyah) yang tidak dimiliki oleh masyarakat pada
umumnya.
16
17