BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TB) sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat di dunia walaupun upaya penanggulangan TB
telah dilaksanakan di banyak negara sejak tahun 1995. Menurut laporan
WHO tahun 2015, ditingkat global diperkirakan 9,6 juta kasus TB baru
dengan 3,2 juta kasus diantaranya adalah perempuan. Dengan 1,5 juta
kematian karena TB dimana 480.000 kasus adalah perempuan. Dari kasus TB
tersebut ditemukan 1,1 juta (12%) HIV positif dengan kematian 320.000
orang (140.000 orang adalah perempuan) dan 480.000 TB Resistan Obat
(TB-RO) dengan kematian 190.000 orang. Dari 9,6 juta kasus TB baru,
diperkirakan 1 juta kasus TB Anak (di bawah usia 15 tahun) dan 140.000
kematian/tahun (Permenkes No.67 Tahun 2016).
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana efektifitas
pendidikan kesehatan dengan metode konseling terhadap perubahan
perilaku pasien TB Paru di RSUD Malingping Tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya perubahan perilaku pasien TB Paru di RSUD
Malingping Tahun 2020 sebelum dilakukan pendidikan kesehatan
dengan metode konseling
b. Diketahuinya perubahan perilaku pasien TB Paru di RSUD
Malingping Tahun 2020 sesudah dilakukan pendidikan kesehatan
dengan metode konseling
c. Diketahuinya efektifitas sebelum dan sesudah pemberian pendidikan
kesehatan dengan metode konseling terhadap perubahan perilaku
pasien TB Paru di RSUD Malingping Tahun 2020
D. MANFAAT PENELITIAN
2. Bagi peneliti
Peneliti mendapatkan pengalaman dalam melakukan penelitian dan hasil
dari penelitian dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi pendidikan
Memberi masukan pada institusi pendidikan mengenai efektifitas
pendidikan kesehatan dengan metode konseling terhadap perubahan
perilaku pasien TB Paru. Selain itu hasil penelitian ini dapat dijadikan
bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
E. RUANG LINGKUP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TUBERKULOSIS
1. Pengertian TB
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang di sebabkan oleh
kuman Mycobacterium Tuberculosis. Terdapat beberapa jenis spesies
Mycobacterium, antara lain: Mycobacterium Tuberculosis,
Mycobacterium Africanum, Mycobacterium Bovis, Mycobacterium
Leprae dsb. Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA).
Kelompok bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis
yang bisa menimbulkan gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai
MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa
mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TB.
3. Penularan TB
a. Sumber Penularan TB
Sumber penularan adalah pasien TB terutama pasien yang
mengandung kuman TB dalam dahaknya. Pada waktu batuk atau
bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak (droplet / percik renik). Infeksi akan terjadi apabila
seseorang menghirup udara yang mengandung percikan dahak
yang infeksius. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak yang mengandung kuman sebanyak 0-3500
Mycobacterium Tuberculosis. Sedangkan kalau bersin dapat
mengeluarkan sebanyak 4500 – 1.000.000 Mycobacterium
4. Penatalaksanaan TB
a. Pencegahan Tuberkulosis
Pencegahan dilakukan untuk mengurangi resiko terjangkit virus
Tuberkulosis. Pencegahan dilakukan oleh semua tingkat kesehatan,
baik tenaga kesehatan, penderita, maupun masyarakat sekitar
penderita.
1) Pencegahan oleh petugas kesehatan
Memberikan vaksin imunisasi BCG secara rutin kepada balita,
tujuannya untuk mecegah terjadinya kasus infeksi TB yang
lebih berat. Melakukan upaya tempo (temukan pasien, pisahkan
secara aman, dan obati secara tepat) untuk mencegah pajanan
kuman TB kepada petugas kesehatan. Menggunakan masker
khusus dengan efisiensi tinggi yaitu N95 atau FFP2 (health care
particular respirator) untuk melindungi dari partikel < 5 mikron
yang dibawa melalui udara, menggunakan sarung tangan, lalu
mencuci tangan setelah kontak dengan pasien TB.
2) Pencegahan dilakukan pasien TB
a) Tidak bepergian ke manapun selama beberapa minggu
menjalani pengobatan, sebagai usaha pencegahan TB agar
tidak menular
5. Pengobatan TB
Pengobatan TB adalah pengobatan jangka panjang, biasanya selama 6-9
bulan dengan paling sedikit 3 macam obat. Pengobatan simtomatik
diberikan untuk meredakan batuk, menghentikan perdarahan dan
keluhan lainnya, sedangkan pengobatan suportif diberikan untuk
meningkatkan kondisi kesehatan dan daya tahan tubuh penderita.
3) Gagal
Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya positif atau kembali
menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan,
atau kapan saja apabila selama dalam pengobatan diperoleh
hasil laboratorium yang menunjukkan adanya resistensi OAT.
4) Meninggal
Pasien yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab
apapun.
5) Putus berobat (lost to follow-up)
Pasien yang tidak berobat selama 2 bulan berturut-turut atau
lebih sebelum masa pengobatannya selesai.
6) Pindah (transfer out)
Pasien yang dipindah ke unit pencatatan dan pelaporan
(register) lain dan hasil pengobatannya tidak diketahui.
7) Tidak Dievaluasi
8) Pasien TB yang tidak diketahui hasil akhir pengobatannya.
c. Tahapan Pengobatan TB
1) Tahap awal
Pengobatan diberikan setiap hari. Pengobatan pada tahap ini
dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman
yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari
sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resisten sejak
sebelum pasien mendapatkan pengobatan. Pengobatan pada
tahap awal diberikan selama 2 bulan. Pada umumnya dengan
pengobatan secara teratur dan tanpa adanya penyulit, daya
penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan selama 2
minggu.
2) Tahap lanjut
Pengobatan pada tahap ini bertujuan untuk membunuh sisa-sisa
kuman yang masih ada dalam tubuh, khususnya kuman persisten
sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya
B. PENDIDIKAN KESEHATAN
5. Media Pendidikan
Media sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Alat-
alat bantu tersebut mempunyai fungsi sebagai berikut (Notoadmojo,
2012) :
a. Menimbulkan minat sasaran pendidikan
b. Mencapai sasaran yang lebih banyak
c. Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman
d. Menstimulasi sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan –pesan
yang diterima oran lain
e. Mempermudah penyampaian bahan atau informasi kesehatan
f. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran/ masyarakat
g. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih
mendalami, dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik
h. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh
2) Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu
untuk menstimulasi indra pendengar pada waktu penyampaian
bahan pendidikan/pengajaran
3) Alat bantu lihat-dengar (audio visual aids)
b. Berdasarkan pembuatannya dan penggunaannya
1) Alat peraga atau media yang rumit, seperti film, film strip, slide,
dan sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor
2) Alat peraga sederhana, yang mudah dibuat sendiri dengan bahan
– bahan setempat
c. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur media kesehatan
1) Media Cetak
a) Leaflet
Merupakan bentuk penyampaian informasi kesehatan
melalui lembaran yang dilipat. Keuntungan menggunakan
media ini antara lain : sasaran dapat menyesuaikan dan
belajar mandiri serta praktis karena mengurangi kebutuhan
mencatat, sasaran dapat melihat isinya disaat santai dan
sangat ekonomis, berbagai informasi dapat diberikan atau
dibaca oleh anggota kelompok sasaran, sehingga bisa
didiskusikan, dapat memberikan informasi yang detail yang
mana tidak diberikan secara lisan, mudah dibuat,
diperbanyak dan diperbaiki serta mudah disesuaikan dengan
kelompok sasaran. Sementara itu ada beberapa kelemahan
dari leaflet yaitu : tidak cocok untuk sasaran individu per
individu, tidak tahan lama dan mudah hilang, leaflet akan
menjadi percuma jika sasaran tidak diikutsertakan secara
aktif, serta perlu proses penggandaan yang baik. (Lucie,
2010)
b) Booklet
Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan-
pesan kesehatan dalam bentuk tulisan dan gambar. Booklet
sebagai saluran, alat bantu, sarana dan sumber daya
c) Flyer (selembaran)
d) Flip chart (lembar balik)
Media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam
bentuk buku di mana tiap lembar berisi gambar peragaan
dan lembaran baliknya berisi kalimat sebagai pesan
kesehatan yang berkaitan dengan gambar. Keunggulan
menggunakan media ini antara lain : mudah dibawa, dapat
dilipat maupun digulung, murah dan efisien, dan tidak perlu
peralatan yang rumit. Sedangkan kelemahannya yaitu terlalu
kecil untuk sasaran yang berjumlah relatif besar, mudah
robek dan tercabik. (Lucie, 2010)
2) Media Elektronik
a) Video dan film strip
Keunggulan penyuluhan dengan media ini adalah dapat
memberikan realita yang mungkin sulit direkam kembali
oleh mata dan pikiran sasaran, dapat memicu diskusi
mengenai sikap dan perilaku, efektif untuk sasaran yang
jumlahnya relatif penting dapat diulang kembali, mudah
digunakan dan tidak memerlukan ruangan yang gelap.
Sementara kelemahan media ini yaitu memerlukan
sambungan listrik, peralatannya beresiko untuk rusak, perlu
adanya kesesuaian antara kaset dengan alat pemutar,
membutuhkan ahli profesional agar gambar mempunyai
C. KONSEP KONSELING
1. Pengertian Konseling
Berikut ini pengertian konseling menurut beberapa ahli:
a) proses interaksi anatara dua orang individu (konselor dan klien),
dalam suasana profesional, yang berfungsi dan bertujuan untuk
memudahkan perubahan tingkah laku klien (Prayitno dan Amti, cit
Pepinsky. 2008).
b) Bentuk hubungan antara dua orang, yaitu klien yang dibantuk untuk
lebih mampu menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya
sendiri dan lingkungannya (Yusuf dan Nurihsan,2010).
2. Tujuan Konseling
4. Proses Konseling
Dalam praktik dokter keluarga, proses konseling dapatr digambarkan
sebagai suatu proses yang terdiri dari tiga tahapan:
D. PERILAKU
1. Definisi Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.
Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku
manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar
(Notoatmodjo, 2003). Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh
Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon
atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.
2. Bentuk Perilaku
Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap
rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu tersebut.
Secara garis besar bentuk perilaku ada dua macam, yaitu :
a) Perilaku Pasif (respons internal)
Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu
dan tidak dapat diamati secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap
belum ada tindakan yang nyata.
b) Perilaku Aktif (respons eksternal)
Perilaku yang sifatnya terbuka, perilaku aktif adalah perilaku yang
dapat diamati langsung, berupa tindakan yang nyata.
3. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah tanggapan seseorang terhadap rangsangan
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan dan lingkungan. Respon atau reaksi organisme dapat
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan teori yang telah di jelaskan pada tinjauan pustaka dan uraian
latar belakang maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas
pendidikan kesehatan dengan metode konseling terhadap perubahan perilaku
pasien TB Paru di RSUD Malingping Tahun 2020. Dari uraian tersebut,
skematik kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :
Pendidikan Kesehatan
Perilaku Pasien TB Paru
dengan Metode Konseling
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Definisi
No Variabel Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1. Pendidikan Kegiatan - - -
Kesehatan menyampaikan
dengan informasi
Metode dengan metode
Konseling konseling yang
berisi tentang
penyakit TB
Paru
2. Perilaku Suatu hal yang Kuesioner Nilai minimal Numerik
Pasien TB sering dilakukan 17 dan nilai
Paru atau sudah maksimal 68
menjadi
kebiasaan pasien
TB Paru
terhadap TB
Paru yang
dideritanya dan
lingkungan
sekitar
rumahnya
C. Hipotesis Penelitian
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Keterangan :
01 = Perilaku pasien TB Paru di RSUD Malingping sebelum dilakukan
intervensi pendidikan kesehatan dengan metode konseling
X = Intervensi pendidikan kesehatan dengan metode konseling
02 = Perilaku pasien TB Paru di RSUD Malingping sesudah dilakukan
intervensi pendidikan kesehatan dengan metode konseling
1. Populasi
populasi adalah seluruh kesatuan kasus yang menjadikan peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian (Polit & Beck, 2012). Populasi dalam
penelitian ini adalah Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang
berkunjung ke RSUD Malingping yang berdiagnosa medis TB Paru
kasus berulang. Adapun jumlah kasus tersebut dari bulan Januari sampai
dengan bulan Oktober 2019 sebanyak 27 responden.
2. Sampel
Sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misal karena keterbatasan
dana, tenaga dan waktu, maka peneliti akan mengambil sampel dari
populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan
diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari
populasi harus betul-betul representative ( Sugiyono, 2014).
D. Instrumen Penelitian
kadang-kadang diberi nilai 3, jawaban sering diberi nilai 2, dan selalu diberi
niali 1.
Keterangan :
R : Koefisien Koreklasi
N : Jumlah responden
∑X : Jumlah jawaban responden untuk instrumen ke X
∑Y : Jumlah jawaban responden untuk keseluruhan instrumen
∑X² : Jumlah jawaban responden untuk keseluruhan instrumen yang
dikuadratkan
∑Y² : Jumlah jawaban responden untuk instrumen ke X yang
dikuadratkan
lebih besar dari r tabel dan dikatakan tidak valid jika r hitung lebih kecil
dari r tabel (Hastono, 2002).
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada tanggal 19-20 Januari 2018
di RSUD Adjidarmo Lebak, pada pasien Tb Paru di Poliklinik Paru
sebanyak 10 orang. Karena menurut Notoatmodjo (2010), bahwa
responden yang digunakan untuk uji coba sebaiknya harus memiliki ciri-
ciri responden dari tempat dimana penelitian itu dilaksanakan.
Hasil uji validitas untuk instrumen penelitian tentang perilaku yaitu dari
20 item pertanyaan terdapat 3 item pertanyaan (nomor 13,16,20) yang
kurang dari r tabel (0,632) artinya 3 item pertanyaan tersebut tidak valid
dan sisanya (17 pertanyaan) lebih besar dari r tabel (0,632). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa 17 pertanyaan valid, adapun nilai r hitung
terendah pada instrumen tentang perilaku yaitu (0,408) dan r hitung
tertingginya (0,967).
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoadmodjo, 2010).
Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan one shot atau sekali ukur perhitungan dilakukan dengan
system komputer. Suatu instrumen dikatakan reliabel bila r α ≥ r tabel,
dan dikatakan tidak reliabel bila r α < r tabel. Langkah-langkah yang
digunakan antara lain menggunakan kuesioner kepada sejumlah
responden, kemudian dihitung validitas masing-masing pertanyaannya.
Pertanyaan-pertanyaan yang valid dihitung, sedangkan yang tidak valid
dibuang. Pertanyaan yang sudah valid dilakukan uji reliabilitas dengan
cara membandingkan nilai r tabel dengan nilai r hasil, nilai r hasil adalah
nilai alpha yang terletak di akhir output (Hastono, 2002).
Hasil uji reliabilitas untuk pertanyaan perilaku didapatkan nilai
Cronbach’s Alpha sebesar 0,967. Kemudian nilai tersebut dibandingkan
dengan nilai r tabel (0,632). Dari perbandingan nilai tersebut didapatkan
nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari r tabel maka dapat disimpulkan
instrument tersebut reliable. Nilai Cronbach’s Alpha tersebut juga bisa
dibandingkan dengan ketentuan menurut Nunnaly (1967) dalam Santoso,
S (2014). Nunnally (1967) mengatakan batas minimal reliabilitas
menggunakan Cronbach Alpha adalah 0,6. Perbandingan nilai
Cronbach’s Alpha pada pertanyaan perilaku lebih besar dari 0,6 maka
dapat disimpulkan instrument tersebut reliable. Selanjutnya instrumen
tersebut dapat digunakan untuk instrumen penelitian.
1. Pengelolaan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap
yaitu editing, coding, entering, tabulating, cleaning dan analyzing
dengan penjelasan berikut:
a) Editing dilakukan dengan memeriksa kembali data yang telah
diperoleh, melakukan pemeriksaan kelengkapan data, jika masih ada
yang kurang maka data akan dilengkapi dan jika ada kekeliruan akan
diperbaiki. Pada tahap ini peneliti memastikan bahwa instrumen
sudah lengkap dan diisi dengan benar.
b) Coding, Peneliti memberi kode pada data menjadi bentuk angka
untuk memudahkan proses analisis data.
c) Entering dilakukan dengan memasukkan data ke dalam komputer
untuk dilakukan analisa data.
d) Tabulating yaitu mengelompokan data kedalam kategori yang telah
ditentukan dan dilakukan tabulasi. Proses tabulasi data meliputi
mempersiapkan tabel dan kolom dan baris yang telah disusun cermat
sesuai kebutuhan, menghitung banyaknya frekuensi untuk tiap
kategori jawaban, menyusun distribusi dan tabel frekuensi dengan
tujuan agar data dapat tersusun rapih, mudah untuk dibaca dan
dianalisis.
e) Cleaning merupakan proses pembersihan data. Data yang telah
dimasukkan kedalam program komputer diperiksa kembali
kebenarannya dengan cara melihat missing, variasi dan
konsistensinya data.
f) Anayizing dilakukan dengan menganalisis data yang didapat dan
melakukan interprestasi data.
2. Analisis Data
a) Analisis univariat
Peneliti menggunakan analisis deskriptif (frekuensi dan presentase)
untuk mendeskripsikan variabel yang diteliti dengan menggunakan
uji analisis deskriptif. Analisis univariat penelitian ini yaitu
mengenai perilaku. Tujuan analisa univariate ini untuk melihat
kelayakan data dan mengetahui gambaran atau deskripsi dari
variabel penelitian Dalam analisis ini data disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi, ukuran tendensi sentral atau grafik dari
tiap variabel.
b) Analisis Bivariat
Tahap analisis berikutnya adalah analisis bivariat untuk mengetahui
interaksi dua variabel yaitu perubahan perilaku pasien Tb Paru di
RSUD Malingping sebelum dan sesudah pemberian pendidikan
kesehatan dengan metode konseling serta membuktikan hipotesis
penelitian. Sebelum melakukan analisis bivariat, peneliti melakukan
uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov
untuk sampel besar dan uji shapiro-wilk untuk sampel kecil. Dengan
nilai kemaknaan p > 0,005 maka disimpulkan data berdistribusi
normal. Berdasarkan distribusi normal dengan Central Limit Theory,
sample penelitian disebut besar jika subjek yang diteliti lebih dari
atau sama dengan 30 responden dan disebut sampel kecil jika subjek
dibawah 30 responden (Saryono dan Anggraeni, 2013).
Analisa data yang digunakan untuk menentukan uji statistik yang
dipakai adalah nilai pretest dan posttest, dilakukan uji t test
berpasangan untuk data berdistribusi normal, apabila data tidak
berdistribusi normal dapat dilakukan transformasi data, jika variabel
hasil transformasi tidak berdistribusi normal maka dipilih uji
Wilcoxon.
H. Alur Penelitian