CROSS SECTIONAL
Disusun Oleh :
Cut Deswita Kanassa Suci
Ruheni
Utri Citra
Juwita
Riski
Unick
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Disamping itu, penelitian kedokteran juga dapat dilakukan tanpa mengikuti perjalanan
penyakit, tetapi dilakukan pengamatan sesaat atau dalam suatu periode tertentu dan
setiap subjek studi hanya dilakukan satu kali pengamatan selama penelitian.
Pada umumnya, penelitian cross sectional disebut juga studi prevalensi dengan
tujuan mengadakan deskripsi subjek studi seperti pada penelitian deskriptip murni
atau mengadakan penelusuran seperti pada penelitian eksploratif. Dalam hal-hal
tertentu, penelitian dengan pendekatan cross sectional dapat digunakan untuk
penelitian analitik.
B. Rumusan Masalah
e. Protokol penelitian
BAB II
PEMBAHASAN
Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi
antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan
data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya
diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek
pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu
yang sama. Desain ini dapat mengetahui dengan jelas mana yang jadi pemajan dan outcome,
serta jelas kaitannya hubungan sebab akibatnya.
Penelitian crosssectional ini, peneliti hanya mengobservasi fenomena pada satu titik
waktu tertentu. Penelitian yang bersifat eksploratif, deskriptif, ataupun eksplanatif, penelitian
cross-sectional mampu menjelaskan hubungan satu variabel dengan variabel lain pada populasi
yang diteliti, menguji keberlakuan suatu model atau rumusan hipotesis serta tingkat perbedaan
di antara kelompok sampling pada satu titik waktu tertentu. Namun penelitian cross-sectional
tidak memiliki kemampuan untuk menjelaskan dinamika perubahan kondisi atau hubungan
dari populasi yang diamatinya dalam periode waktu yang berbeda, serta variabel dinamis yang
mempengaruhinya
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa penelitian cross sectional dilakukan dengan tujuan
sebagai berikut :
1. Tujuan utama penelitan cross sectional adalah untuk mencari prevalensi satu atau
beberapa penyakit tertentu yang terdapat di masyarakat seperti pada studi deskriptif,
tetapi pada keadaan tertentu, studi cross sectional dapat juga digunakan untuk
memperkirakan insidensi, misalnya penyakit dengan bekas yang permanen seperti
variola.
Dengan menemukan prevalensi bekas yang ditinggalkan oleh variola dapat
diperkirakan bahwa pada masa lalu terjadi peningkatan insiden penyakit tersebut,
tetapi cara ini tidak dapat digunakan bila bekas yang ditinggalkan penyakit akan
hilang dalam waktu tertentu dan penemuan insidensi dengan studi cross sectional
hasilnya akan bias. Misalnya varicella, walaupun menggialkan bekas, tetapi pada
suatu waktu bekas tersebut akan hilang dan pencarian insidensi penyakit tersebut
hanya dapat dilakukan seperti wawancara
3. Dapat digunakan unruk membandingkan besarnya risiko kelornpok yang terpajan oleh
faktor yang dianggap sebagai penyebab terjadinya penyakit dengan kelompok yang
tidak terpajan dan hasilnya digunakan untuk memberikan informasi kepada
masyarakat serta berguna untuk rnenyusun perencanaan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan masyarakat.
KERUGIAN
Di samping keuntungan yang telah disebutkan, penelitian cross sectional tidak luput dari
kerugian. Kerugiannya adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan yang terjadi dengan
berjalannya waktu karena pengamatan pada subjek studi hanya dilakukan satu kali
selama penelitian.
5. Penelitian cross sectional tidak dapat digunakan untuk menentukan hubungan sebab
akibat pada perubahan biokimia dan fisiologi karena antara sebab dan akibat dapat
saling mempengaruhi.
Misalnya, pada suatu survei ditemukan bahwa orang-orang dengan hipertensi mempunyai
kadar kolesterol yang tinggi maka dalam hal ini tidak dapat diketahui secara pasti apakah
tingginya kadar kolesterol merupakan faktor penyebab timbulnya hipertensi atau setelah
hipertensi kemudian diikuti dengan tingginya kadar kolesterol.
Bila tingginya kadar kolesterol mendahului timbulnya hipertensi dapat diasumsikan bahwa
tingginya kolesterol merupakan faktor penyebab timbulnya hipertensi, tetapi bila terjadi
sebaliknya tidak dapat dikatakan bahwa kolesterol merupakan faktor penyebab timbulnya
hipertensi. Untuk membedakan kedua hal tersebut sangat sulit, bahkan tidak mungkin
dilakukan karena penentuan hipertensi dan tingginya kadar kolesterol dilakukan pada saat
bersamaan.
Contoh lain adalah pada penelitian cross sectional ditemukan kadar kolesterol yang tinggi
pada penderita penyakit jantung koroner. Dalarn hal ini belum dapat dikatakan bahwa tingginya
kadar kolesterol merupakan faktor penyebab terjadinya penyakit jantung koroner. Untuk
mengetahui apakah tingginya kadar kolesterol merupakan risiko terjadinya penyakit jantung
koroner harus dilakukan penelitian analitik.
Dari uraian di atas dapat diketahui ciri-ciri penelitian cross sectional sebagai berikut.
1. Sesuai dengan istilahnya, pengumpulan data dilakukan pada satu saat atau satu periode
tertentu dan pengamatan subjek studi hanya dilakukan satu kali selama satu penelitian.
3. Pengumpulan data dapat diarahkan sesuai dengan kriteria subjek studi. Misalnya,
hubungan antara Cerebral blood flow pada perokok, bekas perokok dan bukan perokok.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional. Pada penelitian ini
dikumpulkan sebanyak 268 orang secara sukarela dan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu
kelompok perokok, bekas perokok, dan bukan perokok.
Komparabilitas ketiga kelompok dibagi berdasarkan umur. Kemudian diperiksa
aliran darah otak dan hasilnya dibandingkan. Cara pengambilan dan besarnya sampel
tidak dipermasalahkan.
5. Hubungan sebab akibat hanya berupa perkiraan yang dapat digunakan sebagai hipotesis
dalam penelitian analitik atau eksperirnental.
Contoh lain ialah penelitian tentang hubungan anemia dengan kelahiran bayi prematur.
Pengumpulan data dilakukan berdasarkan rekam medis di rumah sakit terhadap semua ibu yang
melahirkan selama periode 1 tahun. Data yang diperoleh dibagi menjadi kelompok anemia dan
tidak anemia. Dan kelompok anemia dicatat jumlah kelahiran prematur, demikian pula dengan
kelompok tidak anemia. Selanjutnya, dihitung risiko masing-masing kelompok, risiko relatif
dan dibandingkan dengan uji statistik chi-kuadrar. Penelitian ini seolah-olah dilakukan secara
prospektif.
PROTOKOL PENELITIAN
Adapun susunan protokol di bawah ini tidak mutlak, tetapi disesuaikan dengan selera
setiap institusi yang membenikan persetujuan atau penyandang dana, tetapi dengan substansi
yang tidak berbeda. Secara garis besar, protokol penelitian cross sectional adalah sebagai
berikut.
Tujuan penelirian harus dirurnuskan dengan jelas tentang apa yang akan dicari dalarn
penelitian yang akan dilaksanakan. Misalnya, dan pertanyaan tentang status gizi anak
dapat diketahui bahwa penelitian yang akan dilakukan merupakan penelirian analitik
yang bertujuan untuk membandingkan status gizi anak yang mendapatkan makanan
tambahan dengan status gizi anak yang tidak mendapat makanan tambahan.
3. Populasi Studi
Populasi studi pada studi cross sectional dapat berupa masyarakat daerah tertentu
dengan batas administratif atau institusi seperti rumah sakit, sekolah atau industri,
tergantung tempat penelitian dilakukan. Populasi studi dapat pula berupa kelompok
masyarakat dengan cmi rertentu, misalnya wanita pasangan usia subur di suatu daerah.
Populasi pada penelitian di rumah sakit ditentukan berdasarkan banyaknya penderita
(subjek studi) yang dicatat selama kurun waktu rertentu.
4. Kriteria Subjek Studi
Penentuan kriteria subjek studi pada studi cross sectional sangat penting untuk
menentukan dengan jelas terhadap siapa penelitian ini dilakukan terutama bila
penelitian cross sectional yang digunakan sebagai penelitian analitik untuk
memperkirakan adanya hubungan sebab-akibat atau pengukuran faktor risiko.
Kriteria tersebut dapat berupa umur, tingkat pendidikan, status matrial, pekerjaan atau
kondisi lain yang berkaitan dengan perkiraan faktor risiko timbulnya suatu penyakit.
Dan hasil ini kemudian direntukan nilainya misalnya 8—10 pertanyaan dijawab
dengan benar dikatakan pengetahuannya baik, nilai 6—8 termasuk kategori sedang
dan dibawah nilai 6 dikategorikan pengetahuannya kurang.
Cara Pengambilan
Dan tabel di atas jelaslah bahwa penentuan besarnya sampel dilakukan tanpa
memperhatikan ada atau ridaknya penyakit atau pajanan. Setelah besarnya sampel
diperoleh, dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang terpajan oleh faktor
risiko dan kelompok lain yang tidak terpajan Dan kedua kelompok tersebut dicatar
ada atau tidaknya penyakir yang diteliti.
Kelemahan cara ini adalah kemungkinan terdapatnya nilai yang terlalu kecil dalam
satu sel hingga sulit untuk dianalisis.
Contoh:
Penelitian tentang hubungan antara anemia dan BBLR berbasis rumah sakit maka
semua ibu harniltrirnester3 yang melahirkan di rumah sakit Mutiara Kasih tertentu
diambil sebagai sampel berdasarkan rekam medis yang adir, kemudian dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu ibu-ibu yang anemia sebagai kelompok audi dan tidak
anemia sebagai kelompok kontrol Selanjutnya, dicantumkan banyaknya bayi dengan
Berat Rendah, Lahir Rendah (BBLR) yang rerdiiparpada kelompok audi dan
kelompok kontrol.
Dan hasil tersebut dihitung besarnya risiko masing-masing kelompok dan dihitung
risiko relatif dilakukan uji statictik dengan chi-kuadrat, dan ditirrik kesimpulan ada
atau tidaknya hubungan antara anemia dengan BBLR.
Dengan cara ini, besarnya sampel ditentukan dahulu kemudian barre dibagi menjadi
kelompok yang terpajan dan kelompok yang tidak terpajan dan dilakukan
pengamatan tentang terjadinya BBLR pada kedua kelompok. Besarnya sampel dapat
dihitung dengan runzus seperti pada penelitian analitik (lihat rancangan penelitian
prospektif atau retrospektif).
karena tidak mungkin untuk mengumpulkan semua variabel maka harus dipilih
variabel-variabel penting yang berkaitan dengan tujuan penelitian dan dapat
digunakan sebagai indikator.
Misalnya pada contoh tentang pola pemakaian alat kontrasepsi, variabel yang
diteliti adalah variabel umur, paritas, lama pemakaian, pendidikan. pekerjaan, jenis
alat kontrasepsi, tempat pelayanan, pemberi layanan, dan lain-lain.
Untuk penyusunan daftar pertanyaan sama seperti pada penelitian deskriptif dan alat
ukur yang akan digunakan, misalnya untuk pengukuran status gizi anak yang
menggunakan pengukuran LLA maka disiapkan meteran yang akan digunakan.
Penelitian yang datanya diambil dan rekam medís di rumah sakit, hal itu tidak
dilakukan. ini merupakan salah satu kelemahan data sekunder, misalnya, penelitian
tentang anemia tidak dapat diketahui cara pengukuran atau siapa yang melakukan
pengukuran Hb.
8. Pengumpulon Data
Pengumpulan data penelitian cross sectional bersifat analitis dilakukan dengan survei
atau rekam medis di rumah sakit sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
Mìsalnya, penelitian tentang hubungan antara status gizi anak 1-5 tahun dengan
cacingan.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan semua anak 1-5 tahun yang
terdapat pada lokasi penelitian kemudian dipisahkan menjadi dua kelompok. yairu
anak-anak dengan gizi baik dan anak-anak dengan gizi kurang. Pada semua anak
dilakukan pemeriksaan tinja untuk mendeteksi cacing kemudian frekuensi cacingan
pada anak dengan gizi baik dan gizi kurang dibandingkan.
Untuk penelitian di rumah sakit dengan rekam medís sebagai sumber data.
Misalnya, penelitian tentang hubungan antara primipara dengan preekiamsia.
Pengumpulari data dilakukan dengan cara mengumpulkan semua ibu-ibu yang
melahirkan selama periode tertentu kemudian dibagi menjadi dua kelompok, yairu
kelompok primípara dan multípara.
9. Analisis Data
PENUTUP
Kesimpulan
Penelitian cross-sectional adalah penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan satu
kali, tidak ada follow up, untuk mencari hubungan antara variabel independen (faktor resiko)
dengan variabel dependen (efek).
Beberapa tujuannya adalah, mencari prevalensi serta indisensi satu atau beberapa
penyakit tertentu yang terdapat di masyarakat, Memperkirakan adanya hubungan sebab akibat
pada penyakit-penyakit tertentu dengan perubahan yang jelas, Menghitung besarnya resiko tiap
kelompok, resiko relatif, dan resiko atribut.