Anda di halaman 1dari 8

Konsep Dasar Pariwisata

Pariwisata adalah kegiatan dinamis yang melibatkan banyak manusia serta menghidupkan
berbagai bidang usaha. Pada bab ini dipaparkan konsep dan definisi pariwisata yang menjadi
acuan pada pembahasan di bab-bab berikutnya. Beberapa istilah kepariwisataan dijabarkan
supaya Anda menjadi terbiasa. Tujuan perjalanan juga akan dikupas pada bab ini dan pada
akhir bab, perbedaan wisatawan vakansi dan wisatawan bisnis akan dijelaskan berikut dengan
ciri-ciri yang membedakannya.

Jenis-Jenis Pariwisata
1. Pariwisata budaya; seperti kunjungan ke candi, masjid agung, museum dan keraton.
2. Pariwisata olahraga; seperti mendaki gunung, berenang di pantai, dan mendayung di
telaga.
3. Pariwisata untuk menikmati perjalanan atau pariwisata petualangan; seperti
menjelajah rimba,mengarungi samudera, dan napak tilas.
4. Pariwisata yang hanya untuk tujuan rekreasi; seperti kunjungan ke taman rekreasi dan
pantai.
5. Pariwisata sambil mengadakan pertemuan atau konferensi, seperti konferensi PATA
dan KTT ASEAN yang dilaksanakan di Bali.
6. Pariwisata sambil berdagang.

Usaha Pariwisata

Industri pariwisata meliputi bidang-bidang usaha yang dapat dikelompokan ke dalam tiga
sektor sebagai berikut:

1. Usaha jasa pariwisata : antara lain biro perjalanan wisata, jasa konvensi, perjalanan
insentif, pamera jasa konsultasi pariwisata, jasa informasi pariwisata
2. Usaha sarana pariwisata : antara lain hotel melati, persinggahan karavan, angkutan
wisata, jasa boga dan bar, kawasan pariwisata, rekreasi dan hiburan umum seperti
taman rekreasi, gelanggang renang, padang golf, gelanggang bowling, rumah billiard,
panti mandi uap, ketangkasan, desa wisata dan jasa hiburan rakyat
3. Usaha jasa objek wisata; yaitu wisata budaya, wisata minat khusus dan wisata alam
yang memerlukan keahlian dan ketrampilan khusus.
Sesuai dengan Undang-undang RI No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, usaha
pariwisata digolongkan ke dalam:

1. Usaha Jasa Pariwisata yang terdiri dari:

 Jasa Biro Perjalanan Wisata;


 Jasa Agen Perjalanan Wisata;
 Jasa Pramuwisata;
 Jasa Konvensi, Perjalanan Insentif dan Pameran;
 Jasa Impresariat;
 Jasa Konsultan Pariwisata;
 Jasa Informasi Pariwisata.

2. Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata dikelompokkan dalam:

 Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam;


 Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya;
 Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Minat Khusus.

3. Usaha Sarana Pariwisata yang dikelompokkan dalam:

 Penyediaan Akomodasi;
 Penyediaan Makanan dan Minuman;
 Penyediaan Angkutan Wisata;
 Penyediaan Sarana Wisata Tirta;
 Penyediaan Kawasan Pariwisata.

Motivasi Melakukan Perjalanan Wisata

Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal. Dari berbagai
motivasi yang mendorong perjalanan, McIntosh (1977) dan Murphy (1985) mengatakan
bahwa motivasi dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar yaitu sebagai berikut:

1. Physical or physiological motivation (motivasi yang bersifat fisik atau fisiologis),


antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan
olah raga, bersantai dan sebagainya.
2. Cultural motivation (motivasi budaya), yaitu keinginan untuk mengetahui budaya,
adat, tradisi dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek
tinggalan budaya (banggunan bersejarah).
3. Social motivation atau interpersonal motivation (motivasi yang bersifat sosial), seperti
mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan hal yang
dianggap mendatangkan gengsi (nilai prestise), melakukan ziarah, pelarian dari
situasi-situasi yang membosankan dan sebagainya.
4. Fantasy motivation (motivasi karena fantasi), yaitu adanya fantasi bahwa di daerah
lain seseorang kan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan, dan ego-
enhancement yang memberikan kepuasan psikologis. Disebut juga sebagai status and
prestige motivation.

 Motivasi perjalanan seseorang dipengaruhi oleh faktor internal wisatawan itu sendiri
dan faktor eksternal. Secara intrinsik, motivasi terbentuk karena adanya kebutuhan
dan/atau keinginan manusia itu sendiri, sesuai dengan teori hirarki kebutuhan
Maslow. Kebutuhan tersebut dimulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan,
kebutuhan sosial, kebutuhan prestise dan kebutuhan akan aktualisasi diri.
 Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang terbentuknya dipengaruhi oleh faktor-faktor
eksternal, seperti norma sosial, pengaruh atau tekanan keluarga dan situasi kerja yang
terinternalisasi dan kemudian berkembang menjadi kebutuhan psikologis. Motivasi
wisatawan untuk melepaskn diri sejenak dari kegiatan rutin berfungsi untuk
melepaskan diri sejenak dari kegiatan rutinuntuk mengembalikan harmoni di
masyarakat, sehingga pariwisata dapat dipandang sebagai salah satu bentuk terapi
sosial.
 Motivasi merupakan faktor penting bagi calan wisatawan di dalam mengambil
keputusan mengenai daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi. Calon wisatawan
akan mempersepsi daerah tujuan wisata yang memungkinkan, di mana persepsi ini
dihasilkan oleh preferensi individual, pengalaman sebelumnya dan informasi yang
didapatkannya.

Pemasaran Pariwisata

Pengertian pemasaran pariwisata adalah aktivitas destinasi pariwisata dalam menciptakan,


mengkomunikasikan, menyampaikan dan menukarkan segala penawaran yang memiliki nilai
bagi pelanggan dan dengan memberikan keuntungan serta tetap bertanggung-jawab terhadap
masyarakat secara luas.

Agar fungsi pemasaran berjalan secara efektif dan efisien, maka fungsi tersebut harus
dikelola dengan baik. Pengelolaan terhadap fungsi pemasaran sering disebut sebagai
manajemen pemasaran (marketing management). Kotler & Keller (2016) memberikan
definisi mengenai manajemen pemasaran yang sangat mendasar dan sangat jelas serta selaras
dengan definisi pemasaran yang dikemukakan oleh AMA di atas. Adapun definisi
manajemen pemasaran menurut Kotler & Keller (2016) tersebut adalah:

“Marketing Management as the art and science of choosing target markets and getting,
keeping, and growing customers through creating, delivering, and communicating superior
customer value”.

Definisi tersebut memberikan pengertian bahwa manajemen pemasaran merupakan seni dan
ilmu dalam mengoptimalkan pertukaran yang potensial dengan berfokus pada target pasar
tertentu. Setelah target pasar didapatkan selanjutnya bagaimana mendapatkan target
pelanggan, menjaga target pelanggan tersebut agar loyal, dan menumbuh kembangkannya
sehingga menguntungkan melalui penciptaan, penyampaian dan pengkomunikasian nilai
pelanggan secara superior. Superior disini dapat diartikan bahwa segala penawaran (individu
atau organisasi) selain dapat memuaskan pelanggannya juga lebih baik dibandingkan dengan
pesaingnya.

Dalam mendefinisikan manajemen pemasaran destinasi pariwisata, saya melakukan sedikit


penyesuaian dan modifikasi terhadap pengertian dari pemasaran yang dikemukakan oleh
AMA (2007) dan manajemen pemasaran yang dikemukakan oleh Kotler & Keller (2016)
sebagai berikut:

“Manajemen pemasaran destinasi pariwisata adalah segala aktivitas destinasi pariwisata


dalam memilih pasar sasaran, mendapatkan, menjaga dan menumbuhkan pelanggan terpilih
dengan cara menciptakan, menyampaikan dan mengkomunikasikan segala penawaran yang
dapat memuaskan pelanggan juga lebih baik dibandingkan dengan pesaing”.

Dari pengertian tersebut di atas, maka aktivitas pertama yang harus dilakukan oleh destinasi
pariwisata adalah memilih pasar sasaran. Pasar disini bukan hanya pelanggan saja, tetapi
didalamnya termasuk arena (market place), pesaing (competitors) dan atau rakanan
(partners). Karena sifat sumberdaya (resources) yang terbatas, maka destinasi pariwisata
harus memfokuskan kepada pasar terpilih yang paling potensial yang akan memberikan
keuntungan. Memilih pasar bukan hanya memilih pelanggan, tetapi juga harus memilih pasar
mana yang akan kita masuki atau dengan kata lain arena tempat bertanding yang mana yang
memungkinkan kita akan memiliki keunggulan. Di dalam pasar terpilih terdapat juga para
pesaing yang harus juga dipilih yang mana yang memungkinkan untuk kita kalahkan, serta
rekanan mana yang dapat kita manfaatkan.

Jika arena tempat bertanding, pesaing, rekanan serta pelanggan sudah terpilih, aktivitas
selanjutnya adalah mendapatkan target pelanggan, menjaga target pelanggan tersebut agar
loyal serta menumbuh-kembangkan pelanggan-pelanggan aktual dan potensial. Cara yang
tepat dalam melakukan hal tersebut adalah dengan cara menciptakan, menyampaikan dan
mengkomunikasikan segala penawaran destinasi dan pada ujungnya segala penawaran
tersebut harus dapat memuaskan pelanggannya dan harus lebih baik dibandingkan dengan
pesaingnya. Dengan memuaskan pelanggannya, destinasi akan dapat menjaga pelanggan
tersebut untuk datang kembali, dan tidak hanya sampai disitu, pelanggan yang puas akan
menyebarkan dan atau merekomendasikan destinasi kepada khalayak disekitarnya (positive
world of mouth).

Aspek dan Dampak Pembangunan Pariwisata

Dampak Pariwisata terhadap Perekonomian


Dampak Pariwisata Terhadap Perekonomian Industri pariwisata menghasilkan manfaat
ekonomi yang besar baik bagi Negara tuan rumah, maupun Negara asal para turis. Salah satu
motivasi utama sebuah Negara mempromosikan dirinya sebagai Negara dengan tujuan wisata
adalah timbul kemajuan dalam ekonomi, terutama bagi Negara-negara berkembang.
Bersamaan dengan dampak lainnya, peningkatan ekonomi yang begitu pesat juga terjadi
dengan berbagai keuntungan dan kerugian. Dampak Positifnya:
1. Membuka lapangan kerja bagi penduduk lokal di bidang pariwisata seperti : tour
guide, waiter, bell boy, dan lain-lain.
2. Dibangunnya fasilitas dan infrastruktur yang lebih baik demi kenyamanan para
wisatawan yang juga secara langsung dan tidak langsung bisa dipergunakan oleh
penduduk lokal pula. Seperti : tempat rekreasi, mall, dan lain-lain.
3. Mendapatkan devisa (national balance payment) melalui pertukaran mata uang asing
(foreign exchange).
4. Mendorong seseorang untuk berwiraswasta / wirausaha, contoh : pedagang kerajinan,
penyewaan papan selancar, pemasok bahan makanan dan bunga ke hotel,dan lain-lain.
5. Meningkatkan pendapatan masyarakat dan juga pendapatan pemerintah.
6. Memberikan keuntungan ekonomi kepada hotel dan restaurant. Contohnya, wisatawan
yang pergi berwisata bersama keluarganya memerlukan kamar yang besar dan
makanan yang lebih banyak. Dampak ekonomi tidak langsung dapat dirasakan oleh
pedagang-pedagang di pasar karena permintaan terhadap barang/bahan makanan akan
bertambah.
Dampak negatifnya:
1. Bahaya ketergantungan yang sangat mendalam terhadap pariwisata.
2. Meningkatkan inflasi dan harga jual tanah menjadi mahal.
3. Meningkatkan impor barang dari luar negri, terutama alat-alat teknologi modern yang
digunakan untuk memberikan pelayanan bermutu pada wisatawan dan juga biaya-
biaya pemeliharaan fasilitas-fasilitas yang ada.
4. Produksi yang bersifat musiman menyebabkan rendahnya tingkat pengembalian
modal awal.
5. Terjadi ketimpangan daerah dan memburuknya kesenjangan pendapatan antara
beberapa kelompok masyarakat.
6. Hilangnya kontrol masyarakat lokal terhadap sumber daya ekonomi.
Disisi lain dengan pembangunan pariwisata meningkatkan usaha sector informal, juga
menimbulkan menjamurnya pedagang asongan. Khusus untuk pedangan asongan ini di
beberapa kelemahan antara lain:
1. Dilakukan oleh anak-anak dibawah umur, mereka cenderung mengutamakan uang
dari pada sekolah.
2. Maraknya pedagang asongan membuat kenyamanan wisatawan terganggu, karena ada
unsur pemaksaan dari mereka.
3. Beralihnya tenaga kerja sector produksi pertania ke perdagangan.

Dampak Pariwisata terhadap Llingkungan

Industri pariwisata memiliki hubungan erat dan kuat dengan lingkungan fisik. Lingkungan
alam merupakan aset pariwisata dan mendapatkan dampak karena sifat lingkungan fisik
tersebut yang rapuh (fragile), dan tak terpisahkan (Inseparability). Bersifat rapuh karena
lingkungan alam merupakan ciptaan Tuhan yang jika dirusak belum tentu akan tumbuh atau
kembali seperti sediakala. Bersifat tidak terpisahkan karena manusia harus mendatangi
lingkungan alam untuk dapat menikmatinya.
Lingkungan fisik adalah daya tarik utama kegiatan wisata. Lingkungan fisik meliputi
lingkungan alam (flora dan fauna, bentangan alam, dan gejala alam) dan lingkungan buatan
(situs kebudayaan, wilayah perkotaan, wilayah pedesaan, dan peninggalan sejarah).
Secara teori, hubungan lingkungan alam dengan pariwisata harus mutual dan bermanfaat.
Wisatawan menikmati keindahan alam dan pendapatan yang dibayarkan wisatawan
digunakan untuk melindungi dan memelihara alam guna keberlangsungan pariwisata.
Hubungan lingkungan dan pariwisata tidak selamanya simbiosa yang mendukung dan
menguntungkan sehingga upaya konservasi, apresiasi, dan pendidikan dilakukan agar
hubungan keduanya berkelanjutan, tetapi kenyataan yang ada hubungan keduanya justru
memunculkan konflik. Pariwisata lebih sering mengeksploitasi lingkungan alam.
Dampak pariwisata terhadap lingkungan fisik merupakan dampak yang mudah diidentifikasi
karena nyata. Pariwisata memberikan keuntungan dan kerugian, sebagai berikut :

Dampak Pariwisata terhadap Kebudayaan


Dampak yang ditimbulkan oleh pariwisata terhadap kebudayaan tidak terlepas dari pola
interaksi di antaranya yang cenderung bersifat dinamika dan positif. Dinamika tersebut
berkembang, karena kebudayaan memegang peranan yang penting bagi pembangunan
berkelanjutan pariwisata dan sebaliknya pariwisata memberikan peranan dalam merevitalisasi
kebudayaan. Ciri positif dinamika tersebut diperlihatkan dengan pola kebudayaan mampu
meningkatkan pariwisata dan pariwisata juga mampu memajukan kebudayaan. (Geriya, 1996:
49).
Paparan di atas menandakan perkembangan pariwisata dapat memberikan dampak yang
positif terhadap kebudayaan. Di sini akan terjadi akulturasi kebudayaan, karena adanya
interaksi masyarakat lokal dengan wisatawan. Di samping itu, kebudayaan-kebudayaan
daerah yang merupakan bagian dari kebudayaan nasional Indonesia akan terus berkembang.
Ini disebabkan oleh adanya wisatawan (orang asing) yang datang berkunjung untuk melihat
dan mengenal lebih dekat kebudayaan asli tersebut. Hal ini tentunya juga menyebabkan
terjadinya penggalian nilai-nilai budaya asli untuk dikembangkan dan dilestarikan. Dengan
demikian pola kebudayaan tradisional seperti tempat-tempat bersejarah, monumen-monumen,
kesenian, dan adat istiadat akan tetap terpelihara dan lestari (sustainable).
Dampak positif pariwisata terhadap kebudayaan seperti disebutkan di atas sejalan dengan
pemikiran Sihite (2000: 76) yang menyebutkan secara garis besar dampak positif pariwisata
terhadap kebudayaan dapat dilihat pada hal-hal berikut:
a. Merupakan perangsang dalam usaha pemeliharaan monumen-monumen budaya yang dapat
dinikmati oleh penduduk setempat dan wisatawan.
b. Merupakan dorongan dalam usaha melestarikan dan menghidupkan kembali beberapa pola
budaya tradisional seperti kesenian, kerajinan tangan, tarian, musik, upacara-upacara adat,
dan pakaian.
c. Memberikan dorongan untuk memperbaiki lingkungan hidup yang bersih dan menarik.
d. Terjadinya tukar-menukar kebudayaan antara wisatawan dan masyarakat lokal. Misalnya,
wisatawan dapat lebih banyak mengenal kebudayaan serta lingkungan yang lain dan
penduduk lokal juga mengetahui tempat-tempat lain dari cerita wisatawan.
e. Mendorong pendidikan di bidang kepariwisataan untuk menghasilkan Sumber Daya
Manusia di bidang kepariwisataan yang handal
.
Perkembangan pariwisata yang sangat pesat dan terkosentrasi dapat menimbulkan berbagai
dampak.
Secara umum dampak yang ditimbulkan adalah dampak positif dan dampak negatif. Dampak
positif dari pengembangan pariwisata meliputi;
(1) memperluas lapangan kerja
(2) bertambahnya kesempatan berusaha
(3) meningkatkan pendapatan
(4) terpeliharanya kebudayaan setempat
(5) dikenalnya kebudayaan setempat oleh wisatawan.

Sedangkan dampak negatifnya dari pariwisata tersebut akan menyebabkan;


(1) terjadinya tekanan tambahan penduduk akibat pendatang baru dari luar daerah
(2) timbulnya komersialisasi
(3) berkembangnya pola hidup konsumtif
(4) terganggunya lingkungan
(5) semakin terbatasnya lahan pertanian
(6) pencernaan budaya
(7) terdesaknya masyarakat setempat

Anda mungkin juga menyukai