Anda di halaman 1dari 10

MUHAMMAD DWI NUGROHO

VIIA

A. Pendahuluan

Syariat qurban berawal dari Nabi Ibrahim a.s. ketika mendapat


wahyu lewat mimpinya supaya menyembelih putranya yang bernama Ismail
a.s. Perintah itu sebagai bentuk ujian dari Allah swt kepada Nabi Ibrahim
a.s. Dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa ketika belum mempunyai anak,
Nabi Ibrahim a.s. pernah berkata berkaitan dengan qurban. Beliau
mengatakan, ”Jangankan harta benda, anak pun kalau saya punya, saya mau
menqurbankannya. Setelah mempunyai anak, perkataan itu ditagih oleh
Allas swt, karena ketaqwaannya Nabi Ibrahim a.s. memenuhi permintaan
Allah swt. Meskipun Ismail diganti dengan seekor Kibas. Inilah awal
mulanya di Syariatkannya Qurban.

Setiap Muslim pasti menginginkan anak yang shaleh dan shalehah,


berbakti kepada orang tua, agama, bangsa, dan Negara. Usaha untuk
menjadikan anak shaleh dan shalehah, antara lain dengan memberii bekal,
ilmu pengetahuan yang cukup. Salah satu hal yang tidak kalah penting tugas
kedua orang tua kepada anak adalah memberikan nama yang baik bagi
anaknya yang lahir. Nah dalam hal ini proses pemberian nama lebih dikenal
dengan Aqiqah.

B. Pengertian Qurban
1. Pengertian

Qurban berasal dari bahasa Arab yang diambil dari kata :


qaruba – yaqrabu – qurban wa qurbaanan. Artinya, “dekat” atau
“mendekatkan diri”, mendekati atau menghampiri. Menurut istilah,
qurban adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mendekatkan diri
kepada Allah baik berupa hewan sembelihan maupun. Dengan niat
ibadah guna mendekatkan diri kepada Allah swt. Hewan yang
digunakan untuk qurban adalah binatang ternak, seperti kambing, sapi,
dan unta.

1
Dalam bahasa Arab, hewan kurban disebut juga dengan istilah
udh-hiyah atau adh-dhahiyah , dengan bentuk jamaknya al adhaahi.
Kata ini diambil dari kata dhuha, yaitu waktu matahari mulai tegak
yang disyariatkan untuk melakukan penyembelihan kurban, yakni kira-
kira pukul 07.00 – 10.00. Udh-hiyah adalah hewan kurban (unta, sapi,
dan kambing) yang disembelih pada hari raya Qurban dan hari-hari
tasyriq sebagai taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah (Sayyid Sabiq,
Fikih Sunnah XIII/155; Al Jabari, 1994).

2. Hukum Qurban

Ibadah qurban hukumnya sunnah muakkad, artinya sunnah yang


sangat dianjurkan bagi orang yang sudah mampu. Sebagaimana firman
Allah swt :

“Sesungguhnya Kami telah memberi kepadanya nikmat yang


banyak.Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu,dan berkurbanlah.”(Al-
Kausar:1-2)

“Dan bagi tiap-tiap umat Telah kami syariatkan penyembelihan


(kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang
ternak yang Telah direzkikan Allah kepada mereka, Maka Tuhanmu
ialah Tuhan yang Maha Esa, Karena itu berserah dirilah kamu kepada-
Nya. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh
(kepada Allah).

Dan Dalam hadits dinyatakan,dari Abu Hurairah r.a.


berkata,bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda :

َ‫قال عنه هللا رضي هُريرة أبِي وعن‬: ‫سو ُل قال‬ َ ‫سعة لهُ كان من ( وسلم عليه هللا صلى‬
ُ ‫للَاِ ر‬
‫يُضحِ ولم‬, ‫أحمد ُ رواهُ ) ُمص َلنا يقرب َن فل‬, ‫ماجه واب ُن‬, ُ‫الحا ِك ُم وص َححه‬, ‫اْلئِ َمةُ ر َجح ل ِكن‬
ُ‫ُ وقفه غي ُره‬

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah


Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa mempunyai

2
kemudahan untuk berkurban, namun ia belum berkurban, maka
janganlah sekali-kali ia mendekati tempat sholat kami." Riwayat
Ahmad dan Ibnu Majah. Hadits shahih menurut Hakim. Hadits mauquf
menurut para imam hadits selainnya.

C. Secara Singkat tentang Qurban


Idul Adha pada setiap tanggal 10 Dzulhijjah juga dikenal dengan
sebuatan “Hari Raya Haji”, dimana kaum muslimin yang sedang
menunaikan haji yang utama, yaitu wukuf di Arafah. Mereka semua
memakai pakaian serba putih dan tidak berjahit, yang di sebut pakaian
ihram, melambangkan persamaan akidah dan pandangan hidup,
mempunyai tatanan nilai yaitu nilai persamaan dalam segala segi bidang
kehidupan. Tidak dapat dibedakan antara mereka, semuanya merasa
sederajat. Sama-sama mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Perkasa,
sambil bersama-sama membaca kalimat talbiyah.
Di samping Idul Adha dinamakan hari raya haji, juga dinamakan
“Idul Qurban” atau "Idul Adha", karena pada hari itu Allah memberi
kesempatan kepada kita untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Bagi
umat muslim yang belum mampu mengerjakan perjalanan haji, maka ia
diberi kesempatan untuk berkurban, yaitu dengan menyembelih hewan
qurban sebagai simbol ketakwaan dan kecintaan kita kepada Allah SWT.
Perayaan hari raya Idul Adha tidak lepas dari pemotongan hewan
kurban. Syariat yang diturunkan kepada nabi Ibrahim as yang bersejarah
tersebut. Asal mula kurban berawal dari lahirnya nabi Ismail as. Sewaktu
Nabi Ismail mencapai usia remajanya Nabi Ibrahim a.s. mendapat mimpi
bahwa ia harus menyembelih Ismail puteranya. Dan mimpi seorang nabi
adalah salah satu dari cara-cara turunnya wahyu Allah , maka perintah
yang diterimanya dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim.
Selepas mimpinya itu, Nabi Ibrahim duduk sejurus termenung
memikirkan ujian yang maha berat yang ia hadapi. Sebagai seorang ayah
yang di karuniai seorang putera yang sejak puluhan tahun diharap-

3
harapkan dan didambakan, kemudian, seorang putera yang diharapkan
menjadi pewarisnya dan penyampung kelangsungan keturunannya
tersebut, tiba-tiba harus dijadikan qurban dan harus direnggut nyawa oleh
tangan si ayah sendiri.
Namun ia sebagai seorang Nabi, yang juga utusan Allah dan
pembawa agama yang seharusnya menjadi contoh dan teladan bagi para
pengikutnya dalam taat kepada Allah dalam menjalankan segala perintah-
Nya dan menempatkan cintanya kepada Allah di atas cintanya kepada
anak, isteri, harta benda dan lain-lain. Ia harus melaksanakan perintah
Allah yang diwahyukan melalui mimpinya, apa pun yang akan terjadi
sebagai akibat pelaksanaan perintah itu.
Dalam kisahnya, Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah Ta’ala untuk
meminta keturunannya, yang tertuang, tertuang dalam AL Qur’an Ash-
Shafaat (37) ayat 100 yang berbunyi: “Ya Tuhanku, anugrahkanlah
kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh”.
Sungguh amat berat ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim, namun
sesuai dengan firman Allah yang bermaksud:" Allah lebih mengetahui di
mana dan kepada siapa Dia mengamanatkan risalahnya." Nabi Ibrahim
tidak membuang masa lagi, berazam {niat} tetap akan menyembelih Nabi
Ismail puteranya sebagai qurban sesuai dengan perintah Allah yang telah
diterimanya.Dan berangkatlah serta merta Nabi Ibrahim menuju ke
Makkah untuk menemui dan menyampaikan kepada puteranya apa yang
Allah perintahkan.
Nabi Ismail sebagai anak yang soleh yang sgt taat kepada Allah
dan bakti kepada orang tuanya, ketika diberitahu oleh ayahnya maksud
kedatangannya kali ini tanpa ragu-ragu dan berfikir panjang berkata
kepada ayahnya: dan Nabi Ismail berkata keada Nabi Ibrahim:

"Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh


Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku insya-Allah sebagai seorang
yang sabar dan patuh kepada perintah-Nya. Aku hanya meminta dalam

4
melaksanakan perintah Allah itu , agar ayah mengikatku kuat-kuat supaya
aku tidak banyak bergerak sehingga menyusahkan ayah, kedua agar
menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan
menyebabkan berkurangnya pahalaku dan terharunya ibuku bila
melihatnya, ketiga tajamkanlah parangmu dan percepatkanlah
perlaksanaan penyembelihan agar meringankan penderitaan dan rasa
pedihku, keempat dan yang terakhir sampaikanlah salamku kepada ibuku
berikanlah kepadanya pakaian ku ini untuk menjadi penghiburnya dalam
kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera
tunggalnya,” pesan Ismail kepada Ibrahim.
Kemudian dipeluknyalah Ismail dan dicium pipinya oleh Nabi
Ibrahim seraya berkata: "Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang
taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang dengan ikhlas hati
menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah."
Saat penyembelihan yang mengerikan telah tiba. Diikatlah kedua
tangan dan kaki Ismail, dibaringkanlah ia di atas lantai, lalu diambillah
parang tajam yang sudah tersedia dan sambil memegang parang di
tangannya, kedua mata nabi Ibrahim yang tergenang air berpindah
memandang dari wajah puteranya ke parang yang mengilap di tangannya,
seakan-akan pada masa itu hati beliau menjadi tempat pertarungan antara
perasaan seorang ayah di satu pihak dan kewajiban seorang rasul di satu
pihak yang lain.
Akan tetapi apa daya, parang yang sudah demikian tajamnya itu
ternyata menjadi tumpul dileher Nabi Ismail dan tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya dan sebagaimana diharapkan.
Ismail berkata “Wahai ayahku! Rupa-rupanya engkau tidak sampai
hati memotong leherku karena melihat wajahku, cubalah telangkupkan aku
dan laksanakanlah tugasmu tanpa melihat wajahku.”
Akan tetapi parang itu tetap tidak berdaya mengeluarkan setitik
darah pun dari daging Ismail walau ia telah ditelangkupkan dan dicuba
memotong lehernya dari belakang. Dalam keadaan bingung dan sedih hati,

5
karena gagal dalam usahanya menyembelih puteranya, datanglah kepada
Nabi Ibrahim wahyu Allah dengan firmannya.
“Wahai Ibrahim! Engkau telah berhasil melaksanakan mimpimu,
demikianlah Kami akan membalas orang-orang yang berbuat kebajikkan.”
Kemudian sebagai tebusan ganti nyawa Ismail telah diselamatkan
itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih seekor kambing
yang telah tersedia di sampingnya dan segera dipotong leher kambing itu
oleh beliau dengan parang yang tumpul di leher puteranya Ismail itu.
Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah yang
menegaskan bahwa perintah pergorbanan Ismail itu hanya suatu ujian bagi
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sampai sejauh mana cinta dan taat mereka
kepada Allah. Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat
itu. Nabi Ibrahim telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan
pergorbanan puteranya. untuk berbakti melaksanakan perintah Allah
sedangkan Nabi Ismail tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam
memperagakan kebaktiannya kepada Allah dan kepada orang tuanya
dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan.
Dan inilah asal permulaan sunnah berqurban yang dilakukan oleh
umat Islam pada tiap hari raya Aidiladha di seluruh pelosok dunia.

D. Ketentuan Hewan Qurban

Hewan qurban tersebut adalah binatang ternak yang dipelihara


dan dikomsumsi dagingnya, misalnya unta, sapi, kerbau, kambing, atau
domba. Binatang yang sah untuk menjadi qurban, ialah yang tidak
mempunyai cacat seperti ; pincang, sangat kurus, sakit, terpotong
telinganya. Dikatakan syah, jika binatang tersebut memenuhi syarat-syarat
binatang/hewan yang telah ditetap kan syariat. Adapun syarat-syarat
binatang/hewan untuk dijadikan qurban adalah :

1. Cukup umurnya
2. Domba sekurang-kurangnya berumur satu tahun.

6
3. Kambing, sekurang-kurangnya berumur dua tahun.
4. Unta sekurang-kurangnya berumur empat tahun dan masuk tahun
kelima.
5. Sapi, sekurang-kurangnya berumur dua tahun dan masuk tahun ketiga.

َ‫قال عنه هللا رضي جابِر وعن‬: ‫سو ُل قال‬ َ ‫ ُم ِسنَة إِ َل تذب ُحوا ل ( وسلم عليه هللا صلى‬, ‫إِ َل‬
ُ ‫للَاِ ر‬
ُ ‫ُمس ِلم رواهُ ) الضَأ ِن ِمن جذعة فتذب ُحوا علي ُكم يع‬
‫سر أ ن‬

Dari Jabir bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:


"Jangan menyembelih kecuali hewan yang umurnya masuk tahun ketiga.
Bila engkau sulit mendapatkannya, sembelihlah kambing yang umurnya
masuk tahun kelima." Riwayat Muslim.

6. Tidak cacat , Tidak sakit, Tidak pincang, Tidak buta, Tidak kurus
7. Tidak putus telinga atau tanduknya. Sebagaimana hadits Rasulullah
SAW :

َ‫اء وع ِن‬ِ ‫بن البر‬ ِ ‫ازب‬ ِ ‫ضي ع‬ َ ‫قال عن ُهما‬: ‫سو ُل فِينا قام‬
ِ ‫للَاُ ر‬ َ ‫صلى‬
ُ ‫للَاِ ر‬ ‫وسلم عليه هللا‬
‫فقال‬: ( ‫وز ل أربع‬ ُ ‫الضَحايا فِي ت ُج‬: ‫عو ُرها الب ِينُ العورا ُء‬, ُ‫والم ِريضة‬ ُ‫مرضُها الب ِين‬,
‫وص َححهُ ُ الخمسة رواهُ ) تُن ِقي ل ا َلتِي والكسِيرة ُ ظلعُه الب ِينُ والعرجا ُء‬ ‫التِر ِمذِي‬, ‫واب ُن‬
‫ِحبَان‬

Al-Bara' Ibnu 'Azib Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah


Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berdiri di tengah-tengah kami dan
bersabda: "Empat macam hewan yang tidak boleh dijadikan kurban,
yaitu: yang tampak jelas butanya, tampak jelas sakitnya, tampak jelas
pincangnya, dan hewan tua yang tidak bersum-sum." Riwayat Ahmad
dan Imam Empat. Hadits shahih menurut Tirmidzi dna Ibnu Hibban

E. Waktu Penyembelihan Qurban

Waktu penyembelihannya ialah sesudah shalat ‘Idul Adha, dan


akhir waktunya ialah ‘Ashar hari tasyriq, yakni sejak tanggal 10
Dzulhijah hingga terbenamnya matahari tanggal 13 Dzulhijah.

7
َ‫ب وعن‬ ُ ‫قال عنه هللا رضي‬: ( ُ‫سو ِل مع اْلضحى ش ِهدت‬
ِ ُ ‫سفيان ب ِن ُجند‬ َ ‫صلى‬
ُ ‫للَاِ ر‬
‫اس صلتهُ قضى فل َما وسلم عليه هللا‬ ِ ‫بِال َن‬, ‫ذُبِحت قد غنم إِلى نظر‬, ‫فقال‬: ‫قبل ذبح من‬
َ ) ‫ِ عليه ُمتَفق‬
َ ‫مكانها شاة فليذبح ال‬, ‫للَاِ اس ِم على فليذبح ذبح ي ُكن لم ومن‬
ِ‫صلة‬

Jundab Ibnu Sufyan Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku mengalami


hari raya Adlha bersama Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
Setelah beliau selesai sholat bersama orang-orang, beliau melihat seekor
kambing telah disembelih. Beliau bersabda: "Barangsiapa menyembelih
sebelum sholat, hendaknya ia menyembelih seekor kambing lagi sebagai
gantinya; dan barangsiapa belum menyembelih, hendaknya ia
menyembelih dengan nama Allah." Muttafaq Alaihi.

F. Cara Pembagian Qurban


Jika kurban wajib karena nadzar, maka semua dari daging kurban
harus dibagikan, dan diantara mereka yang menerima harus ada fakir
miskinnya dan tidak harus semuanya fakir miskin. Jika orang yang
berkurban atau orang yang wajib dinafkahinya ikut makan, maka wajib
baginya untuk menggantinya sesuai dengan yang dimakannya.
Adapun, jika kurban sunnah, maka tidak disyaratkan sesuatu
apapun dalam pembagiannya, asalkan ada bagian untuk orang fakir
miskin, seberapa pun bagian tersebut. Dan dianjurkan untuk bisa membagi
menjadi 3 bagian. Berikut pendistribusiannya:
Pertama, orang yang berkurban boleh mengambil untuk dikonsumsi
sendiri maksimal sepertiga dari binatang kurbannya secara wajar (tidak
memilih bagian yang baik-baik saja).
Dalam Fatawa Syabakah Islamiyah, di bawah bimbingan Dr.
Abdullah Faqih dinyatakan, “Orang yang berkurban diperintahkan untuk
makan daging kurbannya dan mensedekahkannya. Sebagaimana firman
Allah: “Makanlah daging qurban itu dan berikan kepada orang yang
membutuhkan” (QS. Al-Haj: 28)

8
Kedua, orang yang berkurban boleh mengambil untuk dibagikan
pada kerabat, tetangga, atau teman dekat walaupun kaya, maksimal
sepertiga dari binatang kurbannya.
Ketiga, dibagikan kepada fakir miskin minimal sepertiga binatang
kurban.
Hal tersebut didasarkan pada makna hadis yang diriwayatkan dari
Ibnu Abbas RA, bahwa Nabi SAW membagi kurbannya atas tiga bagian:
sepertiga untuk keluarganya, sepertiga untuk tetangganya yang miskin,
dan sepertiganya lagi untuk peminta-minta (HR Abu Musa Al Isfahani).
Dalam hadits lain yang artinya: "Makanlah, hidangkanlah dan
simpanlah untuk keluargamu". (HR. Bukhori).
"Makanlah dan simpanlah untuk keluargamu, dan sedekahkanlah".
(HR. Muslim).
Selain ketiga hal tersebut, daging kurban juga boleh disimpan
untuk bahan makanan di lain hari. Penyimpanan ini hanya dibolehkan jika
tidak terjadi musim paceklik atau krisis makanan.

Dari Salamah bin Al Akwa’ dia berkata; Rasulullah shallallahu


’alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa diantara kalian yang berkurban
maka jangan sampai dia menjumpai subuh hari ketiga sesudah hari raya
sedangkan dagingnya masih tersisa walaupun sedikit.” Ketika datang
tahun berikutnya maka para sahabat mengatakan, ”Wahai Rasulullah,
apakah kami harus melakukan sebagaimana tahun lalu?” Maka beliau
menjawab,” (Adapun sekarang) Makanlah sebagian, sebagian lagi berikan
kepada orang lain dan sebagian lagi simpanlah. Pada tahun lalu
masyarakat sedang mengalami kesulitan (makanan) sehingga aku
berkeinginan supaya kalian membantu mereka dalam hal itu.” (HR.
Bukhari dan Muslim).

9
G. Penutup

Qurban yaitu menyembelih hewan dengan tujuan untuk ibadat


kepada Allah pada hari raya Adha dan hari-hari Tasyriq, yaitu tanggal 11,
12 ,dan 13 Dzulhijjah. Dengan niat ibadah guna mendekatkan diri kepada
Allah swt. Hewan yang digunakan untuk qurban adalah binatang ternak,
seperti kambing, sapi, dan unta.

Qurban merupakan satu bentuk ibadah yang mempunyai dua


dimensi, yaitu dimensi illahiyah dan dimensi social. Melaksanakan qurban
berarti mentaati syariat Allah swt, yang membawa pahala baginya. Selain
itu, qurban berarti memberikan kebahagian bagi orang lain, khususnya
faqir miskin untuk dapat menikmati daging hewan qurban.

10

Anda mungkin juga menyukai