VIIA
A. Pendahuluan
B. Pengertian Qurban
1. Pengertian
1
Dalam bahasa Arab, hewan kurban disebut juga dengan istilah
udh-hiyah atau adh-dhahiyah , dengan bentuk jamaknya al adhaahi.
Kata ini diambil dari kata dhuha, yaitu waktu matahari mulai tegak
yang disyariatkan untuk melakukan penyembelihan kurban, yakni kira-
kira pukul 07.00 – 10.00. Udh-hiyah adalah hewan kurban (unta, sapi,
dan kambing) yang disembelih pada hari raya Qurban dan hari-hari
tasyriq sebagai taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah (Sayyid Sabiq,
Fikih Sunnah XIII/155; Al Jabari, 1994).
2. Hukum Qurban
َقال عنه هللا رضي هُريرة أبِي وعن: سو ُل قال َ سعة لهُ كان من ( وسلم عليه هللا صلى
ُ للَاِ ر
يُضحِ ولم, أحمد ُ رواهُ ) ُمص َلنا يقرب َن فل, ماجه واب ُن, ُالحا ِك ُم وص َححه, اْلئِ َمةُ ر َجح ل ِكن
ُُ وقفه غي ُره
2
kemudahan untuk berkurban, namun ia belum berkurban, maka
janganlah sekali-kali ia mendekati tempat sholat kami." Riwayat
Ahmad dan Ibnu Majah. Hadits shahih menurut Hakim. Hadits mauquf
menurut para imam hadits selainnya.
3
harapkan dan didambakan, kemudian, seorang putera yang diharapkan
menjadi pewarisnya dan penyampung kelangsungan keturunannya
tersebut, tiba-tiba harus dijadikan qurban dan harus direnggut nyawa oleh
tangan si ayah sendiri.
Namun ia sebagai seorang Nabi, yang juga utusan Allah dan
pembawa agama yang seharusnya menjadi contoh dan teladan bagi para
pengikutnya dalam taat kepada Allah dalam menjalankan segala perintah-
Nya dan menempatkan cintanya kepada Allah di atas cintanya kepada
anak, isteri, harta benda dan lain-lain. Ia harus melaksanakan perintah
Allah yang diwahyukan melalui mimpinya, apa pun yang akan terjadi
sebagai akibat pelaksanaan perintah itu.
Dalam kisahnya, Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah Ta’ala untuk
meminta keturunannya, yang tertuang, tertuang dalam AL Qur’an Ash-
Shafaat (37) ayat 100 yang berbunyi: “Ya Tuhanku, anugrahkanlah
kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh”.
Sungguh amat berat ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim, namun
sesuai dengan firman Allah yang bermaksud:" Allah lebih mengetahui di
mana dan kepada siapa Dia mengamanatkan risalahnya." Nabi Ibrahim
tidak membuang masa lagi, berazam {niat} tetap akan menyembelih Nabi
Ismail puteranya sebagai qurban sesuai dengan perintah Allah yang telah
diterimanya.Dan berangkatlah serta merta Nabi Ibrahim menuju ke
Makkah untuk menemui dan menyampaikan kepada puteranya apa yang
Allah perintahkan.
Nabi Ismail sebagai anak yang soleh yang sgt taat kepada Allah
dan bakti kepada orang tuanya, ketika diberitahu oleh ayahnya maksud
kedatangannya kali ini tanpa ragu-ragu dan berfikir panjang berkata
kepada ayahnya: dan Nabi Ismail berkata keada Nabi Ibrahim:
4
melaksanakan perintah Allah itu , agar ayah mengikatku kuat-kuat supaya
aku tidak banyak bergerak sehingga menyusahkan ayah, kedua agar
menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan
menyebabkan berkurangnya pahalaku dan terharunya ibuku bila
melihatnya, ketiga tajamkanlah parangmu dan percepatkanlah
perlaksanaan penyembelihan agar meringankan penderitaan dan rasa
pedihku, keempat dan yang terakhir sampaikanlah salamku kepada ibuku
berikanlah kepadanya pakaian ku ini untuk menjadi penghiburnya dalam
kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera
tunggalnya,” pesan Ismail kepada Ibrahim.
Kemudian dipeluknyalah Ismail dan dicium pipinya oleh Nabi
Ibrahim seraya berkata: "Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang
taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang dengan ikhlas hati
menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah."
Saat penyembelihan yang mengerikan telah tiba. Diikatlah kedua
tangan dan kaki Ismail, dibaringkanlah ia di atas lantai, lalu diambillah
parang tajam yang sudah tersedia dan sambil memegang parang di
tangannya, kedua mata nabi Ibrahim yang tergenang air berpindah
memandang dari wajah puteranya ke parang yang mengilap di tangannya,
seakan-akan pada masa itu hati beliau menjadi tempat pertarungan antara
perasaan seorang ayah di satu pihak dan kewajiban seorang rasul di satu
pihak yang lain.
Akan tetapi apa daya, parang yang sudah demikian tajamnya itu
ternyata menjadi tumpul dileher Nabi Ismail dan tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya dan sebagaimana diharapkan.
Ismail berkata “Wahai ayahku! Rupa-rupanya engkau tidak sampai
hati memotong leherku karena melihat wajahku, cubalah telangkupkan aku
dan laksanakanlah tugasmu tanpa melihat wajahku.”
Akan tetapi parang itu tetap tidak berdaya mengeluarkan setitik
darah pun dari daging Ismail walau ia telah ditelangkupkan dan dicuba
memotong lehernya dari belakang. Dalam keadaan bingung dan sedih hati,
5
karena gagal dalam usahanya menyembelih puteranya, datanglah kepada
Nabi Ibrahim wahyu Allah dengan firmannya.
“Wahai Ibrahim! Engkau telah berhasil melaksanakan mimpimu,
demikianlah Kami akan membalas orang-orang yang berbuat kebajikkan.”
Kemudian sebagai tebusan ganti nyawa Ismail telah diselamatkan
itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih seekor kambing
yang telah tersedia di sampingnya dan segera dipotong leher kambing itu
oleh beliau dengan parang yang tumpul di leher puteranya Ismail itu.
Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah yang
menegaskan bahwa perintah pergorbanan Ismail itu hanya suatu ujian bagi
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sampai sejauh mana cinta dan taat mereka
kepada Allah. Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat
itu. Nabi Ibrahim telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan
pergorbanan puteranya. untuk berbakti melaksanakan perintah Allah
sedangkan Nabi Ismail tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam
memperagakan kebaktiannya kepada Allah dan kepada orang tuanya
dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan.
Dan inilah asal permulaan sunnah berqurban yang dilakukan oleh
umat Islam pada tiap hari raya Aidiladha di seluruh pelosok dunia.
1. Cukup umurnya
2. Domba sekurang-kurangnya berumur satu tahun.
6
3. Kambing, sekurang-kurangnya berumur dua tahun.
4. Unta sekurang-kurangnya berumur empat tahun dan masuk tahun
kelima.
5. Sapi, sekurang-kurangnya berumur dua tahun dan masuk tahun ketiga.
َقال عنه هللا رضي جابِر وعن: سو ُل قال َ ُم ِسنَة إِ َل تذب ُحوا ل ( وسلم عليه هللا صلى, إِ َل
ُ للَاِ ر
ُ ُمس ِلم رواهُ ) الضَأ ِن ِمن جذعة فتذب ُحوا علي ُكم يع
سر أ ن
6. Tidak cacat , Tidak sakit, Tidak pincang, Tidak buta, Tidak kurus
7. Tidak putus telinga atau tanduknya. Sebagaimana hadits Rasulullah
SAW :
َاء وع ِنِ بن البر ِ ازب ِ ضي ع َ قال عن ُهما: سو ُل فِينا قام
ِ للَاُ ر َ صلى
ُ للَاِ ر وسلم عليه هللا
فقال: ( وز ل أربع ُ الضَحايا فِي ت ُج: عو ُرها الب ِينُ العورا ُء, ُوالم ِريضة ُمرضُها الب ِين,
وص َححهُ ُ الخمسة رواهُ ) تُن ِقي ل ا َلتِي والكسِيرة ُ ظلعُه الب ِينُ والعرجا ُء التِر ِمذِي, واب ُن
ِحبَان
7
َب وعن ُ قال عنه هللا رضي: ( ُسو ِل مع اْلضحى ش ِهدت
ِ ُ سفيان ب ِن ُجند َ صلى
ُ للَاِ ر
اس صلتهُ قضى فل َما وسلم عليه هللا ِ بِال َن, ذُبِحت قد غنم إِلى نظر, فقال: قبل ذبح من
َ ) ِ عليه ُمتَفق
َ مكانها شاة فليذبح ال, للَاِ اس ِم على فليذبح ذبح ي ُكن لم ومن
ِصلة
8
Kedua, orang yang berkurban boleh mengambil untuk dibagikan
pada kerabat, tetangga, atau teman dekat walaupun kaya, maksimal
sepertiga dari binatang kurbannya.
Ketiga, dibagikan kepada fakir miskin minimal sepertiga binatang
kurban.
Hal tersebut didasarkan pada makna hadis yang diriwayatkan dari
Ibnu Abbas RA, bahwa Nabi SAW membagi kurbannya atas tiga bagian:
sepertiga untuk keluarganya, sepertiga untuk tetangganya yang miskin,
dan sepertiganya lagi untuk peminta-minta (HR Abu Musa Al Isfahani).
Dalam hadits lain yang artinya: "Makanlah, hidangkanlah dan
simpanlah untuk keluargamu". (HR. Bukhori).
"Makanlah dan simpanlah untuk keluargamu, dan sedekahkanlah".
(HR. Muslim).
Selain ketiga hal tersebut, daging kurban juga boleh disimpan
untuk bahan makanan di lain hari. Penyimpanan ini hanya dibolehkan jika
tidak terjadi musim paceklik atau krisis makanan.
9
G. Penutup
10