Makalah PSIKOLINGUISTIK 1
Makalah PSIKOLINGUISTIK 1
PSIKOLINGUISTIK
Oleh:
Wahyudi (17129165)
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memeberikan rahmat dan karunia-nya kepada kita
semua, sehingga makalah dengan judul “Psikologi, Linguistik, Psikolinguistik Dan
Sejarah Perkembangan Psikolnguistik” dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah
psikolingistik dapat selesai tepat pada waktumya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini,oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak akan diterimasehingga kedepannya
penulis dapat menyusun makalah-makalah lain dengan lebih baik. Dan harapan penulis semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telahmembantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Semoga Allah SWT selalu meridaisemua usaha kita. Amin
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
A. Psikologi ................................................................................................................5
B. Linguistik ...............................................................................................................7
C. Psikolinguistik .......................................................................................................8
D. Subdisiplin Psikolinguistik ....................................................................................9
E. Induk Disiplin Psikolinguistik ..............................................................................11
Kesimpulan ........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................19
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Psikolinguistik adalah sub disiplin ilmu linguistik yang mengkaji hubungan antarailmu psikologi
dan ilmu bahasa. Sedangkan kegiatan berbahasa bukan hanyasecara mekanistik tetapi juga secara
mentalistik. Di dalam ilmu psikologimembahas ilmu yang mengkaji jiwa manusia yang bersifat
abstrak sedangkanilmu linguistik membahas tentang bahasa sebagai objek kajian. Untuk itu
teori psikolinguistik dapat menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jikaseseorang
mengucapkan kalimat-kalimat yang di dengarnya pada waktu berkomunikasi dan
kemampuan berbahasa tersebut bisa diperoleh dari manusia.
Makalah ini akan membahas tentang konsep dasar psikolinguistik secara umum untuk memenuhi
tugas dari mata kuliah Psikolinguistik. Untuk memahami konsepdasar psikolinguistik ada
beberapa hal yang perlu di pahami seperti
pengertian psikolinguistik, sejarah lahirnya psikolinguistik, batasan psikolinguistik dan ilmu ba
asa, ciri-ciri psikolinguistik, ruang lingkup kajian psikolinguistik, kedudukan psikolinguistik
dalam keilmuan linguistik, dan tujuan mempelajari psikolinguistik. Isi dalam makalah ini
diharapkan mampu memberikan konsep dasar tentang psikolinguistik dalam perkembangan
ilmu linguistik kepada para pembaca.
1.3 Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Psikologi
Secara etimologi kata psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno psyche dan logos. kata
psyche berarti jiwa, roh, atau sukma, sedangkan kata logos berarti ilmu. Jadi, secara harfiah
berarti ilmu jiwa atau ilmu yang objek kajiannya adalah jiwa. dulu ketika psikologi adalah ilmu
yang mengkaji jiwa masih bisa dipertahankan. Dalam kepustakaan pada tahun 50an nama ilmu
jiwa lazim digunakan sebagai padanan kata psikologi. Namun, kini istilah ilmu jiwa tidak
digunakan lagi karena bidang ilmu ini memang tidak meneliti jiwa, roh, atau sukma, sehingga
istilah itu kurang tepat.
Dalam perkembangan lebih lanjut, psikologi lebih membahas atau mengkaji sisi – sisi
manusia dari segi yang bisa diamati. Kareba jiwa itu bersifat abstrak, sehingga tidak dapat
diamati secara empiris, padahal objek kajian setiap ilmu harus dapat diobservasi secara indrawi.
Dalam hal ini jiwa atau keadaan jiwa hanya bisa diamati melalui gejala – gejalanya seperti orang
yang sedih akan berlaku murung, dan orang yang gembira tampak dari gerak – geriknya yang
riang atau dari wajahnya yang binar – binar. Meskipun demikian, kita juga sering mendapat
kesulitan untuk mengetahui keadaan jiwa seseorang dengan hanya melihat tingkah lakunya saja.
Tidak jarang kita jumpai seseorang yang sebenarnya sedih tetapi tetap tersenyum. Atau seseorang
yang sebenarnya jengkel atau marah tetapi tetap tenang atau malah tertawa.
Walaupun besar gerak – gerik lahir seseorang belum tentu menggambarkan keadaan jiwa
yang sebanarnya, namun, secara tradisional, psikologi lazim diartikan sebagai satu bidang ilmu
yang mencoba mempelajari perilaku manusia. Caranya adalah dengan mengkaji hakikat
rangsangan, hakikat reaksi terhadap rangsangan itu dan mengkaji hakikat proses – proses akal
yang berlaku sebelum reaksi itu terjadi. Para ahli psikologi belakangan ini juga cenderung untuk
menganggap psikologi sebagai suatu ilmu yang mecoba mengkaji proses akal manusia dan
segala manifestasinya yang mengatur perilaku manusia itu. Tujuan pengkajian akal ini adalah
untuk menjelaskan, memprediksikan, dan mengontrol perilaku manusia.
Dalam perkembangannya, psikologi telah menjadi beberapa aliran sesuai dengan paham
filsafat yang dianut. Karena itulah dikenal adanya psikologi yang mentalistik, yang bahavioristik,
dan yang kognitifistik.
Psikologi yang mentalistik melahirkan aliran yang disebut psikologi kesadaran. Tujuan
utama psikologi kesadaran adalah mencoba mengkaji proses – proses akal manusia dengan cara
5
mengintrospeksi atau mengkaji diri. Oleh karena itu, psikologi kesadaran lazim juga disebut
psikologi introspeksionisme. Psikologi ini merupakan suatu proses akal dengan cara melihat
kedalam diri sendiri setelah suatu rangsangan terjadi.
Psikologi yang behavioristik melahirkan aliran yang disebut psikologi perilaku. Tujuan
utama psikologo perilaku ini adalah mencoba mengkaji perilaku manusia yang berupa reaksi
apabila suatu rangsangan terjadi, dan selanjutnya bagaimana mengawasi dan mengontrol
perilaku itu. Para pakar psikologi behavioristik ini tidak berminat mengkaji proses – proses akal
yang membangkitkan perilaku tersebut karena proses – proses akal ini tidak dapat diamati atau
diobservasi secara langsung. Jadi, para pakar psikologi perilaku ini tidak mengkaji ide – ide,
pengertian, kemauan, keinginan, maksud, pengharapan, dan segala mekanisme fisiologi. Yang
dikaji hanyalah peristiwa – peristiwa yang dapat diamati, yang nyata dan konkret, yaitu kelakuan
atau tingkah laku manusia.
Psikologi yang kognitifistik dan lazim disebut psikologi kognitif mencoba mengkaji
proses – proses kognitif manusia secara ilmiah. Yang dimaksud kognitif adalah proses – proses
akal (pikiran, berpikir) manusia yang bertanggung jawab mengatur pengalaman dan perilaku
manusia. Hal utama yang dikaji oleh psikologi kognitif adalah bagaimana cara manusia
memperoleh, menafsirkan, mengatur, menyimpan, mengeluarkan, dan menggunakan
pengetahuannya, termasuk perkembangan dan penggunaan pengetahuan bahasa. Perbedaannya
dengan psikologi kesadaran adalah bahwa menurut paham mentalisme proses – proses akal itu
berlangsung setelah terjadinya rangsangan. Sedangkan menurut psikologi kognitif proses –
proses akal itu dapat terjadi karena adanya kekuatan dari dalam, tanpa adanya rangsangan
terlebih dahulu.kekuatan dari dalam, tanpa adanya rangsangan terlebih dahulu. Perilaku yang
muncul sebagai hasil proses akal seperti ini disebut perilaku atau tindakan bertujuan sebagai
hasil kreativitas organisme manusia itu sendiri.
Psikologi sangat berkaitan erat dengan kehidupan manusia dalam segala kegiatannya
yang sangat luas. Oleh karena itu, muncullah berbagai cabang psikologi yang diberi nama sesuai
dengan penarapannya. Diantara cabang – cabang itu adalah psikologi sosial, psikologi
perkembangan, psikologi klinik, psikologi komunikasi, dan psikologi bahasa.
B. Linguistik
6
Secara umum linguistik lazim diartikan sebagai ilmu bahasa atau ilmu yang mengambil
bahasa sebagai objek kajiannya. Pakar linguistik disebut lingui, dalam bahasa inggris juga berarti
orang yang mahir menggunakan beberapa bahasa, selain bermakna pakar linguistik. Seseorang
linguis mempelajari bahasa bukan dengan tujuan utama untuk mahir menggunakan bahasa itu,
melainkan untuk mengetahui secara mendalam mengenai kaidah – kaidah struktur bahasa,
beserta dengan berbagai aspek dan segi yang menyangkut bahasa itu. Andaikata si linguis ingin
memahirkan penggunaan bahasa bahasa itu tentu juga tidak ada salahnya. Bahkan akan menjadi
lebih baik. Sebaiknya, seseorang yang mahir dan lancar dalam menggunakan beberapa bahasa,
belum tentu dia seorang linguis kalau dia tidak mendalami teori tentang bahasa. Orang seperti ini
lebih tepat disebut seorang poliglot ”berbahasa banyak”, sebagai dikotomi dari monoglot
”berbahasa satu”.
Kalau dikatakan bahwa linguistik atu adalah ilmu yang objek kajiannya adalah bahaasa,
sedangkan bahasa itu sendiri merupakan fenomena yang hadir dalam segala aktivitas kehidupan
manusia, maka linguistik itu pun menjadi sangat luas bidang kajiannya. Oleh karena itu, kita bisa
lihat adanya berbagai cabang linguistik yang dibuat berdasarkan berbagai kriteria atau
pandangan. Secara umum pembidangan linguistik itu adalah sebagai berikut :
1. Menurut objek kajian, linguistik dapat dibagi atas dua cabang besar, yaitu
linguistik mikro dan linguistik makro. Objek kajian linguistik mikro adalah struktur
internal bahasa itu sendiri, mencakup struktur fonologi, morfologi, sintaksis, dan
leksikon. Sedangkan objek kajian linguistik makro adlah bahasa dalam hubungannya
dengan faktor di luar bahasa seperti faktor sosiologis, psikologis, antropologi, dan
neurologi. Berkaitan dengan faktor – faktor di luar bahasa itu muncullah bidang – bidang
seperti sosiologistik, psikologistik, neurolinguistik dan etnolinguistik. Disini, linguistik
dipandang sebagai disiplin utama, sedangkan ilmu-ilmu lain sebagai disiplin bawahan.
2. Menurut tujuan kajiannya, linguistik dapat dibedakan atas dua bidang besaar yaitu
linguistik teoteris dan linguistik terapan. Kajian teoteris hanya ditujukan untuk mencari
atau menentukan teori – teori linguistik. Hanya untuk membuat kaidah – kaidah linguistik
secara deskriptif. Sedangkan kajian terapan ditujukan untuk menerapkan kaidah – kaidah
linguistik dalam kegiatan praktis, seperti dalam pengajaran bahasa, penerjemahan,
penyusunan kamus, dan sebagainya.
7
3. Adanya yang disebut linguistik sejarah dan sejarah linguistik. Linguistik sejarah
mengkaji perkembangan dan perubahan suatu bahasa atau sejumlah bahasa, baik dengan
diperbandingkan maupun tidak. Sejarah linguiatik mengkaji perkembangan ilmu
linguistik, baik mengenai tokoh – tokohnya, aliran – aliran teorinya, maupun hasil – hasil
kerjanya.
Dalam kaitannya dengan psikologi, linguistik lazim diartikan sebagai ilmu yang muncoba
mempelajari hakikat bahasa, atruktur bahasa, bagaimana bahasa itu diperoleh, bagaimana bahasa
itu bekerja, dan bagaimana bahasa itu berkembang. Dalam konsep ini tampak bahwa yang
namanya psikolinguistik dianggap sebagai cabang dari linguistik, sedangkan linguistik itu sendiri
dianggap sebagai cabang dari psikologi.
C. Psikolinguistik
Psikolinguistik terbentuk dari kata psikologi dan kata linguistic, yakni dua bidang ilmu
yang berbeda, yang masing – masing berdiri sendiri, dengan prosedur dan metode yang
berlainan. Namun, keduanya sama – sama meneliti bahasa sebagai objek formalnya. Hanya
materinya yang berbeda, linguistik mengkaji struktur bahasa, sedangkan psikologi mengkaji
perilaku berbahasa atau proses berbahasa. Dengan demikian cara dan tujuannya juga berbeda.
Meskipun cara dan tujuan berbeda, tetapi banyak juga bagian – bagian objeknya yang
dikaji dengan cara yang sama dan dengan tujuan yang sama, tetapi dengan teori yang berlainan.
Hasil kajian kedua disiplin ini pun banyak yang sama, meskipun tidak sedikit yang berlainan.
Oleh karena itulah, telah lama dirasakan perlu adanya kerja sama di antara kedua disiplin ini
untuk mengkaji bahasa dan hakikat bahasa. Dengan kerja sama kedua disiplin itu diharapkan
akan diperoleh hasil kajian yang lebih baik dan lebih bermanfaat.
Sebagai hasil kerjasama yang baik, lebih terarah, dan lebih sistematis diantara kedua ilmu
itu, lahirlah satu disiplin ilmu baru yang disebut psikolinguistik, sebagai ilmu antardisiplin antara
psikologi dan linguistik. Istilah psikolinguistik itu sendiri baru lahir tahun 1945, yakni tahun
terbitnya buku psycholinguistics : A Survey of Theory and Reserch Problems yang disunting oleh
Charles E. Osgood dan Thomas A. sebeok, di Bloomington, Amerika Serikat.
Psikolinguistik mencoba menguraikan proses – proses psikologi yang berlangsung jika
seseorang mengucapkan kalimat – kalimat yang didengarnya pada waktu berkomunikasi, dan
8
bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh oleh manusia (Slobin, 1974; Meller, 1964; Slama
Cazahu, 1973). Maka secara teoteris tujuan utama psikolinguistik adalah mencari satu teori
bahasa yang secara linguistik bisa diterima dan secara psikologi dapat menerangkan hakikat
bahasa dan pemeerolehannya. Dengan kata lain, psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat
struktur bahasa, dan bagaimana struktur ini diperoleh, digunakan pada waktu bertutur, dan pada
waktu memahami kalimat– kalimat dalam pertuturan itu. Dalam prakteknya psikolinguistik
mencoba menerapkan pengetahuan linguistik dan psikologi pada masalah – masalah seperti
pengajaran dan pembelajaran bahasa, pengajaran membaca permulaan dan membaca lanjut,
kedwibahasaan dan kemultibahasaan, penyakit bertutur seperti afasia, gagap, dan sebagainya;
serta masalah – masalah sosial lain yang menyangkut bahasa, seperti bahasa dan pendidikan,
bahasa dan pembangunan nusa dan bangsa.
D. Subdisiplin Psikolinguistik
a. Psikolinguistik Teoretis
Subdisiplin ini membahas teori-teori bahasa yang berkaitan dengan proses-proses mental
manusia dalam berbahasa, misalnya dalam rancangan fonetik, rancangan pilihan kata, rancangan
sintaksis, rancangan wacana, dan rancangan intonasi.
b. Psikolinguistik Perkembangan
Subdisiplin ini berkaitan dengan pemerolehan bahasa, baik pemerolehan bahasa pertama (B1)
maupun pemerolehan bahasa kedua (B2). Subdisiplin ini mengkaji proses pemerolehan fonologi,
proses pemerolehan semantik, dan proses pemerolehan sintaksis secara berjenjang, bertahap, dan
terpadu.
c. Psikolinguistik Sosial
Subdisiplin ini berkenaan dengan aspek-aspek sosial bahasa. Bagi suatu masyarakat bahasa,
bahasa itu bukan hanya merupakan suatu gejala dan identitas sosial, tetapi juga merupakan suatu
ikatan batin dan nurani yang sukar ditinggalkan.
9
d. Psikolinguistik Pendidikan
Subdisiplin ini mengkaji aspek-aspek pendidikan secara umum dalam pendidikan formal di
sekolah. Umpamanya peranan bahasa dalam pengajaran membaca, pengajaran kemahiran
berbahasa, dan pengetahuan mengenai peningkatan kemampuan berbahasa dalam proses
memperbaiki kemampuan menyampaikan pikiran dan perasaan
e. Psikolinguistik Neurologi
Subdisiplin ini mengkaji hubungan antara bahasa, berbahasa, dan otak manusia. Para pakar
neurologi telah berhasil menganalisis struktur biologis otak serta telah memberi nama pada
bagian-bagian struktur otak itu. Namun ada pertanyaan yang belum dijawab secara lengkap,
yaitu apa yang terjadi dengan masukan bahasa dan bagaimana keluaran bahasa diprogramkan
dan dibentuk di dalam otak.
f. Psikolinguistik Eksperimen
Subdisiplin ini meliput dan melakukan eksperimen dalam semua kegiatan bahasa dan berbahasa
pada satu pihak dan perilaku berbahasa dan akibat berbahasa di pihak lain.
g. Psikolinguistik Terapan
Subdisiplin ini berkaitan dengan penerapan dari temuan-temuan enam subdisiplin psikolinguistik
di atas dalam bidang-bidang tertentu yang memerlukannya. Yang termasuk subdisiplin ini ialah
psikologi, linguistik, pertuturan dan pemahaman, pembelajaran bahasa, pengajaran membaca
neurologi, psikiatri, komunikasi, dan susastra.
Beberapa pakar berpendapat psikolingusitik berinduk pada spikologi karena istilah itu
merupakan nama baru dari psikologi bahasa yang telah dikenal beberapa waktu sebelumnya.
Namun di Amerika Serikat pada umumnya, psikolinguistik dianggap sebagai cabang dari
linguistik, meskipun Noam Chomsky cenderung menempatkan psikolinguistik sebagai cabang
psikologi. Di Perancis pada tahun enam puluhan psikolinguistik dikembangkan oleh pakar
10
psikologi, sedangkan di Inggris psikolinguistik dikembangkan oleh pakar linguistik yang bekerja
sama dengan beberapa pakar psikologi dari Inggris dan Amerika Serikat. Di Rusia
psikolinguistik telah dikembangkan oleh para pakar linguistik pada Institut Linguistik Moskow.
Sebaliknya, di Rumania ada kecenderungan menempatkan psikolinguistik sebagai satu disiplin
mandiri, tetapi penerapannya lebih banyak diambil oleh linguistik
d. Bagaimana proses penyusunan kalimat atau kalimat-kalimat? Proses apakah yang terjadi
di dalam otak waktu berbahasa?
e. Bagaimanakah bahasa itu tumbuh dan mati? Bagaimana proses terjadinya sebuah dialek?
Bagaimana proses berubahnya suatu dialek menjadi sebuah bahasa baru?
12
Ferdinand de Saussure (1858-1913), pakar linguistik berkembangsaan Swiss, telah
berusaha menerangkan apa sebenarnya bahassa itu (linguistik) dan bagaimana keadaan bahasa
itu dalam otak (psikologi). Beliau memperkenalkan tiga istilah tentang bahasa yaitu langage
(bahasa pada umumnya yang bersifat abstrak), langue (bahasa tertentu yang bersifat abstrak),
dan parole (bahasa sebagai tuturan yang bersifat konkret). Dia menegaskan objek kajian
linguistik adalah langue., sedangkan objek kajian psikologi adalah parole. Ini berarti, kalau ingin
mengkaji bahasa secara lengkap, maka kedua disiplin, yakni linguistik dan psikologi harus
digunakan. Hal ini dikatakannya karena dia menganggap segala sesuatu yang ada dalam bahasa
itu pada dasarnya bersifat psikologis.
Edward Sapir (1884-1939), pakar linguistik dan antropologi bangsa Amerika, telah
mengikutsertakan psikologi dalam pengkajian bahasa. Menurut Sapir, psikologi dapat
memberikan dasar ilmiah yang kuat dalam pengkajian bahasa. Beliau juga mencoba mengkaji
hubungan bahasa (linguistik) dengan pemikiran (psikologi). Dari kajian itu beliau berkesimpulan
bahwa bahasa, terutama strukturnya, merupakan unsur yang menentukan struktur pemikiran
manusia. Beliau juga menekankan bahwa linguistik dapat memberikan sumbangan yang penting
kepada psikologi Gestalt, dan sebaliknya psikologi Gestalt dapat membantu disiplin linguistik.
4. Bahasa dapat merupakan stimulus terhadap satu respons, atau merupakan satu
respons terhadap satu stimulus.
5. Respons bahasa sebagai satu stimul pengganti untuk benda dan keadaan yang
sebenarnya memungkinkan kita untuk memunculksn kembali suatu hal yang pernah
terjadi, dan menganalisis kejadian ini dalam bagian – bagiannya.
14
Kerjasama secara langsung antara linguistik dan psikologi sebanarnya sudah dimulai
sejak 1860 yaitu, oleh Heyman Steintthal, seorang ahli psikologi yang beralih menjadi ahli
linguistik, dan Moriz Lazarus seorang ahli linguistik yang beralih menjadi ahli psikologi dengan
menrbitkan sebuah jurnal yang khusus membicarakan masalh psikologi bahasa dari sudut
linguistik dan psikologi.
Dasar – dasar psikolinguistik menurut beberapa pakar didalam buku yang disunting oleh Osgood
dan Sebeok diatas adalah berikut ini :
1. Psikolinguistik adalah satu teori linguistik berdasarkan bahasa yang dianggap
sebagai sebuah sistem elemen yang saling berhubungan erat.
2. Psokolinguistik adalah satu teori pembelajaran (menurut teori behaviorisme)
berdasarkan bahasa yang dianggapnsebagainsatu sistem tabiat dan kemampuan yang
menghubungkan isyarat dengan perilaku.
15
bahwa itu harus dipelajari. Dengan kata lain, kemampuan berbahasa adalah satu kemampuan
hasil belajar, dan bukan sebagai sesuatu yang diwarisi.
Tokoh lain dari psikolinguistik generasi pertama, dan yang dianggap sebagai tokoh utama
adalah B. F. Skonner. Beliau menjadi tokoh yang kemudian ditentang oleh Noam Chomsky yang
menganut aliran kognitif dalam proses berbahasa. Namun, teori – teori Skinner inilah yang
dianut oleh teori – teori linguistik aliran Bloomfield.
16
Ketiga, adanya satu pergeseran dari analisis mengenai proses ujaran yang abstrak ke
satu analisis psikologis mengenai komunikasi dan pikiran. Pergeseran dari ujaran yang abstrak ke
komunikasi dan pikiran ini dikemukakan oleh J. S. Bruner dalam artikelnya berjudul Frol
Communication to Language yang dimuat dalam Cognition tahun 1974-5.
Ketiga ciri utama dari psikolinguistik generasi ketiga ini menunjukkan telah
terjadinya satu peningkatan kualitatif dalam perkembangan psikolinguistik di negara – negara
Barat. Namun, menurut Leontive (1981) dibandingkan dengan perkembangan linguistik di
Eropa, maka osikolinguistik di Rusia sudah lebih dulu berkembang karena sejak awal
psikolinguistik di Rusia telah memperhitungkan jurus komunikasi dan pikiran dalam analisas
psikolinguistik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
18
19