Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PSIKOLINGUISTIK

“PSIKOLOGI, LINGUISTIK, PSIKOLINGUISTIK”

Oleh:

Dewi ompusunggu (17129018)


Iman hakim (17129146)

Wahyudi (17129165)

Widya Rezki Maiza(17129435)

Dosen pembimbing : Dr. Taufina, M.pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memeberikan rahmat dan karunia-nya kepada kita
semua, sehingga makalah dengan judul “Psikologi, Linguistik, Psikolinguistik Dan
Sejarah Perkembangan Psikolnguistik” dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah
psikolingistik dapat selesai tepat pada waktumya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini,oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak akan diterimasehingga kedepannya
penulis dapat menyusun makalah-makalah lain dengan lebih baik. Dan harapan penulis semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telahmembantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Semoga Allah SWT selalu meridaisemua usaha kita. Amin

Bukittinggi, Januari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................2

Daftar Isi ...........................................................................................................................3

BAB I : PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang .....................................................................................................4

1.2. Rumusan masalah ...............................................................................................4

1.3. Tujuan ..................................................................................................................4

BAB II : PEMBAHASAN

A. Psikologi ................................................................................................................5
B. Linguistik ...............................................................................................................7
C. Psikolinguistik .......................................................................................................8
D. Subdisiplin Psikolinguistik ....................................................................................9
E. Induk Disiplin Psikolinguistik ..............................................................................11

F. Pokok Bahasan Psikolinguistik..............................................................................11

G. Sejarah Perkembangan Psikolnguistik...................................................................12

H. Tiga Generasi dalam Psikolinguistik.....................................................................15

BAB III : PENUTUP

Kesimpulan ........................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................19

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Psikolinguistik adalah sub disiplin ilmu linguistik yang mengkaji hubungan antarailmu psikologi
dan ilmu bahasa. Sedangkan kegiatan berbahasa bukan hanyasecara mekanistik tetapi juga secara
mentalistik. Di dalam ilmu psikologimembahas ilmu yang mengkaji jiwa manusia yang bersifat
abstrak sedangkanilmu linguistik membahas tentang bahasa sebagai objek kajian. Untuk itu
teori psikolinguistik dapat menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jikaseseorang
mengucapkan kalimat-kalimat yang di dengarnya pada waktu berkomunikasi dan
kemampuan berbahasa tersebut bisa diperoleh dari manusia.

Psikolinguistik merupakan hasil dari perkembangan ilmu linguistik yang


sangat pesat. Psikolinguistik juga di kategorikan sebagai mata kuliah wajib dalam program studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Makalah ini akan membahas tentang konsep dasar psikolinguistik secara umum untuk memenuhi
tugas dari mata kuliah Psikolinguistik. Untuk memahami konsepdasar psikolinguistik ada
beberapa hal yang perlu di pahami seperti
pengertian psikolinguistik, sejarah lahirnya psikolinguistik, batasan psikolinguistik dan ilmu ba
asa, ciri-ciri psikolinguistik, ruang lingkup kajian psikolinguistik, kedudukan psikolinguistik
dalam keilmuan linguistik, dan tujuan mempelajari psikolinguistik. Isi dalam makalah ini
diharapkan mampu memberikan konsep dasar tentang psikolinguistik dalam perkembangan
ilmu linguistik kepada para pembaca.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan psikologi?

2. Apa yang dimaksud dengan linguistik?

3. Apa yang dimaksud dengan psikolinguistik?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan psikologi.

2. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan linguistik.

3. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan psikolinguistik.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Psikologi
Secara etimologi kata psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno psyche dan logos. kata
psyche berarti jiwa, roh, atau sukma, sedangkan kata logos berarti ilmu. Jadi, secara harfiah
berarti ilmu jiwa atau ilmu yang objek kajiannya adalah jiwa. dulu ketika psikologi adalah ilmu
yang mengkaji jiwa masih bisa dipertahankan. Dalam kepustakaan pada tahun 50an nama ilmu
jiwa lazim digunakan sebagai padanan kata psikologi. Namun, kini istilah ilmu jiwa tidak
digunakan lagi karena bidang ilmu ini memang tidak meneliti jiwa, roh, atau sukma, sehingga
istilah itu kurang tepat.
Dalam perkembangan lebih lanjut, psikologi lebih membahas atau mengkaji sisi – sisi
manusia dari segi yang bisa diamati. Kareba jiwa itu bersifat abstrak, sehingga tidak dapat
diamati secara empiris, padahal objek kajian setiap ilmu harus dapat diobservasi secara indrawi.
Dalam hal ini jiwa atau keadaan jiwa hanya bisa diamati melalui gejala – gejalanya seperti orang
yang sedih akan berlaku murung, dan orang yang gembira tampak dari gerak – geriknya yang
riang atau dari wajahnya yang binar – binar. Meskipun demikian, kita juga sering mendapat
kesulitan untuk mengetahui keadaan jiwa seseorang dengan hanya melihat tingkah lakunya saja.
Tidak jarang kita jumpai seseorang yang sebenarnya sedih tetapi tetap tersenyum. Atau seseorang
yang sebenarnya jengkel atau marah tetapi tetap tenang atau malah tertawa.
Walaupun besar gerak – gerik lahir seseorang belum tentu menggambarkan keadaan jiwa
yang sebanarnya, namun, secara tradisional, psikologi lazim diartikan sebagai satu bidang ilmu
yang mencoba mempelajari perilaku manusia. Caranya adalah dengan mengkaji hakikat
rangsangan, hakikat reaksi terhadap rangsangan itu dan mengkaji hakikat proses – proses akal
yang berlaku sebelum reaksi itu terjadi. Para ahli psikologi belakangan ini juga cenderung untuk
menganggap psikologi sebagai suatu ilmu yang mecoba mengkaji proses akal manusia dan
segala manifestasinya yang mengatur perilaku manusia itu. Tujuan pengkajian akal ini adalah
untuk menjelaskan, memprediksikan, dan mengontrol perilaku manusia.
Dalam perkembangannya, psikologi telah menjadi beberapa aliran sesuai dengan paham
filsafat yang dianut. Karena itulah dikenal adanya psikologi yang mentalistik, yang bahavioristik,
dan yang kognitifistik.
Psikologi yang mentalistik melahirkan aliran yang disebut psikologi kesadaran. Tujuan
utama psikologi kesadaran adalah mencoba mengkaji proses – proses akal manusia dengan cara
5
mengintrospeksi atau mengkaji diri. Oleh karena itu, psikologi kesadaran lazim juga disebut
psikologi introspeksionisme. Psikologi ini merupakan suatu proses akal dengan cara melihat
kedalam diri sendiri setelah suatu rangsangan terjadi.
Psikologi yang behavioristik melahirkan aliran yang disebut psikologi perilaku. Tujuan
utama psikologo perilaku ini adalah mencoba mengkaji perilaku manusia yang berupa reaksi
apabila suatu rangsangan terjadi, dan selanjutnya bagaimana mengawasi dan mengontrol
perilaku itu. Para pakar psikologi behavioristik ini tidak berminat mengkaji proses – proses akal
yang membangkitkan perilaku tersebut karena proses – proses akal ini tidak dapat diamati atau
diobservasi secara langsung. Jadi, para pakar psikologi perilaku ini tidak mengkaji ide – ide,
pengertian, kemauan, keinginan, maksud, pengharapan, dan segala mekanisme fisiologi. Yang
dikaji hanyalah peristiwa – peristiwa yang dapat diamati, yang nyata dan konkret, yaitu kelakuan
atau tingkah laku manusia.
Psikologi yang kognitifistik dan lazim disebut psikologi kognitif mencoba mengkaji
proses – proses kognitif manusia secara ilmiah. Yang dimaksud kognitif adalah proses – proses
akal (pikiran, berpikir) manusia yang bertanggung jawab mengatur pengalaman dan perilaku
manusia. Hal utama yang dikaji oleh psikologi kognitif adalah bagaimana cara manusia
memperoleh, menafsirkan, mengatur, menyimpan, mengeluarkan, dan menggunakan
pengetahuannya, termasuk perkembangan dan penggunaan pengetahuan bahasa. Perbedaannya
dengan psikologi kesadaran adalah bahwa menurut paham mentalisme proses – proses akal itu
berlangsung setelah terjadinya rangsangan. Sedangkan menurut psikologi kognitif proses –
proses akal itu dapat terjadi karena adanya kekuatan dari dalam, tanpa adanya rangsangan
terlebih dahulu.kekuatan dari dalam, tanpa adanya rangsangan terlebih dahulu. Perilaku yang
muncul sebagai hasil proses akal seperti ini disebut perilaku atau tindakan bertujuan sebagai
hasil kreativitas organisme manusia itu sendiri.
Psikologi sangat berkaitan erat dengan kehidupan manusia dalam segala kegiatannya
yang sangat luas. Oleh karena itu, muncullah berbagai cabang psikologi yang diberi nama sesuai
dengan penarapannya. Diantara cabang – cabang itu adalah psikologi sosial, psikologi
perkembangan, psikologi klinik, psikologi komunikasi, dan psikologi bahasa.

B. Linguistik
6
Secara umum linguistik lazim diartikan sebagai ilmu bahasa atau ilmu yang mengambil
bahasa sebagai objek kajiannya. Pakar linguistik disebut lingui, dalam bahasa inggris juga berarti
orang yang mahir menggunakan beberapa bahasa, selain bermakna pakar linguistik. Seseorang
linguis mempelajari bahasa bukan dengan tujuan utama untuk mahir menggunakan bahasa itu,
melainkan untuk mengetahui secara mendalam mengenai kaidah – kaidah struktur bahasa,
beserta dengan berbagai aspek dan segi yang menyangkut bahasa itu. Andaikata si linguis ingin
memahirkan penggunaan bahasa bahasa itu tentu juga tidak ada salahnya. Bahkan akan menjadi
lebih baik. Sebaiknya, seseorang yang mahir dan lancar dalam menggunakan beberapa bahasa,
belum tentu dia seorang linguis kalau dia tidak mendalami teori tentang bahasa. Orang seperti ini
lebih tepat disebut seorang poliglot ”berbahasa banyak”, sebagai dikotomi dari monoglot
”berbahasa satu”.
Kalau dikatakan bahwa linguistik atu adalah ilmu yang objek kajiannya adalah bahaasa,
sedangkan bahasa itu sendiri merupakan fenomena yang hadir dalam segala aktivitas kehidupan
manusia, maka linguistik itu pun menjadi sangat luas bidang kajiannya. Oleh karena itu, kita bisa
lihat adanya berbagai cabang linguistik yang dibuat berdasarkan berbagai kriteria atau
pandangan. Secara umum pembidangan linguistik itu adalah sebagai berikut :
1. Menurut objek kajian, linguistik dapat dibagi atas dua cabang besar, yaitu
linguistik mikro dan linguistik makro. Objek kajian linguistik mikro adalah struktur
internal bahasa itu sendiri, mencakup struktur fonologi, morfologi, sintaksis, dan
leksikon. Sedangkan objek kajian linguistik makro adlah bahasa dalam hubungannya
dengan faktor di luar bahasa seperti faktor sosiologis, psikologis, antropologi, dan
neurologi. Berkaitan dengan faktor – faktor di luar bahasa itu muncullah bidang – bidang
seperti sosiologistik, psikologistik, neurolinguistik dan etnolinguistik. Disini, linguistik
dipandang sebagai disiplin utama, sedangkan ilmu-ilmu lain sebagai disiplin bawahan.
2. Menurut tujuan kajiannya, linguistik dapat dibedakan atas dua bidang besaar yaitu
linguistik teoteris dan linguistik terapan. Kajian teoteris hanya ditujukan untuk mencari
atau menentukan teori – teori linguistik. Hanya untuk membuat kaidah – kaidah linguistik
secara deskriptif. Sedangkan kajian terapan ditujukan untuk menerapkan kaidah – kaidah
linguistik dalam kegiatan praktis, seperti dalam pengajaran bahasa, penerjemahan,
penyusunan kamus, dan sebagainya.

7
3. Adanya yang disebut linguistik sejarah dan sejarah linguistik. Linguistik sejarah
mengkaji perkembangan dan perubahan suatu bahasa atau sejumlah bahasa, baik dengan
diperbandingkan maupun tidak. Sejarah linguiatik mengkaji perkembangan ilmu
linguistik, baik mengenai tokoh – tokohnya, aliran – aliran teorinya, maupun hasil – hasil
kerjanya.

Dalam kaitannya dengan psikologi, linguistik lazim diartikan sebagai ilmu yang muncoba
mempelajari hakikat bahasa, atruktur bahasa, bagaimana bahasa itu diperoleh, bagaimana bahasa
itu bekerja, dan bagaimana bahasa itu berkembang. Dalam konsep ini tampak bahwa yang
namanya psikolinguistik dianggap sebagai cabang dari linguistik, sedangkan linguistik itu sendiri
dianggap sebagai cabang dari psikologi.

C. Psikolinguistik
Psikolinguistik terbentuk dari kata psikologi dan kata linguistic, yakni dua bidang ilmu
yang berbeda, yang masing – masing berdiri sendiri, dengan prosedur dan metode yang
berlainan. Namun, keduanya sama – sama meneliti bahasa sebagai objek formalnya. Hanya
materinya yang berbeda, linguistik mengkaji struktur bahasa, sedangkan psikologi mengkaji
perilaku berbahasa atau proses berbahasa. Dengan demikian cara dan tujuannya juga berbeda.
Meskipun cara dan tujuan berbeda, tetapi banyak juga bagian – bagian objeknya yang
dikaji dengan cara yang sama dan dengan tujuan yang sama, tetapi dengan teori yang berlainan.
Hasil kajian kedua disiplin ini pun banyak yang sama, meskipun tidak sedikit yang berlainan.
Oleh karena itulah, telah lama dirasakan perlu adanya kerja sama di antara kedua disiplin ini
untuk mengkaji bahasa dan hakikat bahasa. Dengan kerja sama kedua disiplin itu diharapkan
akan diperoleh hasil kajian yang lebih baik dan lebih bermanfaat.
Sebagai hasil kerjasama yang baik, lebih terarah, dan lebih sistematis diantara kedua ilmu
itu, lahirlah satu disiplin ilmu baru yang disebut psikolinguistik, sebagai ilmu antardisiplin antara
psikologi dan linguistik. Istilah psikolinguistik itu sendiri baru lahir tahun 1945, yakni tahun
terbitnya buku psycholinguistics : A Survey of Theory and Reserch Problems yang disunting oleh
Charles E. Osgood dan Thomas A. sebeok, di Bloomington, Amerika Serikat.
Psikolinguistik mencoba menguraikan proses – proses psikologi yang berlangsung jika
seseorang mengucapkan kalimat – kalimat yang didengarnya pada waktu berkomunikasi, dan

8
bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh oleh manusia (Slobin, 1974; Meller, 1964; Slama
Cazahu, 1973). Maka secara teoteris tujuan utama psikolinguistik adalah mencari satu teori
bahasa yang secara linguistik bisa diterima dan secara psikologi dapat menerangkan hakikat
bahasa dan pemeerolehannya. Dengan kata lain, psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat
struktur bahasa, dan bagaimana struktur ini diperoleh, digunakan pada waktu bertutur, dan pada
waktu memahami kalimat– kalimat dalam pertuturan itu. Dalam prakteknya psikolinguistik
mencoba menerapkan pengetahuan linguistik dan psikologi pada masalah – masalah seperti
pengajaran dan pembelajaran bahasa, pengajaran membaca permulaan dan membaca lanjut,
kedwibahasaan dan kemultibahasaan, penyakit bertutur seperti afasia, gagap, dan sebagainya;
serta masalah – masalah sosial lain yang menyangkut bahasa, seperti bahasa dan pendidikan,
bahasa dan pembangunan nusa dan bangsa.

D. Subdisiplin Psikolinguistik

Psikolinguistik telah berkembang pesat sehingga melahirkan beberapa subdisiplin


psikolinguistik. Subdisiplin Psikolinguistik sebagai berikut.

a. Psikolinguistik Teoretis
Subdisiplin ini membahas teori-teori bahasa yang berkaitan dengan proses-proses mental
manusia dalam berbahasa, misalnya dalam rancangan fonetik, rancangan pilihan kata, rancangan
sintaksis, rancangan wacana, dan rancangan intonasi.

b. Psikolinguistik Perkembangan
Subdisiplin ini berkaitan dengan pemerolehan bahasa, baik pemerolehan bahasa pertama (B1)
maupun pemerolehan bahasa kedua (B2). Subdisiplin ini mengkaji proses pemerolehan fonologi,
proses pemerolehan semantik, dan proses pemerolehan sintaksis secara berjenjang, bertahap, dan
terpadu.

c. Psikolinguistik Sosial
Subdisiplin ini berkenaan dengan aspek-aspek sosial bahasa. Bagi suatu masyarakat bahasa,
bahasa itu bukan hanya merupakan suatu gejala dan identitas sosial, tetapi juga merupakan suatu
ikatan batin dan nurani yang sukar ditinggalkan.
9
d. Psikolinguistik Pendidikan
Subdisiplin ini mengkaji aspek-aspek pendidikan secara umum dalam pendidikan formal di
sekolah. Umpamanya peranan bahasa dalam pengajaran membaca, pengajaran kemahiran
berbahasa, dan pengetahuan mengenai peningkatan kemampuan berbahasa dalam proses
memperbaiki kemampuan menyampaikan pikiran dan perasaan

e. Psikolinguistik Neurologi
Subdisiplin ini mengkaji hubungan antara bahasa, berbahasa, dan otak manusia. Para pakar
neurologi telah berhasil menganalisis struktur biologis otak serta telah memberi nama pada
bagian-bagian struktur otak itu. Namun ada pertanyaan yang belum dijawab secara lengkap,
yaitu apa yang terjadi dengan masukan bahasa dan bagaimana keluaran bahasa diprogramkan
dan dibentuk di dalam otak.

f. Psikolinguistik Eksperimen
Subdisiplin ini meliput dan melakukan eksperimen dalam semua kegiatan bahasa dan berbahasa
pada satu pihak dan perilaku berbahasa dan akibat berbahasa di pihak lain.

g. Psikolinguistik Terapan
Subdisiplin ini berkaitan dengan penerapan dari temuan-temuan enam subdisiplin psikolinguistik
di atas dalam bidang-bidang tertentu yang memerlukannya. Yang termasuk subdisiplin ini ialah
psikologi, linguistik, pertuturan dan pemahaman, pembelajaran bahasa, pengajaran membaca
neurologi, psikiatri, komunikasi, dan susastra.

E. Induk Disiplin Psikolinguistik

Beberapa pakar berpendapat psikolingusitik berinduk pada spikologi karena istilah itu
merupakan nama baru dari psikologi bahasa yang telah dikenal beberapa waktu sebelumnya.
Namun di Amerika Serikat pada umumnya, psikolinguistik dianggap sebagai cabang dari
linguistik, meskipun Noam Chomsky cenderung menempatkan psikolinguistik sebagai cabang
psikologi. Di Perancis pada tahun enam puluhan psikolinguistik dikembangkan oleh pakar
10
psikologi, sedangkan di Inggris psikolinguistik dikembangkan oleh pakar linguistik yang bekerja
sama dengan beberapa pakar psikologi dari Inggris dan Amerika Serikat. Di Rusia
psikolinguistik telah dikembangkan oleh para pakar linguistik pada Institut Linguistik Moskow.
Sebaliknya, di Rumania ada kecenderungan menempatkan psikolinguistik sebagai satu disiplin
mandiri, tetapi penerapannya lebih banyak diambil oleh linguistik

Di Indonesia, paikolinguistik dikembangkan di bidang linguistik pada fakultas-fakultas


pendidikan bahasa dan belum pada program nonkependidikan bahasa. Psikolinguistik yang
dikembangkan dalam pendidikan bahasa sudah seharusnya diserasikan dengan perkembangan
linguistik dan perkembangan psikologi. Untuk itu dituntut adanya penguasaan yang seimbang
akan teori-teori psikologi. Lalu, yang patut dikembangkan dalam pendidikan bahasa adalah
subdisiplin psikolinguistik perkembangan dan psikolinguistik pendidikan.

F. Pokok Bahasan Psikolinguistik, antara lain:


a. Apakah sebenarnya bahasa itu? Apakah yang ”dimiliki” oleh seseorang sehingga dia
mampu berbahasa? Bahasa itu terdiri dari komponen-komponen apa saja?
b. Bagaimana bahasa itu lahir dan mengapa dia harus lahir? Di manakah bahasa itu berada
atau disimpan?

c. Bagaimanakah bahasa pertama (bahasa ibu) diperoleh seorang kanak-kanak? Bagaimana


perkembangan penguasaan bahasa itu? Bagaimana bahasa kedua itu dipelajari?
Bagaimana seseorang bisa menguasai dua, tiga, atau banyak bahasa?

d. Bagaimana proses penyusunan kalimat atau kalimat-kalimat? Proses apakah yang terjadi
di dalam otak waktu berbahasa?

e. Bagaimanakah bahasa itu tumbuh dan mati? Bagaimana proses terjadinya sebuah dialek?
Bagaimana proses berubahnya suatu dialek menjadi sebuah bahasa baru?

f. Bagaimana hubungan bahasa dengan pemikiran? Bagaimana pengaruh kedwibahasaan


atau kemultibahasaan dengan pemikiran dan kecerdasan seseorang?

g. Mengapa seseorang menderita penyakit atau mendapatkan gangguan berbicara (seperti


afasia), dan bagaimana cara menyembuhkannya?

h. Bagaimana bahasa itu harus diajarkan supaya hasilnya baik? Dan


sebagainya.

G. Sejarah Perkembangan Psikolnguistik


11
Istilah psikolinguistik baru muncul pada tahun 1954 dalam buku Thomas A. Sebeok dan
Charles E. Osgood yang berjudul Pshycolinguiatics: A Survey of Theory and Research
Problems, namun sebenarnya sejak zaman panini, ahli bahasa dari India, dan Sokrates ahli
filsafat dari Yunani, pengkajian bahasa telah dilakukan orang. Kajian mereka tidak terlepas dari
paham/aliran filsafat yang mereka anut, karena filsafat merupakan induk dari semua disiplin
ilmu.
Pada abad yang lalu terdapat dua aliran filsafat yang saling bertentangan dan saling
mempengaruhi perkembangan linguistik dan psikologi. Yang pertama adalah aliran empirisme
yang erat kaitannya dengan psikologi asosiasi. Aliran empirisme melakukan kajian terhadap data
empiris atau objek yang dapat diobservasi dengan cara menganalisis unsur – unsur
pembentukannya sampai yang sekecil – kecilnya. Oleh karena itu, aliran ini disebut bersifat
atomistik, dan lazim dikaitkan dengan asosianisme dan positivisme. Aliran kedua dikenal dengan
nama rasionalisme. Aliran ini mengkaji akal sebagai satu keseluruhan dan menyatakan bahwa
faktor – faktor yang ada dalam akal inilah yang patut diteliti untuk bisa memahami perilaku
manusia itu. Oleh karena itu, aliran ini disebut bersifat holistik, dan biasa dikaitkan dengan
paham nativisme, idealisme, dan mentalisme.
Psikolinguistik bermula dari adanya pakar linguistik yang berminat pada psikologi, dan
adanya pakar psikologi yang berkecimpung dalam linguistik. Dilanjutkan dengan adanya
kerjasama antara pakar linguistik dan pakar psikologi, dan kemudian muncullah pakar – pakar
psikolinguistik sebagai disiplin mandiri.

a. Psikologi dalam Linguistik


Dalam sejarah linguistik ada sejumlah pakar linguistik yang menaruh perhatian besar
pada psikologi. Von Humboldt (1767-1835), pakar linguistik berkebangsaan Jerman telah
mencoba mengkaji hubungan antara bahasa (linguistik) dengan pemikiran manusia (psikologi).
Caranya, dengan membandingkan tata bahasa dari bahasa – bahasa yang berlainan dengan tabiat
– tabiat bangsa – bangsa penutur itu. Von Humboldt sangat dipengaruhi oleh aliran rasionalisme.
Dia menganggap bahasa bukanlah sesuatu yang sudah siap untuk dipotong – potong dan
diklasifikasikan seperti aliran empirisme. Menurut Von Humboldt bahasa itu merupakan satu
kegiatan yang memiliki prinsip – prinsip sendiri.

12
Ferdinand de Saussure (1858-1913), pakar linguistik berkembangsaan Swiss, telah
berusaha menerangkan apa sebenarnya bahassa itu (linguistik) dan bagaimana keadaan bahasa
itu dalam otak (psikologi). Beliau memperkenalkan tiga istilah tentang bahasa yaitu langage
(bahasa pada umumnya yang bersifat abstrak), langue (bahasa tertentu yang bersifat abstrak),
dan parole (bahasa sebagai tuturan yang bersifat konkret). Dia menegaskan objek kajian
linguistik adalah langue., sedangkan objek kajian psikologi adalah parole. Ini berarti, kalau ingin
mengkaji bahasa secara lengkap, maka kedua disiplin, yakni linguistik dan psikologi harus
digunakan. Hal ini dikatakannya karena dia menganggap segala sesuatu yang ada dalam bahasa
itu pada dasarnya bersifat psikologis.
Edward Sapir (1884-1939), pakar linguistik dan antropologi bangsa Amerika, telah
mengikutsertakan psikologi dalam pengkajian bahasa. Menurut Sapir, psikologi dapat
memberikan dasar ilmiah yang kuat dalam pengkajian bahasa. Beliau juga mencoba mengkaji
hubungan bahasa (linguistik) dengan pemikiran (psikologi). Dari kajian itu beliau berkesimpulan
bahwa bahasa, terutama strukturnya, merupakan unsur yang menentukan struktur pemikiran
manusia. Beliau juga menekankan bahwa linguistik dapat memberikan sumbangan yang penting
kepada psikologi Gestalt, dan sebaliknya psikologi Gestalt dapat membantu disiplin linguistik.

b. Linguistik dalam Psikologi


Dalam sejarah perkembangan psikologi ada sejumlah pakar psikologi yang menaruh
perhatian pada linguistik. John Dewey (1859-1952), pakar psikologi berkebangsaan Amerika,
seorang empirisme murni. Beliau telah mengkaji bahasa dan perkembangannya dengan cara
menafsirkan analisis linguistik bahasa kanak – kanak berdasarkan prinsip – prinsip psikologi.
Umpamanya, beliau menyarankan agar penggolongan psikologi akan kata – kata yang diucapkan
kanak – kanak dilakukan berdasarkan makna seperti yang dipahami kanak – kanak, dan bukan
seperti yang dipahami orang dewasa dengan bentuk – bentuk tata bahasa orang dewasa. Dengan
cara ini, maka berdassarkan prinsip – prinsip psikologi akan dapat ditentukan hubungan antara
kata – kata berkelas adverbia dan preposisi disatu pihak dengan kata – kata berkelas nomina dan
adjektiva dipihak lain. Jadi, dengan pengkajian kelas kata berdasarkan pemahaman kanak –
kanak kita akan dapat menentukan kecenderungan akal (mental) kanak – kanak yang
dihubungkan dengan perbedaan – perbedaan linguistik. Pengkajian seperti ini, menurut Dewey,
akan memberi bantuan yang besar kepaada psikologi bahasa pada umumnya.
13
Watson (1878-1958), ahli psikologi behaviorisme berkebangsaan Amerika. Beliau
menempatkan perilaku atau kegiatan berbahasa sama dengan perilaku atau kegiatan lainnya,
seperti makan, berjalan, dan melompat. Pada mulanya Watson hanya menghubungkan perilaku
berbahasa yang implisit, yakni yang terjadi didalam pikiran, dengan yang eksplisit, yakni yang
berupa tuturan. Namun, kemudian dia menyamakan perilaku berbahasa itu dengan teori
stimulus-respons yang dikembangkan oleh Povlov. Maka, penyamaan ini memperlakukan kata –
kata sama dengan benda – benda lain sebagai respons dari suatu stimulus.
Weiss, ahli psikolodi behaviorisme Amerika. Beliau mengakui adanya aspek mental dalm
bahasa. Namun, karena wujudnya tidak memiliki kekuatan bentuk fisik, maka wujudnya itu
sukar dikaji atau ditunjukkan. Oleh karena itu, Weiss lebih cenderung mengatakan bahwa bahasa
itu sebagai satu bentuk perilaku apabila seseorang menyesuaikan dirinya dengan lingkungan
sosialnya. Weiss adalah salah seorang tokoh yang terkemuka yang telah merintis jalan kearah
lahirnya psikolinguistik. Karena dialah yang telah berhasil mengubah Bloomfield dari penganut
aliran mentalistik menjadi penganut aliran behaviorisme. Weiss juga telah mengemukakan
sejumlah masalah yang harus dipecahkan oleh linguistik dan psikologi yang dilihat dari sudut
behaviorisme. Di antara masalah – masalah itu adalah sebagai berikut :
1. Bahasa merupakan satu kumpulan respons yang jumlahnya tidak terbatas
terhadap suatu stimulus.
2. Pada dasarnya perilaku bahasa menyatukan anggota suatu masyarakat ke alam
organisasi gerak saraf.

3. Perilaku bahasa adalah sebuah alat untuk mengubah dan meragam-ragamkan


kegiatan seseorang sebagai hasil warisan dan hasil perolehan.

4. Bahasa dapat merupakan stimulus terhadap satu respons, atau merupakan satu
respons terhadap satu stimulus.

5. Respons bahasa sebagai satu stimul pengganti untuk benda dan keadaan yang
sebenarnya memungkinkan kita untuk memunculksn kembali suatu hal yang pernah
terjadi, dan menganalisis kejadian ini dalam bagian – bagiannya.

c. Kerjasama Psikologi dan Linguistik

14
Kerjasama secara langsung antara linguistik dan psikologi sebanarnya sudah dimulai
sejak 1860 yaitu, oleh Heyman Steintthal, seorang ahli psikologi yang beralih menjadi ahli
linguistik, dan Moriz Lazarus seorang ahli linguistik yang beralih menjadi ahli psikologi dengan
menrbitkan sebuah jurnal yang khusus membicarakan masalh psikologi bahasa dari sudut
linguistik dan psikologi.
Dasar – dasar psikolinguistik menurut beberapa pakar didalam buku yang disunting oleh Osgood
dan Sebeok diatas adalah berikut ini :
1. Psikolinguistik adalah satu teori linguistik berdasarkan bahasa yang dianggap
sebagai sebuah sistem elemen yang saling berhubungan erat.
2. Psokolinguistik adalah satu teori pembelajaran (menurut teori behaviorisme)
berdasarkan bahasa yang dianggapnsebagainsatu sistem tabiat dan kemampuan yang
menghubungkan isyarat dengan perilaku.

3. Psikolinguistik adalah satu teori informasi yang menganggap bahasa sebagai


sebuah alat untuk menyampaikan suatu benda.

H. Tiga Generasi dalam Psikolinguistik


1. Psikolinguistik Generasi pertama
Psikolinguistik generasi pertama adalah psikolinguistik dengan para pakar yang menulis
artikel dalam kumpulan karangan berjudul psycholinguistics : A Survey of Theory and Reserch
Problems yang disunting oleh Charles E. Osgood dan Thomas A. Sebeok. Titik pandang Osgood
dan Sebeok berkaitan erat dengan aliran behaviorisme (aliran perilaku) atau lebih tepat lagi
aliran neobehaviorisme. Teori – teori ini mengidentifikasikan bahasa sebagai stu sistem respon
yang langsung dan tidak langsung terhadap stimulus verbal dan nonverbal. Orientasi stimulus
respons ini adalah orientasi psikologi.
Tokoh lain dari generasi pertama ini adalah L. Bloomfield. Beliau adalah tokoh linguistik
Amerika yang menerima dan menerapkan teori – teori behaviorisme dalam analisis bahaa.
Teknik analisis bahasa dan pandangannya tentang hakikat bahasa sama dengan pandangan dan
teori psikolinguistik perilaku.
Manusia yang normal sejak lahir telah dilengkapi dengan kemampuan belajar. Oleh sebab
itu, kemampuan berbahasa didapat atau dicapai melalui proses belajar. Hal ini menunjukkan

15
bahwa itu harus dipelajari. Dengan kata lain, kemampuan berbahasa adalah satu kemampuan
hasil belajar, dan bukan sebagai sesuatu yang diwarisi.
Tokoh lain dari psikolinguistik generasi pertama, dan yang dianggap sebagai tokoh utama
adalah B. F. Skonner. Beliau menjadi tokoh yang kemudian ditentang oleh Noam Chomsky yang
menganut aliran kognitif dalam proses berbahasa. Namun, teori – teori Skinner inilah yang
dianut oleh teori – teori linguistik aliran Bloomfield.

2. Psikolinguistik Generasi Kedua


Karena pada psikolinguiatik generasi pertama tidak menjawab banyak masalah proses
berbahasa, dan teori – teori itu kekurangan daya penjelas, maka diperlukan teori yang lain dalam
psikolinguistik. Lahirlah teori –teori psikolinguiatik generasi kedua, dengan dua tokoh utamanya
yakni Noam Chomsky dan George Miller.
Menurut Mehler dan Noizet, psikolinguistik generasi kedua telah dapat mengatasi ciri –
ciri atomistik dari psikolinguistik Osgood-Sebeok. Psikolinguistik generasi kedua berpendapat
bahwa dalam proses berbahasa bukanlah butir – butir bahasa yang diperoleh, melainkan kaidah
dan sistem kaidahlah yang diperoleh.

3. Psikolinguistik Generasi Ketiga


Kelahiran psikolinguistik generasi ketiga ini oleh G. Werstch dalam bukunya Two
Problems for the New Psycholinguistics diberi namaNew Psycholinguistics.Ciri – ciri
psikolinguistik generasi ketiga ini adalah sebagai berikut :
Pertama, orientasi mereka kepada psikologi, tetapi bukan psikologi perilaku. Mereka
berorientasi kepada psikologi seperti yang dikemukakan oleh Fresse dan Al Vallon dari perancis,
dan mungkin juga kepada psikologi aktivitas dari Uni Sovyet atau seperti ditekankan oleh G.
Werstch bahwa terjadi proses yang serempak dari informasi linguistik dan psikologi.
Kedua, keterlepasan mereka dari kerangka psikolinguistik kalimat dan keterlibatan
dalam psikolinguistik yang berdasarkan situasi dan konteks. Ini berarti, analisis psikolinguistik
bbukan lagi menentukan kalimat hubungan antara struktur gramatikal dan kaidah semantik
model Noam Chomsky dengan teori generatif transformasinya, tetapi hubungan ini diperluas
dengan memperhitungkan situasi dan konteks.

16
Ketiga, adanya satu pergeseran dari analisis mengenai proses ujaran yang abstrak ke
satu analisis psikologis mengenai komunikasi dan pikiran. Pergeseran dari ujaran yang abstrak ke
komunikasi dan pikiran ini dikemukakan oleh J. S. Bruner dalam artikelnya berjudul Frol
Communication to Language yang dimuat dalam Cognition tahun 1974-5.
Ketiga ciri utama dari psikolinguistik generasi ketiga ini menunjukkan telah
terjadinya satu peningkatan kualitatif dalam perkembangan psikolinguistik di negara – negara
Barat. Namun, menurut Leontive (1981) dibandingkan dengan perkembangan linguistik di
Eropa, maka osikolinguistik di Rusia sudah lebih dulu berkembang karena sejak awal
psikolinguistik di Rusia telah memperhitungkan jurus komunikasi dan pikiran dalam analisas
psikolinguistik.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Psikolinguistik terbentuk dari kata psikologi dan kata linguistik. Psikolinguistikmencoba


menguraikan proses psikologi yang berlangsung jika seseorangmengucapkan kalimat-kalimat
yang didengarkannya pada waktu berkomunikasi,dan bagaimana kemampuan berbahasa itu
diperoleh oleh manusia. Bahasamerupakan kegiatan yang terus menerus dan selalu berkembang.
Bahasa bukanmerupakan sesuatu yang sudah selesai. Bahasa merupakan sesuatu kegiatan
yangsedang berulang dengan melalui alat bicara untuk menyatakan pikiran.
17
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2003. Psikologi Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Chaer, Abdul.2015. Psikolinguistik: Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta

Dardjowdjojo, Soenjono, Psikolinguistik Pemahaman Bahasa Manusia, Jakarta:Yayasan Obor


Indonesia, 2003.

Djumransjah. 2004. Pengantar Filsafat Pendidikan. Malang : Bayumedia Publishing.

Guntur, Herry, Taringan, Psikolinguistik, Angkasa, Bandung, 1986.

Mar’at, Samsuniwiyati. 2005. Psikolingusitik Suatu Pengantar. Bandung : Refika Aditama.

18
19

Anda mungkin juga menyukai