Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PSIKOLINGUISTIK

“PEMEROLAHAN SINTAKSIS”

“PEMEROLEHAN BAHASA :BEBERAPA HIPOTESIS”

Oleh, KELOMPOK 10 :

Dewi ompusunggu (17129018)


Iman hakim (17129146)

Wahyudi (17129165)

Widya Rezki Maiza(17129435)

Dosen pembimbing : Nur Azmi Alwi, S.s,M.pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memeberikan rahmat dan karunia-nya kepada
kita semua, sehingga makalah dengan judul “ PEMEROLAHAN SINTAKSIS”
“PEMEROLEHAN BAHASA :BEBERAPA HIPOTESIS” dengan tujuan memenuhi
tugas mata kuliah psikolingistik dapat selesai tepat pada waktumya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini,oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak akan diterimasehingga
kedepannya penulis dapat menyusun makalah-makalah lain dengan lebih baik. Dan harapan
penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telahmembantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Semoga Allah SWT selalu meridaisemua usaha kita. Amin

Bukittinggi, Februari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3

Bab I.......................................................................................................................................................4

Pendahuluan..........................................................................................................................................4

1.1 Rumusan Masalah.......................................................................................................................4

1.2 Tujuan.........................................................................................................................................4

Bab II......................................................................................................................................................5

Pembahasan..........................................................................................................................................5

A. HIPOTESIS NURANI................................................................................................................5

B. HIPOTESIS TABULARASA.....................................................................................................7

C. HIPOTESIS KESEMESTAAN KOGNITIF................................................................................8

D. Teori Pemerolehan Sintaksis..........................................................................................................9

1. Teori Tata Bahasa Pivot.......................................................................................................10

2. Teori Hubungan Tatabahasa Nurani.....................................................................................10

3. Teori Hubungan Tata Bahasa dan Informasi Situasi............................................................11

4. Teori Kumulatif Kompleks..................................................................................................11

5. Teori Pendekatan Sematik....................................................................................................11

Bab III...................................................................................................................................................13

Penutup...............................................................................................................................................13

A. KESIMPULAN.......................................................................................................................13

B. saran........................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................14

3
Bab I

Pendahuluan

Pemerolehan bahasa atau akuisisi adalah proses yang berlangsung didalam otak
seseorang kanak-kanak ketika di memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.
Pembelajaran bahas berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seseorang
kanak-kanak mempelajari bahasa kedua, setelah ia mempelajari bahas pertamanya. Jadi,
pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama sedangkan pembelajaran bahasa
berkenaan dengan bahasa kedua.
Sejalan dengan teori Chomsky (1957,1965), kompetensi itu mencakup tiga komponen
tata bahasa yaitu komponen sintaksis, komponen semantic dan omponen fonologi. Oleh
karena itu pemerolehan bahasa ini lazim juga dibagi menjadi pemerolehan komponen
tersebut. Ketiga komponen tata bahasa ini tidaklah diperoleh secara berasingan, yang satu
terlepas dari yang lain, melainkan diperoleh secara bersamaan.
Pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak kanak-kanak
ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya
dibedakan dengan pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses
yang terjadi pada waktu seorangkanakkanakmempelajari bahasa kedua setelah dia
memperoleh bahasa pertamanya.

Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran


bahasa berkenaan dengan bahasa kedua (Chaer, 2003:167). Hal ini perlu ditekankan, karena
pemerolehan memiliki karakteristik yang berbeda dengan pembelajaran.

1.1 Rumusan Masalah


1) Apakah pengertian Pemerolehan Sintaksis?
2) Apa saja bagian-bagian yang termasuk hipotesis ?

1.2 Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian Pemerolehan Sintaksis
2) Untuk mengetahui bagian-bagian yang termasuk hipotesis.

4
Bab II

Pembahasan

A. HIPOTESIS NURANI

Setiap bahasawan (penutur asli suatu bahasa) tentu mampu memahami dan membuat
(menghasilkan, menerbitkan) kalimat-kalimat dalam bahasanya karena dia telah
“menuranikan” atau menyimpan dalam nuraninya akan tata bahasa bahasanya itu menjadi
kompetensi bahasanya. Juga telah menguasai kemampuan-kemampuan memperformansi
bahasa itu.
Hipotesis nurani lahir dari beberapa pengamatan yang dilakukan para pakar terhadap
pemerolehan bahasa kanak-kanak (Lenneberg, 1967, Chomsky, 1970). Diantara hasil
pengamatan itu adalah sebagai berikut :

1. Semua kanak-kanak yang normal akan memperoleh bahasa ibunya asal saja
“diperkenalkan” pada bahasa ibunya itu. Maksudnya dia idak diasingkan dari
kehidupan ibunya (keluarganya).
2. Pemerolehan bahasa tidak ada hubungannya dengan kecenderungan kanak-kanak.
Artinya, baik anak yang cerdas maupun anak yang tidak cerdas akan memperoleh
bahasa itu.
3. Kalimat yang didengar kanak-kanak sering kali tidak gramatikal, tidak lengkap dan
jumlahnya sedikit.
4. Bahasa tidak dapat diajarkan kepada mahluk lain, hanya manusia yang dapat
berbahasa.
5. Prroses pemerolehan bahasa oleh kanak-kanak dimanapun sesuai dengan jadwal yang
erat kaitannya dalam proses pematangan jiwa kanak-kanak.
6. Struktur bahasa sangat rumit, kompleks, dan bersifat universal. Namun, dapat
dikuasai kanak-kanak dalam waktu yang relatif singkat. Yakni waktu antara tiga atau
mpat tahun saja.

Berdasarkan pengamatan diatas dapat disimpulkan bahwa manusia lahir dengan dilengkapi
olh suatu alat yang memungkinkan dapat berbahasa dengan mudah dan cepat.
5
Hipotesis nurani dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Hipotesis nurani bahasa.


Merupakan satu asumsi yang menyatakan bahwa sebagian atau semua bagian dari
bahasa tidaklah dipelajari atau diperoleh tetapi ditentukan oleh fitur-fitur nurani yang
khusus dari organisme manusia.
2. Hipotesis nurani mekanisme.
Menyatakan bahwa proses pemerolehan bahasa oleh manusia ditentukan oleh
perkembangan kognitif umun dn mechanism nurani umum yag berinteraksi dengan
pengalaman.

LAD (Language Acquisition Device) adalah alat khusus yang dimiliki setiap kanak-
kanak sejak lahir untuk dapat berbahasa menurut Chomsky dan Miller (1957). Adapun cara
kerja dari alat ini dalah sebagai berikut :

Ucapan- ucapan bahasa (input) X è LAD è tata bahasa formal X (output)

Konsep LAD telah meransang penelitian pemerolehan bahasa sampai ketingkat yang
paling tinggi. pusat peratian pada mulanya diarahkan kepada pemerolehan komponen
sentaksis sedangkan semantic dan kognisi kurang diperhatikan. Hal ini tidak mengherankan
karena teori generative transformasi yang dikembangkan oleh Chomsky memang hanya
memusatkan perhatian kepada keotonomian komponen sintaksis.
Namun dalam perkembangan yang terakhir pengkajian peemerolehan bahasa sudah
lebih memperhatikan tiga buah unsure yang dulu kurang diperhatikan ole LAD yaitu :
a. Korpus ucapan, yang kini dianggap berfungsi lebih daripada LAD saja.
b. Peranan semantic yang lebih penting daripada sintaksis.
c. Peranan perkembangan kognisi yang sangat menentukan dalam proses pemerolehan
bahasa.

B. HIPOTESIS TABULARASA.

Tabularasa secara harfiah berarti “kertas kosong”, dalam arti belum ditulisi apa-apa.
Lalu, hipotesis tabularasa ini menyatakan bahwa otak bayi pada waktu dilahirkan sama
seperti kertas kosong, yang nanti akan ditulisi atau didisi dengan pengalaman-pengalaman.
6
Hipotesis ini pada mulanya dikemukakan oleh John Locke yang kemudin dianut dan
disebarluaskan oleh John Watson.
Dalam hal ini menurut hipoesis tabularasa semua pengetahuan dalam bahasa manusia
yang tampak dalam perilaku berbahasa adalah merupakan hasil dari integrasi peristiwa-
peristiwa yang dialami dan diamati oleh manusia itu. Sejalan dengan hipotesis ini,
behaviorisme mnganggap bahwa pengetahuan linguistic terdiri hanya dari hubungan-
hubungan yang dibentuk dengan cara pembelajaran S – R (stimulus – respon).
Menurut Skinner bebicara merupak suatu respon operan yang dilazimkan kepada
sesuatu stimulus dari dalam atau dari luar, yang sebenarnya tidak jelas diketahui. Untuk
menjelaskan hal ini skinner memperkrnalkan sekumpulan kategori respon bahasa yang hamir
serupa fungsinya dengan ucapan.

Adapun kategori tersebut antara lain :

a. Mand
Kata man adalah akar dari kata command, demand, dan lain-lain. Kata mand adalah
satu operan bahasa dibawah pengaruh stimulus yang bersift menyingkirkan, merampas atau
menghabiskan. Mand ini muncul sebagai kalimat imperative, permohonan, atau rayuan,
hanya apabila penutur ingin mendapatkan sesuatu. Hal ini mungkin karena karena dahulu
kalimat seperti ini telah pernah diamati oleh penutur ketika seseorang mengucapkan untuk
mendapatkan kembali sesuatu yang dirampas, disingkirkan atau diambil dari padanya.

b. Tacts
Adalah benda atau peristiwa konkret yang muncul sebagai akibat adanya stimulus.
Didalam tata bahasa tact ini dapat disamakan dengan menamai atau menyebut nama sesuatu
benda atau peristiwa. Umpamanya kalau kita melihat sebuah mobil sebagai stimulus maka
kita akan mengeluarkan satu tact “mobil” sebagai respon.

c. Echoics
Adalah perilaku berbahasa yang dipengaruhi oleh respon orang lain sebagai stimulus
dan kita meniru ucapan itu. Umpamanya seseorang mengatakan “mobil” maka stimulus itu
akan membuat kita mengucapkan kata “mobil” sebagai sebuah respon.

7
d. Textual
Adalah perilaku berbahasa yang diatur oleh stimulus tertulis sedemikian rupa
sehingga bentuk perilaku itu mempunyai korelasi dengan bahasa yang tertulis itu. Korelasi
yang dimaksud adalah hubungan sistematik antara system penulisan atau bahasa dengan
respon ucapan apabila membacanya secara langsung. Jadi apabila kita melihat tulisan
“kucing” sebagai stimulus maka kita mmberi respon (ejaan kata kucing).

e. Intraverbal operant
Adalah operan berbahasa yang diatur oleh perilaku berbahasa terdahulu yang
dilakukan atau dialami oleh penutur. Umpamanya kalau sebuah kata dituliskan sebagai
stimulus, maka kata lain yang ada hubungannya akan diucapkan sebagai respon. Kata meja
misalnya, akan membangkitkan kata kursi, begitu juga kata terima kasih akan
membangkitkan kata kembali sebagai responnya.

C. HIPOTESIS KESEMESTAAN KOGNITIF.


Dalam kognitifisme hipotesis ini yang diperkenalkan oleh Piaget telah digunakan
sebagai dasar untuk menjelaskan proses-proses pemerolehan bahasa kanak-kanak.
Menurut teori yang didasarkan pada kesemestaan kognitif, bahasa diperolah berdasarkan
struktur-struktur kognitif deriamotor. Struktur-struktur ini diperoleh kanak-kanak melalui
interaksi dengan benda-benda atau orang-orang disekitarnya.

Urutan pemerolehan tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut :

1. Antara usia 0 sampai 1,5 tahun kanak-kanak mengembangkan pola-pola aksi dengan
cara bereaksi terhadap alam sekitarnya.
2. Setelah struktur aksi dinuranikan, maka kanak-kanak memaski tahap representasi
kecerdasan, yang terjadi antara usia 2 tahun sampai 7 tahun.
3. Setelh tahap represntasi kecerdasan, dengan represntasi simboliknya, berakhir, maka
bahasa anak-anak semakin berkembang dn dengan mendapat nilai-nilai sosialnya.

Tahap-tahap pemerolehan bahasa menurut Sinclair-de Zwart (1973) :

1. Kanak-kanak memilih satu gabungan bunyi pendek dari bunyi-bunyi yang


didengarnya untuk menyampaikan satu pola aksi.
8
2. Jika gabungan bunyi pendek ini dipahami, maka kana-kanak itu akan memakai seri
bunyi yang sama, tetapi dengan bentuk fonetik yang lebih dekat dengan fonetik orang
dewasa, untuk menyampaikan pola-pola aksi yang sama, atau apabila pola aksi yang
sama dilakukan oleh orang lain.
3. Setelah tahap kedua muncullah funsi-fungsi tata bahasa yang pertama yaitu subjek-
predikat dan objek.

Dewasa ini, seperti juga dalam linguistic, dalam kognitifisme perhatian juga lbih
ditujukan pada masalah makna seperti peranannya dalam pemerolehan bahasa. Mc. Namara
(1972) mengatakan bahwa makna dan kode linguistic merupakan dua wujud yang berlainan.
Kode linguistic terdiri dari sekumpulan formatif dan alat sintaksis yang menpunyai fungsi
untuk menghubungkan makna dan system fonologi bahasa itu.
Meskipun berlainan, makna dan kode linguistic itu dialami dan diperoleh secrara
bersamaan. Dalam hal ini baik piaget maupun mc namara sama-sama berpendapat bahwa
kana kanak itu lebih dahulu mengembangkan proses-proses kognitif yang bukan linguistic.

D. Teori Pemerolehan Sintaksis

Banyak pakar pemerolehan bahasa menganggap bahwa pemerolehan sintaksis dimulai


ketika kanak-kanak mulai dapat menggabungkan dua buah kata atau lebih. Karena itu,
mereka menganggap tahap holofrasis tidak berkaitan dengan perkem-bangan pemerolehan
sintaksis. Jika kanak-kanak telah mencapai tahap dua kata atau lebih, ucapan-ucapannya juga
menjadi semakin banyak dan mudah ditafsirkan. Oleh karena itu, peneliti lebih cenderung
untuk memulai kajian pemerolehan bahasa itu pada tahap dua kata.

1. Teori Tata Bahasa Pivot


Kajian mengenai pemerolehan sintaksis oleh kanak-kanak dimulai oleh Braene
(1963), Bellugi (1964), Brown dan Fraser (1964), Miller dan Ervin (1964). Menurut kajian
awal ini ucapan dua kata kanak-kanak itu terdiri atas dua jenis kata yaitu: kelas Pivot dan
kelas Terbuka, kemudian lahirlah teori tata bahasa pivot. Kelas pivot adalah kata-kata fungsi,
sedangkan kelas terbuka adalah kata-kata isi/kata (nomina dan verba).

9
Tata bahasa pivot yang muncul sebagai akibat dari discovery procedure, menyatakan
bahwa pemerolehan sintaksis kanak-kanak dimulai dengan kalimat-kalimat yang terlihat pada
kata-kata pivot. Namun cara ini menurut psikolinguistik modern sangat tidak memadai
(Greenfield dan Smith, 1976:6). Bloom (1970), Bowerman (1973), dan Brown (1973)
menyatakan sebagai berikut : (a) Kata-kata pivot bisa muncul sendirian (b) dapat bergabung
dengan kata pivot lain dalam sebuah kalimat. (b) Pada kalimat-kalimat dua kata yang dibuat
kanak-kanak terdapat juga kata-kata dari kelas lain selain kelas pivot dan kelas terbuka. (c)
Tata bahasa pivot tidak dapat menampung semua makna ucapan-ucapan dua kata (d)
Pembagian kata-kata pivot dan kelas terbuka tidak mencerminkan bahasa-bahasa lain selain
bahasa Inggris.

2. Teori Hubungan Tatabahasa Nurani


Menurut Chomsky hubungan-hubungan tata bahasa tertentu seperti “subject-of,
predicate-of, dan direct-of” adalah bersifat universal dan dimiliki oleh semua bahasa yang
ada di dunia ini. Berdasarkan teori Chomsky tersebut, Mc. Neil (1970) menyatakan bahwa
pengetahuan kanak-kanak mengenai hubungan-hubungan tata bahasa universal ini adalah
bersifat “nurani”. Menurut teori Chomsky subject-of dapat dirumuskan seperti bagan

berikut : K FN +FV + Ket.

Teori hubungan tata bahasa nurani ini banyak juga mendapat kritik dari sejumlah pakar.
Schlesinger (1974) menyatakan bahwa hubungan struktur (tata bahasa) yang terdapat pada
ucapan-ucapan dua kata kanak-kanak itu mungkin sekali merupakan cermin dari konsep-
konsep seperti pelaku dan tindakan dan bukan hubungan tata bahasa subject-of dan verb-
of.Pakar lain Bowerman (1976), menyatakan teori hubungan tata bahasa nurani yang
dikemukakan Mc. Neil kurang mendapat dukungan. Menurut Bowerman kanak-kanak
menggunakan rumus-rumus urutan sederhana untuk kata-kata dalam fungsi semantik. Usaha
kanak-kanak untuk menggabungkan kata-kata timbul dari hubungan- semantik bahasa yang
sedang diperolehnya.

3. Teori Hubungan Tata Bahasa dan Informasi Situasi


Teori hubungan tata bahasa nurani disampaikan Bloom (1970) yang diperkuat oleh
Brown (1973) berbunyi bahwa hubungan-hubungan tata bahasa tanpa merujuk pada
informasi situasi (konteks) belumlah mencukupi untuk menganalisis ucapan atau bahasa
kanak-kanak. Bloom juga menyatakan bahwa suatu gabungan kata telah digunakan oleh

10
kanak-kanak dalam suatu situasi yang berlainan. Contoh dalam bahasa Indonesia ucapan “ibu
kue” dalam situasi yang berbeda-beda dapat diartikan: Anak itu meminta kue kepada ibunya.

Pandangan Mc.Neil dan Bloom mengenai perkem-bangan sintaksis kanak-kanak ada


persamaannya, yang satu dan lainnya saling menunjang. Perbedaannya Mc. Neil merujuk
pada struktur tata bahasa nurani, sedangkan Bloom merujuk kepada informasi situasi dalam
menjelaskan hubungan kata-kata dalam ucapan kanak-kanak itu. situasi-situasi yang
berlainan. Bloom (1970) dan juga Bowerman (1973) belum dapat menerangkan dengan jelas
masalah ini.

4. Teori Kumulatif Kompleks


Menurut Brown (1973), urutan pemerolehan sintaksis oleh kanak-kanak ditentukan oleh
kumulatif kompleks semantik morfem dan komulatif komplek tata bahasa yang sedang
diperoleh itu. Sama sekali tidak ditentukan oleh frekuensi munculnya morfem atau kata-kata
itu dalam ucapan orang dewasa.

5. Teori Pendekatan Sematik


Teori pendekatan sematik menurut Green Field dan Smith (1978) pertama kali
diperkenalkan oleh Bloom. Beliau mengintergrasikan pengetahuan sematik dalam
pengkajian perkembangan semantik ini berdasarkan teori generatif transformasinya Chomsky
(1965.) Teori generative transformasi ini menyatakan bahwa kalimat-kalimat yang kita
dengar ini “dibang-kitkan’”dari struktur luar dengan rumus “fisiologi”. Sedangkan struktur
luar ini “dibangkitkan” dari struktur dalam (struktur dasar) dengan rumus-rumus
transformasi. Pandangan atau teori Chomsky tersebut mendapatkan tantangan dari beberapa
ahli psikologi seperti Schlesinger (1971) dan Olson (1970).

Teori ini digunakan oleh Bowerman dan Brown sebagai dasar untuk menganalisis data-
data perkembangan bahasa. Fillmore berpendapat merupakan satu keharusan untuk mengikut-
sertakan sematik pada umumnya, dan hubungan sematik khususnya dalam menganalisis
pengetahuan tatabahasa, strukturnya yang berdasarkan sematik kemudian dipakai sebagai
dasar cabang teori generatif transformasi yang dikenal dengan nama sematik generatif.
Perbedaan antara pendekatan sematik dengan teori hu-bungan tatabahasa murni adalah teori
tatabahasa murni yang menerapkan hubungan-sintaksis dalam menganalisis struktur ucapan
kanak-kanak, sedangkan pendekatan sematik menemukan struktur ucapan itu berdasarkan
“sematik”.

11
Bab III

Penutup

A. KESIMPULAN
Hipotesis nurani adalah Setiap bahasawan (penutur asli suatu bahasa) tentu mampu
memahami dan membuat (menghasilkan, menerbitkan) kalimat-kalimat dalam bahasanya
karena dia telah “menuranikan” atau menyimpan dalam nuraninya akan tata bahasa
bahasanya itu menjadi kompetensi bahasanya.
Hipotesis Tabularasa secara harfiah berarti “kertas kosong”, dalam arti belum ditulisi
apa-apa. Lalu, hipotesis tabularasa ini menyatakan bahwa otak bayi pada waktu dilahirkan
12
sama seperti kertas kosong, yang nanti akan ditulisi atau didisi dengan pengalaman-
pengalaman..
Menurut teori yang didasarkan pada kesemestaan kognitif, bahasa diperolah
berdasarkan struktur-struktur kognitif deriamotor. Struktur-struktur ini diperoleh kanak-kanak
melalui interaksi dengan benda-benda atau orang-orang disekitarnya.
Pemerolehan merupakan padanan kata acquisition yakni proses penguasaan bahasa
yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya.

Tahap perkembangan sintaksis secara singkat terbagi dalam:

a. Masa pra-lingual, sampai usia 1 tahun

b. Kalimat satu kata, 1-1,5 tahun

c. Kalimat rangkaian kata, 1,5-2 tahun

d. Konstruksi sederhana dan kompleks, 3 tahun.

Jadi proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya disebut dengan
pemerolehan bahasa anak.

B. saran
Demikianlah makalah yang penulis buat, dengan bekal pengetahuan dasar tentang hal-
hal yang kami sampaikan, diharapkan pembaca dapat mengerti secara intens pada
pembahasan yang dibicarakan. Namun penulis sebagai penyusun makalah ini menyadari
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, maka kami harapkan kritik dan sarannya yang
bersifat membangun dari pembaca guna untuk perbaikan makalah yang akan datang. Kami
juga berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik:Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.


Dardjowidjojo, Soenjono. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia.
Jakarta: Yayasan Obor.
Pateda, M. 1990. Aspek-Aspek Psikolinguistik. Flores: Nusa Indah
Subyakto-Nababan, Sri Utari. 1992. Psikolinguistik, Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia.

13

Anda mungkin juga menyukai