Anda di halaman 1dari 5

SEJARAH PERKEMBANGAN GENETIKA

A. Pra-Mendel (sebelum abad XIX)

genetika sebagai "ilmu pewarisan" atau hereditas sudah dikenal sejak masa
prasejarah, seperti domestikasi dan pengembangan berbagai ras ternak
dan kultivar tanaman. Orang juga sudah mengenal, efek persilangan dan
perkawinan serta membuat sejumlah prosedur dan peraturan mengenai hal tersebut
sejak sebelum genetika berdiri sebagai ilmu yang mandiri. Silsilah tentang penyakit
pada keluarga, misalnya, sudah dikaji orang sebelum itu. Namun, pengetahuan praktis
ini tidak memberikan penjelasan penyebab dari gejala-gejala itu.

Teori populer mengenai pewarisan yang dianut pada masa itu adalah
teori pewarisan campur: seseorang mewariskan campuran rata dari sifat-sifat yang
dibawa tetuanya, terutama dari pejantan karena membawa sperma. Hasil penelitian
Mendel menunjukkan bahwa teori ini tidak berlaku karena sifat-sifat dibawa dalam
kombinasi yang dibawa alel-alel khas, bukannya campuran rata. Pendapat terkait
lainnya adalah teori Lamarck: sifat yang diperoleh tetua dalam hidupnya diwariskan
kepada anaknya. Teori ini juga patah dengan penjelasan Mendel bahwa sifat yang
dibawa oleh gen tidak dipengaruhi pengalaman individu yang mewariskan sifat itu.
Charles Darwin juga memberikan penjelasan dengan hipotesis pangenesis dan
kemudian dimodifikasi oleh Francis Galton. Dalam pendapat ini, sel-sel tubuh
menghasilkan partikel-partikel yang disebut gemmula yang akan dikumpulkan di
organ reproduksi sebelum pembuahan terjadi. Jadi, setiap sel dalam tubuh memiliki
sumbangan bagi sifat-sifat yang akan dibawa zuriat (keturunan).

Pada masa pra-Mendel, orang belum mengenal gen dan kromosom


(meskipun DNA sudah diekstraksi namun pada abad ke-19 belum diketahui
fungsinya). Saat itu orang masih beranggapan bahwa sifat diwariskan
lewat sperma (tetua betina tidak menyumbang apa pun terhadap sifat anaknya).

B. Mendel (1822-1884)
Sejarah perkembangan genetika sebagai ilmu pengetahuan dimulai menjelang
akhir abad ke 19 ketika seorang biarawan Austria bernama Gregor Johann Mendel
berhasil melakukan analisis yang cermat dengan interpretasi yang tepat atas
hasil-hasil percobaan persilangannya pada tanaman kacang ercis (Pisum satifum).
Sebenarnya, Mendel bukanlah orang pertama yang melakukan percobaan-percobaan
persilangan. Akan tetapi, berbeda dengan para pendahulunya yang melihat setiap
individu dengan keseluruhan sifatnya yang kompleks, Mendel mengamati pola
pewarisan sifat demi sifat sehingga menjadi lebih mudah untuk diikuti. Deduksinya
mengenai pola pewarisan sifat ini kemudian menjadi landasan 4 utama bagi
perkembangan genetika sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan, dan Mendelpun di
akui sebagai bapak genetika. Karya Mendel tentang pola pewarisan sifat tersebut
dipublikasikan pada tahun 1866 di Proceedings of the Brunn Society for Natural
History. Namun, selama lebih dari 30 tahun tidak pernah ada peneliti lain yang
memperhatikannya. Baru pada tahun 1900 tiga orang ahli botani secara terpisah, yaitu
Hugo de Vries di belanda, Carl Correns di jerman dan Eric von Tschermak-Seysenegg
di Austria, melihat bukti kebenaran prinsipprinsip Mendel pada penelitian mereka
masing-masing. Semenjak saat itu hingga lebih kurang pertengahan abad ke-20
berbagai percobaan persilangan atas dasar prinsip-prinsip Mendel sangat
mendominasi penelitian di bidang genetika. Hal ini menandai berlangsungnya suatu
era yang dinamakan genetika klasik. Pendekatan tradisional pada genetika telah
mengidentifikasikan gen sebagai dasar kontribusi karakter fenotip atau karakter dari
keseluruhan stuktural dan fisiologis dari suatu sel atau organisme, karakter fenotif
seperti warna mata pada manusia atau resistensi terhadap antibiotik pada bakteri, pada
umumnya di amati pada tingkat organisme. Dasar kimia untuk variasi dalam fenotif
atau perubahan urutan DNA dalam suatu gen atau dalam organisasi gen. Penelaahan
tentang genetika pertama kali dilakukan oleh seorang ahli botani bangsa Austria,
Gregor Mendel pada tanaman kacang polongnya. Pada tahun 1860-an ia
menyilangkan galurgalur kacang polong dan mempelajari akibat-akibatnya. Hasilnya
antara lain terjadi perubahan-perubahan pada warna,bentuk, ukuran, dan sifatsifat lain
dari kacang polong tersebut. Penelitian inilah ia mengembangkan hukum-hukum
dasar kebakaan. Hukum kebakaan berlaku umum bagi semua bentuk kehidupan.
Hukum-hukum mendel berlaku manusia dan juga organisme percobaan dahulu amat
populer dalam genetika, yakni lalat buah Drosophila.
C. Setelah Mendel (Setelah tahun 1900)

Zaman ini di tandai dengan ditemukannya karya Mendel oleh:

1. Hugo de Vries (Belanda)


2. Carts Correns (Jerman)
3. Erich Von Tshcemak (Austria)
Setelah itu banyak ahli yang melakukan penelitian, diantaranya:

1. Bateson & Punnet (1861-1926). Pada tahun 1907 melakukan percobaan pada
ayam untuk membuktikan apakah percobaan Mendel berlaku pada hewan.
Mereka menemukan adanya sifat-sifat yang menyimpang dari matematika
Mendel. Selain itu juga menemukan juga adanya interaksi antara gen dalam
menumbuhkan suatu variasi.
2. Van Beneden & Boveri. Mengatakan bahwa kromosom dalam nucleus
merupakan pembawa bahan genetis.
3. Flemming & Roux. Mengamati proses pembelahan sel somatic yang kemudian
diberi nama mitosis dan miosis.
4. Weissmann. Mengatakan bahwa kromosom membagi dua pada waktu
pembelahan sel yakni dalam pembentukan gamet/meiosis.
5. Sutton. Mengumumkan adanya kesejajaran antara tingkah laku kromosom ketika
sel sedang membelah dengan segregasi bahan genetis penemuan Mendel.
6. Morgan. Mengatakan gen merupakan unit terkecil bahan genetis, (istilah gen
diperkenalkan oleh Johansen) dan gen terdapat banyak dalam satu kromosom,
dengan kata lain gen-gen berangkai. Bahan genetis tidak baku, dapat mengalami
perubahan. Perubahan genetis yang bukan karena pengaruh hybrid ini disebut
mutasi.
7. Garrod (1909). Menemukan banyak penyakit bawaan disebabkan keabnormalan
kegiatan enzim, sedangkan enzim itu diproduksi oleh gen.
8. Muller (1927) & Auerbach (1962). Dalam penelitiannya melihat bahwa mutasi
dapat terjadi dengan cara buatan (induksi).
9. Nirenberg (1961). Menyusun kode genetis yang menentukan urutan-urutan asam
amino dalam sintesa protein, dan mengetahui gen bekerja menumbuhkan suatu
karakter lewat sintesa protein dalam tubuh.

D. Biomolekuler

Genetika molekular berkembang pada tahun 1930-an ketika teknik kristalografi


sinar-X dikembangkan untuk mendeskripsi biomolekul. Namun umumnya orang
menyebut kelahiran ilmu ini sejak publikasi model struktur DNA oleh James D.
Watson dan Francis Crick (1953) di majalah Nature, berdasarkan foto-foto difraksi
sinar-X dari kristal DNA yang dibuat Rosalind Franklin.

Setelah tahun 1930-an banyak berkembang penelitian seperti:

a) Ingram (1956). Mengatakan terdapat perbedaan hemoglobin normal dengan


abnormal yang penyebabnya adalah karena terdapat perbedaan pada urut-urutan
asam-asam amino dalam molekul globinnya. Perbedaan itu terjadi karena adanya
mutasi.
b) Watson & Crick (1953) -Wilkins (1961). Mengatakan susunan molekul gen
adalah ADN.

E. Epigenetika

Sejarah epigenetika berhubungan dengan studi evolusi dan perkembangan, tetapi


kemudian istilah epigenetika telah mengalami perubahan seiring dengan meningkat
pesatnya pengertian tentang mekanisme molekuler yang mendasari pengaturan
ekspresi gen pada eukariota. Hingga tahun 1950-an, istilah epigenetika digunakan
secara berbeda yaitu untuk mengelompokkan semua kejadian perkembangan dimulai
dari zigot hingga organisme dewasa, dalam hal ini semua proses regulasi, dimulai dari
materi genetika yang kemudian membentuk hasil akhir (Waddington, 1953).

Contoh terbaik perubahan epigenetika pada eukariotik adalah proses


diferensiasi sel. Selama morfogenesis, sel induk totipoten berubah menjadi
bermacam-macam sel pluripoten pada embrio yang kemudian akan berubah menjadi
sel yang berdiferensiasi secara penuh. Dengan kata lain, zigot, sebuah sel telur yang
telah dibuahi, berubah menjadi berbagai jenis sel, seperti neuron (sel saraf), sel
otot, epitel, pembuluh darah, dan sebagainya, yang kemudian akan terus membelah.

Anda mungkin juga menyukai