Anda di halaman 1dari 9

Nama : Azmi Abdul Aziz (1143020028)

Kelas : HPS-A/V

Bab I
a. BCBS (Basel Committee on Banking Supervision)

Komite Basel untuk Pengawasan Perbankan (Basel Committee on Banking Supervision,


BCBS) adalah suatu lembaga yang dibentuk oleh bank sentral dari negara-negara Group of Ten
(G10) pada tahun 1974. Keanggotaannya saat ini terdiri dari perwakilan senior dari otoritas
pengawas perbankan dan bank sentral dari negara-negara G10 (Belgia, Kanada, Perancis, Jerman,
Italia, Belanda, Swedia, Swiss, Britania Raya, Amerika Serikat) serta perwakilan dari Luxemburg
dan Spanyol. Lembaga ini bertemu secara reguler empat kali dalam setahun, biasanya di markas
Bank Penyelesaian Internasional (Bank for International Settlements, BIS) di Basel, Swiss, tempat
sekretariat permanen dari 12 anggotanya.
Komite Basel merumuskan standar dan pedoman pengawasan umum dan
merekomendasikan praktik terbaik dalam pengawasan perbankan (seperti Basel II) dengan
harapan bahwa negara-negara anggotanya serta negara-negara lain akan mengimplementasikan
rekomendasi-rekomendasi tersebut ke dalam sistem nasional masing-masing. Tujuan komite ini
adalah untuk mendorong konvergensi menuju pendekatan dan standar bersama dalam sektor
perbankan. Mulai 1 Juli 2006, Komite Basel dipimpin oleh Nout Wellink, presiden dari De
Nederlandsche Bank (Belanda) yang menggantikan pejabat sebelumnya, Jaime Caruana dari
Banco de Espana (Spanyol).

b. Basel I tahun 1988

Basel I adalah suatu istilah yang merujuk pada serangkaian kebijakan bank sentral dari
seluruh dunia yang diterbitkan oleh Komite Basel pada tahun 1988 di Basel, Swiss sebagai suatu
himpunan persyaratan minimum modal untuk bank. Rekomendasi ini dikukuhkan dalam bentuk
aturan oleh negara-negara Group of Ten (G10) pada tahun 1992. Basel I secara umum telah
ditinggalkan dan digantikan oleh himpunan pedoman yang lebih komprehensif, yang disebut Basel
II, yang sedang diterapkan oleh beberapa negara.
Basel Indigunakan sebagai serangkaian kebijakan bank dan difokuskan pada risiko kredit.
Aset bank diklasifikasikan dan dikelompokkan dalam lima kategori menurut risiko kredit,
membawa bobot risiko nol (untuk negara misalnya rumah hutang negara ), sepuluh, dua puluh,
lima puluh, dan sampai seratus persen (kategori ini, sebagai contoh, sebagian besar hutang
perusahaan). Bank dengan kehadiran internasional wajib memiliki modal sebesar 8% dari aktiva
tertimbang menurut risiko. Penciptaan credit default swap setelah Exxon Valdez insiden
membantu bank – bank besar, risiko nilai pinjaman dan memungkinkan bank untuk menurunkan
risiko mereka sendiri untuk mengurangi beban berat pembatasan ini.

c. Amandemen Basel I tahun 1988

Basel 1 dan Amandemen tahun 1996


 Tahun 1990 muncul masalah risiko pasar
 Komite Basel mempublikasikan the market risk amendement to the original accord pada
bulan Januari 1996 .
 Komite Basel menganjurkan penggunaan model-model risk based pricing dalam
menanggulangi risiko pasar
Komite Basel Mengembangkan Amandemen Risiko Pasar.
Dengan pendekatan dua jalur – twin track approach, terdiri dari :
 Metode pengukuran standar – Standardized measurenment method
 Pendekatan model internal – Internal model approach
Metode Pengukuran Standar
 Sebuah standarisasi kerangka untuk pengukuran kuantitatif risiko pasar dan kalkulasi
modal mendukung adanya kalkulasi risiko pasar yang berlaku bagi semua bank umum
 Persyaratan kecukupan modal tergantung pada :
 Risiko suku bunga dan harga ekuitas pada trading book
 Risiko nilai tukar, logam barharga dan komoditas pada seluruh aktivitas bank
Pendekatan model internal
 Komite Basel menyarankan bank sentral setiap negara sebagai lembaga yang menyetujui
penggunaan pendekatan model internal
 persyaratan bagi bank umum yang ingin menggunakan model internal
 Bank harus memiliki staf yang mampu menjalankan sistem yang terkait dengan model
internal
 Bagian terkait harus memiliki infrastruktur electronic data processing – EDP
 Model agregasi risiko dibuat dengan konsep yang jelas dan dapat diaplikasikan
 Ketepatan pengukuran dari model agregasi risiko harus dipenuhi
Kelemahan Kesepakatan Basel I
 Pendekatan portofolio belum diakomodasi
 Netting belum diizinkan
 Eksposur risiko pada pada Basel I diregulasi secara samar-samar
 Pendekatan Basel I memberikan pembobotan pada bobot risiko aktiva yang sama terhadap
semua pinjaman korporat tanpa memperdulikan peringkat kredit dari debitur

d. Basel II tahun 2004 dengan tiga pilar


Basel II adalah rekomendasi hukum dan ketentuan perbankan kedua, sebagai
penyempurnaan Basel I, yang diterbitkan oleh Komite Basel. Rekomendasi ini ditujukan untuk
menciptakan suatu standar internasional yang dapat digunakan regulator perbankan untuk
membuat ketentuan berapa banyak modal yang harus disisihkan bank sebagai perlindungan
terhadap risiko keuangan dan operasional yang mungkin dihadapi bank.
Pendukung Basel II percaya bahwa standar internasional seperti ini dapat membantu
melindungi sistem keuangan internasional terhadap masalah yang mungkin timbul sewaktu
runtuhnya bank-bank utama atau serangkaian bank. Dalam praktiknya, Basel II berupaya mencapai
hal ini dengan menyiapkan persyaratan manajemen risiko dan modal yang ketat yang dirancang
untuk meyakinkan bahwa suatu bank memiliki cadangan modal yang cukup untuk risiko yang
dihadapinya karena praktik pemberian kredit dan investasi yang dilakukannya. Secara umum,
aturan-aturan ini menegaskan bahwa semakin besar risiko yang dihadapi bank, semakin besar pula
jumlah modal yang dibutuhkan bank untuk menjaga likuiditas bank tersebut serta stabilitas
ekonomi pada umumnya.
Basel II mengusung konsep "tiga pilar" yaitu persyaratan modal minimum, tinjauan
pengawasan, serta pengungkapan informasi. Basel I sebelumnya hanya memperhatikan sebagian
dari masing-masing pilar ini. Misalnya, Basel I hanya memperhitungkan risiko kredit secara
sederhana, mempertimbangkan sedikit risiko pasar, serta sama sekali tidak menangani risiko
operasional.
Pilar pertama berkaitan dengan pemeliharaan persyaratan modal (regulatory capital) yang
diperhitungkan untuk tiga komponen utama risiko yang dihadapi bank: risiko kredit, risiko pasar,
serta risiko operasional. Jenis risiko lain tidak dianggap layak diperhitungkan pada tahap ini.
Risiko kredit dapat dihitung dengan tiga cara yang berbeda tingkat kerumitannya, yaitu pendekatan
standar (standardized approach), Foundation IRB (internal rating-based), dan Advanced IRB.
Risiko operasional dihitung dengan tiga pendekatan yaitu pendekatan dasar (basic indicator
approach, BIA), pendekatan standar (standardized approach, STA), serta advanced measurement
approach (AMA). Sedangkan pendekatan yang biasanya dipilih untuk perhitungan risiko pasar
adalah pendekatan VaR (value at risk).
Pilar kedua menangani tanggapan pengawasan terhadap pilar pertama yang memberikan
perkakas lanjut bagi pengawas. Pilar ini juga memberikan suatu kerangka kerja untuk menangani
semua risiko lain yang mungkin dihadapi bank, seperti risiko sistemik, risiko pensiun, risiko
konsentrasi, risiko strategik, risiko reputasi, risiko likuiditas, serta risiko hukum, yang
digabungkan menjadi risiko residu.
Pilar ketiga memperbesar pengungkapan yang harus dilakukan bank. Ini dirancang untuk
memberikan gambaran yang lebih baik bagi pasar mengenai posisi risiko menyeluruh bank dan
untuk memberikan kesempatan bagi pihak terkait dari bank untuk memberikan harga dan
menangani risiko tersebut dengan sepantasnya.
e. Basel 2,5 2008-2009
1. Kerangka Pengembangan/Penyempurnaan Basel II (Basel II Enhancement Package) atau
dikenal dengan Basel 2.5terdiri dari Enhancement to Basel II Framework, Revisions to
Basel II Market Risk Framework dan Guidelines for Computing Capital Charge for
Incremental Risk in the Trading Book.
2. Tujuan Kerangka Basel 2.5 adalah memastikan tercakupnya risiko dalam perhitungan
kecukupan modal minimum, manajemen risiko dan keterbukaan kepada publik terutama
yang berasal dari kegiatan trading, sekuritisasi dan eksposur off balance sheet.
Pengembangan dan revisi ini ditujukan untuk memperkuat kerangka menghadapi krisis
keuangan, terutama diaplikasikanpada metodologi Basel II yang lebih advanced
3. Kerangka Risiko Pasar BCBS sendiri sudah mengalami evolusi sejak 1996 (Market Risk
Amendment), lalu pada tahun 2005 diterbitkan “The Application of Basel II to Trading
Activities and the Treatment of Double Default Effects “ hingga disempurnakan lagi
dengan konsep Basel 2.5 pada tahun 2009. Cakupan dari Kerangka Basel 2.5 antara lain
adalah sebagai berikut:
 Proposal Risiko Pasar : meminta bank menyediakan kebutuhan modal untuk risiko pasar
yang belum tercakup dalam Amandemen Basel 1 tahun 1996,risiko pasar bank dalam
kondisi stress (Stressed VaR) sertaIncremental Risk Charge (IRC) untuk menghitung
tambahan risiko bagi bank yang menggunakan internal model dalam perhitungan risiko
spesifik. Selain itu juga terdapat rekomendasi kebutuhan modal terhadap non-correlation
trading securitisation positionsdan correlation trading securitisation positions
 Proposal terkait pengenaan beban risiko yang sama untuk produk sekuritisasi baik yang
terdapat di banking bookmaupun trading book. Hal ini diharapkan dapat mengurangi
insentif terjadinya regulatory arbitrageantara banking bookdan trading book.
 Proposal terkait pedoman bagi bank dalam melakukan valuasi terhadap seluruh eksposur
yang dicatat berdasarkan fair value, tidak hanya untuk posisi di trading booknamun juga di
banking book, terutamauntuk valuasi terhadap posisi yang kurang likuid.
 Proposal terkait penyempurnaan persyaratan Pilar 2 yaitu aspek governancetermasuk
penyempurnaan pengaturan kompensasi pegawai bank berbasis risiko, manajemen risiko
termasuk risiko konsentrasi, risiko reputasi dan stress testing.
 Proposal terkait penyempurnaan keterbukaan dalam Pilar 3 terutama terkait aspek
sekuritisasi
 Proposal tentang pemeringkatan dan pengurangan ketergantungan pada Lembaga Rating
dan melakukan self assessmentatas risiko kreditnya.
4. Dalam rangka menerapkan Basel 2.5 di Indonesia, Bank Indonesia saat ini sedang
melakukan kaji ulang regulasi yang terkait khususnya dengan risiko pasar (trading book
exposures) dan sekuritisasi dengan mempertimbangkan magnitude eksposur dan risiko
yang dimiliki oleh perbankan nasional saat ini. Terlebih hingga saat ini belum terdapat
bank diIndonesia yang menggunakan pendekatan model internal (internal model
approach/IMA) untuk menghitung beban modal risiko pasar. Sementara itu terkait dengan
sekuritisasi, pada tahun 2005, Bank Indonesia telah menerbitkan PBI No. 7/4/PBI/2005
serta SE No. 7/51/DPNP tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Aktivitas Sekuritisasi Aset
bagi BankUmum namun perlu disesuaikan kembali dengan Kerangka Basel 2 dan Basel
2.5.
5. Inisiatif penerbitan CP Basel 2.5 oleh Bank Indonesia akan memuat pokok-pokok
pemikiran arah kebijakan dan pengaturan Basel 2.5di Indonesia. Dalam dokumen tersebut
dibahas rekomendasi pengaturan permodalan sesuai Basel2.5berdasarkan studi literatur
atas dokumen Basel 2.5Dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk
memudahkan pemahaman, struktur CP akan disajikan dalam format paparan substansi
Basel 2/Basel 2.5, ketentuan relevan yang berlaku saat ini dan usulan pengaturan.
6. Sehubungan dengan belum dikeluarkannya regulasi terkait penggunaan pendekatan
peringkat internal (IRB Approach) dalam menghitung ATMR risiko kredit bank, maka
penggunaan pendekatan peringkat internal untuk eksposur sekuritisasi belum menjadi
prioritas pengaturan oleh Bank Indonesia dalam waktu dekat. Begitu juga dengan
penggunaan internal model dalam perhitungan risiko spesifik untuk risiko pasar. Oleh
karena itu, usulan pengaturan dalam CP ini difokuskan pada penggunaan metode standar
untuk eksposur sekuritisasi, pendekatan standar untukrisiko pasar dan pendekatan internal
model khususnya untuk risiko umum dalam risiko pas.
7. Pada waktunya tanggapan dan masukan terhadap CP Basel 2.5 akan bermanfaat dalam
penyusunan ketentuan yang terkait dengan Basel 2.5.

f. Basel III
Rencana Penerapan Basel III
 Kerangka “Basel III: Global Regulatory Framewor for More Resilient Banks and Banking
Systems” yang dipublikasikan pada akhir 2010 merupakan satu paket yang tidak terpisah dan
merupakan penyempurnaan dari Kerangka Basel II dan Basel 2,5. Adapun substansi Basel III
mencakup area sebagai berikut:
A. Penguatan Kerangka Permodalan Global
1. Meningkatkan kualitas, konsistensi dan transparansi permodala
2. Mengembangkan cakupan risiko
3. Tambahan persyaratan modal berbasis risiko dengan leverage ratio.
4. Mengurangi procyclicalitydan meningkatkan countercyclical buffer
5. Addressing systemic risk dan keterkaitan antar lembaga keuangan
B. Pengenalan Standar Likuiditas Global
1. Liquidity Coverage Ratio (LCR)
2. Net Stable Funding Ratio (NSFR)
3. Monitoring Tools
 Sesuai dengan substansi di atas, Basel III secara mendasar menyajikan reformasi yang
dilakukan oleh BCBS untuk memperkuatpermodalan dan standar likuiditas dengan tujuan
untuk meningkatkan ketahanan sektor perbankan terhadap krisis. Kemampuan sektor
perbankan menyerap shockyang terjadi karena tekanan keuangan dan perekonomian
diharapkan dapat mengurangi penyebaran risiko dari sektor keuangan terhadap perekonomian.
 Di sisi yang lain, Basel III memperkenalkan juga standar likuiditas baik untuk jangka pendek
yaitu liquidity coverage ratio (LCR) dan untuk jangka yang lebih panjang yaitu net stable
funding ratio (NSFR). Secara mendasar, kedua standar likuiditas merupakan lompatan baru
yang dimaksudkan untuk melengkapi monitoring tools yang sudah ada untuk memantau
likuiditas bank dan sekaligus dapat digunakan sebagai pembanding kondisi likuiditas antar
bank.
 Kerangka permodalan dan standar likuiditas Basel III secara bertahap akan mulai diterapkan
pada Januari 2013 hingga implementasi penuh pada Januari 2019. Melihat rentang waktu yang
disediakan untuk adopsi penuh Basel III ini maka tidak dipungkiri bahwa diharapkan persiapan
termasuk penilaian dampak atas Basel III dapat dilakukan secara komprehensif sehingga pada
saat penerapannya dapat berjalan dengan baik.
 Sejalan dengan itu, untuk implementasi Basel II dan Basel III secara terintegrasi dan sistematis
di Indonesia, diperlukan persiapan yang mumpuni termasuk melakukan kajian untuk
memastikan kesesuaian implementasi dengan kondisi perbankan Indonesia diantaranya dalam
aspek pemantauan dampak terhadap permodalan dan likuiditas bank, penyesuaian ketentuan
dan pedoman pengawasan bank serta upaya penyiapan pemahaman pengawas dan perbankan.
Beberapa program kerja yang telah dilakukan Bank Indonesia diantaranya studi kuantitatif
tentang dampak terhadap permodalan bank, baik melalui partisipasi dalam Globa -Quantitative
Impact Study (QIS) sejak 2010, QIS Nasional untuk 14 bank besar sejak 2009, monitoring
permodalan seluruhperbankan berdasarkan Basel III secara bulanan menggunakan data LBU
serta penerbitan consultative paper (CP) implementasi Basel III diIndonesia.
 Inisiatif penerbitan CP Basel III oleh Bank Indonesia akan memuat pokok-pokok pemikiran
arah kebijakan dan pengaturan Basel III di Indonesia. Dalam dokumen tersebut dibahas
rekomendasi pengaturan permodalan sesuai Basel III berdasarkan studi literatur atas dokumen
Basel III, peraturan perundang-undangan yang berlaku, hasil studi dampak kuantitatif,
referensi terkait lainnya, serta masukan dari pengawas, perbankan dan lain-lain. Selanjutnya
untuk memudahkan pemahaman,struktur CP akan disajikan dalam format paparan substansi
Basel III dan usulan pengaturan yang diperbandingkan dengan ketentuan relevan yang berlaku
saat ini.

Bab II

a. Pengadopsian Basel I menurut PBI. No.5/8/2003 dan PBI No.13/23/2011


Bank merupakan suatu perusahaan yang menjalankan fungsi intermediasi atas dana yang
diterima dari nasabah. Jika sebuah bank mengalami kegagalan, dampak yang ditimbulkan akan
meluas mempengaruhi nasabah dan lembaga-lembaga yang menyimpan dananya atau
menginvestasikan modalnya di bank, dan akan menciptakan dampak ikutan secara domestik
maupun pasar internasional.
Karena pentingnya peran bank dalam melaksanakan fungsinya maka perlu diatur secara baik dan
benar. Hal ini bertujuan utnuk menjaga kepercayaan nasabah terhadap aktivitas perbankan. Salah
satu peraturan yang perlu dibuat untuk mengatur perbankan adalah peraturan mengenai
permodalan bank yang berfungsi sebagai penyangga terhadap kemungkinan terjadinya kerugian.
Mengingat pentingnya modal pada bank, pada tahun 1988 BIS mengeluarkan suatu konsep
kerangka permodalan yang lebih dikenal dengan the 1988 accord (Basel I). Sistem ini dibuat
sebagai penerapan kerangka pengukuran bagi risiko kredit, dengan mensyaratkan standar modal
minimum adalah 8%. Komite Basel merancang Basel I sebagai standar yang sederhana,
mensyaratkan bank-bank untuk memisahkan eksposurnya kedalam kelas yang lebih luas, yang
menggambarkan kesamaan tipe debitur. Eksposur kepada nasabah dengan tipe yang sama (seperti
eksposur kepada semua nasabah korporasi) akan memiliki persyaratan modal yang sama, tanpa
memperhatikan perbedaan yang potensial pada kemampuan pembayaran kredit dan risiko yang
dimiliki oleh masing-masing individu nasabah.Sejalan dengan semakin berkembangnya produk-
produk yang ada di dunia perbankan, BIS kembali menyempurnakan kerangka permodalan yang
ada pada the 1988 accord dengan mengeluarkan konsep permodalan baru yang lebih di kenal
dengan Basel II. Basel II dibuat berdasarkan struktur dasar the 1988 accord yang memberikan
kerangka perhitungan modal yang bersifat lebih sensitif terhadap risiko (risk sensitive) serta
memberikan insentif terhadap peningkatan kualitas penerapan manajemen risiko di bank. Hal ini
dicapai dengan cara penyesuaian persyaratan modal dengan risiko dari kerugian kredit dan juga
dengan memperkenalkan perubahan perhitungan modal dari eksposur yang disebabkan oleh risiko
dari kerugian akibat kegagalan operasional

b. Perbedaan basel I dan II

Basel I, yaitu tahun 1988 Basel Accord difokuskan pada risiko kredit. Aset bank diklasifikasikan
dan dikelompokkan dalam lima kategori menurut risiko kredit, membawa bobot risiko nol.

Sedangkan basel II ialah Rekomendasi ini ditujukan untuk menciptakan suatu standar
internasional yang dapat digunakan regulator perbankan untuk membuat ketentuan berapa banyak
modal yang harus disisihkan bank sebagai perlindungan terhadap risiko keuangan dan operasional
yang mungkin dihadapi bank.

Anda mungkin juga menyukai