PENDAHULUAN
Dermatitis atopic (DA) adalah penyakit kulit reaksi inflamasi yang didasari
oleh faktor herediter dan faktor lingkungan, bersifat kronik residif dengan gejala
eritema, papula, vesikel, kusta, skuama dan pruritus yang hebat. Bila residif
biasanya disertai infeksi atau alergi, faktor psikologik, atrau akibat bahan kimia
atau iritan.1
Dermatitis atopik (D.A.) ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif,
disertai gatal, yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada
keluarga atau penderita (D.A., rinitis alergik, dan atau asma brokial). Kelainan kulit
berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi,
distribusinya di lipatan (fleksural).2
Kata ‘atopi’ pertama kali diperkenalkan oleh Coca (1923), yaitu istilah yang
dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat
kepekaan dalam keluarganya. Misalnya: asma bronkial, rinitis alergik, dermatitis
atopik, dan konjungtivitis alergik.1
Dermatitis Atopik menduduki peringkat ke-3 dari sepuluh besar penyakit
utama di puskesmas Cendrawasih. Banyak faktor yang menunjang perkembangan
penyakit ini, antara lain keadaan faktor imunologis, alergen, iritan serta sosial
ekonomi yang rendah.
1
berkualitas bila didasarkan pada hasil penelitian ilmu kedokteran terkini (evidence
based medicine).
2
3. Bagi tenaga kesehatan.
Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemerintah
daerah dan instansi kesehatan beserta paramedis yang terlibat di dalamnya
mengenai pendekatan diagnosis holistik penderita dermatitis atopik.
4. Bagi Pembelajar Studi Kasus (Mahasiswa)
Sebagai pengalaman berharga bagi penulis sendiri dalam rangka
memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai evidenve based dan
pendekatan diagnosis holistik dermatitis atopik serta dalam hal penulisan
studi kasus.
3
BAB II
4
2.3 Pendekatan Diagnosis Holistik pada Pelayanan Kedokteran Keluarga di
Layanan Primer
5
4. Menentukan urutan tatacara terapi dan teknik terapi yang akan
dipilihnya
5. Menentukan interval kunjungan terapi.
Diagnosis Holistik memiliki standar dasar pelaksanaan yaitu:
1. Membentuk hubungan interpersonal antar petugas administrasi
(penerimaan, pencatatan biodata) dengan pasien
2. Membentuk hubungan interpersonal antara paramedis dengan pasien.
Melakukan pemeriksaan saringan (Triage), data diisikan dengan
lembaran penyaring
3. Membentuk hubungan interpersonal anatara dokter dengan pasien
4. Melakukan anamnesis
5. Melakukan pemeriksaan fisik
6. Penentuan derajat keparahan penyakit berdasarkan gejala, komplikasi,
prognosis, dan kemungkinan untuk dilakukan intervensi
7. Menentukan resiko individual diagnosis klinis sangat dipengaruhi
faktor individual termasuk perilaku pasien
8. Menentukan pemicu psikososial dari pekerjaan maupun komunitas
kehidupan pasien
9. Menilai aspek fungsi sosial.
Dasar-dasar dalam pengembangan pelayanan/pendekatan kedokteran
keluarga di layanan primer antara lain:
1. Pelayanan kesehatan menyeluruh (holistik) yang mengutamakan upaya
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit
2. Pelayanan kesehatan perorangan yang memandang seseorang sebagai
bagian dari keluarga dan lingkungan komunitasnya
3. Pelayanan yang mempertimbangkan keadaan dan upaya kesehatan
secara terpadu dan paripurna (komprehensif).
4. Pelayanan medis yang bersinambung
5. Pelayanan medis yang terpadu
Pelayanan komprehensif yaitu pelayanan yang memasukkan pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus
6
(preventive & spesific protection), pemulihan kesehatan (curative), pencegahan
kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation)
dengan memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko legal etika
kedokteran.
Pelayanan medis yang berkesinambung merupakan pelayanan yang
disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan berkesinambung, yang
melaksanakan pelayanan kedokteran secara efisien, proaktif dan terus menerus
demi kesehatan pasien.
Pelayanan medis yang terpadu artinya pelayanan yang disediakan dokter
keluarga bersifat terpadu, selain merupakan kemitraan antara dokter dengan pasien
pada saat proses penatalaksanaan medis, juga merupakan kemitraan lintas program
dengan berbagai institusi yang menunjang pelayanan kedokteran, baik dari formal
maupun informal.
Prinsip pelayanan Kedokteran Keluarga di Layanan Primer adalah:
a. Comprehensive care and holistic approach
b. Continuous care
c. Prevention first
d. Coordinative and collaborative care
e. Personal care as the integral part of his/her family
f. Family, community, and environment consideration
g. Ethics and law awareness
h. Cost effective care and quality assurance
i. Can be audited and accountable care
Pendekatan menyeluruh (holistic approach), yaitu peduli bahwa pasien
adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, sosial dan
spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya.
Untuk melakukan pendekatan diagnosis holistik, maka perlu kita melihat dari
beberapa aspek yaitu:
I. Aspek Personal: Keluhan utama, harapan dan kekhawatiran.
II. Aspek Klinis: Bila diagnosis klinis belum dapat ditegakkan cukup dengan
diagnosis kerja dan diagnosis banding.
7
III. Aspek Internal: Kepribadian seseorang akan mempengaruhi perilaku.
Karakteristik pribadi amat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, kultur, etnis, dan lingkungan.
IV. Aspek Eksternal: Psikososial dan ekonomi keluarga.
V. Derajat Fungsi Sosial:
o Derajat 1: Tidak ada kesulitan, dimana pasien dapat hidup mandiri
o Derajat 2: Pasien mengalami sedikit kesulitan.
o Derajat 3: Ada beberapa kesulitan, perawatan diri masih bisa
dilakukan, hanya dapat melakukan kerja ringan.
o Derajat 4: Banyak kesulitan. Tak melakukan aktifitas kerja, tergantung
pada keluarga.
o Derajat 5: Tak dapat melakukan kegiatan
2.4. Definisi
Dermatitis atopic (DA) adalah penyakit kulit reaksi inflamasi yang didasari
oleh faktor herediter dan faktor lingkungan, bersifat kronik residif dengan gejala
eritema, papula, vesikel, kusta, skuama dan pruritus yang hebat. Bila residif
biasanya disertai infeksi atau alergi, faktor psikologik, atrau akibat bahan kimia atau
iritan.1
Dermatitis atopik (D.A.) ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif,
disertai gatal, yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada
keluarga atau penderita (D.A., rinitis alergik, dan atau asma brokial). Kelainan kulit
berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi,
distribusinya di lipatan (fleksural).2
Kata ‘atopi’ pertama kali diperkenalkan oleh Coca (1923), yaitu istilah yang
dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat
kepekaan dalam keluarganya. Misalnya: asma bronkial, rinitis alergik, dermatitis
atopik, dan konjungtivitis alergik.1
8
2.5 Sinonim
Banyak istilah lain yang dipakai sebagai sinonim D.A., yaitu ekzema atopik,
ekzema konstitusional, ekzema fleksural, neurodermatitis diseminata, prurigo
Besnier. Tetapi, yang paling sering digunakan adalah dermatitis atopik.2
2.6 Epidemiologi
2.7 Patogenesis
Sampai saat ini etiologi maupun mekanisme yang pasti DA belum semuanya
diketahui, demikian pula pruritus pada DA. Tanpa pruritus diagnosis DA tidak
dapat ditegakan. Rasa gatal dan rasa nyeri sama-sama memiliki reseptor di taut
dermoepidermal, yang disalurkan lewat syaraf C tidak bermielin ke saraf spinal
sensorik yang selanjutnya diteruskan ke thalamus kontralateral dan korteks untuk
diartikan. Rangsangan yang ringan, superficial dengan intensitas rendah
menyebabkan rasa gatal, sedangkan yang dalam dan berintensitas tinggi
9
menyebabkan rasa nyeri. Sebagian pathogenesis DA dapat dijelaskan secara
imunologik dan nonimunologik.3,4
a) Reaksi imunologis DA
Sekitar 70% anak dengan DA mempunyai riwayat atopi dalam keluarganya
seperti asma bronchial, rhinitis alergi, atau dermatitis atopi. Sebagian besar
anak dengan DA (sekitar 80%), terdapat peningkatan kadar IgE total dan
eosinofil di dalam darah. Anak dengan DA terutama yang moderat dan berat
akan berlanjut dengan asma dan /atau rhinitis alergika di kemudian hari, dan
semuanya ini memberikan dugaan bahwa dasar DA adalah suatu penyakit
atopi.5,6
b) Faktor non imunologis
Faktor non imunololgis yang menyebabkan rasa gatal pada DA antara lain
adanya faktor genetik, yaitu kulit DA yang kering (xerosis). Kekeringan
kulit diperberat oleh udara yang lembab dan panas, banyak berkeringat, dan
bahan detergen yang berasal dari sabun. Kulit yang kering akan
menyebabkan nilai ambang rasa gatal menurun, sehingga dengan
rangsangan yang ringan seperti iritasi wol, rangsangan mekanik, dan termal
akan mengakibatkan rasa gatal.6,7
c) Faktor-faktor pencetus
Makanan
Berdasarkan hasil Double Blind Placebo Controlled Food Challenge
(DBPCFC), hamper 40% bayi dan anak dengan DA sedang dan berat
mempunyai riwayat alergi terhadap makanan. Bayio dan anak dengan alergi
makanan umumnya disertai uji kulit (skin prick test) dan kadar IgE spesifik
positif terhadap berbagai macam makanan. Walaupun demikian uji kulit
positif terhadap suatu makanan tertentu, tidak berarti bahwa penderita
tersebut alergi terhadap makanan tersebut, oleh karena itu masih diperlukan
suatu uji eliminasi dan provokasi terhadap makanan tersebut untuk
menetukan kepastiannya.4,6
10
Alergen hirup
Alergen hirup sebagai penyebab DA dapat lewat kontak, yang dapat
dibuktikan dengan uji tempel, positif pada 30-50% penderita DA, atau lewat
inhalasi. Reaksi positif dapat terihat pada alergi tungau debu rumah (TDR),
dimana pada pemeriksaan in vitro (RAST), 95% penderita DA mengandung
IgE spesifik positif terhadap TDR dibandingkan hanya 42% pada penderita
asma. Perlu juga diperhatikan bahwa DA juga bisa diakibatkan oleh allergen
hirup lainnya seperti bulu binatang rumah tangga, jamur, atau ragweed di
negara-negara dengan 4 musim.5,7,9
Infeksi kulit
Penderita dengan DA mempunyai tendensi untuk disertai infeksi kulit oleh
kuman umumnya Sthapylococcus aureus, virus dan jamur. Stafilokokus
dapat ditemukan pada 90% lesi penderita DA dan jumlah koloni bisa
mencapai 107 koloni/cm2 pada bagian lesi tersebut. Akibat infeksi kuman
Stafilokokus akan dilepaskan sejumlah toksin yang bekerja sebagai
superantigen, mengaktifkan makrofag dan limfosit T, yang selanjutnya
melepaskan histamine. Oleh karena itu penderita DA dan disertai infeksi
harus diberikan kombinasi antibiotika terhdap kuman stafilokokus dan
steroid topikal.8,9,11
Terdapat tiga bentuk klinis dermatitis atopic, yaitu bentuk infantile, bentuk anak,
dan bentuk dewasa.10,12
a) Bentuk infantile (2 bulan – 2 tahun)
Secara klinis berbentuk dermatitis akut eksudatif dengan predileksi daerah
muka terutama pipi dan daerah ekstensor ekskremitas. Bentuk ini
berlangsung sampai usia 2 tahun. Predileksi pada muka lebih sering pada
bayi yang masih muda, sedangkan kelainan pada ekstensor timbul pada bayi
sudah merangkak. Lesi yang paling menonjol pada tipe ini adalah vesikel
dan papula, serta garukan yang menyebabkan krusta dan terkadang infeksi
11
sekunder. Gatal merupakan gejala yang mencolok membuat bayi gelisah
dan rewel dengan tidur yang terganggu. Pada sebagian penderita dapat
disertai infeksi bakteri maupun jamur.1,10,12
12
Gambar 3. Sumber dari kepustakaan 14
2.9 Diagnosis
Tabel 1. Kriteria diagnosis dermatitis atopic dari Hanfin dan Lobitz, 1977
Xerosis
Infeksi kulit (khususnya oleh S.aureus dan virus H.simpleks)
Dermatitis non spesifik pada tangan dan kaki
Iktiosis/hiperlinearis Palmaris/keratosis pilaris
Ptriasis alba
Dermatitis di papilla mame
White dermatografism dan delayed blanched response
Keilitis
Lipatan infra orbital Dennie – Morgan
Konjungtivitis berulang
Keratokonus
13
Katarak subkapsular anterior
Orbita menjadi gelap
Muka pucat dan eritema
Gatal bila berkeringat
Intolerans perifolikular
Hipersensitif terhadap makanan
Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau emosi
Tes alergi kulit tipe dadakan positif
Kadaqr IgE dalam serum meningkat
Awitan pada usia dini
Untuk mendiagnosis dermatitis atopic harus ada kriteria mayor 3 dan kriteria minor 3
I Harus ada :
Kulit yang gagal ( atau tanda garukan pada anak kecil)
14
2.10 Pemeriksaan Penunjang15
5. Jumlah eosinofil
Peningkatan jumlah eosinofil di perifer maupun di jaringan kulit umumnya
seirama dengan beratnya penyakit dan lebih banyak ditemuakn pada
keadaan yang kronis.
15
2.11 Diagnosa Banding1,3,4,9,12
1. Dermatitis seboroik
Ditandai erupsi berskuama, salmon colored atau kuning berminyak yang
mengenai kulit kepala, pipi,badan,eksremitas dan diaper area.
2. Dermatitis kontak
Biasanya lesi sesuai dengan tempat kontaktan, lesi berupa popular miliar dan
erosif.
3. Dermatitis numularis
Penyakit yang ditandai lesi yang berbentuk koin. Ukuran diameter 1 cm atau
lebih, timbul pada kulit yang kering.
4. Psoriasis
Lesi psoriasis berwarna merah dan skuama seperti perak micaceous (seperti
mika). Predileksi psoriasis di permukaan ekstensor, terutama pada siku dan
lutut, kulit kepala dan daerah genital.
5. Skabies
Diagnosis ditegakan dengan adanya riwayat rasa gatal di malam hari,
distribusi lesi yang khas, dengan lesi primer yang patognomonik berupa
adanya burrow dan adanya kutu pada pemeriksaan mikroskopik.
6. Dermatitis herptiformis
Penyakit yang menahun dan residif, ruam bersifat polimorfik terutama berupa
vesikel, terusun berkelompok dan simetrik serta disertai rasa sangat gatal.
2.12 Penatalaksanaan
A. Umum
Berbagai fdaktor dapat menjadi pencetus DA dan tidak sama untuk setiap
individu, karena itu perlu indentifikasi dan dieliminasi berbagai faktor
tersebut.2,7,10
16
Menghindarkan pemakaian bahan-bahan iritan (detergen, alcohol,
astringen, pemutih,dll)
Menghindarkan suhu yang terlalu panas dan dingin, kelembapan
tinggi.
Menghidarkan aktifitas yang akan mengeluarkan banyak keringat
Menghindarkan makanan-makanan yang dicurigai dapat
mencetuskan DA
Melakukan hal-hal yang dapat mengurangi jumlah TDR/agen
infeksi, seperti menghindari penggunaan kapuk/karpet/mainan
berbulu.
Menghindarkan stress emosi
Mengobati rasa gatal
B. Khusus
1. Pengobatan Topikal2,9,10
a. Hidrasi kulit
Dengan melembabkan kulit, diharapkan sawar kulit menjadi
lebih baik dan penderita tidak menggaruk dan lebih
impermeable terhadap mikroorganisme/bahan iritan.
Berbagai jenis pelembab dapat digunakan anatar lain cream
hidrofilik 10%, pelembab yang mengandung asam laktat
dengan konsentrasi kurang dari 5%.Pemakaian pelembab
beberapa kali sehari setelah mandi
b. Kortikosteroid
Walau steroid topikal sering diberi pada pengobatan DA,
tetapi harus berhati-hati karena efek sampingnya yang cukup
banyak. Kortikosteroid potensi rendah diberi pada bayi,
daerah intertriginosa dan daerah genitalia. Kortikosteroid
potensi menengah dapat diberi pada anak dan dewasa. Bila
17
aktifitas penyakit telah terkontrol, kortikosteroid
diaplikasikan intermitten umumnya dua kali seminggu.
c. Imunomodular topikal.
1) Takrolimus
Bekerja sebagai penghambat calcineurin, sediaan
dalam bentuk salap 0,03% untuk anak usia 2-15
tahun dan dewasa 0,03% dan 0,1%.
2) Pimekrolimus
Yaitu suatu senyawa askomisin yaitu suatu
imunomudolator golongan makrolatum.Sediaan
yang dipakai adalah konsentrasi 1% 2 kali sehari.
3) Preparat ter
Mempunyai efek anti pruritus dan anti inflamasi pada
kulit. Sediaan dalam bentuk salaphdrofilik.
d. Antihistamin
Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena
berpotensi kuat menimbulkan sensitisasi pada kulit.
Pemakaian cream doxepin 5% dalam jangka pendekdapat
mengurangi gatal tanpa sensitisasi.
2. Pengobatan Sistemik1,3,12
a. Kortikosteroid
Hanya dipakai untuk mengendalikan DA ekserbasi akut.
Digunakan dalam waktu singkat, dosis rendah, diberi selang-
seling.
b. Antihistamin
Diberi untuk mengurangi rasa gatal. Dalam memilih anti
histaminharus diperhatikan berbagai hal seperti penyakit-
penyakit sistemik, aktifitas penderita dll.Pada kasus sulit
dapat diberikan doxepin hidroklorid 10-75mg/oral/2x sehari.
18
c. H1 dan H2
1) Anti infeksi
Pemberian antibiotiuka berkaitan dengan
ditemukannya peningkatan koloni S.aureus pada
penderita DA. Dapat diberi ertitromisin atau
kaltromisin.Bila ada infeksi virusdapat diberi
asiklovir 3x 400mg/hari selama 10 hari atau 4x
200mg/hari untuk 10 hari.
2) Interferon
3) Siklosporin
5) Antimetabolit
19
6) Probiotik
2.13 Komplikasi
Jika kortikosteroid topikal digunakan secara tidak tepat, maka dapat terjadi
striae. Penipisan kulit juga dapat terjadi apabila steroid digunakan dengan tidak
tepat pada pasien-pasien yang sudah berusia lebih tua.1,2,7
2.14 Prognosis
20
BAB III
METODOLOGI DAN LOKASI STUDI KASUS
3.1 Metodologi
Studi kasus ini menggunakan desain studi kasus untuk mempelajari
hubungan antara faktor risiko dan efek (penyakit atau masalah kesehatan), dengan
memilih kelompok studi berdasarkan perbedaan faktor risiko. Kemudian melihat
berapa banyak subjek dalam masing-masing kelompok yang mengalami efek
penyakit atau masalah kesehatan untuk melakukan penerapan pelayanan dokter
layanan primer secara holistik.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode
wawancara dan observasi dengan pasien dimana wawancara merupakan suatu cara
mengumpulkan data dengan cara mengajukan pertanyaan langsung kepada seorang
informan atau autoritas atau seorang ahli yang berwenang dalam suatu
masalah.Sedangkan observasi adalah pengamatan dan juga pencatatan sistematik
atas unsur-unsur yang muncul dalam suatu gejala atau gejala-gejala yang muncul
dalam suatu objek penelitian. Hasil dari observasi tersebut akan dilaporkan dalam
suatu laporan yang tersusun secara sistematis mengikuti aturan yang berlaku.
21
3.2.1 Gambaran Umum Lokasi Studi Kasus
Puskesmas Layang terletak di Kelurahan Layang, Kecamatan Bontoala
Kota Makassar dengan luas wilayah 0,21 Km2. Kelurahan Layang berbatasan
dengan :
22
No Kelurahan Jumlah Penduduk
1 Kelurahan Layang 9088
2 Kelurahan Bunga Ejaya 5849
3 Kelurahan Parang Layang 4830
4 Kelurahan Bontoala 2433
5 Kelurahan Bontoala Tua 5060
6 Kelurahan Gaddong 4831
7 Kelurahan Bontoala Parang 4685
23
Dokter Umum :3
Dokter Gigi :1
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Gizi :3
Apoteker :2
Asisten Apoteker :1
Bidan :3
Perawat (SPK) :4
Perawat Gigi :1
Sanitarian (SPH) :3
Nutrisi :2
Laboran (Analis) :2
Pekarya :3
24
harus ditunjang Misi Puskesmas yang dapat diukur serta tidak terpisahkan dari Visi
Puskesmas.
Berdasarkan hal tersebut Puskesmas Layang mempunyai Misi sebagai berikut
:
25
2. Upaya kesehatan pengembangan
Upaya Kesehatan Lansia
Upaya Kesehatan Sekolah
Perawatan Kesehatan Masyarakat
Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
Kesehatan Indera
Upaya Kesehatan Jiwa
Upaya Kesehatan Olah Raga
Upaya Kesehatan Kerja
Obat Tradisional
3. Upaya Kesehatan Perorangan
TP2R1/ Loket
Poli Pemeriksaan Kesehatan Umum
Poli Pemeriksaan Kesehatan Gigi
Apotik
Laboratorium
4. Upaya Kesehatan Masyarakat
26
3.11 Alur Pelayanan
Pasien
Loket
- Poli Umum
- Poli Gigi
- Poli KIA/KB
Laboratorium
Ruang
Tindakan
Apotik
Pasien
27
Pendaftaran
Loket
Pemeriksaan
Dokter
Entri P. Care
Registrasi
Poli Gawat
Rumah sakit darurat
Ambulance
UGD Rumah
sakit
28
6. Dermatitis lainnya (L30) : 101 Kasus
7. Tonsilitis akut (J03) : 97 Kasus
8. Tuberculosis (A16)` : 96 Kasus
9. Sakit Kepala (R51) : 94 Kasus
10. ISPA, tidak terspesifikasi(J06.9) : 93 Kasus
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
30
- Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sudah pernah mengalami keluhan yang sama sejak 3 bulan yang
lalu sebanyak 2 kali.
Riwayat rhinitis alergi disangkal, riwayat asma disangkal, riwayat
urtikaria disangkal.
- Riwayat Penyakit Keluarga
Menurut ayah pasien, keluarga besar dari ayah maupun ibu pasien belum
pernah ada yang mengalami keluha yang sama seperti pasien saat ini.
Riwayat ibu rhinitis alergi .
- Riwayat Alergi
Pasien mempunyai riwayat alergi terhadap telur .
Alergi obat-obatan disangkal, riwayat debu dan cuaca dingin disangkal.
- Riwayat Pengobatan
Pasien pernah berobat dengan keluhan yang sama di Puskesmas Layang.
- Keadaan Umum
Pasien tampak sakit ringan, gizi baik, kesadaran compos mentis
- Vital Sign
1. Tekanan Darah : tidak dilakukan
2. Nadi : 80 x/menit
3. Pernapasan : 24 x/menit
4. Suhu : 37,0 oC
- Status Generalis
1. Kepala : Biasa
Ekspresi : Simetris muka : Simetris ki=ka
Rambut : Hitam, sulit dicabut
Mata : Eksoptalmus atau enoptalmus: (-)
Tekanan bola mata : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kelopak mata : Dalam batas normal
31
Konjungtiva : Anemis (-)
Kornea : Jernih
Sklera : Ikterus (-)
Pupil : Isokor 2,5 mm Ki=Ka
2. Telinga
Tophi : (-)
Pendengaran : Dalam batas normal
Nyeri tekan di prosesus mastoideus : (-)
3. Hidung
Perdarahan : (-)
Sekret : (-)
4. Mulut
Bibir : Kering (-)
Gigi geligi : Karies (-)
Gusi : Perdarahan (-)
Tonsil : Hiperemis (-)
5. Leher
Kelenjar getah bening : MT (-), NT (-)
Kelenjar gondok : MT (-), NT (-)
DVS : tidak dilakukan
Kaku kuduk : (-)
Tumor : (-)
6. Dada
Inspeksi : Simetris ki=ka
Bentuk : Normochest
Pembuluh darah : Bruit (-)
Buah dada : Tidak ada kelainan
Sela iga : Tidak ada pelebaran
32
7. Thorax
Palpasi : Fremitus Raba : Ki=Ka
Nyeri tekan : (-)
Perkusi : Paru kiri : Sonor
Paru kanan : Sonor
Batas paru hepar : ICS VI Dextra Anterior
Batas paru belakang kanan : V Th IX Dextra Posterior
Batas paru belakang kiri : V Th X Sinistra Posterior
Auskultasi : Bunyi pernapasan : vesikuler
Bunyi tambahan : Rh -/- Wh-/-
8. Punggung
Inpeksi : skoliosis (-), kifosis (-)
Palpasi : MT (-), NT (-)
Nyeri ketok : (-)
Auskultasi : Rh -/- Wh -/-
9. Cor
Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Pekak,batas jantung kesan normal
Auskultasi : BJ I/II murni regular
Bunyi tambahan : Bising (-)
10. Abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
Palpasi : MT (-), NT (-)daerah epigastrium
Hati : Tidak teraba
Limpa : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
33
11. Status lokalis
Alat Kelamin : Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus dan rectum : Tidak dilakukan pemeriksaan
12. Status dermatologi
2. Diagnosis
Dermatitis Atopik
34
o Gunakan baju yang menyerap keringat
o Memperbaiki higienitas pribadi dan keluarga
4.1.4 PENDEKATAN HOLISTIK DERMATITIS ATOPIK
- Profil Keluarga
Pasien An. N tinggal bersama ayah dan ibunya dalam satu rumah dan
bersama 1 orang kakak . Masing-masing berumur ayah 37 tahun, ibu 32
tahun, kakak perempuan 8 tahun, kakek 67 tahun dan nenek 64 tahun.
a. Identitas Kepala keluarga : Tn. S
b. Identitas Pasangan : Ny. T
c. Alamat : Jl. Pajukukang
d. Bentuk Keluarga : Extended Family
Kedudukan
No Nama dalam Gender Umur Pendidikan Pekerjaan
keluarga
4. An. N Anak P 4 th - -
35
- Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup
Orang tua pasien (ayah) bekerja sebagai wiraswasta dengan pendapatan
setiap bulannya cukup dan bisa untuk membiayai kebutuhan sehari-hari
keluarganya dan biaya sekolah anaknya. Pasien ini tinggal di rumah yang
terletak di Jl. Pajukukang. Rumah pasien dalam kondisi baik, tertata rapi
serta terawat. Rumah terdiri dari 1 ruang tamu sekaligus ruang keluarga, 2
kamar tidur, 1 dapur, dan 1 kamar mandi.
36
Gambar 6. Lingkungan tempat tinggal pasien
37
kesehatan cukup berobat tidak dipungut biaya
murah. dan pelayanan Puskesmas
Kualitas pelayanan Menurut keluarga pun dirasakan keluarga
kesehatan kualitas pelayanan pasien memuaskan pasien.
kesehatan yang
didapat
memuaskan.
38
3. Growth: Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan karena
dukungan dan dorongan yang diberikan keluarga dalam mematangkan
pertumbuhan dan kedewasaan semua anggota keluarga
4. Affection: Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang
serta interaksi emosional yang berlangsung
5. Resolve: Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan
dalam membagi waktu, kekayaan dan ruang atas keluarga
- Penilaian
o Hampir Selalu = skor 2
o Kadang-kadang = skor 1
o Hampir tidak pernah = 0
- Total Skor
8-10 = Fungsi keluarga sehat
4-7 = Fungsi keluarga kurang sehat
0-3 = Fungsi keluarga sakit
Tabel 6. Penilaian Fungsi Fisiologis (APGAR) Keluarga Penderita
Dermatitis Atopik
Penilaian
Kadang Hampir
No Pertanyaan Hampir
- Tidak
selalu
Kadang Pernah
(2)
(1) (0)
1. Adaptasi
Saya puas dengan keluarga saya karena masing –
√
masing anggota keluarga sudah menjalankan
kewajiban sesuai dengan seharusnya
2. Partnership (Kemitraan)
Saya puas dengan keluarga saya karena dapat
√
membantu memberikan solusi terhadap
permasalahan yang saya hadapi
3. Growth (Pertumbuhan)
Saya puas dengan kebebasan yang diberikan
√
keluarga saya untuk mengembangkan
kemampuan yang saya miliki
4. Affection (Kasih Sayang) √
39
Saya puas dengan kehangatan/ kasih sayang yang
diberikan keluarga saya
5. Resolve (Kebersamaan)
Saya puas dengan waktu yang disediakan √
keluarga untuk menjalin kebersamaan
Total Skor 10
Dari tabel APGAR diatas total Skor adalah 10 ini menunjukkan Fungsi
keluarga sehat.
- Fungsi Patologis (SCREEM)
Aspek sumber daya patologi
1. Sosial: Pasien dapat hidup bermasyarakat dengan baik.
2. Cultural: Pasien dan keluarganya mengadakan acara pernikahan, aqiqah,
dan khitanan sesuai adat istiadat Makassar.
3. Religious: Keluarga pasien rajin melakukan ibadah sebagai umat Islam,
seperti: sholat lima waktu, tadarrus, puasa pada bulan Ramadhan, dan
ikut serta dalam kegiatan Isra’ Mi’raj dan Maulid Nabi Muhammad saw.
4. Ekonomi: Keluarga pasien merasa kebutuhan ekonomi tercukupi.
5. Education: Tingkat pendidikan tertinggi di keluarga pasien yaitu SMA
6. Medication: Pasien dan keluarga menggunakan sarana pelayanan
kesehatan dari Puskesmas serta memilki asuransi kesehatan BPJS
- Genogram (Fungsi Genogram)
Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit dermatitis atopik.
- Bentuk keluarga
Bentuk keluarga ini adalah Extended family yang terdiri dari Tn. S sebagai
kepala keluarga dan Ny. T sebagai seorang istri dan ibu dari anaknya. Dari
hasil pernikahan Tn. N dan Ny. T mereka dikarunai 2 orang anak, 1
perempuan dan 1 laki-laki. Seluruh anggota keluarga ini tinggal dalam satu
rumah. Serta terdapat ayah dan ibu dari Ny. T yang tinggal bersama dalam
rumah tersebut.
- Tahapan siklus keluarga
40
Tn. S merupakan pasangan Ny. T mereka dikaruniai 2 orang anak
perempuan yaitu An. J dan An. N yang masing-masing belum dapat
mengurus diri sendiri.
- Family map
41
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 DIAGNOSIS KLINIS
A. Anamnesis
- Aspek Personal
Pasien dibawa oleh Ibunya ke Puskesmas Layang dengan keluhan terdapat
bercak dan bintik-bintik kemerahan pada lengan kiri dan kanan serta pada
wajah sejak 5 hari yang lalu. Menurut Ibu pasien, keluhan ini juga disertai
gatal karena pasien terlihat sering menggaruk sehingga kulit sekitarnya
menjadi luka. Pasien juga mudah gatal bila berkeringat.
Menurut ibu pasien, keluhan yang sama seperti ini sudah pernah dialami
oleh pasien sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan saat ini merupakan yang ke-3
kalinya. Biasanya, saat keluhan muncul pasien dibawa berobat oleh ibunya
ke puskesmas dan diberi salep, keluhan berkurang dan sembuh.
- Aspek Klinik
o bercak dan bintik-bintik kemerahan pada lengan kiri dan kanan serta
pada wajah
o Ada riwayat penyakit dermatitis atopik sebelumnya, yaitu sejak 3 bulan
yang lalu sebanyak 2 kali.
o Pemeriksaan fisis: Effloresensi berupa makula eritema, batas tegas
dengan distribusi tidak berbatas tegas pada lengan. Di atas efloresensi
primer terdapat efloresensi sekunder berupa erosi eritema akibat
garukan pasien.
- Aspek Faktor Risiko Internal
o Kurangnya pengetahuan tentang Dermatitis atopik
o Mengidentifikasi dan mengeliminasi faktor penyebab Dermatitis atopik
kurang
- Aspek Faktor Risiko Eksternal
Anggota keluarga kurang mengetahui penyebab penyakit dermatitis atopik
pasien.
- Aspek Psikososial Keluarga
42
Di dalam keluarga terdapat faktor-faktor yang dapat menghambat dan
mendukung kesembuhan pasien. Di antara faktor-faktor yang dapat
menghambat kesembuhan pasien yaitu, kurangnya pengetahuan keluarga
tentang penyakit yang diderita pasien sehingga tidak ada upaya pencegahan
faktor pencetus penyebab dermatitis atopik pasien. Sedangkan faktor yang
dapat mendukung kesembuhan pasien yaitu adanya dukungan dan motivasi
dari semua anggota keluarga baik secara moral dan materi.
- Aspek Fungsional
Secara aspek fungsional, pasien tidak ada kesulitan dan masih mampu
dalam hal fisik dan mental untuk melakukan aktifitas di dalam maupun di
luar rumah.
B. Derajat Fungsional
An. N masih dapat beraktifitas dengan baik tanpa bantuan siapapun (derajat 1
minimal)
C. Rencana Penatalaksanaan (Plan Of Action)
- Pertemuan ke-1: Puskesmas Layang, 11 November 2017 pukul 10.00
WITA.
- Pertemuan ke-2: Rumah pasien di Jl. Pajenekang lorong 124 No. 35, 12
November 2017 Pukul 15.30 WITA.
-
Tabel 7. Rencana Pelaksanaan (plan Of Action)
Hasil yang
Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Biaya Ket.
diharapkan
Aspek Menginformasika Ayah dan Saat Ibu pasien dapat Tidak Tidak
personal n kepada ayah ibu pasien pasien ke bersabar dengan ada menolak
dan ibu pasien PKM dan penyakit
untuk bersabar saat anaknya dan
dengan penyakit home memiliki
yang diderita visit ke semangat untuk
anaknya rumah berobat
pasien
Aspek Menganjurkan Pasien Saat Penyakit Tidak Tidak
klinik ayah dan ibu pasien ke sembuh ada menolak
pasien untuk PKM dan
meminumkan saat
obat sesuai yang home
ditentukan dokter visit ke
43
rumah
pasien
Aspek Menganjurkan Pasien Saat Untuk menjaga Tidak Tidak
risiko ayah dan ibu pasien ke agar penyakit ada menolak
internal pasien untuk PKM dan yang diderita
menghindari saat pasien tidak
faktor pencetus home kambuh lagi
kepada anaknya visit ke
rumah
pasien
Aspek Memberitahu- Ayah, ibu Saat Untuk menjaga Tidak Tidak
risiko kan keluarga dan kakak datang ke agar penyakit ada menolak
external pasien untuk PKM dan yang diderita
senantiasa saat pasien tidak
mengingat- kan home kambuh lagi
pasien untuk visit ke
menghindari rumah
faktor pencetus pasien
Aspek Mengajarkan Seluruh Saat Mengurangi Tidak Tidak
psiko- kepada keluarga Keluarga home faktor faktor ada menolak
sosial pasien untuk visit ke yang dapat
keluarga selalu rumah memperberat
memberikan pasien keadaan klinis
motivasi demi pasien.
kesembuhan Menjaga
pasien keluarga tetap
sehat.
Aspek Menganjurkan Pasien Saat Untuk menjaga Tidak Tidak
fungsional ayah dan ibu home agar penyakit ada menolak
pasien untuk visit ke yang diderita
menghindari susu rumah pasien tidak
sapi dan telur pasien kambuh
kepada pasien
D. Pemeriksaan Fisik
Lesi pada lengan kiri dan kanan serta wajah. Effloresensi berupa makula
eritema, batas tidak tegas dengan distribusi terbatas pada kaki kanan. Di atas
efloresensi primer terdapat efloresensi sekunder berupa erosi eritema akibat
garukan pasien.
E. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan
F. Diagnosis Holistik
- Aspek personal : Pasien memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah
sehingga rentan terhadap penyakit infeksi.
44
- Aspek klinik : Dermatitis Atopik
- Aspek risiko internal : Kurangnya pengetahuan cara mengasuh anak
dan rendahnya pendapatan orang tua dapat menyebabkan kurangnya
kemampuan daya beli dalam memenuhi konsumsi makanan.
- Aspek risiko eksternal : Jumlah ventilasi yang minim dan rumah tidak
mendapatkan pencahayaan sinar matahari yang cukup. Pasien tinggal di
lingkungan yang padat penduduk sehingga dapat menjadi sumber
penularan infeksi.
- Aspek psikososial keluarga : Kecemasan akan penyakit pasien
memburuk, ketakutan akan penyakit pasien berulang bahkan tidak
sembuh. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit yang
diderita pasien, serta kurangnya kesadaran keluarga untuk hidup sehat,
dan keadaan sosial ekonomi yang kurang.
45
4.2.3 PENDEKATAN HOLISTIK
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Penderita Dermatitis Atopik
Tabel 8. Skoring Kemampuan Pasien dan Keluarga dalam Penyelesaian
Masalah dalam keluarga
Skor Resume Hasil Skor
No Masalah Upaya Penyelesaian
Awal Akhir Akhir
Faktor Biologi
Hipersensitivi
tas tipe IV Edukasi kepada orang
- Penyuluhan
yang terjadi tua pasien untuk
terselenggara
pada kulit menghindari
1. 3 - Keluhan 5
ketika pemberian telur dan
berkurang
memakan susu sapi kepada
telur dan pasien
meminum
susu sapi
Faktor Ekonomi
dan Pemenuhan
- Penyuluhan
Kebutuhan
Edukasi kepada terselenggara
Kecemasan
pasien dan keluarga - Kecemasan
pasien dan
2. pasien untuk pasien dan 5
keluarganya 3
menghindari faktor keluarga
terhadap
pencetus berkurang
penyakit yang
dapat
memburuk
Faktor Perilaku - Penyuluhan
kesehatan terselenggara
Edukasi kepada orang
keluarga - Orang tua
tua pasien untuk
Orang tua pasien
3. 3 menghindari 5
pasien tetap menghindari
pemberian telur
memberikan pemberian telur
kepada pasien
telur kepada kepada pasien
pasien
Total Skor 9 15
Rata-Rata Skor 3 5
46
Skor 3 : Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang belum
dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukan sebagian besar oleh
provider
Skor 4 : Keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya, masih tergantung pada
upaya provider
Skor 5 : Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga
Dengan hasil yang didapatkan pada tabel di atas berarti bahwa pasien dan keluarga
pasien dapat menyelesaikan masalah kesehatan secara mandiri.
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Untuk melakukan diagnosis secara klinis meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang, serta
mengintepretasikan hasilnya dalam mendiagnosis dermatitis atopik.
Dari uraian pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa, diagnosis
telah dilakukan dengan baik dan benar, dimana pasien dapat
mengemukakan keluhan serta kecemasan yang dialami anaknya dengan
jujur kepada pemeriksa sehingga dapat didiagnosis pasien menderita
dermatitis atopik.
5.1.2 Untuk melakukan prosedur tatalaksana dan edukasi dermatitis atopik
sesuai standar kompetensi dokter Indonesia.
Dari uraian pada bab sebelumnya telah dipaparkan mengenai
penatalaksanaan pada pasien dermatitis kontak alergi berupa terapi
farmakologi berupa terapi topikal yaitu kortikosteroid dan sistemik yaitu
antihistamin, serta memberikan edukasi pada pasien agar menghindari
faktor pemicu, sehingga penatalaksanaan yang diberikan pada pasien telah
sesuai standar kompetensi dokter Indonesia.
5.1.3 Untuk menggunakan landaan Ilmu Kedokteran Klinis dan Kesehatan
Masyarakat dalam pendekatan holistik melakukan upaya
pengendalian dermatitis atopik secara holistik dan komprehensif baik
secara individu, keluarga maupun komunitas.
Dari bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai pendekatan holistic
yang telah dilakukan dilihat dari berbagai aspek pasien, sebagai berikut:
- Aspek Personal
Seorang anak perempuan usia 4 tahun datang diantar oleh ibunya ke
puskesmas dengan keluhan bercak dan bintik-bintik kemerahan pada lengan
kiri dan kanan, serta wajah dialami sejak 5 hari yang lalu. Menurut ibu
pasien, keluhan ini juga disertai gatal karena pasien sering terlihat
48
menggaruk sehingga kulit sekitarnya menjadi luka. Pasien riwayat alergi
terhadap telur. Kekhawatiran, takut penyakit anaknya memburuk. Harapan:
dapat sembuh dan anggota keluarga yang lain tidak menderita penyakit yang
sama dengannya.
- Aspek Klinik
o bercak dan bintik-bintik kemerahan pada lengan kiri dan kanan serta
wajah.
o Ada riwayat penyakit dermatitis atopik sebelumnya, yaitu sejak 3 bulan
yang lalu sebanyak 2 kali.
o Pemeriksaan fisis: Effloresensi berupa makula eritema, batas tegas
dengan distribusi tidak berbatas tegas pada lengan dan wajah. Di atas
efloresensi primer terdapat efloresensi sekunder berupa erosi eritema
akibat garukan pasien.
- Aspek Faktor Risiko Internal
o Kurangnya pengetahuan tentang Dermatitis atopik
o Mengidentifikasi dan mengeliminasi faktor penyebab Dermatitis atopik
kurang
- Aspek Faktor Risiko Eksternal
Anggota keluarga kurang mengetahui penyebab penyakit dermatitis atopik
pasien.
- Aspek Psikososial Keluarga
Di dalam keluarga terdapat faktor-faktor yang dapat menghambat dan
mendukung kesembuhan pasien. Di antara faktor-faktor yang dapat
menghambat kesembuhan pasien yaitu, kurangnya pengetahuan keluarga
tentang penyakit yang diderita pasien sehingga tidak ada upaya pencegahan
faktor pencetus penyebab dermatitis atopik pasien. Sedangkan faktor yang
dapat mendukung kesembuhan pasien yaitu adanya dukungan dan motivasi
dari semua anggota keluarga baik secara moral dan materi.
49
- Aspek Fungsional
Secara aspek fungsional, pasien tidak ada kesulitan dan masih mampu
dalam hal fisik dan mental untuk melakukan aktifitas di dalam maupun di
luar rumah.
5.2 Saran
Dari masalah yang dapat ditemukan pada An.S berupa Dermatitis Atopik
maka disarankan untuk:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan DA;
2. Pemberian makanan pencetus DA juga harus dipantau, jika terjadi reaksi
akut, maka penghentian pemberian substansi tersebut harus segera
dilakukan dan segera menghubungi pelayanan kesehatan setempat;
50
DAFTAR PUSTAKA
51
12. Fitzpatrick, Thomas, et al. Dermatology in General Medicine seventh
edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. 2008. p. 150
13. F Laurence, L Wynnis, L Sarah et al. Guidelines of Care for Management
of Atopic Dermatitis. Journal American Academy of Dermatology. 2015, p
338-351.
14. Eichenfield LF, Tom WL, Chamlin SL, et al. Guidelines of care for the
management of atopic dermatitis: section 1. Diagnosis and assessment of
atopic dermatitis. J Am Acad Dermatol 2014; 70:338.
15. Deleuran M, Vestergaard C. Clinical heterogeneity and differential
diagnosis of atopic dermatitis. Br J Dermatol 2014; 170 Suppl 1:2.
52