Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati, puji syukur kehadirat


Allah SWT. Karena dengan rahmat dan rahim-Nya yang telah dilimpahkan, taufiq
dan hidayah-Nya dan atas segala kemudahan yang telah diberikan sehingga
penyusunan makalah Akhlak Tasawuf dapat terselesaikan.

Shalawat terbingkai salam semoga abadi terlimpahkan kepada sang


pembawa risalah kebenaran yang semakin teruji kebenarannya Nabi Muhammad
SAW, keluarga dan sahabat-sahabat, serta para pengikutnya. Semoga syafa’atnya
selalu menyertai kehidupan ini.

Setitik harapan dari penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat serta
bisa menjadi wacana yang berguna. Penulis menyadari keterbatasan yang penulis
miliki, untuk itu, penulis mengharapkan dan menerima segala kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Akhirnya
hanya kepada Allah SWT., jualah penulis memohon Rahmat dan Ridho-Nya.

Lumajang, 10 Oktober 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................... i


DAFTAR ISI...................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 3
B. Rumusan Masalah........................................................................ 3
C. Tujuan.......................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian................................................................................... 4
B. Baik dan buruk dalam ajaran akhlak,moral,dan etika................ 5
C. Baik dan buruk menurut aliran …………….............................. 7
D. Baik dan Buruk Menurut Ajaran Islam....................................... 8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ………………………………………………………... 10
B. Saran ……………………………………………………………….. 10

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Balakang
Setiap perbuatan manusia itu ada yang baik dan ada yang tidak
baik atau buruk. Baik dan buruk merupakan dua istilah yang banyak
digunakan untuk menentukan suatu perbuatan yang dilakukan oleh
seseorang. Pernyataan tersebut dapat dijadikan indikator untuk menilai
perbuatan itu baik atau buruk sehingga dapat dilatarbelakangi sesuatu yang
mutlak dan relatif.
Pernyataan – pernyataan tersebut perlu dicarikan jawaban dan
dapat dijadikan rumusan masalah sehingga para pembaca menilai sesuatu
itu baik atau buruk memiliki indikator yang pasti. Untuk itu dijadikan
pembahasan masalah adalah Bagaimana ukuran menilai baik dan buruk
menurut pandangan Islam
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian baik dan buruk ?
2. Apakah ukuran baik buruk dalam ajaran akhlak,moral,dan etika?
3. Bagaimana ukuran baik dan buruk menurut beberapa pemikiran/ aliran?
4. Bagaimana standar baik dan buruk menurut islam?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian baik dan buruk
2. Untuk mengetahui ukuran yang dipakai dalam menilai baik dan buruk
dalam ajaran akhlak,moral,dan etika?
3. Untuk mengetahui baik dan buruk menurut beberapa aliran.
4. Untuk mengetahui standar baik dan buruk menurut islam.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
1. Baik dan Buruk
Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khair dalam
bahasa arab, atau good dalam bahasa inggris. Louis Ma’luf dalam
kitabnya, Munjid, mengatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu
yang telah mencapai kesempurnaan.1
Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khayr
(dalam bahasa Arab) yang artinya “ yang baik”, good; best (dalam
bahasa Inggris) good = that which is morally right or acceptable
sedangkan kebalikan Kata baik adalah buruk, kata buruk sepadan
dengan kata syarra, kobikh dalam bahasa Arab dan evil ;bad dalam
bahasa Inggris. Dikatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu
yang menimbulkan rasa keharuan dan kepuasan, kesenangan,
persesuaian, dan seterusnya. Bila dihubungkan dengan akhlak, yang
dimaksud dengan baik (sebut: akhlaq yang baik) menurut Burhanudin
Salam adalah adanya keselarasan antara prilaku manusia dan alam
manusia tersebut . Sementara itu, Ahmad Amin menyatakan bahwa
perilaku manusia dianggap baik atau buruk bergantung pada tujuan
yang dicanangkan oleh pelaku.
Kedua pengertian tersebut tampaknya lebih baik disatukan
menjadi satu definisi, sebab definisi pertama lebih memperhatikan
akibat dari perilaku yang dihasilkan, sementara definisi kedua lebih
menitik beratkan pada tujuan terwujudnya perilaku. Dengan hanya
mempertimbangkan tujuan pelaku, seseorang akan cenderung berani
melakukan tindakan yang tidak selaras dengan alam dengan dalih
bertujuan baik, juga adanya kesulitan mengukur kebenaran tujuan
pelaku. Berdasarkan pertimbangan tersebut, barangkali dapat

1
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2014.
Hlm 198

4
dirumuskan bahwa perilaku yang baik adalah prilaku yang memiliki
tujuan baik dan selaras dengan alam manusia.

B. Ukuran Baik Dan Buruk Dalam Ajaran Akhlak, Moral, Dan Etika
Ukuran baik dan buruk yang dikenal dalam ilmu akhlak antara lain :
1. Etika
Pengertian baik menurut ethik adalah sesuatu yang baik untuk
sesuatu tujuan. Sebaliknya, yang apabila merugikan atau yang
menyebabkan tidak tercapainya tujuan adalah ”buruk”.
Tujuan dari masing-masing sesuatu,walaupun berbeda-
beda,semuanya akan bermuara kepada satu tujuan yang dinamakan
baik,semuanya mengharapkan mendapatkan yang baik dan
bahagia,tujuan yang akhir yang sama ini dalam ilmu ethik ”kebaikan
tertinggi”, yang dengan istilah latinnya di sebut Summum Bonumatau
bahasa arabnya Al-khair al-Kully.
Kebaikan tertinggi ini bisa juga di sebut kebahagiaan yang
universal atau Universal Happiness.

2. Akhlak
Pengertian benar, menurut (ilmu akhlak) ialah hal-hal yang
sesuai/cocok dengan peraturan-peraturan. Sebaliknya pengertian salah
menurut etika ialah hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan-
peraturan yang berlaku.
Kebenaran yang objektif, yang merupakan kebenaran yang
pasti dan satu itu adalah kebenaran yang didasarkan kepada peraturan
yang dibuat oleh yang Maha satu, Maha mengetahui akan segala
sesuatu yang Maha benar. Karena itu, satu-satunya kebenaran yang
objektif adalah kebenaran yang dibuat oleh yang Maha satu yang Maha
benar itu. Dan peraturan yang dibuat manusia yang bersifat relatif itu
adalah benar apabila tidak bertentangan dengan peraturan yang
obyektif yang dibuat oleh yang maha satu yang maha benar. Yakni
peraturan yang tidak bertentangan dengan wahyu, karena kebenaran
mutlaq adalah kebenaran dari yang maha benar.

5
Di dalam akhlak islamiyah,untuk mencapai tujuan baik harus
dengan jalan yang baik dan benar. Sebab ada garis yang jelas antara
yang boleh dan tidak boleh; ada garis damarkasi anatar yang boleh di
lampaui dan yang tidak boleh di lampaui, garis pemisah antara yang
halal dan yang haram. Semua orang muslim harus melalui jalan yang
di bolehkan dan tidak boleh melalui jalan yang dilarang. Bahkan
antara yang hala dan yang haram tidak jelas, disebut Syubhat,orang
muslim harus berhati-hati, jangan sampai jatuh di daerah yang
Syubhat, sebab di khawatirkan akan jatuh di daerah yang haram.
Jadi, menurut akhlak islam, perbuatan itu disamping baik juga
harus benar, yang benar juga harus baik. Sebab dalam ethik yang
benar belum tentu baik, dan yang baik belum tentu benar.

3. Moral
Adat istiadat/Moral yang berlaku dalam kelompok ataupun
masyarakat tertentu menjadi salah satu ukuran baik dan buruk
anggotanya dalam berperilaku. Melakukan sesuatu yang tidak menjadi
kebiasaan masyarakat sekitarnya ataupun kelompoknya akan menjadi
problem dalam berinteraksi. Masing – masing kelompok atau
masyarakat tertentu memiliki batasan – batasan tersendiri tentang hal –
hal yang harus diikuti dan yang harus dihindari. Sesuatu yang
dianggap baik oleh masyarakat satu belum tentu demikian menurut
masyarakat yang lain. Mereka akan mendidik dan mengajarkan anak-
anak mereka untuk melakukan kebiasaan–kebiasaan yang mereka
anggap baik dan melarang melakukan sesuatu yang tidak menjadi
kebiasaan mereka.2

C. Standar Baik dan Buruk Menurut Beberapa Aliran/Pemikiran


1. Baik dan buruk menurut aliran Naturalisme
Aliran ini memandang bahwa untuk menilai sesuatu yang baik
dan buruk itu dapat dipengaruhi oleh pembawaan manusia sejak lahir
kedunia. Dengan kata lain manusia sejak anak-anak dapat menilai

2
Valiudin, Mir. Tasawuf dalam AlQur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus. 2002. Hlm 105

6
sesutau itu baik ataupun buruk, akan tetapi dia belum bisa
menganalisis mengapa sesuatu itu baik ataupun buruk. Untuk bisa
menganalisis sesuatu itu baik dan buruk diperlukan pengalaman hidup
yang lama, karena semakin lama pengalaman hidupnya maka semakin
matang pemahamannya terhadap sesuatu yang baik dan buruk. Dengan
ini dapat ditegaskan bahwa menilai sesuatu itu ditentukan oleh
kebutuhan dan kondisi wilayah yang ditempati oleh manusia.
Aliran ini menganggap bahwa kebahagiaan manusia didapatkan
dengan menurutkan panggilan natur (fitrah) dari kejadian manusia itu
sendiri. Perbuatan yang baik (susila) menurut aliran ini ialah:
perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan natur manusia, baik mengenai
fitrah lahir maupun fitrah batin.
Aliran ini berpandangan bahwa dalam dunia ini segala sesuatu
menuju satu tujuan saja. Dengan memahami panggilan natur, akhirnya
masing-masing mereka menuju ke kebahagiaannya yang sempurna.
Benda dan tumbuh-tumbuhan menuju pada tujuan itu secara otomatis
yakni tanpa pertimbangan atau perasaan. Kalau hewan-hewan
menunuju tujuannya dengan instink (naluri)-nya, maka manusia
menuju tujuannya dengan akalnya.
Karena itu kewajiban manusia ialah mencapai kesanggupan akal
yang stinggi-tingginya dan melakukan segala amal perbuatan dengan
berpedoman pada akal.Ringkasnya aliran ini berpendapat bahwa
kebahagiaan itu didapatkan ketika manusia melakukan hal yang cocok
dengan naturnya dan melangsungkan kehidupannya. Salah satu contoh
dari aliran naturalisme ialah aliran filsafat Stoa.
Aliran Stoa menganggap bahwa manusia yang bijaksana ialah
yang dapat merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari alam fitrah
(natur). Karena itu yang dinamakan kebijaksanaan dan kebaikan itu
adalah penyesuaian seseorang kepada natur yang umum itu. 3
2. Baik dan Buruk Menurut Paham Intuisisme (humanisme)
Intuisi adalah merupakan kekuatan batin yang dapat menentukan
sesuatu sebagai baik atau buruk dengan sekilas tanpa melihat buah atau

3
Baik dan BurukAl-Munzir Vol. 8, No. 1, Mei 2015

7
akibatnya. Kekuatan batin itu disebut juga kata hati adalah merupakan
potensi rohaniah yang secara fitrah yang ada pada diri setiap orang.
Paham ini berpendapat bahwa pada setiap manusia mempunyai
kekuatan instinct batin yang dapat membedakan baik dan buruk
dengan sekilas pandang. Kekuatan batin ini terkadang berbeda
refleksinya, karena pengaruh masa dan lingkungan, akan tetapi
dasarnya ia tetap sama dan berakar pada tubuh manusia. Apabila ia
melihat sesuatu perbuatan ia mendapat semacam ilham yang dapat
membertahu nilai perbuatan itu, lalu menetapkan hukum baik dan
buruknya. oleh karena itu, kebanyakan manusia sepakat mengenai
keutamaan seperti benar, dermawan, berani, dan mereka juga sepakat
menilai buruk terhadap perbuatan yang salah, kikir dan pengecut.
3. Baik Buruk Menurut Aliran Adat Istiadat ( sosialisme)
Aliran ini mengukur baik buruknya suatu perbuatan berdasarkan
adat istiadat yang dipegang teguh oleh masyarakat. Sesuatu yang
sesuai dengan adat istiadat yang berlaku akan dinilai baik, sebaliknya
bila tidak sesuai atau bertentangan dengan adat istiada yang berlaku
dinilai buruk, dan sudah tentu bila melanggar aturan adat istiadat akan
mendapatkan sanksi hukum
Eksistensi adat istiadat tidak terlepas dari sejarah peradaban
manusia. Keberadaan manusia dari satu geneerasi ke generersi
berikutnya membentuk tradisi-tradisi sehingga melahirkan adat isitadat
yang mengandung nilai-nilai, norma dan hukum. Keanekaragaman
suku dan bangsa menciptakan keanekaragaman adat istiadat itu. Secara
universal, adat istiadat merupakan instrumen untuk menentukan nilai
baik dan buruk, dan alat untuk menjastifikasi perbuatan-perbuatan.
Namun, secara universal pula, bahwa standar normatif baik buruknya
suatu perbuatan dari suatu bangsa dengan bangsa lain akan berbeda.
Boleh jadi suatu bangsa memandang suatu perbuatan itu baik, tetapi
bangsa lain menganggap buruk, bergantung bagaimana nilai-nilai dari
adat istiadat mereka anut.

8
Adat istiadat itu sendiri sesungguhnya adalah terbentuk dari
pandangan umum tentang nilai-nilai dan norma kehidupan. Pendangan
umum tersebut meliputi berbagai aspek perilaku kehidupan masyarakat
antara lain tata cara berpakaian, makan, bercakap, bertamu, dan lain
sebagainya. Pandangan umum inilah yang terbentuk menjadi adat
istiadat. Adat istiadat itu diyakini akan memberikan kebaikan kepada
masyarakat bila dilaksanakan dan akan memberikan kesengsaraan, cela
dan kenistaan bila dilanggar.
4. Baik dan Buruk Menurut Aliran Hedonisme
Aliran ini berpandangan bahwa tujuan akhir dari hidup dan
kehidupn manusia adalah untuk memperoleh kebahagiaan.
Kebahagiaan itu diperoleh dari perbuatan-perbuatan yang banyak
mendatangkan kenikmatan atau kelezatan dan kepuasan nafsu biologis.
Dalam memandang kebahagiaan, aliran Hedonisme terbagi
menjadi dua golongan: pertama, yang berorientasi pada kebahagiaan
diri sendiri (eguistic hedonism). Golongan ini berpandangan bahwa
manusia itu seharusnya banyak mencari kebahagiaan untuk dirinya.
Segala upaya dalam kehidupan ini selalu berorientsai kepada
kebahagiaan dirinya.
Kedua, golongan yang berorientasi pada kebahagiaan bersama
(universalistic hedonism). Tokoh yang membangun aliran ini adalah
Bentham (1748-1832) dan John Stuart Mill (1806-1873). Keduanya
adalah ahli filsafat berkebangsaan Inggris. Aliran ini berpandangan
bahwa manusia seyogyanya mencari kebahagiaan itu untuk sesama
manusia, bahkan untuk semua mahluk hidup di muka bumi ini. Nilai
baik atau buruk dari suatu perbuatan adalah kesenangan atau
kesengsaraan yang diakibatkan oleh perbuatan itu. Akibat dari
perbuatan itu bukan hanya untuk dirasakan oleh diri kita sendiri tetapi
untuk dirasakan oleh semua makhluk. Seluruh makhluk ikut
merasakan kebahagiaan yang ditimbulkan oleh perbuatan kita itu.
Oleh karenanya, setiap orang yang melakukan perbuatan, harus
mempertimbangkan keseimbangan antara kenikmatan untuk dirinya
sendiri dengan kenikmatan untuk orang lain. Kebahagiaan bersama

9
harus menjadi pertimbangan utama. Suatu perbuatan itu akan bernilai
keutamaan (baik) bila mendatangkan kebahagian kepada manusia,
meskipun berakibat kepedihan kepada sebagian kecil orang, atau
bahkan kepada diri sendiri.

D. Baik dan Buruk Menurut Ajaran Islam


Menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan
pada petunjuk al-qur’an dan al-hadis. Jika kita perhatikan al-qur’an atau
hadis dapat dijumpai berbagai istilah yang mengacu kepada baik dan ada
pula yang mengacu kepada yang buruk. Diantara istilah yang mengacu
kepada yang baik misalnya al-hasanah, thayyibah, khairah.
Al-hasanah sebagaimana dikemukakan oleh Al-raghib al- Asfahani
adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang
disukai atau dipandang baik. Al-hasanah terbagi menjadi 3 bagian, pertama
hasanah dari segi akal, kedua dari segi hawa nafsu/keinginan dan hasanah
dari segi pancaindera.
Adapun kata at-tayyibah khusus digunakan untuk menggambarkan
sesuatu yang memberikan kelezatan kepada pancaindera dan jiwa seperti
makan dan sebagainya.
Selanjutnya kata al-khair digunakan utnuk menunjukkan sesuatu
yang baik oleh seluruh umat manusia, seperti berakal, adil, keutamaan dan
segala sesuatu yang bermanfaat.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuatu yang disebut baik atau buruk itu relative sekali, karena
bergantung pada pandangan dan penilaian masing-masing yang
merumuskannya dan pengertian ini bersifat subjektif, karena bergantung
pada individu yang menilainya.
Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khair dalam
bahasa arab, atau good dalam bahasa inggris. Louis Ma’luf dalam
kitabnya, Munjid, mengatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu
yang telah mencapai kesempurnaan.
B. Saran
Sebagai seorang yang akan mendalami dan menjalani kehidupan
sebagai seorang manusia. Semoga dengan dibuatnya makalah ini bisa
menambah pengetahuan pembaca dalam melihat dari berbagai sudut
pandang mengenai standart baik dan buruk dalam kehidupan manusia..

DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada. 2014.
Zahri, Mustafa. Ilmu Tasawuf. Surabaya: PT. Bina Ilmu. 2001.

11
Valiudin, Mir. Tasawuf dalam AlQur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus. 2002.

12

Anda mungkin juga menyukai