DI
PROYEK INVENTARISASI HUTAN NASIONAL
DIREKTORAT INVENTARISASI DAN TATA GUNA HUTAN
DEPARTEMEN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
Oleh
Mengetahui,
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga praktek lapang
ini berhasil diselesaikan. Lokasi yang dipilih dalam praktek lapang yang dilakukan sejak 23 Februari 1998
hingga 17 April 1998 ini ialah proyek Inventarisasi Hutan Nasional, Direktorat Jenderal Inventarisasi dan
Tata Guna Hutan Departemen Kehutanan dan Perkebunan
Terima kasih penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu saat praktek lapang ini
dilaksanakan, antara lain Ibu Dra. Lely, Bapak Drs. Armunanto dan Bapak Ir. Budhi HRT selaku
pembimbing praktek, Bapak Ir. Yuyu Rahayu yang telah mengijinkan penulis praktek lapang di proyek
Inventarisasi Hutan Nasional, serta seluruh staf FDS, GIS dan DIAS proyek yang telah banyak membantu
penulis selama masa praktek ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh
keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga laporan praktek lapang ini dapat bermanfaat.
Dony Isnandi
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................................................................1
Tujuan ....................................................................................................................................................1
Waktu Pelaksanaan .................................................................................................................................1
Tempat Praktek Lapang ..........................................................................................................................1
PROGRAM KERJA
Perumusan Masalah ................................................................................................................................3
Rencana Kerja .........................................................................................................................................4
1. Pengumpulan Data.........................................................................................................................4
2. Perancangan Basis Data Katalog ..................................................................................................4
3. Perancangan Katalog .....................................................................................................................4
PEMBAHASAN
Pengumpulan Data ..................................................................................................................................4
Perancangan Basis Data ..........................................................................................................................4
Perancangan Katalog..............................................................................................................................7
Hasil ........................................................................................................................................................5
LAMPIRAN .................................................................................................................................................9
PENDAHULUAN
GAMBARAN UMUM LOKASI
PRAKTEK LAPANG
Latar Belakang
Perkembangan teknologi dan ilmu komputer
di dunia mendorong peningkatan penggunaan Latar Belakang
komputer di berbagai bidang kehidupan Hutan Indonesia sebagai kekayaan nasional
manusia. Sehingga, profesionalisme dan mempunyai peranan yang sangat penting
spesialisasi dalam bidang komputer akan ditinjau dari aspek sosial dan lingkungan.
menjadi salah satu hal yang sangat menentukan Namun, data/informasi fisik dan ekonomis dari
di era globalisasi nanti. sumber daya ini tidak memadai. Dan suatu
Didorong oleh kenyataan di atas dan sistem informasi yang mendukung pengambilan
kurangnya praktek yang diberikan selama masa keputusan di bidang investasi juga dirasakan
perkuliahan, maka diadakanlah kegiatan praktek terbatas. Untuk mengembangkan suatu dasar
lapang ini. Kegiatan ini dilakukan di berbagai yang mantap bagi identifikasi sumber daya dan
instansi dari berbagai bidang, dan salah satunya pengambilan kebijaksanaan serta penyiapan
di Proyek Inventarisasi Hutan Nasional ini. program-program pembangunan kehutanan,
perlu dikembangkan suatu sistem Inventarisasi
Tujuan Hutan Nasional.
Tujuan kegiatan praktek lapang ini antara Proyek Inventarisasi Hutan Nasional (IHN)
lain : atau National Forest Inventory Project (NFI)
1. Memberikan gambaran tentang penggunaan adalah proyek di lingkungan Direktorat Jenderal
komputer di masyarakat luas. Inventarisasi dan Tata Guna Hutan (Ditjen
2. Menerapkan ilmu dan pengetahuan yang INTAG) Departemen Kehutanan dan
telah diperoleh selama masa perkuliahan. Perkebunan. Proyek tersebut bertujuan untuk
3. Memperoleh tambahan ilmu dan memperoleh data dasar sumber daya hutan
pengetahuan baru yang tidak diperoleh dalam skala Nasional, Regional dan Propinsi
selama masa perkuliahan berikut pemetaannya yang diperlukan dalam
4. Meningkatkan kemampuan mahasiswa rangka pengambilan keputusan dan penetapan
untuk mengidentifikasi masalah dan strategi pengelolaan hutan nasional.
menemukan pemecahannya
5. Sebagai pelaksanaan pengabdian terhadap Tugas dan Fungsi
masyarakat. Proyek Inventarisasi Hutan Nasional
bertugas mendapatkan data dan informasi
Waktu Pelaksanaan keadaan hutan yang meliputi luas, lokasi,
Praktek lapang dimulai pada tanggal 23 taksiran potensi, distribusi jenis, perubahan
Februari 1998 dan berakhir pada 17 April 1998. penggunaan lahan hutan dan informasi geografis
lainnya. Selanjutnya data dan informasi tersebut
Tempat Praktek Lapang digunakan sebagai bahan perumusan
Praktek lapang ini dilakukan di Proyek kebijaksanaan dan penyusunan rencana
Inventarisasi Hutan Nasional Direktorat Jenderal pengelolaan hutan pada tingkat nasional,
Inventarisasi dan Tata Guna Hutan, Departemen wilayah dan propinsi, dalam rangka penyusunan
Kehutanan dan Perkebunan yang terletak di rencana pengelolaan hutan yang optimal dan
Gedung Manggala Wanabakti Blok I/Lantai 7, lestari
Jl. Gatot Subroto Jakarta. Proyek Inventarisasi Hutan Nasional
memiliki fungsi, sebagai berikut:
a. mengembangkan dan melaksanakan sistem
penaksiran sumber daya hutan, dengan :
• mendapatkan data/informasi luas, lokasi
dan distribusi areal hutan serta tipe-tipe
penggunaan lahan lainnya.
• menyajikan perkiraan volume/potensi statistik plot kluster yang akan digunakan oleh
hutan dan pertumbuhan menurut tipe GIS, dan juga menghitung informasi yang
hutan dan jenis hasil hutan utama diinginkan lainnya seperti penghitungan spesies
• menaksir keadaan areal hutan serta dan indeks keanekaragaman.
keragaman genetisnya.
b. mengembangkan sistem penaksiran atas 2. Sistem Analisis Citra Satelit Digital
perubahan penggunaan lahan hutan; Departemen Kehutanan telah menyadari
c. mengembangkan sistem informasi sumber bahwa koleksi data adalah hal yang paling
daya hutan; penting dalam pengembangan sistem informasi
d. meningkatkan kemampuan dan keterampilan karena dibutuhkan dalam proses pengambilan
aparatur dalam melaksanakan kegiatan keputusan yang baik. Data Remote Sensing yang
Inventarisasi Hutan Nasional yang diperoleh dari satelit seperti LANDSAT dan
berkelanjutan. SPOT menawarkan dokumen dari perubahan
area berdasarkan waktu. Dengan melihat
Organisasi luasnya kepulauan Indonesia, penggunaan data
Proyek Inventarisasi Hutan Nasional berada remote sensing adalah yang paling cocok
di bawah Direktorat Inventarisasi dan Tata Guna digunakan untuk memonitor sumber daya hutan.
Hutan, Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Untuk itu dioperasikan bagian Digital Image
Adapun struktur organisasi Proyek Inventarisasi Analysis System sejak awal tahun 1992 dengan
Hutan Nasional yang lengkap dapat dilihat pada maksud untuk menjembatani pemetaan sumber
lampiran 1. daya hutan tahap II (1991-1995) yang
menggunakan Landsat TM CCT dan satelit
Komponen Kegiatan beresolusi tinggi lainnya termasuk SPOT dan
Komponen kegiatan Proyek Inventarisasi IRS (India).
Hutan Nasional terdiri atas : Keuntungan dari penggunaan DIAS adalah
a. Pemantauan Sumber Daya Hutan (Forest memungkinkan penganalisis untuk
Resources Monitoring / FRM) mengoptimalkan gambar dari area yang sedang
b. Penaksiran Sumber Daya Hutan (Forest di-interpretasikan. Untuk menghasilkan database
Resources Assessment / FRA) gambar, DIAS juga menyediakan fleksibilitas
c. Pengembangan Sistem Informasi Geografis tertinggi untuk merubah kombinasi band bagi
(Geographic Information System / GIS) dan klasifikasi yang lebih detil dan akurat.
Sistem Analisis Data Penginderaan Jauh 3. Sistem Informasi Geografis
(Digital Image Analysis System / DIAS) Dalam rangka perwujudan pembangunan
d. Pendidikan dan Pelatihan kehutanan yang berkelanjutan, dukungan
e. Pelibatan pemakai data/informasi (User berbagai informasi yang akurat serta mutakhir
Involvement) sangat diperlukan. Luas dan kompleksnya
kondisi alam Indonesia telah mendorong
1. Sistem Pengolahan Data Lapangan pengumpulan data sumber daya hutan secara
Sistem Pengolahan Data Lapangan (Field simultan dan periodik, baik dari pengumpulan
Data System / FDS) adalah perangkat keras dan data di lapangan maupun dari data penginderaan
lunak yang konfigurasinya didedikasikan untuk jauh.
analisis data lapangan. FDS pada dasarnya Pemanfaatan hutan bersifat dinamis dan
merupakan gabungan komponen kegiatan perubahannya begitu cepat terjadi. Hal ini
Pemantauan Sumber Daya Hutan dan menuntut dilakukannya pembaharuan data dan
Penaksiran Sumber Daya Hutan. Data ini akan informasi secara periodik dan cepat. Di masa
tersimpan dalam FDS dan akan tersedia untuk lalu pembaharuan data spasial berupa peta-peta
studi dan proses lebih lanjut. kehutanan serta pengintegrasian dan analisanya
Perangkat lunak FDS telah dirancang dan lebih lanjut kurang mendapat perhatian,
diprogram oleh proyek bukan seperti perangkat sehingga informasi yang digunakan kurang
lunak DIAS ataupun GIS yang tersedia di mutakhir (out of date), lengkap maupun akurat.
pasaran. Proses dari program telah Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut,
dispesifikasikan untuk dapat menghasilkan tabel Departemen Kehutanan telah memanfaatkan
letak dan persediaan, statistik hutan, ringkasan suatu teknologi canggih untuk mengelola dan
memanfaatkan secara optimal data sumber daya
hutan yang ada, yaitu teknologi Sistem • 2 Unit ERDAS IMAGINE dari ESRI
Informasi Geografis yang terkomputerisasi yang dijalankan pada hardware
(SIG) melalui NFI Project atau Proyek IHN Workstation DEC-ALHA 200/250
(Inventarisasi Hutan Nasional). Teknologi SIG • 2 Unit ILWIS for Windows yang
dalam NFI yang mampu memproses data dari dijalankan pada komputer-PC Pentium
berbagai sumber (peta, sensor, data lapangan) • 1 Unit PCI yang dijalankan pada
untuk menghasilkan output dalam berbagai Workstation DEC ALPHA 200
bentuk (peta, tabel, gambar), dapat dikatakan • 1 Unit PCI for Windows 95 pada PC
sebagai embrio dari pemanfaatan SIG untuk Pentium untuk analisa Radar
kepentingan pembangunan kehutanan secara • 1 Unit Sistem Penerima Data Citra Satelit
lebih luas. NOAA
• 1 Unit Plotter Electrostatic VERSATEC
Laboratorium Komputer • 1 Unit Plotter NOVAJET IV
Laboratorium komputer NFI dibangun sejak
• 1 Unit Plotter NOVAJET III
tahun 1991 bertempat di Gedung Manggala
• 3 Unit PC Komputer
Wanabakti Blok I Lantai 7.
Laboratorium ini terdiri dari 3 bagian • 1 Unit Scanner EPSON
utama, yaitu : 4. Sistem Informasi Geografis
a. Sistem Analisis Citra Satelit Digital (Digital • 2 Unit workstation DEC ALPHA
Image Analysis System / DIAS) 200/250
b. Sistem Informasi Geografi (Geographic • 3 Unit Xterminal Emulasi Digital
Information System / GIS) VXT2000
c. Sistem Pengolahan Data Lapangan (Field • 4 Unit PC GIS Arc/Info + Digitizer
Data System /FDS) • 8 License UNIX Arc/Info dari ESRI
Kesemua sistem DIAS / GIS dan FDS • 4 License UNIX Arc/View dari ESRI
merupakan sistem yang saling terintegrasi satu • 1 Unit Plotter HP-DesignJet 650C
dengan lainnya yang dihubungkan dengan • 1 Unit Printer HP Color LaserJet 5
sistem jaringan komputer Departemen • 1 Unit Plotter Calcomp TechJet
Kehutanan. • Beberapa Unit Software Arc-View
1. Sistem Jaringan Komputer UNIX/Windows95
Jaringan komputer lokal Departemen • XCursion Emulation Software dari
Kehutanan (2 gedung Blok I dan Blok VII) Gd. DIGITAL
Manggala Wanabakti, dilengkapi dengan akses • 5 Unit PC Komputer
internet dan email secara terpusat. 5. Sistem Pengolahan Data Lapangan
2. Ruang Komputer Utama NFI • 3 Unit Terminal DEC
Ruang komputer Utama NFI terdiri atas :
• 6 Unit PC Komputer
• 2 Unit server Digital MicroVax 3900 • Software Data Entri Cluster TSP/PSP
(VMS), harddisk 20 GB
• Software Sistem Validasi Data TSP/PSP
• 1 Unit server Digital Alphaserver 2100
• Software Pengolahan Statistik Sumber
(UNIX), harddisk 80 GB
Daya Hutan
• 1 Unit PC server (NOVELL
• Software Species Coder Decoder
NETWARE), harddisk 6 GB
• 3 Unit Tape Backup/loader 11 mm
• 2 Unit Tape Backup/loader 8 mm
• 2 Unit Tape Backup/loader 4 mm
PROGRAM KERJA
• 3 Unit CD-Writer
• 3 Unit Optical disk driver Perumusan Masalah
3. Sistem Analisis Citra Satelit Digital Kodefikasi data spasial yang baku sangat
• 2 Unit Image Processing International dibutuhkan untuk mengimbangi hiruk pikuk
Imaging System (IIS) yang dijalankan penyusunan basis data serta menjamurnya
pada komputer MicroVax 3900 perkembangan SIG di Departemen Kehutanan.
Penyusunan kode baku ini dimaksudkan untuk
membaca maupun berkomunikasi antar
pengguna, penyumbang maupun pengelola data serta indeks atau petunjuk letak peta. Aturan
spasial. Diharapkan adanya pembakuan ini akan baku lain yang digunakan di NFI adalah
memperjelas tugas dan kewajiban masing- meliputi penulisan nama geografis, format
masing instansi dalam menyusun basis datanya. pemetaan grid skala 1:250.000, obyek
INTAG sebagai instansi yang bertanggung minimal yang harus disajikan pada format
jawab terhadap inventarisasi hutan dan penataan 1:250.000, modifikasi symbol TGHK dan
kawasan, sudah lebih dari lima tahun vegetasi, dan format pemetaan propinsi pada
mengoperasikan SIG dalam menunjang kertas A3.
kegiatannya terutama dalam NFI. Secara garis Walaupun demikian, dengan semakin
besar beberapa aturan pembakuan kodefikasi banyaknya basis data kodefikasi yang
yang telah dilaksanakan di NFI adalah sebagai dihasilkan, maka ditemukan beberapa masalah
berikut : baru antara lain:
1. Proyeksi dan Koordinat 1. Adanya kesulitan menemukan tema apa saja
Sesuai dengan letak dan posisi Indonesia yang telah dibuat untuk satu peta grid
yang tersebar memanjang disekitar garis (indeks) tertentu
equator (lintang kecil), maka diperlukan 2. Adanya kesulitan menemukan lokasi peta
sistem proyeksi yang tidak menggunakan yang telah di-kodefikasi
zonasi. Sistem proyeksi yang dianggap 3. Adanya hambatan untuk menentukan
cocok dan telah digunakan adalah : Proyeksi proyeksi dan koordinat pada peta index
(Mercator), Spheroid (INT 1967), Koordinat 4. Adanya hambatan dalam menemukan tema
bujur central meridian (116 00 00), spesifik kehutanan
Koordinat lintang true of scale (-2 00 00),
False Easting (0.0), dan False Northing (0.0). Rencana Kerja
2. Basis Data Digital SIG – NFI Diharapkan pada praktek lapang ini dapat
Kodefikasi dibuat sesuai dengan macam dirancang suatu Sistem Informasi berbentuk
tema yang ada, yaitu Tema base (batas antara katalog untuk memecahkan berbagai masalah di
perairan dan daratan, TGHK (TGHK hasil atas. Adapun rencana kerja yang disusun terbagi
telaah ulang 1992), vegetasi (penutupan atas tiga tahap, yaitu:
lahan hasil interpretasi citra Landsat), kontur 1. Pengumpulan Data
(untuk kontur interval 1000 m), jalan, 2. Perancangan Basis Data Katalog
sungai, batas administrasi untuk propinsi, 3. Perancangan Katalog
anotasi, perkebunan (areal HPK yang di tata 1. Pengumpulan Data
batas untuk perkebunan), hak pengusahaan Pengumpulan Data dilakukan pada awal
hutan, hutan tanaman industri, transmigrasi, masa praktek lapang, dimulai sejak tanggal 23
industri, tata batas, batas administrasi untuk Februari hingga 14 Maret 1998. Namun terus
kabupaten, landsystem (kode sesuai dengan dilakukan sejalan dengan bertambahnya
standard BAKOSURTANAL) kemampuan Katalog yang dihasilkan.
3. Basis Data Digital Kehutanan 2. Perancangan Basis Data Katalog
Jumlah basis data yang telah Dengan berpedoman kepada data yang
teridentifikasi adalah 39 tema yang masuk dikumpulkan maka dirancang suatu basis data
dalam basis data SIG - NFI, dan sesuai baru yang dapat memberikan informasi yang
dengan semakin kompleksnya permasalahan diinginkan. Kegiatan tersebut dilakukan pada
kehutanan, sangat dimungkinkan tema tanggal 14 Maret hingga 21 Maret 1998.
tersebut akan terus berkembang. 3. Perancangan Katalog
4. Kartografi Perancangan program sistem informasi yang
Kartografi dalam hal ini ditekankan berbentuk katalog dilakukan pada tanggal 21
sebatas pada penyajian data spasial digital Maret hingga 14 April 1998. Katalog tersebut
tematik terutama pada komposisi minimal diharapkan mampu menjawab semua
yang harus dicakup dalam suatu peta yang permasalahan di atas.
diproduksi secara digital. Komposisi peta
(minimal) yang harus disajikan adalah
meliputi judul, daerah yang dicakup, skala PEMBAHASAN
peta, legenda, keterangan orientasi utara,
grid lintang bujur, sumber data dan proyeksi,
• Kawasan hutan suaka alam (HSA) yang
Pengumpulan Data terdiri atas Cagar Alam (CA) dan Suaka
Katalog GIS merupakan sistem informasi Margasatwa (SM), kode : HSA-W
yang bertujuan memberikan informasi mengenai • Kawasan hutan pelestarian alam (HPA)
data tema-tema dasar yang terdapat pada satu yang terdiri atas Taman Nasional (TN),
grid peta. Setiap grid peta memiliki informasi Taman Hutan Raya (TAHURA), Taman
nama lokasi, propinsi dan pulau serta tema-tema Wisata Alam (TWA), dan Taman Buru
dasar untuk grid tersebut. Grid peta dalam (TB), kode : HSA-W
katalog ini memiliki skala 1:250.000 (lampiran • Kawasan hutan lindung (HL), kode : HL
2) dan skala 1:50.000. • Kawasan hutan produksi yang terdiri
Adapun tema-tema dasar yang ditampilkan atas Hutan Produksi Tetap (HP), Hutan
terdiri atas: Produksi Terbatas (HPT), dan Hutan
1. Data Dasar Produksi yang dapat dikonversi (HPK),
Data dasar (base map) dipakai sebagai kode : H0P, HPT, HPK
data acuan untuk memetakan tema-tema Keseluruhan fungsi hutan tersebut
(kehutanan) lain yang lebih spesifik. Data kemudian dipetakan dan dipergunakan
dasar ini meliputi base yang terdiri atas garis sebagai arahan makro rencana penatagunaan
pantai, garis batas antara danau dan daratan, dan pengukuhan hutan yang dikenal dengan
dan garis sungai ganda; kemudian data nama Tata Guna Hutan Kesepakatan
sungai tunggal, jalan, titik tinggi, batas (TGHK).
administrasi, kontur (1:1000) dan anotasi Namun dengan berlakunya Undang
(pemberian nama geografi). Sumber data Undang No. 24 tahun 1992 tentang Penataan
dasar berasal dari peta RePPProT skala 1 : Ruang, dan Keppres 32 tahun 1990 tentang
250.000, keseluruhannya berjumlah 250 Pengelolaan Kawasan Lindung, yang
sheet yang mencakup seluruh wilayah diimplementasikan dalam Rencana Tata
Indonesia Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP), maka
Pembakuan data dasar ini memiliki arti dilakukan kegiatan pemaduserasian TGHK
yang sangat penting karena semua peta dan RTRWP. Hasil paduserasi yang belum
tematik kehutanan selalu mengacu kepada final ini dikenal dengan nama Paduserasi
data dasar ini (sebagai base). Hal ini RTRWP, dan diharapkan dapat berfungsi
dimaksudkan agar nantinya dalam analisa sebagai TGHK pada saat ini.
perhitungan luas, tidak timbul banyak 3. Peta Vegetasi dan Penggunaan Lahan
permasalahan. Dalam perkembangannya, Peta Vegetasi dan Penggunaan Lahan
diharapkan data dasar yang sudah ada ini berisi informasi mengenai penutupan lahan
dapat digunakan secara serentak di lingkup dan perubahan yang terjadi karena adanya
Departemen Kehutanan. aktifitas atau campur tangan manusia atas
2. Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) lahan. Penutupan lahan hutan didasarkan
Rencana penatagunaan hutan pada letak geografisnya, kondisi alam dan
dilaksanakan sesuai dengan peruntukan manfaatnya.
fungsinya yaitu didasarkan atas Dalam penyajiannya, data penutupan
pertimbangan kepastian lokasi, keadaan dan lahan/penggunaan lahan mempergunakan
penutupan hutan, keanekaragaman sumber simbol huruf dan area yang meliputi:
daya alam hayati dan ekosistemnya, • Hr; Hutan dataran rendah < 1000m
kemampuan lahan (meliputi topografi, • Ht; Hutan dataran tinggi 1000 - 2000m
kelerengan, keadaan sifat tanah, iklim dan
• Hp; Hutan pegunungan > 2000m
curah hujan), keadaan perkembangan
• Hm; Hutan mangrove
pembangunan, serta rencana tata ruang
• Hs; Hutan rawa
wilayah.
Secara umum, penatagunaan hutan • Hti; Hutan tanaman industri
menurut fungsinya tersebut membagi • Lktp; Lahan kering tidak produktif
kawasan hutan tetap ke dalam empat (Semak,Belukar,Alang-alang,Tanah
kawasan berikut: kosong)
• Lbtp; Lahan basah tidak produktif
(Semak, Belukar)
• Ptn; Pertanian (Sawah, Tegalan, menunjang pertumbuhan industri perkayuan
Ladang) dengan penyediaan bahan baku guna
• Pkb; Perkebunan menunjang ekspor kayu olahan, dan juga
• Pll; Penutupan lahan lainnya untuk memenuhi kebutuhan kayu di dalam
Sumber data pembuatan Peta Vegetasi negeri serta untuk memperluas lapangan
dan Penggunaan Lahan ini terdiri dari Data kerja. Kriteria lokasi yang diperuntukkan
Citra Landsat MSS, Citra Landsat TM dan bagi pembangunan HTI adalah :
peta RePPProT. Data keluarannya (print out) • Kawasan hutan produksi tetap atau
berupa Peta Vegetasi dan Penggunaan Lahan kawasan hutan lainnya yang dapat
skala 1 : 250.000 (lampiran 3). Pembaharuan ditetapkan menjadi hutan produksi
(updating) atau perkembangan data tetap.
dilaksanakan setahun sekali sehingga • Diprioritaskan pada lahan kosong,
perubahan yang terjadi akan selalu dapat padang alang-alang, semak belukar dan
termonitor. hutan rawang atau hutan tidak
4. Hak Pengusahaan Hutan (HPH) produktif.
Hak Pengusahaan Hutan adalah hak • Hutan produksi yang masih produktif
untuk mengusahakan hutan di dalam suatu apabila seluruh hasil penebangannya
Kawasan Hutan yang meliputi kegiatan- dimanfaatkan untuk bahan baku
kegiatan penebangan kayu, permudaan dan industri kayu serat
pemeliharaan hutan, pengolahan dan Dalam penyajiannya, data HTI dibagi
pemasaran hasil hutan sesuai dengan menjadi 3 jenis, yaitu HTI Pulp, HTI
Rencana Karya Pengusahaan Hutan menurut Pertukangan dan HTI Transmigrasi.
ketentuan-ketentuan yang berlaku serta Data perkembangan perusahaan HTI
berdasarkan azas kelestarian hutan dan azas yang sudah tersedia meliputi seluruh wilayah
perusahaan. Indonesia kecuali Pulau Jawa. Contoh yang
Pengusahaan hutan bertujuan untuk ditampilkan adalah data HTI per pulau atau
memperoleh dan meningkatkan produksi per kelompok pulau yang ada, adapun
hasil hutan guna pembangunan ekonomi keseluruhan data yang tersedia dapat
nasional dan kemakmuran rakyat. Adapun diperoleh di NFI.
lokasi yang diperuntukkan untuk HPH 6. Pelepasan Kawasan Hutan Untuk
adalah kawasan hutan produksi tetap, hutan Pengembangan Usaha Pertanian
produksi terbatas atau areal hutan yang Yang dimaksud dengan pelepasan
ditetapkan sebagai kawasan hutan produksi kawasan hutan untuk pengembangan usaha
tetap yang tidak dibebani hak-hak lain. pertanian adalah suatu pelepasan kawasan
Keterpaduan antara survey lapangan dan hutan berdasarkan kemampuan tanahnya
teknologi penginderaan jauh melalui yang cocok untuk usaha pertanian dan
penafsiran citra satelit dan potret udara menurut tata guna hutan tidak dipertahankan
mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kawasan hutan tetap, maupun
khususnya dalam memonitor perkembangan kawasan untuk keperluan lainnya.
HPH. Lokasi untuk pengembangan usaha
Contoh data HPH yang ditampilkan adalah pertanian ini diarahkan pada lahan kosong,
data per pulau atau perkelompok pulau yang padang alang-alang, semak belukar atau pun
ada, adapun keseluruhan data yang tersedia hutan yang tidak produktif yang sesuai untuk
dapat diperoleh di NFI. Sampai saat ini usaha pertanian. Pengembangan usaha
kelengkapan data, terutama data non spasial pertanian yang dimaksud dalam hal ini
masih terus dilakukan. adalah pengembangan usaha perkebunan.
5. Hutan Tanaman Industri (HTI) Data yang berkaitan dengan usaha
HTI adalah hutan yang dibangun dalam pertanian yang telah tersedia pada Proyek
rangka meningkatkan potensi dan kualitas Inventarisasi Hutan Nasional (IHN) berupa
hutan produksi dengan menerapkan sistim data digital perkembangan areal perkebunan
silvikultur intensif untuk memenuhi untuk seluruh wilayah Indonesia kecuali
kebutuhan bahan baku industri hasil hutan. Pulau Jawa sampai dengan bulan Oktober
Tujuan pembangunan HTI adalah untuk 1996.
7. Pelepasan Areal Hutan Untuk Permukiman ini diatasi dengan membangun program
Transmigrasi pembaharu basisdata yang harus diisi secara
Pengertian dari pelepasan areal hutan manual oleh operator.
untuk permukiman transmigrasi adalah
pengubahan status areal hutan yang menurut Perancangan Katalog
Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Sistem Informasi berbentuk katalog ini
(RTRWP) atau Tata Guna Hutan tidak menampilkan peta Indonesia sebagai tampilan
dipertahankan sebagai kawasan hutan tetap utama dengan grid-grid indeks untuk
dan berdasarkan kemampuan lahannya cocok mempermudah pengguna mencari grid indeks
untuk permukiman transmigrasi sesuai pola yang diinginkan. Juga disediakan fasilitas
pemukiman/usaha yang akan dikembangkan. pencarian untuk mempermudah pengguna dalam
Areal yang dapat dilepaskan diutamakan menemukan informasi yang diinginkan.
pada lahan kosong, padang alang-alang, Kendala yang ditemukan terutama pada grid
semak belukar dan hutan yang tidak skala 1:50.000. Pada saat praktek lapang ini
produktif. Penyebaran areal transmigrasi selesai kendala ini belum dapat diselesaikan.
dikelompokkan dalam Satuan Kawasan Kendala lainnya adalah fasilitas pencarian
Pengembangan (SKP) yang luasnya minimal informasi berdasarkan proyeksi dan koordinat.
10.000 Ha. Data yang telah tersedia pada Namun hal ini dapat diatasi dengan membangun
Proyek Inventarisasi Hutan Nasional sampai prosedur pengubahan nilai koordinat X dan Y ke
bulan Oktober 1996 meliputi seluruh koordinat mercator.
wilayah Indonesia kecuali Pulau Jawa.
DIREKTUR JENDERAL
INTAG
DIREKTUR
INVENTARISASI HUTAN
BENDAHARAWAN SEKRETARIS
A B C D E F G
Keterangan :
Garis Komando
Garis Koordinasi
Lampiran 4. Database Relationship
Tabel INDEKS
Tabel PROP
1
∞ INDEX
INDEX PULAU
PROPINSI 1
1 NM_LOKASI
KABUPATEN BASE
JALAN
SUNGAI
ANOTASI
Tabel IDPROP KONTUR
VEGETASI
1
PROV_COD TGHK
PROPINSI LANDSYSTEM
1 HPH
PROV_ABB
HPHTI
KEBUN
TRANS
INDUSTRI
TANAH