Anda di halaman 1dari 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA MAINTENANCE
ELEKTRIKAL DALAM MENERAPKAN WORK PERMIT DI
PT. X SEMARANG

Ismi Elya Wirdati, Hanifa Maher Denny, Bina Kurniawan


Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: ismi_elya11@yahoo.co.id

Abstract : occupational accidents are unexpected events that can occur in the
workplace, to the place of work and from the workplace. Factors causes of
accidents include human, equipment, environment. Accidents are contained in
PT. X Semarang occur in electrical maintenance workers. Because the electrical
workers are high hazard. So the company applying for a work permit control. This
research to determine factors that influence incidence of workplace accidents in
electrical maintenance workers in applying work permit. The researchers took
factors of knowledge, compliance, PPE use and dissemination work permit.
Qualitative research design used cross sectional. The sampling method by total
sampling that all electrical maintenance worker. Technique of data collection
such as in-depth interviews, documentation and observation. Reliability and
validity of the data with source triangulation and triangulation technique. Based
on the results of worker factors that caused workplace accidents that
implementing SOP compliance work permit, the use of PPE and socialization
work permit

Key Words : Work permit. compliance. use of PPE. socialization

PENDAHULUAN namun tanpa disertai dengan


Latar Belakang pengendalian yang tepat akan dapat
Penggunaan teknologi yang maju terjadinya kecelakaan, terutama pada era
sangat diperlukan untuk memenuhi industrialisasi yang ditandai adanya
kebutuhan hidup manusia secara luas, proses mekanisasi, elektrifikasi, dan
456
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

modernisasi. Dalam keadaan demikian kecelakaan kerja dan 160 pekerja


penggunaan mesin, instalasi, dan bahan- mengalami sakit akibat kerja. Tahun
bahan berbahaya akan terus meningkat sebelumnya (2012) ILO mencatat angka
sesuai kebutuhan industrialisasi. Hal kematian dikarenakan kecelakaan kerja
tersebut memberikan kemudahan bagi sebanyak 2 juta kasus setiap tahun.3
suatu proses produksi. Efek samping yang
tidak dapat dihindari adalah Departemen Kesehatan Republik

bertambahnya jumlah dan ragam sumber Indonesia melaporkan kesehatan kerja di

bahaya bagi pengguna teknologi dan 26 Provinsi di Indonesia tahun 2013

faktor lingkungan kerja yang tidak jumlah kasus penyakit umum pada

memenuhi syarat Keselamatan dan pekerja ada sekitar 2.998.766 kasus, dan

Kesehatan Kerja (K3). Proses kerja yang jumlah kasus penyakit yang berkaitan

tidak aman dan sistem kerja yang modern dengan pekerjaan berjumlah 428.844.

dapat menjadi ancaman tersendiri Meningkatnya pertumbuhan industry mulai

terjadinya kecelakaan kerja.1 dari industry skala kecil sejumlah 141.894

Kecelakaan kerja merupakan hal (83,70%), industry skala sedang 14,970

tidak diinginkan dan tidak dapat di ketahui (8.83%) dan jumlah industri skala besar

kapan terjadinya, tetapi semua itu bisa di sejumlah 169,524 perusahaan.3

antisipasi. Namun sekarang banyak


Berdasarkan PP No.50 tahun
perusahaan yang masih mengalami
2012 tentang Sistem Manajemen
kecelakaan kerja. Hal ini karena masih
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
kurangnya kesadaran dari sebagian besar
(SMK3) pada lampiran II bagian 6
masyarakat, perusahaan, pengusaha
tercantum bahwa terdapatnya prosedur
maupun tenaga kerja akan arti pentingnya
kerja yang didokumentasikan dan
K3.2 Di Indonesia, kasus kecelakaan kerja
diterapkannya suatu sistem izin kerja
berdasarkan data PT Jaminan Sosial
untuk tugas-tugas yang beresiko tinggi.
Tenaga Kerja (Jamsostek) 2013
Izin kerja atau work permit merupakan
memperlihatkan bahwa sekitar 0,7 persen
salah satu cara yang digunakan untuk
pekerja Indonesia mengalami kecelakaan
mengendalikan jenis-jenis pekerjaan
kerja yang mengakibatkan kerugian
tertentu yang memiliki potensi bahaya.6
nasional mencapai Rp 50 triliun.2
Sedangkan data Internasional Labour Work permit bagian dari
Organization (ILO) tahun 2013, 1 pekerja pengendalian resiko K3 secara
di dunia meninggal setiap 15 detik karena
457
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

administratif yang bertujuan untuk terjatuh, getaran, bising, kebakaran,


mengendalikan semua pekerjaan yang bahaya listrik, dan ledakan.
beresiko tinggi. Work permit bertujuan
untuk meminimalisasi kecelakaan kerja Pada bulan Februari tahun 2015

dengan catatan pekerja mematuhi terdapat kecelakaan kerja dibagian

prosedur yang sudah ditentukan oleh maintenance elektrikal . Kecelakaan kerja

perusahaan.4 terjadi karena pekerja belum diberikan ijin


kerja dari supervisor dan safety officer
PT. X Semarang merupakan untuk melakukan pekerjaan. Namun
perusahaan bergerak dibidang agrobisnis pekerja sudah melaksanakan pekerjaan
pertanian yang memproduksi bahan terlebih dahulu. Pada saat pekerjaan
pakan ternak. Perusahaan ini menerapkan berlangsung, panel yang seharusnya
work permit karena bahan bakar yang dinormalkan ternyata masih aktif dan pada
digunakan dalam pembuatan pakan mesin terjadi arus pendek sehingga terjadi
ternak antara lain: jagung, minyak kelapa ledakan dan luka bakar pada
sawit, biji batu, tepung batu, alimet dan pekerja.Kecelakaan kerja akibat kondisi
lain lain. Dalam proses produksinya bahan atau tidak aman sebelum bekerja
baku diolah melalui beberapa proses tersebut, maka PT. X Semarang
dengan menggunakan mesin-mesin melindungi para pekerjanya dengan
produksi yaitu mesin penggiling mixer, menerapkan work permit sebagai salah
penampungan bahan baku, dan crambe. satu bentuk komunikasi tertulis maka work
permit ini menjadi salah satu persyaratan
Alasan PT. X Semarang ini penting terhadap pelaksanaan suatu
menerapkan work permit karena terdapat pekerjaan.
banyak permasalahan yang berhubungan
dengan keselamatan kerja. Salah satunya Berdasarkan uraian tersebut,
pada bagian maintenance elektrikal yang keselamatan bukan hanya pengawasan
berhubungan dengan listrik. Di bagian terhadap peralatan saja, tetapi yang lebih
maintenance sendiri bertugas untuk penting ada pada manusianya atau
melakukan perbaikan atau mengecek tenaga kerjanya. Hal ini dilakukan karena
mesin-mesin produksi. Maintenance manusia adalah faktor yang paling penting
terdapat 3 bagian yaitu mechanical, dalam suatu proses pekerjaan
elektrikal dan sipil. Resiko yang dapat berlangsung. Maka peneliti ingin
terjadi diantaranya terkena percikan api, menganalisis faktor apa saja yang

458
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

mempengaruhi kecelakaan kerja pada untuk mengetahui dan membandingkan


pekerja maintenance elektrikal dalam rekaman, catatan wawancara dan
menerapkan work permit PT. X kesimpulan yang dihasilkan.
Semarang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE PENELITIAN Karakteristik Informan
Jenis penelitian yang digunakan dalam Penelitian ini mengambil 5 orang
penelitian ini adalah penelitian yang sebagai informan utama. Usia kelima
bersifat deskriptif-kualitatif. informan penelitian yaitu 2 informan
Pengambilan sampel dalam penelitian utama berusia 21, 1 informan berusia 36,
ini menggunakan total sampling. Informan dan 2 informan utama dengan usia 40
utama dalam penelitian ini adalah seluruh tahun. Semua informan utama yang diteliti
pekerja elektrikal di PT X Semarang. disini berprofesi sebagai pekerja elektrikal
Informan triangulasi dalam penelitian ini di PT. X Semarang. Seluruh informan
adalah supervisor elektrikal, koordinator memiliki pendidikan terakhir yaitu STM
K3 di lapangan dan manager K3 dan SMK Otomasi. Sedangkan informan
diperusahaan. Pengumpulan data triangulasi merupakan seorang manajer
penelitian dilakukan dengan cara K3 diperusahaan dengan usia 37 tahun,
observasi terhadap fasilitas pendukung supervisor elektrikal usia 34tahun serta
lalu dilakukan wawancara mendalam koordinator K3 dilapangan dengan usia 28
(indepth interview) kepada informan tahun. Semua berjenis kelamin laki – laki
utama. Pengumpulan fakta dari dengan pendidikan terakhir S1.
fenomena atau peristiwa – peristiwa yang
bersifat khusus kemudian masuk pada Gambaran Kecelakaan Kerja Dalam
kesimpulan yang bersifat umum. Menerapkan Work Permit di PT X
Keabsahan data dilakukan dengan Semarang
teknik triangulasi. Teknik triangulasi Penerapan K3 merupakan segala
dengan sumber membandingkan dan kegiatan untuk menjamin dan melindungi
mengecek baik derajat kepercayaan pada para pekerjanya melalui upaya
suatu informasi yang diperoleh melalui pencegahan kecelakaan kerja dan
waktu dan alat yang berbeda. penyakit kerja. Berdasarkan PP No. 50
Reliabilitas penelitian dapat dicapai tahun 2012 tentang (SMK3) lampiran II
dengan auditing data. Melakukan proses bagian 6 tercantum bahwa terdapat
pemeriksaan terhadap alur analisis data prosedur kerja yang di dokumentasikan
459
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

dan diterapkannya izin kerja yang potensi bahaya yang dapat terjadi dari
beresiko tinggi. Work permit di PT. X area pekerjaan yang dilakukan. Pekerja
Semarang diterapkan pada bulan Februari menyiapkan APAR di area kerjanya
2015. Work permit ini merupakan salah apabila area kerja jauh dari letak APAR
satu program pengendalian untuk yang tersedia. Safety lapangan berhak
menjamin agar pekerja dapat memberi work permit. Safety lapangan
melaksanakan pekerjaan dengan aman, berhak menmberhentikan pekerjaan jika
selamat dan sehat. Namun tidak semua ternyata terdapat potensi bahaya yang
area di perusahaan diterapkan work disebabkan oleh pekerja ataupun dari
permit. Work permit hanya terdapat pada area kerja. Pekerja wajib melapor ke
area ketinggian, ruang terbatas, panas, safety atau supervisor area setelah
dan area yang menimbulkan api atau pekerjaanya selesai.
listrik. Dari hasil pengisian form checklis
Tahap penerapan work permit di berdasarkan prosedur tersebut, dalam
PT. X pekerja harus melalui prosedur penerapan work permit terdapat
yang harus dilakukan, yaitu pekerja kecelakaan kerja di PT. X Semarang.
meminta izin sekaligus memberikan Kecelakaan kerja berawal dari pekerja
informasi kepada supervisor area bahwa elektrikal yang akan melakukan pekerjaan
akan dilakukan pekerjaan di area tersebut di area hammermill. Kecelakaan kerja
menjadi tanggung jawabnya. Pekerja terjadi ketika pekerja elekrikal
mengisi form work permit dan diketahui memperbaiki mesin pada area
oleh atasanya kemudian memberikan hemmermill terdapat breaker yang
form work permit tersebut ke safety seharusnya off namun ternyata masih
lapangan. Supervisor area, safety mengalir arus listrik dari breaker lain.
lapangandan pekerja bersama-sama Pekerja tidak mengetahui hal tersebut
melakukan verifikasi terhadap kondisi dikarenakan tidak terdapatnya safety sign.
lapangan dan peralatan yang digunakan Disamping hal tersebut kecelakaan terjadi
sesuai jenis pekerjaanya. Safety lapangan dikarenakan pekerja elektrikal tidak
melakukan pengecekan kelengkapan APD berjalan sesuai prosedur. Seharusnya
dan kondisi lingkungan kerja dan pekerja elektrikal menunggu pihak safety
memastikan APD yang digunakan pekerja untuk survei ke lapangan. Namun
sudah memenuhi syarat sesuai jenis kenyataan yang terdapat dilapangan
pekerjaanya dan kondisi lingkungan kerja pekerja sudah memulai bekerja terlebih
aman. Safety lapangan akan menjelaskan dahulu tanpa menunggu safety untuk
460
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

memberikan form work permit tersebut. didasari oleh pengetahuan maka tidak
kecelakaan kerja ini akan menjadi input akan berlangsung lama.8
data dari pihak safety dan menjadi
evaluasi keadaan di setiap area yang Kepatuhan Pekerja Elektrikal

dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Mempengaruhi Kecelakaan Kerja di PT

Dari kejadian kecelakaan kerja tersebut, X Semarang

faktor pekerja juga dapat mempengaruhi Kepatuhan mengenai melaksanakan

suatu program dapat berjalan dengan baik work permit didapatkan informan utama

dan sesuai dengan prosedur. lebih cenderung melaksanakan pekerjaan


dengan form checklis menyusul. Informan
Pengetahuan Pekerja Elektrikal Tidak utama melakukan pekerjaan tersebut
Mempengaruhi Kecelakaan Kerja di PT dengan alasan apabila menunggu form
X Semarang work permit maka pekerjaan akan menjadi
Pengetahuan dari keseluruhan lama karena harus melalui proses
pekerja sudah mengetahui cukup baik prosedur work permit dari pihak safety,
karena setiap apa yang peneliti manager safety, dan supervisor. Hal ini
memberikan pertanyaan kepada pekerja sudah tidak sesuai dengan prosedur work
elektrikal sudah menjawab dengan sesuai permit yang terdapat di perusahaan.
yang diharapkan oleh peneliti, yaitu Kecelakaan kerja pada pekerja elektrikal
mengetahui mengenai work permit, alur diperkuat dengan jawaban informan
work permit, tujuan diterapkanya work triangulasi bahwa kecelakaan kerja terjadi
permit, pihak yang berwenang akibat pekerja memulai pekerjaan di area
menerapkan work permit serta isi dari hammermill terlebih dahulu dan tidak
work permit tersebut. Sehingga menunggu safety untuk survei ke area
pengetahuan pekerja ini menunjukkan pekerjaan. Namun Informan utama juga
bahwa faktor pengetahuan pekerja yang mengatakan tidak terdapat sign atau
baik tidak mempengaruhi dengan kejadian tanda pada breaker yang tersambung
kecelakaan kerja di perusahaan. Hal ini secara seri dengan breaker lain di area
sejalan juga dengan pendapat hammermill. Sehingga pekerja
Notoatmodjo dimana perilaku yang memperbaiki pekerjaan listrik dengan
didasari oleh pengetahuan yang positif keadaan arus listrik masih tersambung.
maka sikap tersebut akan bersifat lama. Kecelakaan kerja terjadi ini didukung
Sebaliknya apabila perilaku yang tidak dengan pekerja tidak mematuhi
menggunakan APD. Informan utama
461
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

mengatakan bahwa saat terjadinya sosialisasi hanya melalui supervisor.


kecelakaan kerja pekerja hanya Dikarenakan mengingat pekerja yang
menggunakan APD berupa safety shoes. terdapat di perusahaan banyak jadi
Sebaliknya informan utama menyadari pemberitahuan cukup melalui supervisor
bahwa sangat penting menggunakan APD bagian masing-masing kemudian
ketika pekerjaan dilakukan. Karena mensosialisasi-kan kepada pekerjanya.
melihat potensi bahaya yang dapat terjadi Bentuk dari sosialisasi tersebut salah satu
pada pekerja elektrikal yaitu kesetrum, dari informan triangulasi mengatakan cara
ledakan, kebakaran dan terkena percikan pemberian sosialisasi kepada pekerja
api. dalam bentuk informal, yaitu apabila
Penelitian ini sejalan dengan bertemu dengan pekerja maka saat itu
penelitian Halimah, dengan hasil supervisor menjelaskan tentang work
penelitian bahwa responden tidak patuh permit. Sehingga pekerja elektrikal
terhadap SOP lebih banyak daripada berpendapat bahwa menerapkan work
responden yang patuh terhadap SOP. permit hanya formalitas dan kurang
Dan responden yang tidak patuh terhadap penting. Menurut penelitian Helliyanti
SOP mengalami kecelakaan kerja berpendapat bahwa sosialisasi atau
daripada responden yang patuh terhadap promosi K3 adalah bentuk usaha yang
7
SOP. Hal ini menunjukkan bahwa dilakukan untuk mendorong dan
semakin responden tidak patuh terhadap menguatkan kesadaran dan perilaku
SOP maka semakin tinggi terjadinya pekerja tentang K3 sehingga dapat
kecelakaan kerja. melindungi pekerja dari kecelakaan kerja,
properti, dan lingkungan. Akan tetapi
Sosialisasi Work Permit Mempengaruhi sosialisasi akan menjadi lebih efektif
Kecelakaan Kerja di PT X Semarang apabila terdapat perubahan perilaku pada
Informan utama mengatakan pekerja. Jika tidak terdapat perubahan
bahwa sosialisasi work permit pada maka sosialisasi K3 tidak akan dapat
pekerja elektrikal dilakukan hanya sekali berpengaruh terhadap menurunya
yaitu awal diterapkanya work permit di kejadian kecelakaan kerja.
perusahaan. Pemberian sosialisasi
dilakukan oleh pihak supervisor bukan KESIMPULAN
dari pihak safety. Hal ini diperkuat dengan 1. Pengetahuan pekerja elektrikal
pernyataan dari informan triangulasi mengenai work permit sudah baik. Hal
bahwa pekerja elektrikal diberikan ini tidak mempengaruhi terjadinya
462
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

kecelakaan kerja pada pekerja 4. Sosialisasi work permit di perusahaan


elektrikal. Pekerja elektrikal dapat belum sesuai dikarenakan sosialisasi
menjawab pertanyaan dari peneliti work permit yang terdapat
mulai dari pengertian work permit, isi diperusahaan dilakukan cuma satu kali
dari work permit, alur work permit, pada awal diterapkanya work permit.
tujuan work permit, dan yang Sosialisasi ini dalam bentuk informal.
bertanggung jawab mengenai work Yang memberikan sosialisasi melalui
permit diperusahaan supervisor tanpa adanya bantuan dari
2. Kepatuhan pekerja dalam menerapkan safety. karena sosialisasi kurang
work permit tidak berjalan sesuai berjalan maka pekerja elektrikal
prosedur. Ditunjukkan dari hasil beranggapan work permit tidak penting.
wawancara terhadap informan utama Bentuk sosialisasi pada sign atau tanda
dengan informan triangulasi sepakat bahaya peringatan pada setiap area
bahwa pekerja sudah memulai juga kurang maksimal sehingga
pekerjaan terlebih dahulu sebelum menyebabkan kecelakaan kerja pada
pihak safety datang untuk survei ke pekerja elektrikal.
area. Namun Informan utama
mengatakan ketika menerapkan work DAFTAR PUSTAKA
permit sesuai prosedur menjadikan 1. Tarwaka. Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, Manajemen dan Implementasi
done time lama sehingga pekerjaan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
tertunda. Kepatuhan pekerja termasuk Tempat Kerja. Surakarta : Harapan
Press,2008.
faktor yang dapat mempengaruhi
kecelakaan kerja di PT. X Semarang. 2. A.M. Sugeng Budiono,dkk. Bunga
Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja.
3. Penggunaan APD pada pekerja
Semarang: Badan Penerbit Undip,
elektrikal belum maksimal. Dapat dilihat 2003
dari kasus kecelakaan kerja pekerja
3. International Labour Organisation. The
hanya menggunakan safety shoes saat
Prevention of Occupational Disease.
bekerja. Alasan pekerja tidak Ganeva. 2013
menggunakan APD karena tidak
4. Suma’mur P. K. Higene Perusahaan
nyaman, dan tidak bisa leluasa saat
dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT
bekerja. Maka penggunaan APD Toko Gunung Agung, 2009.
berpengaruh terhadap kecelakaan
5. Departemen Kesehatan RI. 1 Orang
kerja pada pekerja elektrikal.
Pekerja Meninggal Setiap 15 Detik.
(online)
463
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

(http://www.depkes.go.id/article/view/20
1411030005/1-orang-pekerja-di-dunia-
meninggal-setiap-15-detik-karena-
kecelakaan
kerja.html#sthash.A81GOM3Y.dpuf. Di
akses 13 juni 2015

6. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun


2012 tentang Penerapan Sistem
Pencapaian Zero Accident Pada
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3)

7. Halimah, siti. Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Perilaku Aman
Karyawan Di PTSIM Plant Tambun II
Tahun 2010. Jakarta: Skripsi UIN. 2010

8. Notoatmodjo, S. Pengantar Pendidikan


Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan. Yogyakarta:Andi Ofset.
2003.

9. Arifin, Zaenal. Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Kecelakaan
Kerja Pada Karyawan Tetap Dan
Karyawan Subkontraktor Di PTBukaka
Teknik Utama Cileungsi Bogor Tahun
2005. Depok: Skripsi UI. 2005.

464

Anda mungkin juga menyukai