Anda di halaman 1dari 19

Strategi Pemberdayaan Kader Dan Dukun

1. 1. Strategi Pemberdayaan Kader Dan Dukun Oleh Kelompok 9 Rahma Kinnur Tita
Awalia Ahmad
2. 2. Strategi pemberdayaan kader dan dukun Strategi pemberdayaan kader dan dukun.
Dikaitkan dengan kontek pekerjaan sosial, bahwa pemberdayaan dapat dilakukan
melalui aras atau mata pemberdayaan (empowerment setting): a. Aras Mikro
Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling
stres manajemen, kritis intervensi.
3. 3. b. Aras Mezzo Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan
dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan
pelatihan dinamika kelompok biasanya digunakan sebagai strategis dalam meningkatkan
kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan
memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
4. 4. c. Aras Makro Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi system besar karena
sasaran perubahan diarahkan pada system lingkungan yang lebih luas. Perumusan
kebijakan, perencanaan sosial, kampanye dan aksi sosial. Lobbying, pengorganisasian
masyarakat dan menejemen konflik adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini.
5. 5. Materi pembinaan kader dan dukun a. Survey kebutuhan kader dan dukun :
Mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini disebabkan karena
kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan pelatihan kader. Pelatihan
kader ini diberikan kepada para calon kader di desa yang telah ditetapkan.
6. 6. b. Penyusunan materi pelatihan pemberdayaan kader dan dukun Tim pelatihan kader
melibatkan dari beberapa sektor. Camat otomatis bertanggung jawab terhadap pelatihan
ini, namun secara teknis oleh kepala puskesmas. Pelaksaan harian pelatihan ini adalah
staf puskesmas yang mampu melaksanakan. Adapun pelatihnya adalah tenaga
kesehatan, petugas KB (PLKB), pertanian, agama, PKK dan sector lain.
7. 7. Pendampingan sosial kader dan dukun Pengembangan Masyarakat adalah proses
membantu orang-orang biasa agar dapat memperbaiki masyarakatnya melalui tindakan-
tindakan kolektif (Twelvetrees, 1991:1). Secara akademis, pengembangan masyarakat
dikenal sebagai salah satu metode pekerjaan sosial yang tujuan utamanya untuk
memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui pendayagunaan sumber-sumber yang
ada pada mereka serta menekankan pada prinsip partisipasi sosial (Suharto, 1997:292).
8. 8. Peran bidan sebagai fasilitator adalah bidan memberikan bimbingan teknis dan
memberdayakan pihak yang sedang didampingi (dukun bayi, kader, tokoh masyarakat)
untuk tumbuh kembang ke arah pencapaian tujuan yang diinginkan Pendamping
adalah petugas yang ditunjuk untuk memfasilitasi dan melakukan aktifitas bimbingan
kepada masyarakat untuk melalui tahapan – tahapan dalam sebuah program
pembangunan. Bidang tugas pendampingan
9. 9. Peran sebagai pendamping a. Fasilitator b. Mediator c. Bloker d. Pembela e.
Pelindung
UGAS TERSTRUKTUR Mata Kuliah: Pengembangan Dan Pengorganisasian Masyarakat
Dosen: Drs. Djonis, M. Pd “Melaksanakan Upaya Berbagai Strategi Pemberdayaan Kader
Dan Dukun Aras Mikro, Makro Dan Mezzo†• Disusun Oleh: 1. Walani 2. Wisra Ayu 3. Yudith
Agustine Elwaren KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES
PONTIANAKJURUSAN KEBIDANAN D IV KEBIDANAN KLINIK 2013 KATA PENGANTAR Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Melaksanakan Upaya Berbagai Strategi
Pemberdayaan Kader Dan Dukun Aras Mikro, Mikro Dan Mezzo†•. Tugas ini diajukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pengorganisasian Dan Pengembangan Masyarakat. Dalam
menyelesaikan penyusunan makalah ini banyak mendapatkan bimbingan maupun saran dari
berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak Drs. Djonis selaku pengampu mata kuliah Pengorganisasian Dan Pengembangan
Masyarakat, dan tidaklupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang
telah membantu dalam penyelesaian tugas terstruktur ini yang tidak bisa kami sebutkan satu
persatu. Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan
dalam isi dan pembahasan, semoga makalah ini dapat berguna bagi yang membaca. Oleh
karena itu kami membuka diri untuk menerima berbagai masukan dan kritik dalam perbaikan
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Pontianak, Oktober 2013
Penyusun DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar
Belakang 1 B. Tujuan 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 A. Polip 2 B. Erosi Portio 2 C. Ulcus
Portio 5 D. Trauma 6 E. Polips Endometrium 9 BAB III PENUTUP 13 DAFTAR PUSTAKA BAB I
PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Kesehatan atau hidup sehat adalah hak setiap orang.
Oleh sebab itu, baik individu, kelompok, maupun masyarakat, merupakan asset yang harus
dijaga, dilindungi, bahkan harus ditingkat. Semua orang baik secara individu, kelompok, maupun
masyarakat dimana saja dan kapan saja mempunyai hak untuk hidup sehat atau memperoleh
perlindungan kesehatan. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa
depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang ada.
Dalam pendekatan yang dipimpin masyarakat. Perencanaan adalah suatu proses pengkajian
oleh masyrakat tentang berbagai aspek kehidupan mereka termasuk potensi dan aset mereka.
Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah
serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam
masyarakat, terutama individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka
pemberdayaan menunjuk keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial
yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan, atau mempunyai pengetahuan dan
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat kebutuhan hidupnya baik
yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu
menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial,
dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Kemandirian masyarakat dibidang
kesehatan sebagai hasil pemberdayaan dibidang kesehatan sesungguhnya merupakan
perwujudan dari tanggung jawab mereka agar hak-hak kesehatan mereka terpenuhi. Hak-hak
kesehatan setiap anggota masyrakat ialah hak untuk dilindungi dan dipeliharanya kesehatan
mereka sendiri, tanpa tergantung pada pihak pemerintah maupun organisasi masyarakat lain.
Peran pemerintah atau pihak diluar mereka (masyarakat) dalam memelihara dan melindungi
kesehatan masyarakat hanyalah sebagai fasilitator, motivator atau stimulator. TUJUAN Agar
mahasiswi mengerti dan mempunyai gambaran tentang †•Perencanaan Dan Strategi
Pemberdayaan Kader Dan Dukun Dengan Aras Mikro, Mezzo. BAB II PEMBAHASAN 1.
Melaksanakan Upaya Berbagai Strategi Pemberdayaan Kader Dan Dukun Perencanaan adalah
suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urtan pilihan dengan
memperhitungkan sumber daya yang ada. Dalam pendekatan yang dipimpin masyarakat,
perencanaan adalah suatu proses pengkajian oleh masyarakat tentang berbagai aspek
kehidupan merekatermasuk potensi dan asset mereka. Aspek-aspek kehidupan masyarakat
yang mereka kaji atau nilai, tergantung kebutuhan masyarakat dan disepakati melalui proses
persiapan. Disis lain, masyarakat justru akan menjadi lebih berdaya dan percaya diri hingga
memelihara dan mengawal pembangunan mereka untuk tujuan yang sudah ditetapkan
masyarakat. Sedangkan dalam prosesnya, masyarakat terutama yang miskin dan termarjinalkan,
perempuan serta kaum muda harus difasilitasi untuk mengambil peran secara aktif, memberi
suara dan ikut mengambil keputusan atas agenda pembangunan desa tersebut. Strategi
pemberdayaan kader dan dukun. Dikaitkan dengan kontek pekerjaan social, bahwa
pemberdayaan dapat dilakukan melalui aras atau matra pemberdayaan (empowerment setting):
1. Aras Mikro Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan,
konseling, stres manajemen, krisis intervensi. Tujuan utamanya adalah membeimbing atau
melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai
pendekatan yang berpusat pada tugas. Pada aras mikro peran utama pekerja sosial adalah
sebagai pialang yang menghubungkan klien dengan sumber – sumber yang tersedia pada
lingkungan sekitar. Sebagai pialang social utama yang dilakukan pekerja social adalah
manajement kasus (case manajement) yang mengkoordinasikan berbagai pelayanan social yang
disediakan oleh beragam penyedia. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan meliputi: a. b.
Melakukan assessment terhadap situasi dan kebutuhan khusus klien. c. Memfasilitasi pilihan –
pilihan klien dengan berbagai informasi dan sumber alternatif. d. Membangun kontak antara klien
dan lembaga – lembaga pelayanan social. e. Menghimpun informasi mengenai berbagai jenis
dan lokasi pelayanan social, parameter pelayanan, dan kriteria elijibilitas. f. Mempelajari
kebijakan- kebijakan , syarat – syarat ,prosedur dan proses pemanfaatan sumber
kemasyarakatan . g. Menjalin relasi kerjasama dengan berbagai profesi kunci. h. Memonitor dan
mengevaluasi distribusi pelayanan. 1. Aras Mezzo Pemberdayaan dilakukan terhadap
sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media
intervensi. Pendidikan dan pelatihan ,dinamika kelompok , biasanya digunakan sebagai strategis
dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, ketrampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki
kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Kegiatan yang dilakukan antara
lain: 1. Menelisik pandangan dan kepentingan-kepentingan khusus dari masing-masing pihak 2.
Menggali kesamaan-kesamaan yang dimiliki oleh pihak-pihak yang mengalami konflik. 3.
Membantu pihak-pihak agar dapat bekerja sama. 4. Mendefinisikan menangani berbagai
hambatan komunikasi dari sebuah kerjasama. 5. Mengidentifikasi berbagai manfaat yang
ditimbulkan 6. Memfasilitasipertukaran informasi secara terbuka diantara berbagai pihak. 1. Aras
makro Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar karena sasaran perubahan
diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial,
kampanye, dan aksi sosial. Lobbying, pengorganisasian masyarakat, dan manajemen konflik
adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi sistem besar memandang klien sebagai
orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri dan untuk
memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak. BAB III PENUTUP Kader adalah
seorang tenaga suka rela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat yang bertugas
membantu kelancaran pelayanan kesehatan. Dukun adalah seseorang yang membantu
masayarakat dalam penyembuhan penyakit melalui kekuatan supranatural, kebudayaan dukun
serta kebudayaan manusiayang terbagi dalam berbagai macam aliran. Perencanaan adalah
suatu proses untuk menentukan menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan
pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang ada. Dalam pendekatan yang dipimpin
masyarakat, perencanaan adalah suatu proses pengkajian oleh masyarakat tentang berbagai
aspek kehidupan mereka termasuk potensi dan asset mereka. Kemudian dari aspek dan
keadaan tersebut masyarakat menyusun agenda pembangunan yang disusun dalam bentuk
RPJM desa dengan memperhitungkan asset dan nilai serta potensi utama masyarakat.
Pemberdayaan yang kita berikan terhadap klien dapat secara individu melalui bimbingan,
konseling, management, krisis intervensi. Selain itu kita juga dapat lakukan kepada sekelompok
klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi
pendidikan dan pelatihan. Dinamika kelompok biasanya digunakan sebagai strategi dalam
meningkatkan kesadaran dan pengetahuan.
Pembinaan Kader dan
Dukun Bayi di
Komunitas
Senin, 23 Mei 2016

Kebidanan Komunitas

OLEH:

KELOMPOK 10

 Friska Marpaung

 Risya Nadapdap

 Seri Tarigan

 Sindi Sianturi
STIKes SANTA ELISABETH MEDAN
T.A 2015/2016

LATAR BELAKANG

Tingginya angka kematian ibu dan bayi menunjukan masih rendahnya kualitas pelayanaan
kesehatan. Delapan puluh persen persalinan di masyarakat masih di tolong oleh tenaga non-
kesehatan, seperti dukun. Dukun di masyarakat masih memegang peranan penting, dukun di anggap
sebagai tokoh masyarakat. Masyarakat masih memercayakan pertolongan persalinan oleh dukun,
karena pertolongan persalinan oleh dukun di anggap murah dan dukun tetap memberikan
pendampingan pada ibu setelah melahirkan, seperti merawat dan memandikan bayi.

Untuk mengatasi permasalahan persalinan oleh dukun, pemeritah membuat suatu terobosan
dengan melakukan kemitraan dukun dan bidan. Salah satu bentuk kemitraan tersebut adalah
dengan melakukan pembinaan dukun yan merupakan salah satu tugas dan tanggung
jawab bidan. Maka dari itu tugas dan tanggung jawab bidan terhadap dukun bayi sangat
memberikan kontribusi yang cukup penting. Tenaga yang sejak dahulu kala sampai sekarang
memegang peranan penting dalam pelayanan kebidanan ialah dukun bayi atau nama lainnya dukun
beranak, dukun bersalin, dukun peraji.

Dalam lingkungan dukun bayi merupakan tenaga terpercaya dalam segala soal yang terkait
dengan reproduksi wanita. Dukun bayi biasanya seorang wanita sudah berumur ± 40 tahun ke atas.
Pekerjaan ini turun temurun dalam keluarga atau karena ia merasa mendapat panggilan tugas ini.
Pengetahuan tentang fisiologis dan patologis dalam kehamilan,persalinan, serta nifas sangat
terbatas oleh karena itu apabila timbul komplikasi ia tidak mampu untuk mengatasinya, bahkan
tidak menyadari akibatnya, dukun tersebut menolong hanya berdasarkan pengalaman dan kurang
professional.

Dukun bayi yang ada harus ditingkatkan kemampuannya, tetapi kita tidak dapat bekerjasama
dengan dukun bayi dalam mengurangi angka kematian dan angka kesakitan (Prawirohardjo, 2005)

Tingginya angka kematian ibu dan bayi menunjukan masih rendahnya kualitas pelayanaan
kesehatan. Delapan puluh persen persalinan di masyarakat masih di tolong oleh tenaga non-
kesehatan, seperti dukun. Dukun di masyarakat masih memegang peranan penting, dukun di anggap
sebagai tokoh masyarakat. Masyarakat masih memercayakan pertolongan persalinan oleh dukun,
karena pertolongan persalinan oleh dukun di anggap murah dan dukun tetap memberikan
pendampingan pada ibu setelah melahirkan, seperti merawat dan memandikan bayi. Untuk
mengatasi permasalahan persalinan oleh dukun, pemeritah membuat suatu terobosan dengan
melakukan kemitraan dukun dan bidan. Salah satu bentuk kemitraan tersebut adalah dengan
melakukan pembinaan dukun.

Pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang masyarakat pemerintah
dalam rangka meningkatkan ketrampilan dan mempersempit kewenangan sesuai dengan fungsi dan
tugasnya.

Pembinaan dukun adalah suatu pelatihan yang di berikan kepada dukun bayi oleh tenaga
kesehatan yang menitik beratkan pada peningkatan pengetahuan dukun yang bersangkutan,
terutama dalam hal hygiene sanitasi, yaitu mengenai kebersihan alat-alatpersalinan dan perawatan
bayi baru lahir, serta pengetahuan tentang perawatan kehamilan, deteksi dini terhadap resiko tinggi
pada ibu dan bayi, KB, gizi serta pencatatan kelahiran dan kematian. Pembinaan dukun merupakan
salah satu upaya menjalin kemitraan antara tenaga kesehatan (bidan) dan dukun dengan tujuan
menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan
dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat untuk
berkerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan.
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat
departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai latihan untuk kader yang dimaksudkan untuk
meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka kematian ibu dan anak. Kader kesehatan
masyarakat bertanggung jawab atas masyarakat setempat serta pimpinan yang ditujuk oleh pusat-
pusat pelayanan kesehatan .
Para kader kesehatan masyarakat untuk mungkin saja berkerja secara fullteng atau partime
dalam bidang pelayanan kesehatan dan mereka tidak dibayar dengan uang atau bentuk lainnya oleh
masyarakat setempat atau oleh puskesmas. Namun ada juga kader kesehatan yang disediakan
sebuah rumah atau sebuah kamar serta beberapa peralatan secukupnya oleh masyarakat setempat.

1.1.PEMBINAAN KADER DI KOMUNITAS

1.1.1.Pengertian Kader

Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih
untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat untuk berkerja
dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan.

Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat
departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai latihan untuk kader yang dimaksudkan untuk
meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka kematian ibu dan anak. Para kader kesehatan
masyarakat itu seyogyanya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup sehingga memungkinkan
mereka untuk membaca, menulis dan menghitung secara sedarhana.
Kader kesehatan masyarakat bertanggung jawab atas masyarakat setempat serta pimpinan yang
ditujuk oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan. Diharapkan mereka dapat melaksanakan petunjuk
yang diberikan oleh para pembimbing dalam jalinan kerja dari sebuah tim kesehatan.

Para kader kesehatan masyarakat untuk mungkin saja berkerja secara fullteng atau partime
dalam bidang pelayanan kesehatan dan mereka tidak dibayar dengan uang atau bentuk lainnya oleh
masyarakat setempat atau oleh puskesmas. Namun ada juga kader kesehatan yang disediakan
sebuah rumah atau sebuah kamar serta beberapa peralatan secukupnya oleh masyarakat setempat.

1.1.2.Peran Fungsi Kader

Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan masyarakat:

a. perilaku hidup bersih dan sehat

b. pengamatan terhadap masalah kesehatan didesa

c. upaya penyehatan dilingkungan

d. peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita

e. bermasyarakatan keluarga sadar gizi

Kader di tunjukan oleh masyarakat dan biasanya kader melaksanakan tugas-tugas kader
kesehatan masyarakat yang secara umum hampir sama tugasnya dibeberapa Negara yaitu:

1.Pertolongan pertama pada kecelakaan dan penanganan penyakit yang ringan

2.Melaksanakan pengobatan yang sederhana

3.Pemberian motivasi dan saran-saran pada ibu-ibu sebelum dan sesudah melahirkan

4.Menolong persalinan

5.Pemberian motivasi dan saran-saran tentang perawatan anak

6.Memberikan motivasi dan peragaan tentang gizi

7.Program penimbangan balita dan pemberian makanan tambahan

8.Pemberian motivasi tentang imunisasi dan bantuan pengobatan

9.Melakukan penyuntikan imunisasi

10.Pemberian motivasi KB

11.Membagikan alat-alat KB

12.Pemberian motivasi tentang sanitasi lingkungan,kesehatan perorangan dan kebiasaan sehat


secara umum.
13.Pemberian motivasi tentang penyakit menular,pencegahan dan perujukan.

14.Pemberian motivasi tentangperlunya fall up pada penyakit menular dan perlunya memastikan
diagnosis.

15.Penenganan penyakit menular.

16.Membantu kegiatan di klinik.

17.Merujuk penderita kepuskesmas atau ke RS

18.Membina kegiatan UKS secara teratur

19.Mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh puskesmas membantu pencatatan dan pelaporan.

1.1.3.Pembentukan Kader

Mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini disebabkan karena kader
yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan pelatihan kader. Pelatihan kader ini diberikan
kepada para calon kader didesa yang telah ditetapkan.Sebelumnya telahdilaksanakan kegiatan
persiapan tingkat desa berupa pertemuan desa, pengamatan dan adanya keputusan bersama untuk
terlaksanakan acara tersebut. Calon kader berdasarkan kemampuan dan kemauan berjumlah 4-5
orang untuk tiap posyandu. Persiapan dari pelatihan kader ini adalah:

1. calon kader yang kan dilatih

2. waktu pelatihan sesuai kesepakatan bersama

3. tempat pelatihan yang bersih, terang, segar dan cukup luas

4. adanya perlengkapan yang memadai

5. pendanaan yang cukup

6. adanya tempat praktik ( lahan praktik bagi kader )

Tim pelatihan kader melibatkan dari beberapa sector. Camat otomatis bertanggung jawab
terhadap pelatihan ini, namun secara teknis oleh kepala puskesmas. Pelaksanaan harian pelatihan ini
adalah staf puskesmas yang mampu melaksanakan. Adapun pelatihannya adalah tanaga kesehatan,
petugas KB (PLKB), pertanian, agama, pkk, dan sector lain.

Waktu pelatihan ini membutuhkan 32 jam atau disesuaikan. Metode yang digunakan adalah
ceramah, diskusi, simulasi, demonstrasi, pemainan peran, penugasan, dan praktik lapangan. Jenis
materi yang disampaikan adalah:

1. pengantar tentang posyandu

2. persiapan posyandu
3. kesehatan ibu dan anak

4. keluarga berencana

5. imunisasi

6. gizi

7. penangulangan diare

8. pencatatan dan pelaporan

1.1.4.Strategi menjaga Eksistensi Kader

Setelah kader posyandu terbentuk, maka perlu ada nya strategi agar mereka dapat selalu eksis
membantu masyarakat dibidang kesehatan.

1.refresing kader posyandu pada saat posyandu telah selesai dilaksanakan oleh bidan desa maupun
petugas lintas sector yang mengikuti kegiatan posyandu

2.adanya perubahan kader posyandu tiap desa dan dilaksanakan pertemuan rutin tiap bulan secara
bergilir disetiap posyandu

3.revitalisasi kader posyandu baik tingkat desa maupun kecamatan. Dimana semua kader di undang
dan diberikan penyegaran materi serta hiburan dan bisa juga diberikan rewards.

4.Pemberian rewards rutin misalnya berupa kartu berobat gratis kepuskes untuk kader dan
keluarganya dan juga dalam bentuk materi yang lain yang diberikan setiap tahun

Para kader kesehatan yang bekerja dipedesaan membutuhkan pembinaan atau pelatihan dalam
rangka menghadapi tugas-tugas mereka, masalah yang dihadapinya.

Pembinaan atau pelatihan tersebut dapat berlangsung selama 6-8 minggu atau bahkan lebih
lama lagi. Salah satu tugas bidan dalam upaya menggerakkan peran serta masyarakat adalah
melaksanakan pembinaan kader.

Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam pembinaan kader adalah :

1.Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan ( promosi bidan siaga)

2.Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukannya.

3.Penyuluhan gzi dan keluarga berencana

4.Pencatatan kelahiran dan kematian bayi atau ibu

5.Promosi tabulin, donor darah berjalan,ambulan desa,suami siaga,satgas gerakan sayang ibu.
1.2.PEMBINAAN DUKUN BAYI DI KOMUNITAS

1.2.1.Pengertian Dukun Bayi

Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat untuk
menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat.(Dep Kes RI. 1994 :
2)
Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita yang
mendapat kepercayaan serta memiliki ketrampilan menolong persalinan secara tradisional dan
memperoleh ketrampilan tersebut dengan cara turun temurun belajar secara praktis atau cara lain
yang menjurus kearah penigkatan ketrampilan tersebut serta melalui petugas kesehatan.

Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita yang
mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional dan
memperoleh keterampilan tersebut dengan cara turun-temurun belajar secara praktis atau cara lain
yang menjurus kearah peningkatan keterampilan tersebut serta melalui petugas kesehatan. Dukun
bayi adalah seorang wanita atau pria yang menolong persalinan. Kemampuan ini diperoleh secara
turun menurun dari ibu kepada anak atau dari keluarga dekat lainnya (Kusnada Adimihardja)

Dukun mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

 Pada umumnya adalah seorang anggota masyarakat yang cukup dikenal di desa.

 Pendidikan tidak melebihi pendidikan orang biasa, umumnya buta huruf

 Pekerjaan sebagai dukun umumnya bukan untuk tujuan mencari uang tetapi karena ‘panggilan’ atau
melalui mimpi-mimpi, dengan tujuan untuk menolong sesama

 Disamping menjadi dukun, mereka mempunyai pekerjaan lainnya yang tetap. Misalnya petani, atau
buruh kecil sehingga dapat dikatakan bahwa pekerjaan dukun hanyalah pekerjaan sambilan.

 Ongkos yang harus dibayar tidak ditentukan, tetapi menurut kemampuan dari masing-masing orang
yang ditolong sehingga besar kecil uang yang diterima tidak sama setiap waktunya.

 Umumnya dihormati dalam masyarakat atau umumnya merupakan tokoh yang berpengaruh,
misalnya kedudukan dukun bayi dalam masyarakat .

Menurut Sarwono Prawiroharjo (1999) ciri dukun bayi adalah :

 Dukun bayi biasanya seorang wanita, hanya dibali terdapat dukun bayi pria.

 Dukun bayi umumnya berumur 40 tahun keatas.

 Dukun bayi biasanya orang yang berpengaruh dalam masyarakat.

 Dukun bayi biasanya mempunyai banyak pengalaman dibidang sosial, perawatan diri sendiri,
ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.

 Dukun bayi biasanya bersifat turun menurun.

Pembagian Dukun Bayi, Menurut Depkes RI, dukun bayi dibagi menjadi 2 yaitu :

 Dukun Bayi Terlatih, adalah dukun bayi yang telah mendapatkan pelatihan oleh tenaga kesehatan
yang dinyatakan lulus.
 Dukun Bayi Tidak Terlatih, adalah dukun bayi yang belum pernah terlatih oleh tenaga kesehatan
atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.

Kesalahan yang sering dilakukan oleh dukun sehingga dapat mengakibatkan kematian ibu dan
bayi, antara lain :

1.Terjadinya robekan rahim karena tindakan mendorong bayi didalam rahim dari luar sewaktu
melakukan pertolongan pada ibu bersalin

2.Terjadinya perdarahan pasca bersalin yang disebabkan oleh tindakan mengurut-ngurut rahim pada
waktu kala III.

3.Terjadinya partus tidak maju, karena tidak mengenal tanda kelainan partus dan tidak mau merujuk
ke puskesmas atau RS. Untuk mencegah kesalahan tindakan dukun tersebut di perlukan suatu
bimbingan bagi dukun.

1.2.2.Peran Dukun Bayi

1.Memberitahu ibu hamil untuk bersalin di tenaga kesehatan. Pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan adalah persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan diantaranya bersalin
dengan bidan karena bidan :

a.Bisa menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai dan dapat memberikan pelayanan dan
pemantauan yang memadai dengan memperhatikan kebutuhan ibu selama
proses persalinan berlangsung.

b.Dapat melakukan pertolongan persalinan yang aman.

c.Bidan melakukan pengeluaran plasenta dengan peregangan tali pusat dengan benar

d.Bidan mengenali secara tepat tanda – tanda gawat janin dan tanda bahaya
dalampersalinan sehingga dapat melakukan rujukan secara tepat.

2.Mengenali tanda bahaya pada kehamilan persalinan nifas dan rujukannya

3.Pengenalan dini tetanus neonatorum BBL dan rujukanya

Kelebihan Dan Kekurangan Bersalin Pada Dukun

Peran dukun sangat sulit ditiadakan karena masih mendapat kepercayaan masyarakat.
Terdapat kelebihan dan kekurangan persalinan yang ditolong oleh dukun antara lain :

a.Kelebihan
1) Dukun merawat ibu dan bayinya sampai tali pusatnya putus.

2) Kontak ibu dan bayi lebih awal dan lama

3) Persalinan dilakukan di rumah

4) Biaya murah dan tidak ditentukan.

b.Kekurangan

1) Dukun belum mengerti teknik septic dan anti septic dalam menolong persalinan.

2) Dukun tidak mengenal keadaan patologis dan kehamilan, persainan, nifas dan bayi baru lahir.

3) Pengetahuan dukun rendah sehingga sukar ditatar dan di ikutsertakan dalam program pemerintah.
(Pedoman Supervise Dukun Bayi, 1992)

1.2.3.Tujuan pembinaan dukun bayi

Dukun bayi merupakan tokoh kunci dalam masyarakat yang berpotensi untuk meningkatkan
kesehatan ibu dan bayi. Peran dan pengaruh dukun sangat bervariasi sesuai dengan budaya yang
berlaku. Peran dukun dalam masa perinatal sangat kecil atau dukun memiliki wewenang yang
terbatas dalam pengambilan keputusan tentang cara penatalaksanaan
komplikasi kehamilan atau persalinan, sehinngga angka kematian masih tinggi.

Untuk mengatasi hal tersebut di atas, yaitu untuk meningkatkan status dukun dalam
pengambilan keputusan, maka di lakukan upaya pelatihan dukun bayi agar mereka memiliki
pengetahuan dan ide baru yang dapat di sampaikan dan di terima oleh anggota masyarakat.

Beberapa program pelatihan dukun bayi memperbesar peran dukun bayi dalam
program KB dan pendidikan kesehatan di berbagai aspek kesehatan reproduksi dan kesehatan anak.
Pokok dari pelatihan dukun adalah untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan yang sebenarnya sudah di
lakukan oleh dukun, seperti memberikan saran tentangkehamilan, melakukan persalinan bersih dan
aman, serta mengatasi masalah yang mungkin muncul pada saat persalinan, sehingga angka
kematian ibu dan bayi dapat di kurangi atau di cegah sedini mungkin.

1.2.4.Langkah pembinaan dukun bayi

Pembinaan dukun dilakukan dengan memperhatikan kondisi, adat, dan peraturan dari masing-
masing daerah atau dukun berasal ,karena tidak mudah mengajak seseorang dukun untuk mengikuti
pembinaan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan bidan dalam pembinaan dukun adalah sebagai
berikut:

a. Fase I: pendaftaran Dukun


1) Semua dukun yang berpraktek didaftar dan diberikan tanda terdaftar
2) Dilakukan assesment mengenai pengetahuan/ ketrampilan dan sikap mereka
dalam penanganan kehamilan dan persalinan

b. Fase II : Pelatihan
1) Dilakukan pelatihan sesuai dengan hasil assesment
2) Diberikan sertifikat
3) Diberikan penataan kembali tugas dan wewenang bidan dalam pelayanan kesehatan ibu
4) Yang tidak dapat sertifikat tidak diperkenankan praktek
c. Fase III : Pelatihan oleh tenaga terlatih
1) Persalinan hanya boleh dilakukan oleh tenaga trelatih
2) Pendidikan bidan desa diprioritaskan pada anak dan keluarga dukun

1.2.5.Upaya pembinaan dukun bayi

Dalam praktiknya, melakukan pembinaan dukun di masyarakat tidaklah mudah. Masyarakat


masih menganggap dukun sebagai tokoh masyarakat yang patut dihormati, memiliki peran penting
bagi ibu-ibu di desa. Oleh karena itu, di butuhkan upaya agar bidandapat melakukan pembinaan
dukun. Beberapa upaya yang dapat dilakukan bidan di antaranya adalah sebagai berikut:

1.Melakukan pendekatan dengan para tokoh masyarakat setempat.

2.Melakukan pendekatan dengan para dukun.

3.Memberikan pengertian kepada para dukun tentang pentingnya persalinan yang bersih dan aman.

4.Memberi pengetahuan kepada dukun tentang komplikasi-komplikasi kehamilan dan bahaya


proses persalinan.

5.Membina kemitraan dengan dukun dengan memegang asas saling menguntungkan.

6.Menganjurkan dan mengajak dukun merujuk kasus-kasus resiko tinggi kehamilan kepada tenaga
kesehatan.

Pelaksana supervisi / bimbingan / pembinaan

 Dokter

 Bidan

 Perawat kesehatan

 Petugas imunisasi

 Petugas gizi
Tempat pelasanaan pembinaan dukun bayi

 Posyandu pada hari buka oleh petugas / pembina posyandu

 Perkumpulan dukun bayi dilaksankan di puskesmas.

Waktu pelaksanaan pembinaan dukun bayi

 Saat kunjungan supervisi petugas puskesmas di posyandu di desa tempat tinggal dukun.

 Pertemuan rutin yang telah disepakat

 Waktu-waktu lain saat petugas bertemu dengan dukun bayi

 Saat mendampingi dukun bayi waktu menolong persalinan

1.2.6.Klasifikasi pembinaan dukun bayi

Berikut adalah klasifikasi materi yang di berikan untuk melakukan pembinaan dukun:

1.Promosi Bidan Siaga

Salah satu cara untuk melakukan promosi bidan siaga, yaitu dengan melakukan pendekatan
dengan dukun bayi yang ada di desa untuk bekerja sama dalam pertolonganpersalinan. Bidan dapat
memberikan imbalan jasa yang sasuai apabila dukun menyerahkan ibu hamil untuk bersalin ke
tempat bidan. Dukun bayi dapat di libatkan dalam perawatan bayi baru lahir. Apabila cara tersebut
dapat di lakukan dengan baik, maka dengan kesadaran, dukun akan memberitaukan ibu hamil untuk
melakukan persalinan di tenaga kesehatan (bidan). Ibu dan bayi selamat, derajat kesehatan ibu dan
bayi di wilayah tersebut semakin meningkat.

2.Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Rujukan

Dukun perlu mendapatkan peningkatan pengetahuan tentang perawatan pada ibu hamil,
sehingga materi tentang pengenalan terhadap ibu hamil yang beresiko tinggi, tanda
bahaya kehamilan, persalinan, nifas, dan rujukan merupakan materi yang harus di berikan, agar
dukun bayi dapat melakukan deteksi dini kegawatan atau tanda bahaya pada ibu hamil,
bersalin, nifas dan segera mendapatkan rujukan cepat dan tepat.

Berikut ini adalah materi-materi dalam pelaksanaan pembinaan dukun:

a.Pengenalan golongan resiko tinggi

b.Pengenalan tanda-tanda bahaya pada kehamilan

c.Pengenalan tanda-tanda bahaya pada persalinan


d.Pengenalan tanda-tanda kelainan pada nifas

3.Pengenalan Dini Tetanus Neonatorum, BBLR, dan Rujukan

Tetanus neonatorum

Tanda-tanda Tetanus Neonatorum :

1.Bayi baru lahir yang semula bisa menetek dengan baik tiba-tiba tidak bisa menetek.

2.Mulut mencucu seperti mulut ikan.

3.Kejang terutama bila terkena rangsang cahaya, suara dan sentuhan.

4.Kadang-kadang disertai sesak nafas dan wajah bayi membiru.

Penyebab terjadinya Tetanus Neonatorum :

1.Pemotongan tali pusat pada waktu pemotongan tidak bersih.

2.Perawatan tali pusat setelah lahir sampai saat puput tidak bersih atau diberi bermacam-macam
ramuan.

4.Penyuluhan Gizi dan KB

a. Gizi pada ibu hamil.

 Ibu hamil makan makanan yang bergizi yang mengandung empat sehat lima sempurna.

 Makan satu piring lebih banyak dari sebelum hamil.

 Untuk menambah tenaga, makan makanan selingan pagi dan sore hari seperti kolak, kacang hijau,
kue-kue dan lain-lain.

 Tidak ada pantangan makan selama hamil.

 Minum 1 tablet tambah darah selama hamil dan nifas.

b.Gizi pada bayi

5.Pencatatan kelahiran dan kematian

Dukun bayi melakukan pencatatan dan pelaporan dari persalinan yang ditolongnya kepada
Puskesmas atau Desa dan Kelurahan.

Hambatan Dan Solusi Dalam Pembinaan Dukun


Hambatan – hambatan yang sering di jumpai dalam melakukan pembinaan dukun di
masyarakat di antaranya adalah sebagai berikut :

a.Sikap dukun yang kurang kooperatif

b.Kultur yang kuat

c.Sosial ekonomi

d.Tingkat pendidikan

Daftar Pustaka
Bari saifudin, abdul. 2002. buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta
: yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Prof. Dr. Azwar, Azrul. MPH. 2002. asuhan persalinan normal. Jakarta : tim revisi edisi 2007.

Anda mungkin juga menyukai