Anda di halaman 1dari 10

Refleksi

Gelombang Pada Pemecah…( I Ketut Dharma Setiawan dan Juventus W. R. Ginting)

REFLEKSI GELOMBANG PADA PEMECAH GELOMBANG TENGGELAM BLOK


BETON BERKAIT

WAVE REFLECTION ON INTERLOCKING CONCRETE BLOCK SUBMERGED
BREAKWATER
I Ketut Dharma Setiawan1) Juventus W.R. Ginting1)
1)Balai Litbang Pantai, Puslitbang SDA

E‐Mail: ketut.darma@yahoo.com


ABSTRAK
Dewasa ini banyak dilakukan penelitian breakwater dari material beton,karena keterbatasan armor dari
batu alam yang mempunyai berat yang sangat besar sebagai lapis lindung.Salah satu alternatif yang dapat
digunakan adalah struktur pemecah gelombang ambang rendah blok beton berkait. Untuk menghindari
berat blok beton yang sangat tinggi, maka dilakukan penguncian antara sesama blok beton sehingga
didapat berat unit blok beton yang lebih ringan tetapi lebih stabil dalam menerima gempuran gelombang.
Lokasi penelitian model fisik breakwater tenggelam blok beton berkait dilakukan pada saluran 2 Dimensi
Laboratorium Balai Pantai, Pusat Litbang Sumber Daya Air. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini
adalah Saluran Flume 2 Dimensi, mesin pembangkit gelombang reguler, wave dumper, wave probe,
komputer kendali dan model blok beton berkait. Hasil penelitian menunjukkan peredaman energi
gelombang dipengaruhi oleh dimensi breakwater blok beton berkait yang dicirikan oleh kedalaman air di
atas puncak bangunan dan lebar puncak bangunan. Unjuk kerja Breakwater blok beton berkait cukup
berdaya guna sebagai bangunan pelindung pantai bawah air ditinjau dari refleksi dengan koefisien refleksi
34,7% pada saat (h‐d)/h = 0 dan lebar puncak B = 2.0
Kata Kunci: Model fisik, pemecah gelombang tenggelam, koefisien refleksi

ABSTRACT
When a large dimension of rock needed for an armored layer of breakwater, the scarcity of it became a major
adversity, because of that many research subject of using concrete as a substitute for rock performed. One of
the research are the usage of concrete block for submerged breakwater as a method for avoiding a very large
concrete block, but still able to withstood wave forces. The key is in the interlocking of each concrete block so
it could achieve the desired result with a lesser dimension concrete block.
The research was performed in Laboratory of Coastal Experimental Station, Water Resource Research
Center, using a 2D channel. The facility used were flume channel, regular wave generator machine, wave
dumper, wave probe, and computer for processing data.
The experiment indicate that the wave energy attenuation depends on the dimension of interlocking concrete
block type submerged breakwater. The dimension represented in the form of relation of the distance of water
level to structure’s crest and the crest’s width. The breakwater performance of the concrete block is quite
useful as an underwater coastal protection building viewed from reflection with a reflection coefficient of
34.7% at (h‐d) / h = 0 and the peak width of B = 2.0
Keywords: Physical model, submerged breakwater, reflection coefficient

  33 

 
Jurnal Teknik Hidraulik Vol.9 No.1, Juni 2018: 33 ‐ 42

PENDAHULUAN mengurangi energi gelombang di sisi darat


struktur (Ranasinghe & Turnrer, 2006)
Kerusakan pantai dalam bentuk erosi pantai
merupakan masalah yang umum dialami oleh Pengurangan energi gelombang yang
banyak negara di dunia saat ini, dan telah banyak menghantam pantai dapat dilakukan dengan
menelan kerugian material dan korban membuat bangunan pemecah gelombang sejajar
jiwa.Kerusakan pantai ini kadang diakibatkan pantai (offshore breakwater).Dengan adanya
oleh aktifitas manusia itu sendiri seperti bangunan pemecah gelombang, gelombang yang
penebangan hutan bakau, pengambilan karang datang menghantam pantai sudah pecah pada
pantai, pembangunan pelabuhan atau bangunan suatu tempat yang agak jauh dari pantai sehingga
pantai lainnya, perluasan areal tambak ke arah energi gelombang yang sampai di pantai cukup
laut tanpa memperhatikan wilayah sempadan kecil.
pantai dan sebagainya. Banyak teknologi yang Beberapa tahun ini penelitian untuk tipe
sudah dikembangkan oleh para ahli saat ini breakwater tenggelam lebih banyak dilakukan
seperti bangunan revetment, groin, breakwater karena adanya kecenderungan peredaman
lepas pantai (detached breakwater), namun gelombang oleh sekelompok batu karang yang
belum dirasakan memuaskan khususnya dari segi hidup di perairan dangkal. (Dharma,
estetika dan dipandang dari segi kepariwisataan, 1994)melakukan penelitian unjuk kerja terumbu
yang menggangap bangunan‐bangunan tersebut buatan (artificial reef) sebagai peredam energi
kurang ramah lingkungan karena, menghilangkan gelombang dengan menggunakan material batu
kesan alamiah pantai tersebut (Kinong 2006) pecah dan (Abrori, Armono, & Zikra,
Dampak dari erosi pantai ini dapat merusak 2009)meneliti terumbu buatan bentuk kubah
kawasan pemukiman dan prasarana kota yang berlubang “HSAR” (Hemisphericalsubmerged
berupa mundurnya garis pantai (Triatmodjo, artificial reef) dan menyatakan bahwa dalam
Teknik Pantai, 1999)Secara alami, pantai jumlah yang besar HSAR dapat efektif mereduksi
berfungsi sebagai pertahanan alami terhadap energi gelombang. Keberhasilan penerapan
gempuran gelombang. Akumulasi sedimen di teknologi terumbu buatan ditentukan oleh
pantai menyerap dan memantulkan energi yang beberapa faktor diantaranya kesesuaian
terutama berasal dari gelombang.Apabila seluruh parameter lingkungan, jenis dan bentuk material,
energi gelombang terserap maka pantai dalam serta kekuatan struktur. Terumbu buatan bentuk
kondisi seimbang.Sebaliknya, pantai dalam kubah berlubang mempunyai kemampuan dapat
kondisi tidak seimbang, apabila muncul proses menghasilkan pusaran‐pusaran dan turbulensi
erosi dan akresi pantai yang selanjutnya yang menguntungkan dan menyediakan tempat
menyebabkan kerusakan garis pantai. perlindungan bagi ikan.
Besarnya gelombang yang dapat merusak Oleh karena keterbatasan armor dari batu
daerah pantai adalah bersumber dari gelombang alam yang mempunyai berat yang sangat besar
perairan laut dalam dan tergantung pada tinggi sebagai lapis lindung breakwater, dewasa ini
gelombang. Rambatan gelombang yang menuju banyak dilakukan penelitian breakwater dari
pantai dari laut dalam akan mengalami material beton. Salah satu alternatifnya adalah
perubahan bentuk struktur gelombang, akibatnya struktur pemecah gelombang tenggelam tipe blok
akan terbentuk tinggi gelombang yang besar dan beton berkait. Untuk menghindari berat blok
akhirnya menjadi pecah. Apabila gelombang beton yang sangat besar, maka dilakukan
pecah tersebut dekat dengan pantai maka pantai penguncian (interlocking) antara sesama blok
yang tidak mempunyai perlindungan alami/ beton sehingga didapat berat unit blok beton
buatan akan dengan mudah rusak(Triatmodjo, yang lebih ringan dan kuncian blok beton yang
1999). dapat menyebabkan blok beton tersebut stabil
dalam menerima gempuran gelombang.
Sebelum memulai memilih konstruksi Penggunaan material beton sangat ramah
bangunan pantai, adalah penting untuk lingkungan karena dengan permukaan beton
mengidentifikasi dan memahami penyebab yang kasar maka biota laut seperti terumbu
kerusakan daerah pantai baik akibat jangka karang akan cepat hidup sehingga perlindungan
pendek maupun jangka panjang. Salah satu pemecah gelombang kedepannya akan menjadi
metode penanggulangan erosi pantai akibat obyek wisata tambahan.
gelombang adalah penggunaan struktur
pelindung pantai dimana struktur tersebut Modifikasi dalam hal bentuk material blok
berfungsi sebagai peredam energi gelombang dan beton berkait dilakukan dalam penelitian ini
untuk kemudahan dalam hal pelaksanaan
sehingga bisa mendapatkan struktur pemecah
34
 
Refleksi Gelombang Pada Pemecah…( I Ketut Dharma Setiawan dan Juventus W. R. Ginting)

gelombang tenggelam yang handal, lebih cepat yang tersedia di dekat dengan lokasi, dan
dan mudah dari segi pelaksanaan konstruksi peralatan untuk konstruksi. Menurut fitur
akan tetapi dengan perubahan bentuk belum strukturalnya, pemecah gelombang dapat
diketahui parameter yang berpengaruh dan nilai dikelompokkan menjadi empat yaitu; (Takahashi,
koefisien refleksi dari model yang dimodifikasi 2002)
ini. 1 Pemecah jenis miring (gundukan)
KAJIAN PUSTAKA 2 Pemecah gelombang vertikal
Bangunan Pemecah Gelombang 3 Pemecah tipe komposit
Pemecah gelombang (Breakwaters)adalah 4 Jenis pemecah gelombang khusus (non‐
struktur yang dibangun untuk melindungi gravitasi)
fasilitas di daerah pesisir. Untuk melindungi dari Pemecah jenis gundukan (mound type
kondisi iklim yang menantang, struktur ini breakwater) diidentifikasi oleh bahan bangunan
memainkan peran penting untuk melindungi yaitu batuan alami, blok beton, kombinasi batuan
pantai dari hantaman gelombang. Untuk menjaga dan balok beton, dan struktur beton seperti
keberdayaan, kelayakan dan memahami perilaku tetrapods, dolos dan lain‐lain. Klasifikasi
breakwater mereka saat berinteraksi dengan pemecah jenis vertikal dikelompokkan seperti
alam, maka breakwater harus diperiksa dalam dinding gravitasi blok beton, beton caissons dan
hal stabilitas dan kapasitas disipasi energi. dinding tiang pancang yang ditutup oleh lapisan
Menurut (CERC, 1984), pemecah gelombang tumpukan batu. Pemecah komposit adalah
dapat diklasifikasikan dari berbagai aspek antara kombinasi jenis pemecah gelombang tipe
lain : gundukan dan pemecah gelombang vertikal. Tipe
1 Dari aspek posisinya terhadap garis khusus pemecah gelombang terdiri dari tipe non‐
pantai, breakwaterdibedakan menjadi gravitasi. Pemecah jenis khusus khusus adalah
shore connectedbreakwateryang salah pemecah gelombang yang bersifat non gravitasi
satunya terhubung dengan garis pantai seperti seperti pemecah gelombang tiang
dan offshore breakwateryang tidak pancang, pemecah gelombang terapung, pemecah
terhubung dengan garis pantai. gelombang pneumatik.
2 Dari aspek posisinya terhadap Breakwater jika ditinjau dari aspek struktur
permukaan air laut (SWL) dibedakan maka dapat dibedakan menjadi dua macam
dalam breakwater tidak tenggelam pemecah gelombang yaitu :
(subaerial breakwater)yaitu breakwater 1 Pemecah gelombang type rubble mound.
yang puncaknya berada diatas Pemecah gelombang rubble mound adalah
permukaan airdan breakwater suatu bangunan bertujuan untuk mematahkan
tenggelam (submerged breakwater) yang energi gelombang yang terbuat dari tumpukan
permukaannya berada di bawah batu, dalam hal ini dapat berupa batu alam
permukaan air. ataupun batu buatan. Bangunan ini biasanya
3 Jika ditinjau dari konstruksinya maka dibuat untuk melindungi suatu daerah
dikenal berbagai tipe breakwaterantara tertentu misalnya pelabuhan atau daerah
lain rubble‐mound breakwater, artificial wisata bahari (beach resort), disamping itu,
armor breakwater, stone asphalt bangunan ini juga dapat berfungsi untuk
breakwater, cellular‐steel sheet‐file menstabilkan muara sungai (jetty). Terdapat
breakwater, concrete‐caisson breakwater dua tipe pemecah gelombang tumpukan batu
dan lain‐lain. yaitu: Overtopping breakwater dan Non
4 Dari aspek porositas tubuh breakwater, overtopping breakwater.
breakwaterdibedakan menjadi 2 Pemecah gelombang monolit
breakwater pejal (impermeable Pemecah gelombang monolit (monolithic
breakwater) dan breakwater porous breakwater) adalah pemecah gelombang yang
(permeable breakwater). terdiri dari satu kesatuan struktur, dalam hal
Pemilihan breakwater yang cocok adalah ini struktur tersebut dapat terdiri dari satu
salah satu aspek utama dalam menentukan disain kesatuan bahan yang masif (seperti
pelabuhan. Ada beberapa faktor yang konstruksi beton yang dicor di tempat) atau
mempengaruhi pilihan jenis breakwater seperti terdiri dari beberapa elemen yang
tinggi gelombang, periode gelombang, kedalaman dihubungkan sehingga membentuk satu
air, kondisi pondasi tanah dasar laut, material kesatuan.

  35 

 
Jurnal Teknik Hidraulik Vol.9 No.1, Juni 2018: 33 ‐ 42

Seperti pada pemecah gelombang tumpukan batu Dari pengelompokan parameter diatas ada 7
(rubble structure), pemecah gelombang monolit parameter dengan 2 parameter dasar sehingga
juga mempunyai keuntungan dan kekurangan. akan diperoleh (7‐2) bilangan tak dimensi. Dipilih
Keuntungan utama dari pemecah gelombang ini Hi dan g sebagai variabel berulang dengan
adalah dapat menghemat material dan pangkat yang tidak diketahui dan ditetapkan
pembangunannya dapat dilakukan dengan cepat, suku π sebagai berikut :
sedangkan kekurangannya adalah apabila beban π1 = Hia1 gb1 Hr
rencana dilampaui dapat terjadi kerusakan fatal.
π2 = Hia2 gb2 d
Disamping itu karena biasanya pemecah
gelombang monolit berdinding tegak, sehingga π3 = Hia3 gb3 h
energi gelombang yang datang tidak dapat π4 = Hia4 gb4 T
terserap/terpatahkan dan dipantulkan kembali, π5 = Hia5 gb5 B
dan hal ini dapat membahayakan tempat lain.
(Yuwono, 1992) Pemodelan Fisik
Model fisik adalah model skala yang
Refleksi Gelombang
direproduksi dari suatu struktur yang akan
Gelombang air dapat mengalami refleksi total
dirancang yang dapat membantu para engineers
maupun parsial baik oleh penghalang alami
mengemukakan gagasan tentang suatu sistem
maupun buatan manusia. Refleksi pada
fisik. Dalam teknik pantai, pemodelan fenomena
gelombang laut sama halnya yang terjadi pada
hidrolik dalam kenyataan agak sulit dilakukan.
refleksi cahaya pada cermin datar, dimana sudut
Diversifikasi jumlah kondisi lingkungan harus
datang sama dengan sudut pantul gelombang.
direplikasi dan diuji dalam model. Namun, bisa
Parameter refleksi gelombang oleh bangunan ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari
biasanya dinyatakan dalam bentuk koefisien proses ini.
refleksi Kr yang didefinisikan sebagai
Seperti yang dikatakan(Dalrymple, 1985),
perbandingan antara akar dari energi gelombang
pengunaan model fisik laboratorium lebih hemat
refleksi (Er) dan energi gelombang datang (Ei)
biaya dan praktis jika dibandingkan dengan
atau tinggi gelombang refleksi (Hr) dan tinggi
melakukan pengumpulan data di lapangan dan
gelombang datang (Hi).
dapat mengintegrasikan persamaan yang
diperlukan sehingga dapat dilakukan simplifikasi
=
dari suatu kondisi sehingga dapat menghindari
suatu asumsi yang salah. Selain Dalrymple,
Dimana : (Kamphuis 1991)menunjukkan fakta bahwa
Kr : Koefisien refleksi untuk mengamati eksperimen model fisik
memberikan wawasan kepada para engineers
Er : Energi gelombang refleksi untuk disain mereka. (Baguelin, Jezequel, Lemee,
Ei : Energi gelombang datang & Le, 1972)) merangkum keuntungan model fisik
Hr : Gelombang refleksi sebagai berikut (seperti dikutip (Hughes, 1993):
Hi : Gelombang datang Pemodelan fisik dapat dikatakan sebagai
Untuk mendapatkan hubungan antar percobaan yang dilakukan dengan membuat
parameter yang berpengaruh pada proses bentuk model yang sama dengan prototipenya
peredaman energi gelombang blok beton berkait, atau menggunakan model yang lebih kecil dengan
dipergunakan analisa dimensi dengan metode kesebangunan atau similaritas yang cukup
Buckingham. Faktor‐faktor yang diperkirakan memadai.Pemodelan fisik dilakukan apabila
berpengaruh terhadap transmisi gelombang fenomena dari permasalahan yang ada pada
antara lain : prototipe sulit untuk diperoleh karena berbagai
keterbatasan.Studi lapangan dapat menyediakan
Hr : refleksi gelombang data yang akurat, tetapi biasanya membutuhkan
h : kedalaman air biaya yang tinggi dan memuat variable alam yang
d : tinggi puncak bangunan dari dasar dapat menyebabkan kesulitan dalam interpretasi
data.Efek‐efek fisik antar elemen fluida
B : lebar puncak
merupakan hal yang sangat berpengaruh untuk
Hi : tinggi gelombang datang suatu penelitian mengenai karakter
g : gravitasi fluida.Dengan model fisik, hal tersebut dapat
T : periode gelombang divisualisasikan dan dapat dijamin
keakuratannya.Hasil visualisasi tersebut mungkin

36
 
Refleksi Gelombang Pada Pemecah…( I Ketut Dharma Setiawan dan Juventus W. R. Ginting)

merupakan hal yang tidak bisa dihasilkan secara Dengan :


teoritis atau dengan menggunakan perhitungan nL = skala panjang
komputer (Hughes, 1993).
nh = skala tinggi
Beberapa kekurangan pemodelan fisik :
Lp = ukuran panjang prototipe
1 Adanya efek skala; hal ini terjadi karena
model dibuat lebih kecil dari prototipenya. Lm = ukuran panjang model
Semua variable yang relevan tidak mungkin Hp = ukuran tinggi pada prototipe
dimodelkan dalam hubungan yang benar Hm = ukuran tinggi pada model
satu sama lain, dengan kata lain efek skala

menyederhanakan masalah melalui asumsi
pada pemodelan numeric. Sebangun kinematik
2 Efek Laboratorium; hal ini dapat Sebangun kinematik adalah kesebangunan
mempengaruhi proses simulasi secara yang memenuhi kriteria sebangun geometrik dan
keseluruhan bila tidak dilakukan pendekatan perbandingan kecepatan dan percepatan aliran di
yang sesuai dengan prototipenya. Efek dua titik pada model dan prototipe pada arah
laboratorium biasanya muncul karena yang sama adalah sama besar. Pada model tanpa
ketidakmampuan untuk menghasilkan distorsi, perbandingan kecepatan dan
kondisi pembebanan yang realistic karena percepatanpada semua arah arah adalah sama,
adanya pengaruh keterbatasan yang dimiliki sedangkan pada model dengan distorsi
model terhadap proses yang disimulasikan. perbandingan yang sama hanya pada arah
3 Fungsi gaya dan kondisi batas yang bekerja tertentu saja, yaitu pada arah vertikal atau
di alam tidak disertakan dalam pemodelan, horisontal. Oleh sebab itu pada permasalahan
sebagai contoh adalah gaya geser angin pada yang menyangkut tiga dimensi sebaiknya tidak
permukaan. menggunakan distorted model. Skala kecepatan
4 Biaya pelaksanaan pemodelan fisik lebih diberi notasi , skala percepatan dan skala
mahal dibandingkan pemodelan numerik. waktu didefinisikan sebagai berikut:
Konsep dasar pemodelan dengan bantuan
skala model adalah membentuk kembali masalah
atau fenomena yang ada di prototipe dalam skala
yang lebih kecil, sehingga fenomena yang terjadi METODOLOGI
di model akan sebangun (mirip) dengan yang ada
di prototipe. Fasilitas dan Alat Laboratorium
Lokasi penelitian model fisik breakwater
Sebangun Geometrik tenggelam blok beton berkait dilakukan pada
Sebangun geometrik adalah suatu saluran 2 Dimensi Laboratorium Balai Pantai,
kesebangunan dimana bentuk yang ada di model Pusat Litbang Sumber Daya Air yang berada di
sama dengan bentuk prototipe tetapi ukuran bisa Jln.Singaraja – Gilimanuk Km 122
berbeda. Perbandingan antara semua ukuran DesaMusi,Kecamatan Gerokgak, Kabupaten
panjang antara model dan prototipe adalah sama. Buleleng – Bali. Instrumen yang dipakai dalam
Ada dua macam kesebangunan geometrik, yaitu penelitian pemecah gelombang tenggelam blok
sebangun geometrik sempurna (tanpa distorsi) beton berkait ini adalah :
dan sebangun geometrik dengan distorsi
(distorted). Pada sebangun geometrik sempurna a. Saluran Flume 2 Dimensi
skala panjang arah horisontal (skala panjang) dan Saluran kaca memiliki panjang 40 m, lebar
skala panjang arah vertikal (skala tinggi) adalah 0,6 m dan tinggi 1,2 m. Dengan variasi
sama,sedangkan pada distorted model skala penempatan struktur pada saluran kaca,
panjang dan skala tinggi tidak sama. Jika area uji model yang bisa dimanfaatkan
memungkinkan sebaiknya skala dibuat tanpa sepanjang 34 m.
distorsi, namun jika terpaksa, maka skala dapat b. Mesin Pembangkit Gelombang
dibuat distorsi. Sebangun geometrik dapat Dengan spesifikasi mesin gelombang di
dinyatakan dalam bentuk : Balai Litbang Pantai sebagai berikut.(Balai
Pantai, 2015)
Tipe : piston
Penggerak : motor listrik 2,9 kW
1400 rpm

Jenis gelombang : regular
Tinggi gelombang
  37 

 
Jurnal Teknik Hidraulik Vol.9 No.1, Juni 2018: 33 ‐ 42

‐ operasi : 10 cm Skematisasi skenario model yang dilakukan


‐ maksimum : 25 cm pada kedalaman dalam eksperimen model fisik 2‐Dimensi di
air 50 cm dalam flume dapat dilihat pada tabel1berikut :
Periode : 1 – 2,6 detik Tabel 1 Skematisasi Skenario Model Fisik 2 dimensi 
Lebar blade : 0,6 m Skenario  Kedalaman  Tinggi  Lebar 
Tinggi blade : 1,2 m model  air (m)  freeboard  Puncak 
Material : baja (m)  (m) 
1,0 
1  0.40  0.20  1.5 
2.0 
1,0 
2  0.35  0.15  1.5 
2.0 
1,0 
3  0.30  0.10  1.5 
2.0 
Gambar 1Saluran Flume Balai Pantai dan wave 1,0 
generator
4  0.25  0.05  1.5 
c. wave probe sebanyak 3 buah 2.0 
Prinsip kerja alat ukur dari wave gauge 1,0 
adalah dengan melihat perbedaan voltase
listrik sepanjang batang alat ukur yang 5  0.20  0.00  1.5 
terendam air dan tidak terendam air. 2.0 
Perbedaan voltase kemudian dikonfersi
menjadi ketinggian air atau Hi.sehingga Pembuatan Model
sebelum dilakukan ujicoba harus Model breakwatertenggelam blok beton
dilakukan kalibrasi sebelum pengukuran. berkait dengan skala 1 : 10 ini dibuat dari
d. Wave Dumper yang dipasang dibelakang campuran semen dan pasir dengan gambar teknis
saluran Flume 2 Dimensi bertujuan untuk seperti berikut:
meminimalkan pantulan gelombang
e. komputer kendali
f. software HR Daq suite
g. kamera
h. Mistar
i. Stopwatch
Rancangan Penelitian Pemecah
gelombangTenggelam Blok Beton Berkait
Kajian refleksi gelombang dilakukan untuk
mengetahui karakter gelombang terhadap
interlocking submerged breakwater.Skematisasi
skenario model dilakukan dengan merubah
besaran tinggi free board terhadap breakwater
dan lebar puncak breakwater.Masalah dalam
kajian ini hanya meninjau refleksi gelombang
terhadap tinggi gelombang signifikan, korelasi
antara koefisien refleksi terhadap variasi
freeboarddan lebar puncak breakwater.
Gambar  2  Tampilan  Isometrik  model  breakwater 
Pengubah yang akan dicermati adalah tinggi
blok beton berkait
datang Hi, gelombang refleksiHr, kedalaman air h,
lebar puncak B, dan periode gelombang T.

38
 
Refleksi Gelombang Pada Pemecah…( I Ketut Dharma Setiawan dan Juventus W. R. Ginting)

Kalibrasi
Pelaksanaan kalibrasi wave probe dilakukan
sebelum pengujian utama dilaksanakan. Setelah
persiapan flume selesai dan wave probes
ditempatkan pada masing‐masing titik
pengukuran, kalibrasi dapat dimulai. Pekerjaan
kalibrasi wave probe membutuhkan teknisi
minimal sebanyak dua orang: satu teknisi
bertugas menaik‐turunkan elevasi probe,
sedangkan satu teknisi bertugas sebagai operator
software dan mengatur logger. Proses kalibrasi
wave probe untuk tujuh unit wave probe
menghabiskan waktu kurang lebih 30 menit.

Kalibrasi dari tinggi gelombang ke tegangan
Gambar 3 Sketsa penyusunan block beton  output dapat dilakukan dengan mengukur
perubahan tegangan output ketika elevasi probe
Pelaksanaan Pengujian dinaikkan atau diturunkan setinggi muka air
Prosedur penelitianrefleksi pemecah tenang acuan. Instrument wave probe yang
gelombang ambang rendah blok beton berkait, digunakan pada pengujian ini (HR Wallingford)
yaitu : dirancang mengakomodasi kebutuhan
pengkalibrasian: gagang probe dilengkapi dengan
a. Pemasangan 3 buah wave probe di saluran serangkaian lubang yang berjarak 2 cm satu
flume dengan yang lain untuk mempermudah proses
kalibrasi.
a) 1 wave probe di dekat blade wave
generator untuk mengetahui tinggi Kalibrasi wave probe HR Wallingford
gelombang datang menggunakan modul ‘calibration’ yang terdapat
di dalam software HR DAQ. HR DAQ akan
b) 1 wave probe di benda ujiuntuk
merekam input sinyal tegangan (voltage) pada
mengetahui tinggi gelombang refleksi
saat elevasi wave probe dinaikkan dan
c) 1 wave probe dibelakang benda ujiuntuk diturunkan, kemudian membandingkannya
mengetahui tinggi gelombang transmisi terhadap nilai model yang dimasukkan. Setelah
b. Gearbox wave generator berada pada posisi (minimal) tiga titik kalibrasi, HR DAQ akan
900 mengkalkulasi tingkat ketepatan (Goodness of
c. Dalam setiap perubahan skenario tinggi Fit) menggunakan Metode Kuadrat Terkecil. Raw
elevasi muka air maka akan dilakukan data kalibrasi dan faktor penskalaan kalibrasi
kalibrasi alat wave probe. disimpan ke sebuah file yang secara otomatis
dinamakan berdasarkan instrument, judul
project, dan waktu dan tanggal file tersebut
disimpan.
Kalibrasi alat wave prove dilakukan untuk
meninggkatkan ketelitian dari pembacaan tinggi
gelombang oleh sensor. Peninggkatan ketelitian
membandingkan antara data yang
itu dengan
dibaca oleh wave probe dengan perubahan tinggi
muka air yang dinaik turunkan sebesar 2 cm
apakah bener yang dibaca oleh wave probe
tersebut juga 2 cm. darii ketidak sesuain itu nanti
nya akan diperoleh nilai error antara data bacaan
wave probe dan naik turun muka air dan
diharapkan error R2 =0.999


Gambar 4 Posisi peletakan wave probe 1, 2 dan 3 

  39 

 
Jurnal Teknik Hidraulik Vol.9 No.1, Juni 2018: 33 ‐ 42

gelombang yang terjadi akan semakin tinggi


apabila periode gelombang semakin kecil begitu
juga dengan panjang gelombangnya sehingga
untuk gelombang dengan periode yang kecil
sepeti swell akan mengakibatkan Kr semakin
meningkat. Untuk pengaruh elevasi muka airnya
sendiri, nilai koefisien refleksi (Kr) akan semakin
besar dengan semakin kecilnya nilai elevasi muka
air, berdasarkan hubungan antara (h‐d)/h
semakin kecil nilai (h‐d)/d dimana ketinggian
Gambar 5 Tampilan jendela Instrument Calibration ‐  struktur akan mendekati kedalam dimana muka
HR DAQ pada kondisi awal kalibrasi  air akan sama dengan ketinggian struktur akan
sama dengan muka air (h‐d)/d = 0 maka nilai kr
akan semakin besar. Adapun besaran nilai
HASIL DAN PEMBAHASAN
refleksi pada grafik ini yakni elevasi muka air (h‐
Pengaruh Kecuraman Gelombang Terhadap d)/h = 0,5 berkisar 10,7% ‐ 17,6%, pada elevasi
Refleksi GelombangPada Lebar Puncak muka air (h‐d)/h = 0,43 berkisar 8,3% ‐ 14%,
Bangunan B = 1,0 pada elevasi muka air (h‐d)/h = 0,33 berkisar
Untuk menyajikan hubungan kecuraman 10,1% ‐ 14,9%, pada elevasi muka air (h‐d)/h =
gelombang pada lebar puncak bangunan B = 1,0 0,2 Berkisar 14% ‐ 24,5% sedangkan pada elevasi
dengan nilai koefisien refleksi (Kr) digunakan muka air (h‐d)/h = 0 berkisar 14,1% ‐ 22,9%.
parameter tak berdimensi atau kecuraman Dari hasil tersebut diatas dapat diketahui
bahwa refleksi yang efektif untuk bangunan
gelombang sebagai parameter yang
pemecah gelombang pada skenario (h‐d)/h = 0
merepresentasikan karateristik gelombang.
dimana ketingian muka air = ketinggian stuktur
Digunakan pula (h‐d)/h sebagai parameter
sehingga Kr diperoleh nilai tertinggi.
kedalaman air.
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh Pengaruh Kecuraman Gelombang Terhadap
Refleksi Gelombang Pada Lebar Puncak
nilai kecuraman gelombang dan koefisien
Bangunan B = 1,5
refleksi (Kr). Jika mengambil sebagai variabel Untuk menyajikan hubungan kecuraman
gelombang pada lebar puncak bangunan B = 1,5
sumbu X dan koefisien refleksi (Kr) sebagai
dengan nilai koefisien refleksi (Kr) digunakan
variabel sumbu Y untuk tiap nilai kedalaman
maka akan didapatkan grafik seperti Gambar 6. parameter tak berdimensi atau kecuraman
gelombangsebagai parameteryang
merepresentasikan karateristik gelombang.
Digunakan pula (h‐d)/h sebagai parameter
kedalaman air.
Berdasarkan hasil pengolahan datadiperoleh
nilai kecuraman gelombang dan koefisien
refleksi (Kr). Jika mengambil sebagai variabel
sumbu X dan koefisien refleksi (Kr) sebagai
variabel sumbu Y untuk tiap nilai kedalaman
maka akan didapatkan grafik seperti Gambar 7.
Gambar  6  Hubungan  Kecuraman  Gelombang  Dari Gambar 7dapat disimpulkan bahwa
trend yang dihasilkan oleh koefisien refleksi dari
terhadap  Koefisien  Refleksi  pada 
semua konfigurasi tersebut adalah naik, nilai
lebar puncak 1,0 
koefisien refleksi (Kr) akan semakin tinggi

dengan semakin meningkatnya kecuraman
Dari Gambar  6 dapat disimpulkan bahwa
trend yang dihasilkan oleh koefisien refleksi dari gelombang ( ). Untuk pengaruh elevasi muka
semua konfigurasi tersebut adalah naik, nilai airnya sendiri, nilai koefisien refleksi (Kr) akan
koefisien refleksi (Kr) akan semakin tinggi semakin besar dengan semakin kecilnya nilai
dengan semakin meningkatnya kecuraman elevasi muka air, adapun besaran nilai refleksi
gelombang ( ) Dengan kata lain refleksi pada grafik ini yakni elevasi muka air (h‐d)/h =

40
 
Refleksi Gelombang Pada Pemecah…( I Ketut Dharma Setiawan dan Juventus W. R. Ginting)

0,5 berkisar 7,2%‐14,5%, pada elevasi muka 9,5%‐13,9%, pada elevasi muka air (h‐d)/h =
air (h‐d)/h = 0,43 berkisar 9%‐20,7%, pada 0,43 berkisar 8,9%‐16,2%, pada elevasi muka air
elevasi muka air (h‐d)/h = 0,33 berkisar 14,6%‐ (h‐d)/h = 0,33 berkisar 12,5%‐21,2%, pada
21,9%, pada elevasi muka air (h‐d)/h = 0,2 elevasi muka air (h‐d)/h = 0,2 Berkisar 11,4‐%‐
Berkisar 10,3‐%‐24,2% sedangkan pada elevasi 31% sedangkan pada elevasi muka air (h‐d)/h =
muka air (h‐d)/h = 0 berkisar 11,5%‐27,5%. 0 berkisar 23,4%‐34,7%.
Dari hasil tersebut diatas dapat diketahui Dari hasil tersebut diatas dapat diketahui
bahwa refleksi yang efektif untuk bangunan bahwa refleksi yang efektif untuk bangunan
pemecah gelombang pada skenario (h‐d)/h = 0 pemecah gelombang pada skenario (h‐d)/h = 0


Gambar  8  Hubungan  Kecuraman  Gelombang 
Gambar  7  Hubungan  kecuraman  gelombang 
terhadap  Koefisien  Refleksi  pada 
terhadap  Koefisien  Refleksi  pada 
lebar puncak 2,0 
lebar puncak 1.5


Pengaruh Kecuraman Gelombang Terhadap Pengaruh Elevasi Muka Air Pada Nilai
Refleksi Gelombang Pada Lebar Puncak Koefisien Refleksi
Bangunan B = 2,0 Untuk menyajikan hubungan elevasi muka
Untuk menyajikan hubungan kecuraman air dengan nilai koefisien refleksi (Kr) digunakan
gelombang pada lebar puncak bangunan B = 2,0 parameter tak berdimensi (h‐d)/h atau tinggi
dengan nilai koefisien refleksi (Kr) digunakan freeboard sebagai parameter yang
parameter tak berdimensi atau kecuraman merepresentasikan karateristik
gelombang.Digunakan pula B sebagai parameter
gelombang sebagai parameter yang lebar puncak bangunan.
merepresentasikan karateristik gelombang.
Digunakan pula (h‐d)/h sebagai parameter Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh
kedalaman air. nilai elevasi muka air (h‐d)/h dan koefisien
refleksi (Kr). Jika mengambil (h‐d)/h sebagai
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh variabel sumbu X dan koefisien refleksi (Kr)
nilai kecuraman gelombang dan koefisien sebagai variabel sumbu Y untuk tiap nilai
refleksi (Kr). Jika mengambil sebagai variabel kedalaman maka akan didapatkan grafik seperti
Gambar 9.
sumbu X dan koefisien refleksi (Kr) sebagai
variabel sumbu Y untuk tiap nilai kedalaman
maka akan didapatkan grafik seperti Gambar 8.
Dari Gambar 8 dapat disimpulkan bahwa trend
yang dihasilkan oleh koefisien refleksi dari semua
konfigurasi tersebut adalah naik, nilai koefisien
refleksi (Kr) akan semakin tinggi dengan semakin
meningkatnya kecuraman gelombang ( ).
Untuk pengaruh elevasi muka airnya sendiri, nilai
koefisien refleksi (Kr) akan semakin besar
dengan semakin kecilnya nilai elevasi muka air,
adapun besaran nilai refleksi pada grafik ini Gambar 9 Koefisien Refleksi Terhadap Elevasi Muka 
yakni elevasi muka air (h‐d)/h = 0,5 berkisar Air
  41 

 
Jurnal Teknik Hidraulik Vol.9 No.1, Juni 2018: 33 ‐ 42

Dari Gambar 9 dapat disimpulkan bahwa DAFTAR PUSTAKA


trend yang dihasilkan oleh koefisien refleksi dari
semua konfigurasi tersebut adalah turun, nilai
koefisien refleksi (Kr) akan semakin mengecil Abrori,  I.  Z.,  Armono,  H.  D.,  &  Zikra,  M.  (2009). 
dengan semakin meningkatnya elevasi muka air Pengaruh  Freeboard  Terumbu  Karang  Buatan 
(h‐d)/h. Untuk pengaruh lebar puncak Bentuk  Silinder  Berongga  Sebagai  Breakwater 
bangunannya sendiri, nilai koefisien refleksi (Kr) Terbenam  Dalam  Mereduksi  Gelombang. 
akan semakin tinggi dengan semakin kecilnya Seminar  Nasional  Aplikasi  Teknologi  Prasarana 
nilai lebar puncak bangunan, Wilayah, 1‐6. doi:ISBN 978‐979‐18342 
Berdasarkan pengaruh tinggi muka air, Baguelin,  F.,  Jezequel,  F.  J.,  Lemee,  E.,  &  Le,  M.  A. 
adapun besaran nilai refleksi pada grafik ini (1972).  Expansion  de  sondes  cylindriques  dans 
yakni untuk (h‐d)/h = 0.5 berkisar 7,2% ‐ 17,6%, le  sols  coherents.  Bulletin  de  liaison  des 
untuk (h‐d)/h = 0.43 berkisar 8,3% ‐ 20,7%, labortoires des ponts er chaussees (LPC) no 61, 
untuk (h‐d)/h = 0.33 berkisar 10,1% ‐ 21,9%, 189‐202. 
untuk (h‐d)/h = 0,2 berkisar 10,3% ‐ 30,9% dan Balai Pantai. (2015). Fasilitas laboratorium uji model 
untuk untuk (h‐d)/h = 0 berkisar 11,5% ‐ 34,7%.
Fisik.  Dalam  B.  Pantai,  Profil  laboratorium 
Berdasarkan perbedaan lebar puncak Pantai (hal. 12‐15). Buleleng, Bali: Pusat Litbang 
gelombang, adapun besaran nilai refleksi pada Sumber Daya Air. 
grafik ini yakni lebar puncak B 2,0 berkisar
8,8%‐34,7%, pada lebar puncak B 1,5 berkisar CERC,  U.  A.  (1984).  Shore  protection  manual. 
7,2%‐27,5%, sedangkan pada lebar puncak B 1,0 Washington: US Army Corps of Engineers. 
berkisar 8,3%‐24,5 %. Dalrymple,  R.  A.  (1985).  Physical  Modelling  in 
Dari hasil pengujian didapat untuk bangunan Coastal  Engineering.  Physical  Modelling  in 
pemecah gelombang ambang rendah dengan Coastal Engineering. 
refleksi yang lebih banyak meredam gelombang Dharma,  I.  S.  (1994).  Unjuk  Kerja  Terumbu  Karang 
pada saat (h‐d)/h = 0 dan lebar puncak B = 2,0 Buatan (Artificial Reef) sebagai Peredam Energi 
Gelombang.  Yogyakarta:  tesis  ‐  Universitas 
KESIMPULAN Gadjah Mada.  
Hughes,  S.  A.  (1993).  Physical  Models  and 
Dari penelitian yang sudah dilakukan dapat
Laboratory  Techniques  in  Coastal  Engineering, 
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
Volume  7  of  Advanced  series  on  ocean 
Unjuk kerja bangunan pemecah gelombang engineering. Singapore: World Scientific, 1993. 
ambang rendah blok beton berkait berdaya guna
sebagai bangunan pelindung pantai bawah air Kamphuis, J. W. 1991. “Incipient Wave Breaking.”
ditinjau dari refleksi gelombang dengan koefisien Coastal Engineering 15 (3): 185–203.
refleksi34,7% pada saat (h‐d)/h = 0 dan lebar doi:10.1016/0378‐3839(91)90002‐X.
puncak B = 2.0 Kinong, Ketut. 2006. “Transmisi Gelombang Dan
Refleksigelombang dipengaruhi oleh dimensi Stabilitas Armor Pada Breakwater
Pemecah gelombang ambang rendahblok beton Tenggelam Disertasi.” 
berkait yang dicirikan oleh kedalaman air di atas Ranasinghe,  R.,  &  Turnrer,  I.  L.  (2006).  Shoreline 
puncak bangunan dan lebar puncak bangunan Response  to  Submerged  Structures.  A  review 
Coastal Engineering 53, 65‐79. 
UCAPAN TERIMA KASIH Takahashi, S. (2002). Design of vertical breakwaters. 
Delft:  PARI  (Port  and  Airport  Research 
Terima kasih kepada Kepala Balai Litbang Institute). 
Pantai atas ijin penggunaan laboratorium balai
Triatmodjo,  B.  (1999).  Teknik  Pantai.  Yogyakarta: 
pantai untuk pengujian model fisik 2D pemecah
gelombang tenggelam blok beton berkait. Penerbit Beta Offset. 
Yuwono,  N.  (1992).  Dasar  Dasar  Perencanaan 
Bangunan  Pantai.  Yogyakarta:  Keluarga 
Mahasiswa  Teknik  Sipil  Universitas  Gadjah 
Mada. 
 


42
 

Anda mungkin juga menyukai