Anda di halaman 1dari 28

GAMBARAN ORAL HEALTH PADA

PASIEN DIABETES MELLITUS DI RS.TK II DUSTIRA


CIMAHI

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Menyelesaikan Pendidikan


Program S1 Keperawatan

Oleh
WYLMA DWILESTARI
043-315-15-1-065

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
PPNI JAWA BARAT
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan

karunia yang telah diberikan, sehingga proposal yang berjudul “Hubungan Self-

Management Dengan Tingkat Stress Pada Pasien Diabetes Mellitus Type II Di

RS.TK II DUSTIRA CIMAHI” ini bisa terselesaikan dengan baik. Adapun

maksud dan tujuan diajukannya proposal penelitian skripsi ini adalah untuk

mengetahui bagaimana Hubungan Self-Management Dengan Tingkat Stress Pada

Pasien Diabetes Mellitus Type II. Hal ini patut dipelajari karena pasien diabetes

mellitus cenderung mengalami stress ketika pertama di diagnosa.

Proposal penelitian skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari

berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada

berbagai pihak yang telah membantu penulis, diantaranya :

1. Bapak Ns. Diwa Agus Sudrajat, S.Kep.,M.Kep., selaku ketua STIkep PPNI

Jawa Barat.
2. Ibu Wini Hadiyani,S.Kep.,M.Kep., selaku ketua program studi sarjana

keperawatan PPNI Jawa barat.


3. Ibu Susy Puspasari S.Kep.Ners.,M.Kep., selaku pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan dalam penyusunan

proposal ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIkep PPNI Jawa

Barat yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat

menyelesaikan studi dan menyelesaikan penulisan proposal ini.


5. Kepengurusan KPA yang sudah mengijinkan dan membantu saya dalam

menyelesaikan proposal ini.


6. Anak dan suami yang selalu memberi dukungan dan semangat selama

menyelesaikan proposal ini.


7. Ibu dan papah yang selalu memberi semangat dan masukan positif selama

menyelesaikan proposal ini.


8. Teman-teman yang telah membantu, memberi dukungan dan semangat

selama menyelesaikan proposal ini.


9. Seluruh Mahasiswa S1 Angkatan 2015 dan 2016 yang selalu memberikan

semangat untuk menyelesaikan proposal ini.


10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah

membantu dalam penyelesaian proposal ini.

Penulis merasa bahwa dalam pembuatan usulan proposal ini masih terdapat

kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi, oleh karena itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi

perkembangan penulisan yang lebih baik. Akhir kata penulis berharap semoga

Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan

bantuan. Semoga amal kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat

pahala dari Allah SWT. Demikian proposal skripsi ini penulis buat, semoga

bermanfaat bagi dunia keperawatan.

Bandung,

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes adalah penyakit kronis yang menjadi penyebab penyakit

tidak menular (PTM) yang utama di indonesia. Direktorat PTM (2008)

meneyebutkan Diabetes mellitus sebagai mother of disease atau induk dari

penyakit lainnya, seperti hipertensi, penyakit pembuluh darah, stroke,

gagal ginjal, dan lain-lain. Di Indonesia angka kejadian diabetes terus

meningkat, seperti data yang di dapat dari Riskesdas 2018 yaitu jika

dibandingkan dengan tahun 2013, prevalensi DM hasil Riskesdas 2018

meningkat menjadi 2%. Prevalensi DM di provinsi Jawa Barat menempati

peringkat ke-13 penderita diabetes terbanyak dari 35 provinsi di Indonesia.

Berdasarkan kategori usia, penderita DM terbesar berada pada rentang usia

55-64 tahun dan 65-74 tahun. Kemudian untuk daerah domisili lebih

banyak penderita diabetes melitus yang berada di perkotaan (1,9%)

dibandingkan dengan di perdesaan (1,0%) alasan banyaknya penderita DM

berdomisili di perkotaan, di karenakan oleh konsumsi makanan yang

mengandung gula dan lemak berlebih. Selain itu, kemudahan dan

kecanggihan teknologi sehingga memudahkan masyarakat di perkotaan

untuk memesan makanan siap saji tanpa harus repot memasak makanan
sendiri di rumah. DM di Indonesia berjumlah 8,4 juta dan di perkirakan

menjadi 21,3 juta pada tahun 2030 (PERKENI 2006).

Dengan besarnya angka kejadian diabetes mellitus di Indonesia,

maka kejadian komplikasi akibat diabetes juga beragam. Menurut

(Aryono, 2008) komplikasi pada diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu

komplikasi akut dan kronik. Komplikasi akut meliputi Hipoglikemi dan

KAD sedangkan komplikasi kronik dapat terjadi pada mata (retinopati),

saraf (neuropati diabetic) dan pada mulut yaitu seperti gangguan neuropati

yang menyebabkan hiposalivasi sehingga permukaan mukosa menjadi

kering, sensasi mulut terbakar, peningkatan insidensi karies dan

peningkatan frekuensi serta keparahan infeksi bakteri atau jamur. Penyakit

periodontal (periodontitis) termasuk dalam enam komplikasi diabetes

dimana diabetes menjadi faktor resiko akibat keadaan hiperglikemia pada

pasien diabetes melitus. (Dinda, 2017). Penelitian lain dari (Rikawarastuti,

2015) menyebutkan bahwa penderita diabetes melitus lebih berisiko

mengalami keparahan jaringan periodontal dibandingkan dengan

nondiabetes melitus. Pada diabetes melitus tidak terkendali, risiko

penyakit periodontal menjadi semakin tinggi akibat dari hiperglikemia.

Keadaan hiperglikemia menimbulkan AGEs yang kemudian

berinteraksi dengan RAGE pada endotel sehingga menimbulkan stress

oksidatif, sebagai akibatnya yaitu terjadi gangguan pembuluh darah pada

jaringan periodontal. Gangguan pembuluh darah menyebabkan gangguan


distribusi nutrisi dan oksigen pada jaringan periodontal, sehingga bakteri

gram negative anaerob yang merupakan bakteri komensal pada poket

periodontal menjadi lebih pathogen. Gangguan pembuluh darah

mempengaruhi pembuangan sisa metabolisme dalam jaringan periodontal,

sehingga akan terjadi toksikasi jaringan periodontal menjadi periodontitis.

Insidensi periodontitis meningkat dan dapat menjadi lebih parah

pada pasien yang mengalami DM. Hal ini tidak selalu berbanding lurus

dengan plak dan kalkulus karena periodontitis juga dipengaruhi oleh faktor

lingkungan antara lain kondisi gigi yang berjejal, metabolik, genetik, dan

usia. (Rezmelia, 2017). Prevalensi periodontitis pada pasien DM cukup

tinggi yaitu 88,24% dengan rata-rata kehilangan perlekatan (CAL) 4,6 mm

walaupun status kebersihan mulut (berdasarkan OHI (Oral Health Index)

menurut Green dan Vermillion) tergolong dalam kriteria baik. (Sari, 2017).

Penelitian lain dari (Nevada, 2017) Hasil penelitiannya di dapatkan nilai

CPITN (Community Periodontal Index of Treatment Need) yang

didapatkan sebanyak 6 orang penderita Diabetes tipe I memiliki kondisi

periodontal berupa gingivitis (50%) dan 6 orang lainnya menderita

periodontitis (50%) dari 12 responden. Dengan tingginya angka gangguan

mulut pada pasien diabetes mellitus, maka perlu ada upaya pencegahan

untuk mengurangi peningkatan terjadinya komplikasi diabetes pada mulut

khususnya untuk periodontitis.


Penanganan infeksi jaringan periodontal dapat dilakukan dengan

menjaga kebersihan mulut dan dengan meningkatkan kontrol glikemik.

Dengan demikian kebersihan mulut yang baik tetap perlu dibangun sejak

awal terutama untuk mencegah keparahan manifestasi oral diabetes.

Kesadaran menjaga ksehatan mulut sangat perlu dan merupakan obat

pencegahan terjadinya masalah gigi dan mulut yang paling tepat, terutama

pada pasien diabetes mellitus yang memiliki resiko lebih tinggi terjadinya

masalah gigi dan mulut. Cara yang dapat di lakukan sendiri untuk menjaga

kebersihan mulut yaitu sikat gigi, kumur dengan antiseptic, dental floss

dan membersihkan lidah. (Rahmat, 2016). Selain itu, perawat bertugas

untuk memberikan pendkes kepada pasien atau keluarga untuk menjaga

kebersihan mulut pada pasien diabetes mellitus untuk mencegah

komplikasi pada mulut dan gigi, yaitu periodontitis.

Menurut Green dan Vermillion, bahwa untuk mengukur kebersihan

gigi dan mulut dapat menggunakan metode berupa indeks yang disebut

Oral Hygiene Indeks Simplified (OHI-S). Penelitian Dinda (2017) Hasil

penelitian ini menunjukkan penderita dengan durasi penyakit ≤5 tahun

memiliki skor OHI-S (Oral Helth Index Simplified) yang lebih tinggi

dibandingkan kelompok penderita dengan durasi penyakit >5 tahun,

sebesar 2,071 dan 1,777. Penelitian Mardiah (2014), hasil penelitian

menujukan rata-rata skor oral hygiene pada pasien diabetes melitus tipe 1

adalah 2,06 dan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 yaitu 2,23 sedangkan
pada pasien non-diabetes yaitu 0,66. Rata-rata skor periodontal pada

pasien diabetes mellitus tipe 1 yaitu 2,72 dan pasien diabetes mellitus tipe

2 yaitu 2,69, sedangkan pada pasien non-diabetes yaitu 0,77. Oral higiene

pasien diabetes mellitus kategori sedang di jumpai sebayak 64% dan non-

diabetes kategori baik 98%. Kondisi oral hygiene yang lebih buruk pada

pasien diabetes mellitus menyebabkan persentase periodontitis pada pasien

diabetes mellitus lebih tinggi yaitu 58%, sedangkan pada pasien non-

diabetes persentase periodontitis 18%.

Berdasarkan hal-hal yang diuraikan diatas, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui kesehatan mulut

penderita diabetes mellitus di RS TK.II DUSTIRA CIMAHI.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana gambaran oral health pada pasien Diabetes

Mellitus?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umun

Dalam penelitian ini yaitu bertujuan untuk mengetahui bagaimana

gambaran oral health pada pasien diabetes mellitus dalam mencegah

terjadinya komplikasi dari diabetes mellitus khususnya pada mulut dan

gigi.

2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik penderita diabetes melitus di RS.TK

II DUSTIRA CIMAHI.

b. Mengetahui gambaran oral health diabetes melitus di RS.TK II

DUSTIRA CIMAHI.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat praktis bagi profesi keperawatan.

Memberikan informasi bagi perawat mengenai bagaimana gambaran

oral health pada pasien diabetes mellitus agar dapat melakukan upaya

promotif dan preventif pada pasien diabetes mellitus untuk meminimalisir

terjadinya komplikasi akibat diabetes mellitus terutama pada masalah mulut

dan gigi.

2. Manfaat akademis

a. Bagi institusi pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan ajar mata kuliah

keperawatan medikal bedah bagaimana komplikasi yang terjadi

pada pasien diabetes mellitus pada masalah mulut dan gigi.

b. Bagi keilmuan.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar untuk dilakukan

penelitian selanjutnya mengenai bagaimana gambaran oral health

pada pasien diabetes mellitus. Selain itu, penelitian selanjutnya

juga diharapkan mampu meneliti lebih dalam mengenai komplikasi

lain dari diabetes mellitus pada mulut dan gigi selain periodontitis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diabetes Mellitus

1. Pengertian

Diabetes Mellitus adalah suatu kondisi kronis yang terjadi ketika

pancreas tidak menghasilkan insulin yang cukup atau ketika tubuh tidak

dapat secara efektif menggunakan insulin yang di hasilkan. Hiperglikemia

dan gangguan terkait lainnya dalam metabolisme tubuh dapat menyebabkan

kerusakan serius pada banyak system tubuh, khususya syaraf dan pembuluh

darah (WHO, 2006; Smeltzer & Bare,1996).sementara Robin, Cotran, &

Kumar (2007) mendefinisikan DM adalah gangguan kronis metabolism

karbohidrat, lemak, dan protein.

Dari penjelasan tentang definisi DM berdasarkan kajian literature, dapat

di simpulkan bahwa DM adalah gangguan metabolic secara heterogen

terhadap metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein akibat gangguan

produksi insulin oleh pancreas.


2. Klasifikasi Diabetes Melitus

Klasifikasi DM menurut American Diabetes Association (ADA)2005,

yaitu:

1) Diabetes Melitus Tipe 1

DM ini disebabkan oleh kekurangan insulin dalam darah yang terjadi

akibat kerusakan dari sel beta pankreas. Gejala yang menonjol adalah

sering kencing (terutama malam hari), sering lapar dan sering haus,

sebagian besar penderita DM tipe ini berat badannya normal atau kurus.

Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin seumur hidup.

2) Diabetes Melitus Tipe 2

DM ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik,

kadar insulin dapat normal, rendah atau bahkan meningkat tetapi fungsi

insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada atau kurang. Akibatnya

glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemia, dan 75%

dari penderita DM type II ini dengan obesitas atau kegemukan dan

biasanya diketahui DM setelah usia 30 tahun.


3. Patofisiologi Diabetes mellitus

Diabetes mellitus digolongkan menjadi beberapa tipe. PERKENI (2011)

mengklasifikasikan DM berdasarkan etiologi menjadi : DM tipe I, DM tipe II,

DM tipe lain, dan DM gestasional. Dalam penelitian ini, peneliti lebih

menekankan pada penderita DM tipe 2, dimana penderita DM tipe 2 lebih

banyak dibandingkan dengan DM tipe lain. Penderita DM tipe 2 diderita

kurang lebih 90 hingga 95% (Smeltzer & Bare, 1996). Pada DM tipe 2

disebabkan terjadinya penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi

insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin (Smeltzer & Bare,

1996; Robin, Cotran, & Kumar, 2007).

Patogenesis diabetes tipe 2 belum ada pembuktian terkait dengan

mekanisme autoimun. Pada tipe ini, faktor genetik lebih berperan sebagai

pencetus dan gaya hidup. Penelitian epidemologik menunjukan bahwa diabetes

tipe 2 tampaknya terjadi akibat sejumlah defek, masing-masing memberi

kontribusi pada risiko, dan masing- masing juga dipengaruhi oleh lingkungan

(Robin, Cotran, & Kumar, 2007).

Gangguan sekresi insulin pada Sel Beta akibat defek masih bersifat samar

dibandingkan diabetes tipe 1. Pada kasus yang jarang, mutasi di reseptor

insulin menimbulkan resistensi insulin yang parah. Mekanisme lain kegagalan

sel beta pada diabetes tipe 2 dilaporkan berkaitan dengan pengendapan amiloid

di islet. Amilin sebagai komponen utama amiloid secara normal dihasilkan oleh
sel beta pankreas dan disekresikan bersama insulin. Resistensi insulin berakibat

hiperinsulinemia pada fase awal diabetes tipe 2 menyebabkan peningkatan

produksi amilin yang kemudian mengendap sebagai amiloid di islet. Amilin

yang mengelilingi sel beta mungkin menyebabkan sel beta agak refrakter

dalam menerima sinyal glukosa. Amiloid juga bersifat toksik bagi sel beta,

sehingga mungkin berperan menyebabkan kerusakan sel beta yang ditemukan

pada kasus diabetes tipe 2 tahap lanjut.

Hubungan resistensi insulin dan obesitas disebabkan jaringan lemak pada

obesitas merupakan suatu jaringan endokrin yang aktif berdialog dengan otot

dan hati. Efek adiposit melalui zat perantara molekul factor nekrosis tumor

(TNF), asam lemak, leptin, dan resistin. TNF disintesis di adiposit dan

mengalami ekpresi yang berlebihan dalam lemak orang yang kegemukan. TNF

menyebabkan reistensi insulin dengan mempengaruhi jalur-jalur sinyal

pascareceptor (Robin, Cotran, & Kumar, 2007). Pada kegemukan kadar asam

lemak bebas lebih tinggi dari pada normal, dan asam lemak ini meningkatkan

resistensi insulin melalui mekanisme yang sepenuhnya belum diketahui.

Leptin adalah suatu hormone adiposit yang disekresi langsung ke

pembuluh darah dan kemudian menembus sawar darah otak menuju ke

hipotalamus. Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan maka masa

jaringan adiposa meningkat, disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam

peredaran darah. Leptin kemudian merangsang anorexigenic center di

hipotalamus agar menurunkan produksi neuropeptide Y (NPY), sehingga


terjadi penurunan nafsu makan dan asupan makanan. Demikian pula sebaliknya

bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka massa jaringan

adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di

hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan dan asupan

makanan. Pada sebagian besar orang obesitas, mekanisme ini tidak berjalan

walaupun kadar leptin didalam darah tinggi dan disebut sebagai resistensi

leptin.

Pada penderita diabetes mellitus, dijumpai menurunnya reseptor insulin

untuk memecah gula darah untuk disimpan di otot dan sel adipose. Dalam

waktu yang sama ketidakmampuan hati menyimpan gula darah dari makanan

setelah makan menjadi glikogen dalam hati. Akibatnya gula dalam darah

meningkat atau hyperglikemia post prandial (sesudah makan). Sebab lain

peningkatan gula dalam darah dikarenakan menurunya kemampuan hepar

dalam mentolerir produksi gula pada saat tidak makan (puasa), sehingga gula

dalam darah akan tetap meningkat.

4. Komplikasi

Ada tiga komplikasi akut pada DM yang penting dan berhubungan dengan

gangguan keseimbangan kadar gula darah jangka pendek. Komplikasi tersebut

adalah hipoglikemia yang disebabkan oleh reaksi insulin, dimana kadar gula

darah turun dibawah 50–60 mg/dl (2,7-3,3 mmol/L) (Smeltzer & Bare, 1996;

Soemardji, 2009). Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau
preparat oral yang berlebihan. Hipoglikemia bisa terjadi dari ringan (gejala:

termor, takikardi, palpitasi, dan gelisah), sedang (gejala: ketidakmampuan

berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, daya ingat menurun, gerakan

tidak terkoordinasi), dan berat (gejala: disorientasi, kejang, hilang kesadaran).

Komplikasi lain adalah diabetes ketoasidosis, disebabkan oleh tidak adanya

insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin. Gangguan ini mengakibatkan

gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak (Smeltzer & Bare,

1996). Terdapat tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes ketoasidosis,

yaitu: dehidrasi, kehilangan elektrolit, dan asidosis. Tanda dan gejala yang bisa

diperhatikan adalah: adanya poliuria, polidipsi, kelemahan, sakit kepala,

hipotensi ortostatik. Gejala lain yang berhungan dengan gastrointestinal, bisa

berupa anoreksia, mual, muntah, dan nyeri abdomen.

Sindrom hiperglikemik hiperosmolar nonketotik, yaitu komplikasi lain yang

merupakan keadaan terjadinya hiperosmolaritas dan hiperglikemia dengan

disertai perubahan tingkat kesadaran (sense of awareness). Kelainan dasar

biokimia pada sindrom ini berupa kekurangan insulin efektif. Keadaan

hiperglikemia persisten menyebabkan diuresis osmotic, sehingga terjadi

kehilangan cairan dan elektrolit (Smeltzer & Bare, 1996; Soewondo, 2006)

Komplikasi jangka panjang pada penderita diabetes mellitus mikroangipati

dan makroangiopati. Diabetes menimbulkan kerusakan besar pada sistim

pembuluh darah, semua ukuran pembuluh terkena, dari aorta hingga ateriol
terkecil dan kapiler. Kerusakan yang terjadi berupa percepatan aterosklerosis

yang parah (Robin, Cotran, & Kumar, 2007).

Komplikasi lain dari diabetes mellitus yaitu pada mulut dan gigi, pengaruh

diabetes mellitus pada gigi dan mulut (Wilkins, 2009) Manifestasi utama dalam

mulut pada penderita diabetes mellitus umumnya terjadi akibat rendahnya

resistensi terhadap infeksi. Proses penyembuhan luka membutuhkan waktu

yang lebih panjang akibat gangguan metabolism tersebut. Kadang berbagai

gejala yang ditemukan dalam mulut menunjukkan adanya diabetes mellitus

yang belum terdeteksi. Kerusakan jaringan periodontal yang berjalan dengan

cepat dapat terjadi akibat diabetes mellitus berat yang tidak dirawat, tapi kini

kondisi seperti ini sudah semakin jarang ditemukan.

Namun demikian, bahkan pada anak-anak penderita diabetes mellitus yang

dirawat sekalipun kesehatan jaringan periodontalnya lebih buruk bila

dibandingkan dengan anak-anak yang normal. Menyempitnya saluran kelenjar

liur pada penderita diabetes mellitus menyebabkan xerostomia, sehingga pasien

ini memiliki tingkat DMFT yang lebih tinggi walaupun sudah menggunakan

diet bebas gula, serta lebih banyak kehilangan gigi yang terjadi bila

dibandingkan kondisi normal.

Periodontitis merupakan salah satu dari enam komplikasi DM. Pada

sejumlah penelitian menunjukkan bahwa keparahan penyakit periodontal

meningkat pada penderita diabetes dibandingkan pada individu yang sehat.

Beberapa peneliti menyatakan bahwa keparahan penyakit periodontal pada


penderita DM dipengaruhi oleh penurunan respon imun. Kondisi tersebut

ditandai terjadinya sejumlah perubahan jaringan yang menyebabkan

kerentanan terhadap penyakit. Perubahan vaskuler yang terjadi menunjukkan

adanya peningkatan aktivitas kolagen serta perubahan respon dan kemotaksis

dari PMN terhadap antigen plak, sehingga menyebabkan fagositosis terhambat.

Peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) pada penderita DM

menyebabkan komplikasi berupa mikrovaskuler yang ditandai dengan

peningkatan AGE pada plasma dan jaringan. Sekresi dan sintesis sitokin yang

diperantarai oleh adanya infeksi periodontal, memperkuat besarnya respon

sitokin yang dimediasi AGEs atau sebaliknya. Advanced glycation endproduct

yang terbentuk dapat terjadi pada protein, lipid dan asam nukleat. Pembentukan

AGE pada protein, menyebabkan rantai silang antara polipeptida kolagen dan

menangkap plasma non glikosilasi atau protein interstitial. Pengendapan low

density lipoprotein (LDL) terjadi pada pembuluh darah besar dan deposit

kolesterol di intima.

Advanced glycation end-product menyebabkan terbentuknya rantai silang

kolagen tipe IV membran basalis, berakibat melemahnya interaksi kolagen dan

komponen matriks lain (laminin, proteoglikan), menghasilkan jejas struktur

dan fungsi membran basalis berinteraksi dengan RAGE pada endotel sehingga

menimbulkan stres oksidatif, sebagai akibatnya akan terjadi gangguan

pembuluh darah pada jaringan periodontal. Gangguan pembuluh darah akan

menyebabkan gangguan distribusi nutrisi dan oksigen pada jaringan


periodontal, sehingga bakteri gram negatif anaerob yang merupakan bakteri

komensal pada poket periodontal akan menjadi lebih patogen. Gangguan

pembuluh darah juga akan mempengaruhi pembuangan sisa metabolisme

dalam jaringan periodontal, sehingga akan terjadi toksikasi jaringan

periodontal dan gingiva.

B . Oral Health Pada Pasien Diabetes Melitus

1. Definisi

Kesehatan merupakan kebutuhan dasar dari setiap makhluk hidup.

Perilaku menjaga kesehatan merupakan elemen paling penting dalam

menjaga kesehatan tubuh. Beberapa contoh perilaku menjaga kesehatan

adalah menjaga kebersihan, meningkatkan daya tahan tubuh dengan

mengkonsumsi nutrisi yang baik, tidur tujuh sampai delapan jam setiap

hari, tidak merokok, sarapan setiap pagi, tidak mengkonsumsi minuman

beralkohol dan berolahraga secara teratur. Kesehatan yang perlu

diperhatikan selain kesehatan tubuh secara umum, juga kesehatan gigi dan

mulut, karena kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan

tubuh secara menyeluruh. Dengan kata lain bahwa kesehatan gigi dan

mulut merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh secara keseluruhan

yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara urnum.

Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu bagian yang tidak

dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara keseluruhan. Perawatan gigi


dan mulut secara keseluruhan diawali dari kebersihan gigi dan mulut pada

setiap individu (Barmo dkk, 2013).

2. Komplikasi Diabetes Melitus Pada Mulut

1. Xerostomia (Mulut Kering)

Diabetes yang tidak terkontrol menyebabkan penurunan aliran saliva (air

liur), sehingga mulut terasa kering. Saliva memiliki efek self-cleansing, di

mana alirannya dapat berfungsi sebagai pembilas sisa-sisa makanan dan

kotoran dari dalam mulut. Jadi bila aliran saliva menurun maka akan

menyebabkan timbulnya rasa tak nyaman, lebih rentan untuk terjadinya

ulserasi (luka), lubang gigi, dan bisa menjadi ladang subur bagi bakteri untuk

tumbuh dan berkembang. Berdasarkan literatur bahwa pada penderita diabetes

salah satu tandanya adalah Poliuria, dimana penderita banyak buang air kecil

sehingga cairan di dalam tubuh berkurang yang dapat mengakibatkan jumlah

saliva berkurang dan mulut terasa kering, sehingga disarankan pada penderita

untuk mengkonsumsi buah yang asam sehingga dapat merangsang kelenjar air

liur untuk mengeluarkan air liur.

2. Gingivitis dan Periodontitis

Periodontitis ialah radang pada jaringan pendukung gigi (gusi dan

tulang). Selain merusak sel darah putih, komplikasi lain dari diabetes adalah

menebalnya pembuluh darah sehingga memperlambat aliran nutrisi dan produk

sisa dari tubuh. Lambatnya aliran darah ini menurunkan kemampuan tubuh
untuk memerangi infeksi, Sedangkan periodontitis adalah penyakit yang

disebabkan oleh infeksi bakteri. Dan hal ini menjadi lebih berat dikarenakan

infeksi bakteri pada penderita Diabetes lebih berat.

Ada banyak faktor yang menjadi pencetus atau yang memperberat

periodontitis, di antaranya akumulasi plak, kalkulus (karang gigi), dan faktor

sistemik atau kondisi tubuh secara umum. Rusaknya jaringan Periodontal

membuat gusi tidak lagi melekat ke gigi, tulang menjadi rusak, dan lama

kelamaan gigi menjadi goyang. Angka kasus penyakit periodontal di

masyarakat cukup tinggi meski banyak yang tidak menyadarinya, dan penyakit

ini merupakan penyebab utama hilangnya gigi pada orang dewasa.

Dari seluruh komplikasi Diabetes Melitus, Periodontitis merupakan

komplikasi nomor enam terbesar di antara berbagai macam penyakit dan

Diabetes Melitus adalah komplikasi nomor satu terbesar khusus di rongga

mulut. Hampir sekitar 80% pasien Diabetes Melitus gusinya bermasalah.

Tanda-tanda periodontitis antara lain pasien mengeluh gusinya mudah

berdarah, warna gusi menjadi mengkilat, tekstur kulit jeruknya (stippling)

hilang, kantong gusi menjadi dalam, dan ada kerusakan tulang di sekitar gigi,

pasien mengeluh giginya goyah sehingga mudah lepas. Menurut teori, di

dapatkan hal tersebut diakibatkan berkurangnya jumlah air liur, sehingga

terjadi penumpukan sisa makanan yang melekat pada permukaan gigi dan

mengakibatkan gusi menjadi infeksi dan mudah berdarah.


3. Stomatitis Apthosa (Sariawan)

Meski sariawan biasa dialami oleh banyak orang, namun penyakit ini

bisa menyebabkan komplikasi parah jika dialami oleh penderita diabetes.

Penderita Diabetes sangat rentan terkena infeksi jamur dalam mulut dan lidah

yang kemudian menimbulkan penyakit sejenis sariawan. Sariawan ini

disebabkan oleh jamur yang berkembang seiring naiknya tingkat gula dalam

darah dan air liur penderita diabetes.

4. Rasa mulut terbakar

Penderita diabetes biasanya mengeluh tentang terasa terbakar atau mati

rasa pada mulutnya. Biasanya, penderita diabetes juga dapat mengalami mati

rasa pada bagian wajah.

5. Oral thrush

Penderita diabetes yang sering mengkonsumsi antibiotik untuk

memerangi infeksi sangat rentan mengalami infeksi jamur pada mulut dan

lidah. Apalagi penderita diabetes yang merokok, risiko terjadinya infeksi jamur

jauh lebih besar. Oral thrush atau oral candida adalah infeksi di dalam mulut

yang disebabkan oleh jamur, sejumlah kecil jamur candida ada di dalam mulut.

Pada penderita Diabetes Melites kronis dimana tubuh rentan terhadap infeksi

sehingga sering menggunakan antibiotik dapat mengganggu keseimbangan


kuman di dalam mulut yang mengakibatkan jamur candida berkembang tidak

terkontrol sehingga menyebabkant thrush.

6. Dental Caries (Karies Gigi)

Diabetes Mellitus bisa merupakan faktor predisposisi bagi kenaikan

terjadinya dan jumlah dari karies. Keadaan tersebut diperkirakan karena pada

diabetes aliran cairan darah mengandung banyak glukosa yang berperan

sebagai substrat kariogenik. Karies gigi dapat terjadi karena interaksi dari 4

faktor yaitu gigi, substrat , kuman dan waktu. Pada penderita Diabetes Melitus

telah diketahui bahwa jumlah air liur berkurang sehingga makanan melekat

pada permukaan gigi, dan bila yang melekat adalah makanan dari golongan

karbohidrat bercampur dengan kuman yang ada pada permukaan gigi dan

tidak langsung dibersihkan dapat mengakibatkan keasaman didalam mulut

menurun, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya lubang atau caries gigi.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan jenis penelitian kuantitaif dengan

pendekatan cross sectional yaitu dimana data yang menyangkut variable di

observasi pada waktu yang sama. Variabel yang diukur, yaitu mengenai gambaran

oral health pada pasien diabetes mellitus.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitiaan

Penelitian ini dilakukan di ruang penyakit dalam (pangrango) RS.TK II

DUSTIRA CIMAHI. Waktu penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret-April

2020.

C. Kerangka konsep penelitian

Pasien yang di rawat di ruang pangrango menjadi subjek dalam penelitian

ini. Berdasarkan pada pembahasan teori dalam bab sebelumnya, di ketahui bahwa

Variabel penelitian ini yaitu pada pasien diabetes mellitus di ruang pangrango RS

TK.II DUSTIRA CIMAHI.

Variable penelitian adalah sesuatu yang di gunakan sebagai ciri, sifat atau

ukuran yang di miliki atau di dapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep

pengertian tertentu (Notoatmojo,2012). Berdasarkan hubungan fungsional atau

perannya variable di bedakan menjadi variable independen dan variable dependen.


D. Definisi operasional

GAMBARAN ORAL HEALTH PADA PASIEN


DIABETES MELLITUS DI RS.TK II DUSTIRA CIMAHI

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini berupa satu variable, yaitu

gambaran oral health. Definisi operasionalnya adalah :

Table 1. Definisi Operasional

NO Variabel Definisi Alat ukur Hasil Skala


operasional ukur/scoring data
1 Oral Health Menggunakan  baik (57-60) Ordinal
kuesioner  sedang (51-
GOHAI dengan 56)
12 item  buruk (≤50).
pernyataan
dengan jawaban
―favorable

0 = tidak pernah
1 = sangat
jarang

2 = kadang-
kadang

3 = sering

4 =sangat sering

5 = selalu
E. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (setiadi,2013). Populasi

dalam penelitian ini adalah semua pasien yang di rawat di ruang pangrango.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan di

anggap mewakili seluruh populasi (Setiadi,2013). Pengmbilan sampel untuk

pasien Diabetes Mellitus di lakukan dengan cara mengambil responden di

tempat penelitian kurang lebih selama penelitian di lakukan.

a) Kriteria inklusi :

 Pasien diabetes mellitus di ruang pangrango.

 Bersedia menjadi responden (kooperatif).

 Dapat berkomunikasi dengan baik.

b) Kriteria eksklusi :

 Pasien yang memiliki kelainan pada gigi dan mulut yang

menimbulkan rasa tidak nyaman, memiliki keterbatasan fisik

maupun mental.

 Pasien yang memiliki kebutuhan khusus

 Tidak bersedia menjadi responden.


3. Teknik pengambilan sampel

Teknik sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan teknik

non-probability dengan cara kuota sampling. Sampel dalam penelitian ini

adalah pasien Diabetes Mellitus yang sesuai kriteria inklusi.

F. Instrument penelitian

Kuesioner untuk menilai oral health pada pasien diabetes melitus

digunakan kuesioner baku, yaitu Geriatric Oral Health Assessment Index

(GOHAI). Kuesioner ini terdiri dari 12 item pernyataan menggunakan skala

Likert, yaitu selalu dilakukan (0) = tidak pernah, (1) = sangat jarang, (2) =

kadang-kadang, (3) = sering, (4) =sangat sering, (5) = selalu. Pada kuesioner

ini memiliki jumlah scor baik (57-60), sedang (51-56), buruk (≤50).

G. Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan kegiatan peneliti untuk mengumpulkan data

setepat-tepatnya yang di sesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Dalam

penelitian ini cara peneliti mengumpulkan data yaitu dengan menyebarkan

questioner kepada responden.

H. Analisa Data

1) Analisa Data

Analisis data menggunakan analisis univariat dengan menggunakan

uji chi square dengan melihat nilai p pada continuity correction.


1) Pengelolaan data

a. Editing

Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan formulir

apakah sudah lengkap terisi. Seperti tanda gejala,diagnosa dan intervensi

hasil kuesioner atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan

penyuntikan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing merupakan

kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir tersebut.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan megubah data dari bentuk huruf menjadi

data yang berbntuk angka/bilangan. Sehingga akan mempermudah pada

analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data. Disini peneliti

akan membuat kode 1 untuk tanda gejala, 2 untuk diagnosa dan 3 untuk

intervensi. Setelah selesai editing peneliti melakukan pengecekan data

yakni melalui simbol setiap jawaban untuk mempermudah peneliti saat

menganalisa data dan mempercepat saat memasukan data ke dalam

database komputer, dalam penelitian ini peneliti melakukan coding yaitu

Setelah semua formulir diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

pengecekan atau coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau

hurup menjadi data angka (bilangan).


c. Processing (memasukan data)

Data yang berasal dari formulir yang telah dikoding, dipindahkan ke

komputer untuk melakukan pengelolahan data program yang digunakan

adalah microsoft excel. Selain itu dalam proses ini dituntut ketelitian

dalam melakukan entry data.

d. Clening (pembersihan data)

Clening yaitu memberisihkan data dan merupakan kegiatan

pengecekan kembali data yang sudah dientry ke komputer untuk melihat

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode.

I. Jadwal Penelitian

Kegiatan Desember Januari Februari Maret april Mei Juni juli

Bimbingan proposal

Ujian proposal

Prosedur

pengambilan data

Penulisan draf skripsi

Ujian skripsi

Anda mungkin juga menyukai