Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu
B. Landasan Teori

1. Pengertian Pemukiman
Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di
luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun
perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan ( Undang – undang no 1 tahun
2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman )
Adapun ketentuan persyaratan kesehatan perumahan dan
rumah tinggal menurut Keputusan Menteri Kesehatan
No.829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut :.
a. Bahan bangunan
1) Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan
yang dapat membahayakan kesehatan, antara lain :
a. Debu total kurang dari 150 μg/m2,
b. Asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam,
c. Plumbum (Pb) kurang dari 300 mg/kg bahan.
2) Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan
Berkembangnya mikroorganisme patogen.
b. Komponen dan penataan ruangan
1) Lantai kedap air dan mudah dibersihkan.
2) Dinding rumah memiliki ventilasi, kamar mandi dan kamar
cuci kedap air dan
mudah dibersihkan.
3) Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan
kecelakaan.
4) Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir.
5) Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya.
6) Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.
c. Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak
langsung dapat
menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan
minimal 60 lux dan
tidak menyilaukan mata.
d. Kualitas udara
1) Suhu udara nyaman antara 18–30oC.
2) Kelembaban udara 40–70%.
3) Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam.
4) Pertukaran udara 5 kaki3/menit/penghuni.
5) Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam.
6) Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3.
e. Ventilasi
Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10%
luas lantai.
f. Vektor penyakit
Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di
dalam rumah.
g. Penyediaan air
1) Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas
minimal 60
liter/orang/hari;
2) Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air
bersih dan/atau air
minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 32 tahun
2017 dan Peraturan
Menteri Kesehatan nomor 492/MENKES/PER/IV tahun
2010.
h. Sarana penyimpanan makanan
Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman.
g. Pembuangan Limbah :
1) Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber
air, tidak
menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah.
2) Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak
menimbulkan bau, tidak
mencemari permukaan tanah dan air tanah
j. Kepadatan hunian :
Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari
2 orang
tidur.

2. Pengertian Rumah
Menurut Depkes RI ( 2012) Rumah harus memenuhi syarat dan
ketentuan teknis untuk melindungi penghuni rumah dari berbagai
ancaman bahaya dan gangguan kesehatan, sehingga derajat
kesehatan yang optimal dapat dicapai oleh penghuninya. dengan
pengertian bahwa rumah sehat merupakan rumah yang memenuhi
kriteria minimal : akses air minum, akses jamban sehat, lantai,
ventilasi, dan pencahayaan. yang memenuhi persyaratan dan
melindungi penghuni rumah dari berbagai ancaman bahaya dan
gangguan kesehatan, sehingga derajat kesehatan yang optimal
dapat dicapai oleh penghuninya.
Menurut Siti Hani dan Cok dewi (2011) Beberapa persyaratan
rumah sehat antara lain memenuhi kebutuhan fisiologis,
memenuhi kebutuhan psikologis, mencegah penularan penyakit,
mencegah terjadinya kecelakaan.
1) Memenuhi kebutuhan Fisiologis.
1. Pencahayaan
Cahaya mempunyai sifat dapat membunuh bakteri telah diketahui
sejak lama. Selain itu sinar UV dari cahaya matahari sering
dimanfaatkan untuk pengobatan rachitis.
Cahaya cukup untuk penerangan ruang di dalam rumah
merupakan kebutuhan kesehatan manusia. Penerangan ini dapat
diperoleh dengan pengaturan cahaya buatan dan cahaya alam.
a. Pencahayaan Alam.
Diperoleh dengan masuknya sinar matahari kedalam ruangan
melalui jendela celah – celah dan bagian – bagian bangunan yang
terbuka sinar ini sebaiknya tidak terhalang oleh bangunan, pohon
– pohon maupun tembok pagar yang tinggi. Cahaya matahari ini
berguna selain penerangan juga dapat mengurangi kelembapan
ruang, mengusir nyamuk, membunuh kuman – kuman penyebab
penyakit tertentu seperti TBC, influenza, penyakit mata dan lain
– lain.
b. Pencahayaan Buatan
Cahaya buatan yang baik tidak akan menganggu atau
menurunkan produktivitas kerja. Perkembangan cahaya buatan
dimulai dari cahaya obor dari kayu cemara,lampu minyak tanah,
lilin,lampu gas sampai pada lampu listrik.

2. Ventilasi ( Penghawaan )
Hawa segar diperlukan dalam rumah untuk menganggu udara
ruangan yang sudah terpakai. Udara segar diperlukan untuk
menjaga temperatur dan kelembapan udara dalam ruangan.
Sebaiknya temeparatur udara dalam ruangan harus lebih rendah
paling sedikit 4°C dari temperatur udara luas daerah tropis.
Umumnya temperatur kamar 22°C - 30°C sudah cukup besar.
Pergantian udara bersih untuk orang dewasa adalah 33
m³/orang/jam, kelembapan udara berkisar 60% optimum.

3. Tidak Bising, Jauh dari kebisingan lalu lintas maupun pabrik.

4. Jumlah kamar cukup dan ukuran memadai.

5. Tata letak ruang baik.

6. Bahan bangunan

1. Lantai
Lantai yang baik biasanya menggunakan keramik,ubin,semen.
2. Dinding
Biasa nya menggunakan tembok berbahan batu bata / batako atau
menggunakan papan kayu.
3. Langit – langit
Umumnya menggunakan genteng.
a. Harus dapat menahan debudan kotoran yang jatuh dari atap
b. Harus menutup rata kerangka atap kuda – kuda penyangga denga
konstruksi bebas tikus.
4. Tersedia tempat pembuangan air hujan, air kotor, air sampah
5. Terdapat halaman rumah.
2) Syarat Psikis
Syarat diantaranya yakni :
a. Tercipta rasa aman
b. Anak perempuan dan laki – laki diatas 10 tahun memiliki kamar
terpisah
c. Ada jaminan kesehatan bagi anggota keluarga di tempat tinggal
tersebut.
3) Syarat jauh dari kecelakaan
a. Terdapat pengamanan dan pencegahan terjadinya kecelakaan
b. Bahan dan konstruksi kuat.
c. Alat pembakaran > 5 cm dari dinding.
d. Alat listrik > 5 cm dari lantai.
e. Adanya alat pemadam kebakaran, terutama yang menggunakan
gas.

3. Tuberculosis Paru ( TB Paru )


Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk basil
dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Basil
Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh
Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk
mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama basil Koch. TB
paru terutama menyerang paru - paru sebagai tempat infeksi
primer, selain itu, tuberculosis dapat juga menyerang kulit,
kelenjar limfe, tulang, dan selaput otak. TB paru menular melalui
droplet infeksius yang terinhalasi oleh orang sehat. (Darliana,
2017)

a. Penyebab TB Paru
Tuberkulosis paru disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Kuman tersebut mempunyai ukuran 0,5-4 mikron x
0,3-0,6 mikron dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak
bengkok, bergranular atau tidak mempunyai selubung, tetapi
mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama
asam mikolat) terutama dalam keadaan kering dan dingin . (Rini,
2013)

b. Klasifikasi TB Paru
Penyakit TB Paru dapat dibedakan menjadi 2, yaitu
1) Tuberkulosis paru BTA positif
a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS
hasilnya BTA positif.
b. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto
toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis.
c. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan
biakan kuman TB positif.
d. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3
spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya
hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT.
2) Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA
positif. Kriteria
diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
a. Minimal 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negative
b. Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberculosis
c. Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non
OAT.
d. Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi
pengobatan

2) TB Ekstra Paru
dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya,
yaitu:
1. TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe,
pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang
belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
2. TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier,
perikarditis peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral,
TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan
alat kelamin.

c. Faktor yang mempengaruhi TB Paru


1) Faktor Sosial Ekonomi :
Disini sangat erat dengan keadaan rumah, kepadatan hunian,
lingkungan perumahan, lingkungan dan sanitasi tempat kerja
yang buruk dapat memudahkan penularan TBC. Pendapatan
keluarga sangat erat juga dengan penularan TBC karena
pendapatan yang kecil membuat orang tidak dapat layak
dengan memenuhi syarat-syarat kesehatan.
2) Status gizi :
Keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin,
zat
besi dan Iain-lain, akan mempengaruhi daya tahan tubuh
seseorang sehingga rentan terhadap penyakit termasuk TB
paru. Keadaan ini merupakan faktor penting yang
berpengaruh di negara miskin, baik pada orang dewasa
maupun anak-anak.
3) Umur :
Penyakit TB paru paling sering ditemukan pada usia muda atau
usia
produktif 15-50 tahun . Dengan terjadinya transisi demografi
saat ini
menyebabkan usia harapan hidup lansia menjadi lebih tinggi.
Pada usia lanjut ebih dari 55 tahun system imunolosis
seseorang menurun, sehingga sangatrentan terhadap berbagai
penyakit, termasuk penyakit TB-paru.
4) Jenis kelamin:
Penderita TB-paru cenderung lebih, tinggi pada laki-laki
dibandingkan perempuan.
5) Faktor Sarana :
a. Tersedianya obat yang cukup dan kontinu,
b. Dedikasi petugas kesehatan yang baik ,
c. Pemberian regiment OAT yang adekuat.
6) Faktor penderita :
a. Pengetahuan penderita yang cukup mengenai penyakit TB
paru. Cara pengobatan dan bahaya akibat berobat tidak
adekuat,
b. Cara menjaga kondisi tubuh yang baik dengan makanan
bergizi. Cukup istirahat, hidup teratur dan tidak minum
alcohol atau merokok.
c. Cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan dengan
tidak membuang dahak sembarangan, bila batuk menutup
mulut dengan saputangan, jendela rumah cukup besar
untuk mendapat lebih banyak sinar matahari.
d. Sikap tidak perlu merasa rendah diri atau hina karena TB
paru adalah penyakit infeksi biasa dan dapat disembuhkan
bila berobat dengan benar.
e. Kesadaran dan tekad penderita untuk sembuh.
7) Faktor keluarga
Dukungan keluarga sangat menunjang keberhasilan
pengobatan seseorang dengan cara selalu mengingatkan
penderita agar makan obat, pengertian yang dalam terhadap
penderita
8) Faktor Lingkungan
a. Kepadatan Hunian. Kepadatan penghuni merupakan
suatu proses penularan penyakit. Semakin padat maka
perpindahan penyakit, khususnya penyakit menular
melalui udara akan semakin mudah dan cepat, apalagi
terdapat anggota keluarga yang menderita Tb paru
dengan BTA (+). Kuman Tb paru cukup resisten
terhadap antiseptik tetapi dengan cepat akan menjadi
inaktif oleh cahaya matahari, sinar ultraviolet yang dapat
merusak atau melemahkan fungsi vital organisme dan
kemudian mematikan. Kepadatan hunian ditempat
tinggal penderita Tb paru anak paling banyak ialah
tingkat kepadatan rendah. Suhu di dalam ruangan erat
kaitannya dengan kepadatan hunian dan ventilasi rumah.
b. Ventilasi. Hal ini berhubungan dengan minimal luas
jendela/ ventilasi adalah 15% dari luas lantai,
1. Menjaga agar aliran udara di dalam rumah tetap
segar, sehingga keseimbangan O2 yang diperlukan
oleh penghuni rumah tetap terjaga. Kurangnya
ventilasi akan menyebabkan kurangnya 02 di dalam
rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun
bagi penghuninya menjadi meningkat,
2. Menjaga agar udara di ruangan rumah selalu tetap
dalam kelembaban (humidity) yang optimum.
Kelembaban yang optimal (sehat) yaitu sekitar 40 –
70% kelembaban yang lebih dari 70% akan
berpengaruh terhadap kesehatan penghuni rumah.
Kelembaban udara di dalam ruangan naik karena
terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan
penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan
media yang baik untuk bakteri - bakteri patogen
(penyebab penyakit),
3. Membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri,
terutama bakteri patogen, karena disitu selalu terjadi
aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang
terbawa oleh udara akan selalu mengalir.
4. Lingkungan perokok dapat menyebabkan udara
mengandung nitrogen oksida sehingga menurunkan
kekebalan pada tubuh terutama pada saluran napas
karena berkembang menjadi makrofag yang dapat
menyebab infeksi.
9) Suhu Udara.
Suhu udara yang ideal dalam rumah antara 18 - 30°C. Suhu
optimal pertumbuhan bakteri sangat bervariasi.
Mycobacterium tuberculosis tumbuh optimal pada suhu 37°C.
Paparan sinar matahari selama 5 menit dapat membunuh M.
tuberculosis dan tahan hidup pada tempat gelap, sehingga
perkembangbiakan bakteri lebih banyak di rumah yang gelap

Anda mungkin juga menyukai