Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pembangunan kota – kota besar Di Indonesia tumbuh dan berkembang tidak dari
penduduk di kota itu sendiri, melainkan juga datang dari penduduk luar kota yang ingin
tinggal serta turut membangun kota. Dengan semakin bertumbuhnya pembangunan di
wilayah kota, maka tumbuh pula penduduk yang memerlukan tempat tinggal, terutama
tempat tinggal yang dekat dengan sumber mata pencaharian.Tempat tinggal yang
dibangun penduduk kota besar kadang kala tidak sesuai dengan pertumbuhan kota sering
ditemui pemukiman tertinggal sebagai akibat dari kemampuan penduduk yang berbeda,
Alhasil terdapat pemukiman padat penduduk dengan kondisi jalan yang sempit, kondisi
rumah yang berdempetan, sanitasi yang buruk, rawan terhadap musbah kebakaran atau
musibah lain yang dapat berdampak bagi penduduk tersebut.(Pasya, 2012)
Faktor utama penyebab meningkatnya kasus baru TB adalah penemuan kasus atau
diagnosis yang kurang memenuhi standar, ketersediaan obat tidak memadai, kurang nya
pemantauan, pencatatan dan pelaporan yang memenuhi standar bila terdapat kasus serta
beberapa faktor yang terdapat kaitan nya dengan kejadian TB paru yaitu sumber
penularan, tingkat paparan,daya tahan tubuh, lingkungan fisik rumah. (Fitria et al, 2016)
B. Identifkasi masalah
Kondisi rumah wilayah Puskesmas Simomulyo saling berdempetan satu sama lain,
terletak di gang – gang sempit, tidak memiliki ventilasi yang cukup, serta lahan did
aderah tersebut berukuran sempit yang dihuni > 4 orang. Dan wilayah kerja puskesmas
simomulyo masuk kedalam 10 besar dengan kejadian TB Paru di wilayah kota Surabaya.
C. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan anatar kondisi rumah dengan kejadian penyakit TB Paru dengan
wilayah Kerja Puskemas Simomulyo di Kota Surabaya.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan kondisi fisik dan komponen rumah terhadap kejadian TB
Paru di Wilayah kerja Puskesmas Simomulyo.
2. Tujuan Khusus
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas
Sebagai informasi serta saran mengenai hubungan kondisi rumah dengan
kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Simomulyo Kota Surabaya
2. Bagi Masyarakat
Sebagai informasi kepada masyarakat mengenai hubungan kondisi rumah
dengan penyakit TB Paru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
1. Shabrina Izzati, Masrul Basyar, Julizar Nazar. Penelitian tentang “Faktor
Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah
Kerja Puskesmas Andalas Tahun 2013” Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian TB Paru di
wilayah kerja Puskesmas Andalas tahun 2013. Adapun faktor risiko yang
diteliti yakni berupa status gizi, riwayat penyakit diabetes mellitus (DM),
kondisi ventilasi rumah, kepadatan hunian rumah, dan pencahayaan
rumah.Penelitian ini menggunakan desain case control.Sampel pada
penelitian ini berjumlah 66, yakni terdiri dari 33 kasus (didapat dari rekam
medis Puskesmas Andalas) dan 33 kontrol (sesuai kriteria inklusi
kontrol).Data primer diperoleh dari wawancara dan pengukuran lansung.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square didapatkan faktor
risiko yang berhubungan dengan kejadian TB paru adalah status gizi
riwayat penyakit DM, kondisi ventilasi rumah, kepadatan hunian, dan
pencahayaan rumah. Status gizi dan pencahayaan rumah secara statistic
memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian TB paru, sedangkan
riwayat penyakit DM, ventilasi dan kepadatan hunian secara statistik tidak
memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian TB paru.
2. A.H. Mahpudin dan Renti Mahkota. Penelitian ini tentang “Faktor
Lingkungan Fisik Rumah, Respon Biologis dan Kejadian TBC Paru di
Indonesia” penelitian ini bertujuan Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui hubungan kondisi lingkungan rumah, faktor sosial ekonomi
dan faktor respon biologis terhadap kejadian TBC paru BTA positif pada
penduduk dewasa di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Survei Prevalensi TBC
Nasional dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2004
dengan rancangan studi kasus kontrol dengan rasio kasus dan kontrol 1:4.
Populasi penelitian ini adalah penduduk berumur 15 tahun keatas. Sampel
adalah responden Susenas 2004 sebanyak 380 orang yang terdiri dari 76
kasus dan 304 kontrol. Kasus adalah penduduk dewasa yang didiagnosis
TBC berdasarkan hasil
pemeriksaan sputum BTA positif. Kontrol adalah penduduk yang
yang berasal dari kecamatan yang sama dengan kasus dengan hasil BTA
negatif. Ditemukan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
TBC Paru adalah sumber kontak serumah OR 3,46 (1,316;9,091) kondisi
rumah yang berlantai tanah OR 2,2 (1,135;4,269) dan pendapatan perkapita
OR 2,145 (1,249;3,683). Disarankan untuk melaksanakan program
penemuan kasus secara aktif khusus untuk masyarakat berpenghasilan
rendah, terutama untuk deteksi dini, pengobatan secara cepat dan tepat,
melaksanakan program penemuan kasus secara aktif, dan program rumah
sehat masyarakat miskin.
3. Agung Aji Perdana1, Yolan Sasana Putra, penelitian ini tentang “Hubungan
Faktor Lingkungan Fisik Rumah terhadap Kejadian TB Paru di Wilayah
Kerja Puskesmas Panjang, Lampung” Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan lingkungan fisik rumah dengan kejadian TB Paru
diwilayah kerja Puskesmas Panjang. Penelitian ini menggunakan desain
case control dengan jumlah sampel sebanyak 50 kasus penderita TB Paru
positif dan 50 kontrol bukan penderita TB Paru. Analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan kepadatan hunian, ventilasi,
pencahayaan, kelembaban. Kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor
pencahayaan merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan
kejadian TB Paru di Puskesmas Panjang. Oleh karena itu masyarakat agar
lebih memperhatikan aspek sanitasi rumah sehat dan selalu berperilaku
hidup bersih dan sehat untuk mengurangi resiko TB Paru.
B. Landasan Teori
1. Pengertian Pemukiman
Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan
yang mendukung perikehidupan dan penghidupan ( Undang – undang no 1
tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman )
Adapun ketentuan persyaratan kesehatan perumahan dan rumah tinggal
menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.829/Menkes/SK/VII/1999 adalah
sebagai berikut :
a. Bahan bangunan
1) Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan
yang dapat membahayakan kesehatan, antara lain :
a. Debu total kurang dari 150 μg/m2,
b. Asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam,
c. Plumbum (Pb) kurang dari 300 mg/kg bahan.
2) Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan
Berkembangnya mikroorganisme patogen.
c. Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak
langsung dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas
penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata.
d. Kualitas udara
1) Suhu udara nyaman antara 18–30oC.
2) Kelembaban udara 40–70%.
3) Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam.
4) Pertukaran udara 5 kaki3/menit/penghuni.
5) Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam.
6) Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3.
e. Ventilasi
Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.
f. Vektor penyakit
Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.
g. Penyediaan air
g. Pembuangan Limbah :
1) Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber
air, tidak
menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah.
2) Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan
bau, tidak
mencemari permukaan tanah dan air tanah
j. Kepadatan hunian :
Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak
untuk lebih dari 2 orang tidur.
2. Pengertian Rumah
Menurut Depkes RI ( 2012) Rumah harus memenuhi syarat dan ketentuan
teknis untuk melindungi penghuni rumah dari berbagai ancaman bahaya dan
gangguan kesehatan, sehingga derajat kesehatan yang optimal dapat dicapai
oleh penghuninya. dengan pengertian bahwa rumah sehat merupakan rumah
yang memenuhi kriteria minimal : akses air minum, akses jamban sehat, lantai,
ventilasi, dan pencahayaan. yang memenuhi persyaratan dan melindungi
penghuni rumah dari berbagai ancaman bahaya dan gangguan kesehatan,
sehingga derajat kesehatan yang optimal dapat dicapai oleh penghuninya.
Menurut Siti Hani dan Cok dewi (2011) Beberapa persyaratan rumah
sehat antara lain memenuhi kebutuhan fisiologis, memenuhi kebutuhan
psikologis, mencegah penularan penyakit, mencegah terjadinya kecelakaan.
1. Pencahayaan
Cahaya mempunyai sifat dapat membunuh bakteri telah diketahui sejak
lama. Selain itu sinar UV dari cahaya matahari sering dimanfaatkan untuk
pengobatan rachitis.
Cahaya cukup untuk penerangan ruang di dalam rumah merupakan
kebutuhan kesehatan manusia. Penerangan ini dapat diperoleh dengan
pengaturan cahaya buatan dan cahaya alam.
a. Pencahayaan Alam.
Diperoleh dengan masuknya sinar matahari kedalam ruangan
melalui jendela celah – celah dan bagian – bagian bangunan yang
terbuka sinar ini sebaiknya tidak terhalang oleh bangunan, pohon
– pohon maupun tembok pagar yang tinggi. Cahaya matahari ini
berguna selain penerangan juga dapat mengurangi kelembapan
ruang, mengusir nyamuk, membunuh kuman – kuman penyebab
penyakit tertentu seperti TBC, influenza, penyakit mata dan lain –
lain.
b. Pencahayaan Buatan
Cahaya buatan yang baik tidak akan menganggu atau
menurunkan produktivitas kerja. Perkembangan cahaya buatan
dimulai dari cahaya obor dari kayu cemara,lampu minyak tanah,
lilin,lampu gas sampai pada lampu listrik.
2. Ventilasi ( Penghawaan )
Hawa segar diperlukan dalam rumah untuk menganggu udara ruangan
yang sudah terpakai. Udara segar diperlukan untuk menjaga temperatur
dan kelembapan udara dalam ruangan. Sebaiknya temeparatur udara
dalam ruangan harus lebih rendah paling sedikit 4°C dari temperatur
udara luas daerah tropis. Umumnya temperatur kamar 22°C - 30°C sudah
cukup besar. Pergantian udara bersih untuk orang dewasa adalah 33
m³/orang/jam, kelembapan udara berkisar 60% optimum.
6. Bahan bangunan
1. Lantai
Lantai yang baik biasanya menggunakan keramik,ubin,semen.
2. Dinding
Biasa nya menggunakan tembok berbahan batu bata
batako atau menggunakan papan kayu.
3. Langit – langit
Umumnya menggunakan genteng.
a. Harus dapat menahan debudan kotoran yang jatuh dari atap
b. Harus menutup rata kerangka atap kuda – kuda penyangga denga
konstruksi bebas tikus.
4. Tersedia tempat pembuangan air hujan, air kotor, air sampah
5. Terdapat halaman rumah.
2) Syarat Psikis
Syarat diantaranya yakni :
a. Penyebab TB Paru
Tuberkulosis paru disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
Kuman tersebut mempunyai ukuran 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron dengan
bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak
mempunyai selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari
lipoid (terutama asam mikolat) terutama dalam keadaan kering dan dingin .
(Rini, 2013)
b. Klasifikasi TB Paru
Penyakit TB Paru dapat dibedakan menjadi 2, yaitu
2) TB Ekstra Paru
dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
1. TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis
eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan
kelenjar adrenal.
2. TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis
peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB
usus, TB saluran kemih dan
alat kelamin.
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala
khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis
tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk
menegakkan diagnosa secara
klinik.
a. Gejala sistemik/umum:
• Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan
darah)
• Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam
seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
b. Gejala khusus:
1. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
2. sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat
penekanan
3. kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara
“mengi”,
4. suara nafas melemah yang disertai sesak.
5. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
6. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
yang
7. pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit
diatasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
8. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
9. disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah
demam
10. tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
e. Pencegahan TB Paru
Pencegahan TB Paru oleh Dirjen P2Pl Depkes RI (2009)
1) Tidak membuang dahak di sembarang tempat.
2) Perilaku hidup bersih dan sehat
a. Menjemur peralatan orang
b. Membuka pintu dan jendela setiap hari dan sinar matahari dapat
masuk
c. Mengkonsumsi makanan bergizi.
d. Tidak merokok dan minum – minuman keras
e. Olahraga secara teratur.
Keterangan :
: Tidak Diteliti
: Diteliti
Penjelasan :
Berdasarkan kerangka konsep diatas dapat dijelaskan bahwa, penyakit TB paru dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu agent, kondisi rumah, dan karakteristik individu. Dimana agent
penyakit TB Paru adalah Bakteri (Mycobacterium Tuberculosis). Agent penyakit TB Paru tidak dapat
menyebabkan penyakit TB paru tidak dapat menyebabkan penyakit TB paru pada manusia tanpa
didukung oleh Faktor lingkungan dan faktor manusia. Faktor lingkungan yang dimaksud yaitu kondisi
rumah meliputi ventilasi, suhu, kelembapan, pencahayaan, dinding, lantai, atap, luas bangunan,
kepadatan hunian, dan kebiasaan membuka jendela kamar atau ruangan. Kemudian faktor manusia yang
dimaksud adalah status gizi, umur,jenis kelamin, imunisasi, pengetahuan, kondisi sosial – ekonomi, dan
Membuang dahak di sembaran tempat.
B. Hipotesis Penelitian
Ada Hubungan antara kondisi rumah dengan kejadian penyakit TB Paru di wilayah kerja
Puskesmas Simomulyo Kota Surabaya
BAB IV
METODE PENELITIAN
1) Waktu penelitian
2) Lokasi Penelitian
2. Sampel
3. Besar Sampel
1. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas
b. Variabel terikat
c. Variabel pengganggu
Kondisi
Kejadian Penyakit TB Paru
Rumah :
1. Ventilasi
2. Suhu
3. Kelembapan
4. Pencahayaan
5. Kepadatan
Hunian
6. Membuka
Karakteristik
JendelaIndividu
kamar
atau Ruangan
1. Imunisasi
2. Umur
3. Jenis Kelamin
1. Definisi Operasional Variabel