Anda di halaman 1dari 4

Kesehatan Dan “PR” Yang Tak Pernah Di Kerjakan

Aku ingin membuat suatu negara dimana semua orang merasa bahagia di dalamnya. (Moh
hatta.)

Penelitian dr. Alan Yeung, direktur medis di Stanford Cardiovascular Health, mengatakan
bahwa seseorang yang memiliki tingkat stres tinggi akan mengalami peningkatan irama
jantung dan tekanan darah.

Dari stress dapat memicu strooke, penyakit jantung, hingga kematian. Salah satu masalah
utamanya adalah karena kurang bahagia.

Tentu saja tingkat dan persfektif kebahagiaan orang berbeda – beda tergantung dari situasi
dan keadaannya. Ada yang bahagia karena punya banyak harta, ada yang bahagia karena
kesehatan, karena keturunan, dan sebagainya.

Secara filsafat hermeneutika, Dalam melakukan pendekatan terhadap kemanusiaan, pada


umumnya hanya dapat di ketahui melalui pendekatan dari luar yang di sebut dengan
“Erklaren”, sedangkan yang paling penting dan mendalam dalam melakukan pendekatan
dengan kemanusiaan harus berpartisipasi dengan kegiatan mereka yang di sebut dengan
“Verstehen”.

Misalnya adalah ketika mendefenisikan orang miskin melalui statistik dengan melihat
pendapatan mereka, cara ini adalah cara Enklaren, sedangkan mengenai cara pikir orang
miskin, apa itu miskin, dan sistem miskin, terutama pemaknaan bahagia bagi orang miskin
hanya dapat diketahui melalui partisipasi kegiatan mereka melalui pendekatan Verstehen.

Di negara ini semacam kontradiksi justru terjadi, Banyaknya peraturan peurundang-undangan


tentang kejahatan malah membuat semakin banyak nya kejahatan, banyaknya lembaga
pendidikan justru membuat pendidikan indonesia berada di posisi bawah dibandingkan
negara negara asia lainyya

Tak dapat di bayangkan apa yang terjadi jika konsep pendidikan kesehatan justru keliru dan
salah kaprah sebagaimana yang diajarkan di sekolah-sekolah. Dan masalah tersebut adalah
“PR” kita bersama.
Kementerian “Kesakitan”

Sejak awal-awal indonesia merdeka, negara ini telah membentuk suatu lembaga kesehatan
tepatnya pada tanggal 19 agustus 1945, lembaga tersebut adalah Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

Lembaga tersebut di atas mempunyai delapan fungsi yang kesemuanya adalah tentang
pencegahan terhadap penyakit atas warganya. Secara tak langsung, ia adalah implementasi
dari keingginan bung hatta.

Setelah 74 tahun Kementerian Kesehatan Republik Indonesia berdiri dengan gonta ganti
menteri, kesehatan warga indonesia dari tahun ke tahun justru bertambah buruk. Menteri
kesehatan tahun periode pertama pemerintahan jokowi, Nila F. Moeloek menuturkan nilai
klaim BPJS Kesehatan yang lebih besar daripada total iuran didorong oleh jumlah penduduk
sakit di Indonesia yang mencapai 65%.

Artinya lebih dari separuh warga indonesia hidup dalam keadaan sakit setiap hari, dalam teori
kriminologi ada yang di sebut dengan “angka gelap kejahatan”, yaitu angka atau jumlah
kejahatan yang tidak di ketahui, tidak terdata. Jumlahnya lebih banyak dari data yang di
sodorkan.

Dalam kesehatan pun tak dapat di pungkiri adanya angka gelap kesehatan!

Tujuan utama untuk mencegah dan membangun kemauan setiap warga negara untuk sehat
nyatanya harus di sibukkan dengan banyaknya warga negara yang “sakit”. Kementerian
kesehatan berubah menjadi Kementerian “Kesakitan”

Menurut ilmu psikologi bahwa setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan
pada masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi negara, dan
setiap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi
pembangunan negara

kerugian itu terlihat dari defisitnya angaran BPJS dari tahun ketahun. Tahun 2020 diproyeksi
defisit mencapai Rp39,5 triliun, tahun 2021 defisit mencapai Rp50,1 triliun, 2022 sebesar
Rp58,6 triliun, 2023 Rp67,3 triliun, dan 2024 sebesar Rp77,9 triliun.(sindo)

benang merah dari fakta di atas adalah dengan menaikkan iuran BPJS kesehatan 100%
kewajiban negara untuk melindungi warga sesuai dengan bunyi pasal 28H UUD 1945 “
setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”, harus
di bayar oleh warga negara.

Kerja Sama Kementerian

Sejarah telah mencatat bahwa indonesia sejak tahun 1947 sampai sekarang (2019) telah gonta
ganti kurikulum sebanyak sebelas kali, mulai dari Rentjana Peladjaran Dirintji Dalam
Rentjana Peladjaran Terurai tahun 1947 sampai kurikulum 13 yang masih kita pakai saat
ini.

Yang tetap di pertahankan dari semua perubahan kurikulum adalah mata pelajaran
pendidikan jasmani dan olahraga, bahkan dalam kurikulum 13 mewajibkan mata pelajatan
pendidikan dan olahraga di semua jenjang sekolah, mulai dari sekolah dasar ( SD ) sampai
Sekolah Menengah Atas ( SMA ).

Jika hasil Sembilan tahun belajar tentang jasmani dan olahraga di sekolah hanya melahirkan
65% penduduk indonesia yang tidak sehat, terlalu naifkah kita jika harus mempertanyakan
keseriusan negara dalam membentuk kurikulium dan kesehatan? Terlalu “malas” kah
sekolah menjadikan siswa siswi cerdas dalam hidup sehat?

Krisis belajar adalah krisis pengajaran ( dalam hal ini pendidikan jasmani dan olahraga ) .
selain guru harus memperisapkan berbagai jenis keterampilan yang di butuhkan pekerjaan di
masa depan, sekolah harus mempersiapkan lebih dari kesterampilan membaca, menulis.

Siswa siswi harus mampu menafsir informasi, membentuk opini, kreatif, aktif, berkomunikasi
yang baik, serta sehat dan tangguh.

Sekolah harus berhenti mengajarkan konsep “matematika” dalam mata pelajaran pendidikan
jasmani dan olahraga di sekolah berupa panjang ukuran badminton, lebar lapangan bola kaki,
dan tinggi net volly.

Di perlukan kerja sama lembaga Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan dan
olahraga di bidang kurikulum sekolah dan pengajaran untuk mewujudkan generasi emas
sesuai dengan cita cita bangsa.
Hanya dengan cara itu kita dapat mewujudkan tujuan Undang – Undang No 36 Tahun 2009
Tentang kesehatan dalam pasal 3 uang berbunyi “Pembangunan kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setingi-tinginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sasial dan ekonomis”.

Sekaligus mewujudkan tujuan Undang – Undang no 20 Tahun 2003 Tentang Sistem


Pendidikan Nasional dalam pasal 3 bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab”.

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia hanya dapat terwujud dengan kesehatan jiwa
dan mental seluruh rakyat indonesia.

Anda mungkin juga menyukai