Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Leukemia merupakan suatu penyakit keganasan yang berasal dari sel induk sistem
hematopoetik yang mengakibatkan poliferasi sel-sel darahputih tidak terkontrol dan pada sel-sel
darah merah namun sangat jarang. Ini adalah suatu penyakit darah dan organ-organ dimana sel-sel
darah tersebut dibentuk dan ditandai dengan proliferasi sel-sel imatur abnormal yang
mempengaruhi produksi dari sel-sel darah normal lainnya. Penyakit ini disebabkan terjadinya
kerusakan pada pabrik pembuatsel darah yaitu pada sum-sum tulang bekerja aktif membuat sel-
sel darah tetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak
pertumbuhan sel darah normal. Walaupun penyebab dasar leukemia tidak diketahui, pengaruh
genetik maupun faktor-faktor lingkungan kelihatannya memainkan peranan.

Di Indonesia kasus leukemia sebanyak ± 7000 kasus/tahun dengan angkakematian mencapai 83,6 %
(Herningtyas, 2004). Data dari International Cancer Parent Organization (ICPO) menunjukkan
bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat120 anak yang mengidap kanker dan 60 % diantaranya
disebabkan oleh leukemia(Sindo, 2007). Data dari WHO menunjukkan bahwa angka kematian di
AmerikaSerikat karena leukemia meningkat 2 kali lipat sejak tahun 1971 (Katrin, 1997).Di
Amerika Serikat setiap 4 menitnya seseorang terdiagnosa menderita leukemia.

1.2. Tujuan

A. Tujuan Umum
Dapat menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan masalah kesehatan terutama
leukemia

B. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dan keluarga dengan masalah
leukemia.
b. Mahasiswa mampu menganalisa data dengan masalah leukemia.
c. Mahasiswa mampu menyusun rencana dan intervensi keperawatan terhadap klien dengan
leukemia.
d. Mahasiswa mampu melakukan implementasi sesuai dengan intervensi keperawatan
yang telah disusun.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap implementasi keperawatan yang telah
dilaksanakan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP MEDIS
1. DEFENISI

Penyakit neoplastik yang ditandai oleh proliferasi abnormal dari sel-sel hematopietik.
(Sylvia&Lorraine,1992). Proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam
sumsumtulang menggantikan elemen sumsum tulang normal. (Brunner&Suddarth,1996).
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang
dan limfa nadi (Reeves, 2001). Leukemia adalah istilah umum yang digunakan untuk keganasan
padasumsum tulang dan sistem limpatik (Wong, 1995).

2. ETIOLOGI

Etiologi pasti dari leukemia ini belum diketahui. Leukemia, sama halnya
dengan kanker lainnya, terjadi karena mutasi somatic pada DNA yang
mengaktifkan onkogenesis atau menonaktifkan gen suppressor tumor, dan menganggu
regulasi dari kematian sel, diferensiasi atau divisi.Tapi penelitian telah dapat mengemukakan
factor resiko dari Leukemiaini, antara lain:

a. Tingkat radiasi yang tinggi


Orang – orang yang terpapar radiasi tingkat tinggi lebih mudah terkena leukemia
dibandingkan dengan mereka yang tidak terpapar radiasi. Radiasi tingkat tinggi bisa terjadi
karena ledakan bom atom seperti yang terjadi di Jepang. Pengobatan yang menggunakan
radiasi bisa menjadi sumber daripaparan radiasi tinggi.

b. Orang-orang yang bekerja dengan bahan – bahan kimia tertentu


Terpapar oleh benzene dengan kadar benzene yang tinggi di tempat kerja dapat
menyebabkan leukemia. Benzene digunakan secara luas di industri kimia.Formaldehid
juga digunakan luas pada industri kimia, pekerja yang terpapar formaldehid memiliki
resiko lebih besar terkena leuikemia.

c. Kemoterapi
Pasien kanker yang di terapi dengan obat anti kanker kadang – kadang berkembang
menjadi leukemia. Contohnya, obat yang dikenal sebagai agenal kilating dihubungkan
dengan berkembangnya leukemia akhir – akhir ini.

d. Down Syndrome dan beberapa penyakit genetic lainnya.


Beberapa penyakit disebabkan oleh kromosom yang abnormal mungkin meningkatkan
resiko leukemia.

e. Human T-cell Leukemia virus-I (HTVL-I)


Virus ini menyebabkan tipe yang jarang dari leukemia limfositik kronik yang dikenal
sebagi T-cell leukemia.

3. ANATOMI FISIOLOGI

a. Organ Pembentuk Darah


Sebelum bayi lahir, hatinya berperan sebagai organ utama dalam pembentukan darah. Saat
tumbuh menjadi seorang manusia, fungsi pokok hati adalah menyaring dan mendetoksifikasi
segala sesuatu yang dimakan, dihirup, dan diserap melalui kulit. Ia menjadi pembangkit tenaga
kimia internal, mengubah zat gizi makanan menjadi otot, energi, hormon, faktor pembekuan darah,
dan kekebalan tubuh. Yang menyedihkan, umumnya kita hanya memiliki sedikit pemahaman
tentang fungsi hati yang sedemikian rumit, vital, dan bekerja tiada henti.

b. Organ Yang Terlibat Dalam Sistem Kekebalan Tubuh

1. Nodus Limfe
Dalam tubuh manusia ada semacam angkatan kepolisian dan organisasi intel kepolisian
yang tersebar di seluruh tubuh. Pada sistem ini terdapat juga kantor-kantor polisi dengan polisi
penjaga, yang juga dapat menyiapkan polisi baru jika diperlukan. Sistem ini adalah sistem limfatik
dan kantor-kantor polisi adalah nodus limfa. Polisi dalam sistem ini adalah limfosit.
Sistem limfatik ini merupakan suatu keajaiban yang bekerja untuk kemanfaatan bagi umat
manusia. Sistem ini terdiri atas pembuluh limfa-tik yang terdifusi di seluruh tubuh, nodus limfa
yang terdapat di beberapa tempat tertentu pada pembuluh limfatik, limfosit yang diproduksi oleh
nodus limfa dan berpatroli di sepanjang pembuluh limfatik, serta cairan getah bening tempat
limfosit berenang di dalamnya, yang bersirkulasi dalam pembuluh limfatik.
Cara kerja sistem ini adalah sebagai berikut: Cairan getah bening dalam pembuluh limfatik
menyebar di seluruh tubuh dan berkontak dengan jaringan yang berada di sekitar pembuluh
limfatik kapiler. Cairan getah bening yang kembali ke pembuluh limfatik sesaat setelah melaku-
kan kontak ini membawa serta informasi mengenai jaringan tadi. Infor-masi ini diteruskan ke
nodus limfatik terdekat pada pembuluh limfatik. Jika pada jaringan mulai merebak permusuhan,
pengetahuan ini akan diteruskan ke nodus limfa melalui cairan getah bening.

2. Timus
Selama bertahun-tahun timus dianggap sebagai organ vestigial atau organ yang belum
berkembang sempurna dan oleh para ilmuwan evolusionis dimanfaatkan sebagai bukti evolusi.
Namun demikian, pada tahun-tahun belakangan ini, telah terungkap bahwa organ ini merupakan
sumber dari sistem pertahanan kita.

3. Sumsum Tulang
Sumsum tulang janin di rahim ibunya tidak sepenuhnya mampu memenuhi fungsinya
memproduksi sel-sel darah. Sumsum tulang mam-pu mengerjakan tugas ini hanya setelah lahir.
Akankah bayi ini terkena anemia saat di dalam kandungan ?
Tidak. Pada tahap ini, limpa akan bermain dan memegang kendali. Merasakan bahwa tubuh mem-
butuhkan sel darah merah, trombosit, dan granulosit, maka limpa mulai memproduksi sel-sel ini
selain memproduksi limfosit yang merupakan tugas utamanya.
4. Limpa
Unsur menakjubkan lainnya dari sistem pertahanan kita adalah limpa. Limpa terdiri dari
dua bagian: pulp merah dan pulp putih. Limfosit yang baru dibuat di pulp putih mula-mula
dipindahkan ke pulp merah, lalu mengikuti aliran darah. Kajian saksama mengenai tugas yang
dilak-sanakan organ berwarna merah tua di bagian atas abdomen ini menying-kapkan gambaran
luar biasa. Fungsinya yang sangat sulit dan rumitlah yang membuatnya sangat menakjubkan.
Keterampilan limpa tidak hanya itu. Limpa menyimpan sejumlah ter-tentu sel darah (sel darah
merah dan trombosit). Kata “menyimpan” mungkin menimbulkan kesan seakan ada ruang terpisah
dalam limpa yang dapat dijadikan tempat penyimpanan. Padahal limpa adalah organ kecil yang
tak memiliki tempat untuk sebuah gudang. Dalam kasus ini limpa mengembang supaya ada tempat
tersedia untuk sel darah merah dan trombosit. Limpa yang mengembang disebabkan oleh suatu
penyakit juga memungkinkan memiliki ruang penyimpanan yang lebih besar.

c. Pembentukan Dan Perkembangan Sistem Imun dan Sel-Sel Darah Dari Janin Hingga
Lansia

a. Usia janin minggu pertama


Kehidupan embrio sel darah premitif yang berinti diproduksi dalam yolk sac.

b. Usia janin minggu kedua


Pembentukkan terjadi pada pulau-pulau darah di sakus vitelinus/yolk sac (kantung kuning
telur). Pada minggu kedua ini terbentuk eritrosit premitif (sel yang masih berinti).

c. Usia janin minggu ke-empat


Janin mulai membentuk struktur manusia. Saat ini telah terjadi pembentukkan
otak,sumsum tulang dan tulang belakang serta jantung dan aorta.

d. Usia janin minggu ke-lima


Pada minggu ke lima terbentuknya 3 lapisan yaitu lapisan ectoderm,mesoderm, dan
endoderm. Hati yang sebagai organ utama untuk memproduksi sel-sel darah merah
terbentuk pada minggu-minggu ini yang termasuk dalam lapisan endoderm.

e. Usia janin minggu ke-enam


Pembentukkan terjadi pada hepar dan lien juga pada timus (pembentukan limfosit). Pada
minggu-minggu ini juga terbentuk eritrosit yang sesungguhnya (sudah tidak berinti) juga
terbentuk semi granulosit dan tromobosit. Selain itu juga limfosit (dari timus).

f. Usia janin minggu ke-lima belas


g. Pada minggu-minggu ini tulang dan sumsung tulang terus berkembang.

h. Usia janin minggu ke-enam belas


Pembentukkan terjadi pada sumsung tulang karena sudah terjadi proses
osifikasi(pembentukan tulang). Tapi ada juga yang menyebutkan kalau terjadi di
medulolimfatik (di medulla spinalis dan limfonodi). Tapi limfonodi ini untuk maturasi.
Dan pada minggu ke enambelas ini sudah terbentuk darah lengkap.
i. Pada dasarnya sumsum tulang dari semua tulang memproduksi sel darah merah sampai
seseorang berusia 5 tahun; tetapi sumsum dari tulang panjang, kecuali proksimal humerus
dan tibia, menjadi sangat berlemak dan tidak memproduksi lagi setelah kurang lebih
berusia 20 tahun.

j. Di atas umur 20 tahun, kebanyakan sel darah merah diproduksi dalam sumsum tulang
membranosa, seperti vertebra, sternum, iga dan ilium. Sehingga bertambahnya usia tulang-
tulang ini sumsum menjadi kurang produktif.

4. TANDA DAN GEJALA

Leukemia Mieloblastik Akut


1. Rasa lemah, pucat, nafsu makan hilang
2. Anemia
3. Perdarahan, petekie
4. Nyeri tulang
5. Infeksi
6. Pembesaran kelenjar getah bening, limpa, hati dan kelenjar mediatinum
7. Kadang – kadang ditemukan hipertrofi gusi khususnya pada M4 dan M5
8. Sakit kepala

Leukemia Mieloblastik Kronik


1. Rasa lelah
2. Penurunan berat badan
3. Rasa penuh di perut
4. Kadang – kadang rasa sakit di perut
5. Mudah mengalami perdarahan
6. Diaforesis meningkat
7. Tidak tahan panas

Leukemia Limfositik Akut


1. Malaise, demam, letargi, kejang
2. Keringat pada malam hari
3. Hepatosplenomegali
4. Nyeri tulang dan sendi
5. Anemia
6. Macam – macam infeksi
7. Penurunan berat badan
8. Muntah
9. Gangguan penglihatan
10. Nyeri kepala

Leukemia Limfositik Kronik


1. Mudah terserang infeksi
2. Anemia
3. Lemah
4. Pegal – pegal
5. Trombositopenia
6. Respons antibodi tertekan
7. Sintesis immonuglobin tidak cukup

5. PATOFISIOLOGI LEUKEMIA WOC

6. PENATALAKSANAAN

a. Penatalaksanaan medis AML Terapi induksi dan terapi konsolidasi


a) Terapi induksi (kemoterapi) → untuk membunuh selleukimia
b) Cytarabine (cystosal, ara C) daunorubbin (daunomycin,cerubidine)
c) atau mitoxantrone atau idarubicin, mercaptopurine(purinethol)
d) Supportive care (darah dan platelet) untuk infeksi,perdarahan, mukositis dan diare.
e) Granulocyte growth factor.Terapi konsolidasi/post remisi (untuk menghilangkan sisa sel
leukimia yangtidak terdeteksi secara klinis) → CytarabineTransplantasi sumsum tulang
Donor sumsum tulang menggantikan produksi sel darah. Sebelumnya dilakukan
kemoterapi dan radiasi untuk menghancurkan sumsum iskemik.Bisa terjadi resiko
penolakan dan infeksi.

b. Penatalaksanaan medis KMLFase kronis


a) Interferon dan cytocyne untuk memperbaiki kelainankromosom
b) Hydroxyurea atau busulfan (myleran) untuk mengurangiSDP
c) Leukopheresis : memisahkan dan membuang leukosit
d) Antracyline (daunomycin) untuk mengurangi SDP secaracepatFase transformasi
e) Terapi induksi dan transplantasi sumsum tulang.

c. Penatalaksaan medis ALL


a) Terapi induksi dengan tambahan kortikosteroid dan vinca alkaloid
b) Intrathecal kemoterapi (methotrexate) sebagai profilaksis SSP6
c) Maintenance : kemoterapi dosis rendah selama 3 tahun
d) Anti virus untuk mengurangi efek samping kortikosteroid
e) Transpalantasi sumsum tulang dapat menyembuhkan penyakit

d. Penatalaksaan medis KLL


a) Koemoterapi dengan kortikosteroid dan klorambusil (leukeran)
b) Cyplofosfamide, vincristine, doxorubicin
c) Imunoglobin IV untuk menangani efek samping obatseperti infeksi: pneumocystis,
listeria, mikobakteria, virus herpes dan sitomegalovirus.

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Riwayat penyakit
b. Kaji adanya tanda-tanda anemia:
Pucat
Kelemahan
Sesak
Nafas cepat
c. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia:
Demam
Infeksi
d. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia:
Ptechiae
Purpura
Perdarahan membran mukosa
e. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola:
Limfadenopati
Hepatomegali
Splenomegali
f. Kaji adanya pembesaran testis
g. Kaji adanya:
Hematuria
Hipertensi
Gagal ginjal
Inflamasi disekitar rectal
Nyeri
2. ANALISA DATA
a. Data Subjektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah sebagai berikut :
a. Lelah
b. Letargi
c. Pusing
d. Sesak
e. Nyeri dada
f. Napas sesak
g. Priapismus
h. Hilangnya nafsu makan
i. Demam
j. Merasa cepat kenyang
k. Waktu ycng cukup lama
l. Nyeri Tulang dan Persendian.
b. Data Objektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah sebagai berikut :
a. Pembengkakan Kelenjar Lympa
b. Anemia
c. Perdarahan
d. Gusi berdarah
e. Adanya benjolan tiap lipatan
f. Ditemukan sel-sel muda

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis Association (NANDA)
adalah “ suatu penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah
kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar
untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan diamana perawat bertanggung
gugat “ (Wong,D.L, 2004: 331).
Menurut Wong, D.L (2004 :596 – 610) , diagnosa pada anak dengan leukemia adalah:
a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
c. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
e. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen
kemoterapi
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise,
mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
g. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi,
imobilitas.
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.
j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita leukemia.
k. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.

4. INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi untuk mencapai tujuan
pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik
yang diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Berdasarkan
diagnosa yang ada maka dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut (Wong,D.L: 2004)

a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh


Tujuan:
Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi

Intervensi:
a) Pantau suhu dengan teliti
b) Rasional: untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
c) Tempatkan anak dalam ruangan khusus
d) Rasional: untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi
e) Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci
tangan dengan baik
f) Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
g) Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasive
h) Rasional: untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
i) Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat
penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
j) Rasional: untuk intervensi dini penanganan infeksi
k) Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
l) Rasional: rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organism
m) Berikan periode istirahat tanpa gangguan
n) Rasional: menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
o) Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
p) Rasional: untuk mendukung pertahanan alami tubuh
q) Berikan antibiotik sesuai ketentuan
r) Rasional: diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia

Tujuan:
terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Intervensi:
a) Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam
aktifitas sehari-hari
b) Rasional: menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
c) Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
d) Rasional: menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan
jaringan
e) Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
f) Rasional: mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi
g) Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri
c. Resiko terhadap cedera/perdarahan yang berhubungan dengan penurunan
jumlah trombosit
Tujuan:
klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Intervensi:
a) Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah ekimosis
Rasional: karena perdarahan memperberat kondisi anak dengan adanya anemia
b) Cegah ulserasi oral dan rectal
Rasional: karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah
c) Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
Rasional: untuk mencegah perdarahan
d) Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut
Rasional: untuk mencegah perdarahan
e) Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi cepat, dan
pucat)
Rasional: untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan
f) Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
Rasional: karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit
g) Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar untuk mengontrol perdarahan hidung
Rasional: untuk mencegah perdarahan

d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan:
Tidak terjadi kekurangan volume cairan
Pasien tidak mengalami mual dan muntah
Intervensi:
a) Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
Rasional: untuk mencegah mual dan muntah
b) Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
Rasional: untuk mencegah episode berulang
c) Kaji respon anak terhadap anti emetic
Rasional: karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil
d) Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional: bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
e) Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional: karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
f) Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
Rasional: untuk mempertahankan hidrasi\

e. Perubahan membran mukosa mulut: stomatitis yang berhubungan dengan efek samping
agen kemoterapi
Tujuan:
pasien tidak mengalami mukositis oral
Intervensi:
a) Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral
Rasional: untuk mendapatkan tindakan yang segera
b) Hindari mengukur suhu oral
Rasional: untuk mencegah trauma
c) Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang dibalut kasa
Rasional: untuk menghindari trauma
d) Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan
bikarbonat
Rasional: untuk menuingkatkan penyembuhan
e) Gunakan pelembab bibir
Rasional: untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura)
f) Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil
Rasional: karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah yang
mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat menyebabkan kejang
g) Berikan diet cair, lembut dan lunak
Rasional: agar makanan yang masuk dapat ditoleransi anak
h) Inspeksi mulut setiap hari
Rasional: untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
i) Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan
Rasional: untuk membantu melewati area nyeri
j) Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia
Rasional: dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi,
memperlambat penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa
k) Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan
Rasional: untuk mencegah atau mengatasi mukositis
l) Berikan analgetik
Rasional: untuk mengendalikan nyeri

f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,
malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
Tujuan:
pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Intervensi:
a) Dorong orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan
Rasional: jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari mual dan
muntah serta kemoterapi
b) Izinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan untuk
memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat
Rasional: untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
c) Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen
yang dijual bebas
Rasional: untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
d) Izinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional: untuk mendorong agar anak mau makan
e) Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional: karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
f) Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional: kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk
menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam
mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat
g) Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila BB
dan pengukuran antropometri kurang dari normal

g. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia


Tujuan:
pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak
Intervensi:
a) Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional: informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau
keefektifan intervensi
b) Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat akses
vena
Rasional: untuk meminimalkan rasa tidak aman
c) Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
Rasional: untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat
d) Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional: sebagai analgetik tambahan
e) Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional: untuk mencegah kambuhnya nyeri

h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,


radioterapi,
Tujuan:
pasien mempertahankan integritas kulit
Intervensi:
a) Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal
Rasional: karena area ini cenderung mengalami ulserasi
b) Ubah posisi dengan sering
Rasional: untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
c) Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional: mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
d) Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional: efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area
radiasi pada beberapa agen kemoterapi
e) Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering
Rasional: membantu mencegah friksi atau trauma kulit
f) Dorong masukan kalori protein yang adekuat
Rasional: untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negative
g) Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
Rasional: untuk meminimalkan iritasi tambahan

i. imobilitas Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat
pada penampilan
Tujuan:
pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
Intervensi:
a) Dorong anak untuk memilih wig (anak perempuan) yang serupa gaya dan warna rambut
anak sebelum rambut mulai rontok
Rasional: untuk membantu mengembangkan penyesuaian rambut terhadap kerontokan
rambut
b) Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar matahari, angin atau
dingin
Rasional: karena hilangnya perlindungan rambut
c) Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan halus
Rasional: untuk menyamarkan kebotakan parsial
d) Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin warna atau
teksturnya agak berbeda
Rasional: untuk menyiapkan anak dan keluarga terhadap perubahan penampilan rambut
baru
e) Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya wig,
skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional: untuk meningkatkan penampilan

j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita


leukemia
Tujuan:
pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostic atau terapi
Intervensi:
a) Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pda anak
Rasional: untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu
b) Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff
Rasional: untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan
c) Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu anak menjalani
kehidupan yang normal
Rasional: untuk meningkatkan perkembangan anak yang optimal
d) Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan anak sebelum
diagnosa dan prospek anak untuk bertahan hidup
Rasional: memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut secara
realistis
e) Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu anak tentang hasil tindakan
dan kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi tambahan
Rasional: untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
f) Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada
Rasional: untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga

k. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak


Tujuan:
pasien atau keluarga menerima dan mengatasi kemungkinan kematian anak
Intervensi:
a) Kaji tahapan berduka terhadap anak dan keluarga
Rasional: pengetahuan tentang proses berduka memperkuat normalitas perasaan atau
reaksi terhadap apa yang dialami dan dapat membantu pasien dan keluarga lebih efektif
menghadapi kondisinya
b) Berikan kontak yang konsisten pada keluarga
Rasional: untuk menetapkan hubungan saling percaya yang mendorong komunikasi
c) Bantu keluarga merencanakan perawatan anak, terutama pada tahap terminal
Rasional: untuk meyakinkan bahwa harapan mereka diimplementasikan
d) Fasilitasi anak untuk mengespresikan perasaannya melalui bermain
BAB 3
TINJAUAN KASUS

I. Identitas Pasien
Nama Anak : An. C
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 3 Tahun
Pendidikan : Belum Sekolah
No. Rm : 79.82.59
Alamat : Lubuk Pakam
Diagnosa Medis : Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL)

II. Keluhan Utama


Alasan masuk ke RS: An. C kelihatan lesu, lemas dan pucat serta mual dan muntah.

III. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

1. Prenatal:
Ibu dari anak mengatakan selama hamil an. C, ia tidak mengalami kelainan dan gizinya cukup.
2. Intranatal:
Ibu mengatakan, an.C lahir dengan normal di bantu oleh bidan. Lahir dengan cukup umur yaitu 9
bulan. Berat badan lahir 3500 gram dan panjang badan 42cm. Saat lahir, An. C menangis spontan.
3. Postnatal:
Ibu mengatakan, ia tidak mengalami perdarahan yang banyak setelah melahirkan. Kondisinya
normal.

IV. Riwayat Kesehatan Dahulu


1. Penyakit yang diderita sebelumnya :
Ibu mengatakan, an.F pernah menderita ALL

2. Pernah dirawat di RS :
Sebelumnya, an.F pernah di rawat di RS

3. Alergi :
An.F tidak memiliki riwayat alergi.

4. Kecelakaan :
An.F tidak pernah jatuh yang sampai mencederai kepalanya.Kalau pun jatuh, an.F tidak sampai
mengelami luka berat.

V. Riwayat kesehatan sekarang


An. C nampak pucat, keadaan fisik lemah, kulit tampak pucat, konjungtiva pucat, vital
sign, pols: 90 x/I, RR: 26 x/I, suhu: 36°C.
VI. Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan Umum : Lemah

b) Kesadara : Compos Mentis

c) TTV :

N : 90x/menit

S : 360C

RR : 26x/menit

GCS, :

E =4

M =6

V =5

JUMLAH : 15

d. Kepala :

Inspeksi : Warna rambut hitam, penyebaran merata, tidak terdapat ketombe/kotoran.

Palpasi : Tidak terdapat benjolan.

e. Mata :

Inspeksi : Tidak terdapat sekret, konjungtiva anemis, penglihatan baik.

f. Hidung :

Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan, tidak terdapat secret.

g. Mulut :

Inspeksi : Mukosa bibir kering, pucat, tidak terdapat lesi.


h. Telinga :

Inspeksi : Bersih tidak terdapat serumen, tidak ada lesi.

Palpasi : Tidak terdapat benjolan, tidak ada peradangan, pendengaran baik.

i. Leher :

Inspeksi : warna kulit merata, tidak terdapat lesi.

Palpasi : tidak terdapat pembesaran venajugolaris pada leher

j. Dada/Thorak :

Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak terdapat lesi, warna kulit sama dengan sekitar.

Palpasi : Tidak terdapat benjolan, pengembangan paru kiri & kanan tidak sama.

Perkusi : Bunyi jantung mur mur, bunyi paru resonances.

Auskultasi : Pernapasan bronchovesiculer.

k. Abdomen :

Inspeksi : Tidak terdapat lesi, tidak ada luka bekas operasi, warna sama dengan sekitar.

Auskultasi : Bising usus 20x/menit.

Perkusi : Bunyi tympani.

l. Genetalia :

Inspeksi : Tidak terdapat lesi, warna sama dengan sekitar, tidak terdapat iritasi, bentuk
simetris.

Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada daerah perineal.

m. Extremitas :

Atas : Pergerakan lemah, reflek bisep & trisep baik.

Bawah : Pergerakan lemah, reflek patela baik, reflek bisep & trisep baik.

n. Kulit : pucat , turgor buruk, texture halus.


VII. Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah


1. DS: Sel mesenkim Gangguan nutrisi
- Klien mengeluh badannya ↓ kurang dari
terasa lemah Sel blast, mioblast kebutuhan
- Klien mengatakan tidak ↓
nafsu makan Proliferasi SDP immatur

DO:
Akumulasi
• Kulit pucat
• Hb 8,5 gr% ↓
• Conjungtiva pucat
Infiltrasi
• HR: 96 x/I, RR: 26 x/i
Ibu klien mengatakan pasien ↓
muntah
Gg nutrisi

Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan malaise, mual dan muntah.

Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Gangguan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan Sesuaikan diet sebelum
kebutuhan berhubungan dan sesudah pemberian
keperawatan selama 3 x 24
dengan malaise, mual dan obat,
muntah. jam diharapkan kebutuhan
Pastikan hidrasi cairan
nutrisi terpenuhi dengan
yang adekuat sebelum,
kriteria hasil : selama, dan sesudah
pemberian obat. Kaji
- -Klien tidak tampak gelisah
intake dan output cairan
- -Klien tidak pucat dan lemah
- -Turgor kulit baik Izinkan klien memakan
- -Mukosa bibir lembab semua makanan yang
dapat ditoleransi,
rencanakan untuk
memperbaiki kualitas
gizi pada saat selera
makan klien meningkat

Berikan makanan yang


disertai suplemen
nutrisi gizi, seperti susu
bubuk atau suplemen
yang dijual

Implementasi Dan Evaluasi

No. Implementasi Evaluasi

1. S=
a. Mengizinkan klien memakan semua makanan
- Klien mengatakan sudah ada nafsu
yang dapat ditoleransi, merencanakan untuk
makan tapi sedikit
memperbaiki kualitas gizi pada saat selera
- Klien mengatakan tidak mual dan
makan klien meningkat
muntah
b. Menganjurkan untuk pemasangan infus pada
O=
pasien
- Klien masih tampak pucat dan
c. Memberikan makanan yang disertai suplemen
lemah
nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen
- Turgor kulit terlihat lebih baik
yang dijual
- Mukosa bibir lembab
d. Mendorong masukan nutrisi dengan jumlah
A = Masalah teratasi sebagian
sedikit tapi sering

P = Intervensi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai