Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MATA KULIAH GERONTIK

“PERUBAHAN-PERUBAHAN PADA LANSIA”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Gerontik dengan Dosen Pengampu Maisje
Marlyn Kuhu, S.K.M., M.P.H

Nama Anggota Kelompok 1 3A:


1. Velia Suwandi P1337420217001
2. Nurhanifah P1337420217002
3. Fernanda Vestarini P1337420217003
4. Praditya Kusuma P P1337420217004
5. Nailis Sangadah F P1337420217005
6. Muchammad Faizal Sadeli P1337420217006
7. Ikhlas Dwi Kurniawan P1337420217007
8. Annisa Nurul Safitri P1337420217008
9. Siwi Kurniasari P1337420217009
10. Melia Shafa Atha P1337420217010
11. Arianto Rizki R P1337420217011
12. Ian Rizky Vandani P1337420217012
13. Annisa Khayatul Faizah P1337420217013

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
TAHUN PELAJARAN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
Keperawatan Gerontik yang berjudul “Perubahan-perubahan pada Lansia”.
Kami berterimakasih kepada Maisje Marlyn Kuhu, S.K.M., M.P.H selaku
dosen matakuliah Keperawatan Gerontik yang telah membimbing kami dalam
penyelesaian makalah ini, tidak lupa kami juga berterimakasih kepada teman-
teman kelas 3A dan berbagai pihak yang telah terlibat dalam penyelesaian
makalah ini.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kami mohon kritik dan saran dari pembaca agar dapat
melakukan perbaikan untuk pembuatan makalah-makalah yang akan datang. Kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Purwokerto, 31 Agustus 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................... Error! Bookmark not defined.

C. Batasan Umur Lansia ................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................... Error! Bookmark not defined.

A. Definisi Lansia ............................................ Error! Bookmark not defined.

B. Perubahan Fisik Lansia ............................... Error! Bookmark not defined.

C. Perubahan Psikis Lansia............................................................................... 7

D. Perubahan Sosial Lansia .............................................................................. 9

E. Perkekmbangan Spiritual Lansia ............................................................... 11

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 13

A. Kesimpulan ................................................................................................ 13

B. Saran ........................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usia lanjut (lansia) menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.
Menurut WHO, saat ini di seluruh dunia orang lanjut usia
diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan
pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar.
Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan
nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu
adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang medis atau ilmu
kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk
serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah
penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih
cepat.
Secara individu, pada usia diatas 60 tahun terjadi proses penuaan
secara alamiah. Hal ini akan menimbulkan perubahan-perubahan fisik,
psikis, sosial, dan spiritual yang akan berdampak pada lansia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan lansia?
2. Apa saja perubahan fisik yang terjadi pada lansia dan implikasi
klinisnya?
3. Apa saja perubahan psikis yang terjadi pada lansia dan implikasi
klinisnya?
4. Apa saja perubahan sosial yang terjadi pada lansia dan implikasi
klinisnya?
5. Apa saja perkembangan spiritual yang terjadi pada lansia dan
implikasi klinisnya?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian lansia
2. Untuk mengetahui perubahan fisik yang terjadi pada lansia dan
implikasi klinisnya
3. Untuk mengetahui perubahan psikis yang terjadi pada lansia dan
implikasi klinisnya
6. Untuk mengetahui perubahan sosial yang terjadi pada lansia dan
implikasi klinisnya
7. Untuk mengetahui perkembangan spiritual yang terjadi pada lansia
dan implikasi klinisnya

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lansia
Usia lanjut (lansia) menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Sedangkan tahap
kehidupan lansia dibagi menjadi dua, yaitu lansia dini berkisar antara 60
tahun hingga 70 tahun sedangkan usia lanjut berada pada rentang 70 tahun
hingga akhir hidupnya (Hurlock, 2004 dalam Rizkya, 2017).

B. Perubahan Fisik Pada Lansia dan Implikasi Klinisnya


1. Sel
a. Lebih sedikit jumlahnya.
b. Lebih besar ukurannya.
c. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan
intraseluler.
d. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.
e. Jumlah sel otak menurun.
f. Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
g. Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.
2. Sistem Persarafan.
a. Berat otak menurun 10-20%. (Setiap orang berkurang sel saraf
otaknya
dalam setiap harinya).
b. Cepatnya menurun hubungan persarafan.
c. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan
stres.
d. Mengecilnya saraf panca indra.Berkurangnya penglihatan,
hilangnyapendengaran, mengecilnya saraf penciumdan perasa,

3
lebih sensitif terhadapperubahan suhu dengan rendahnya ketahanan
terhadap dingin.
e. Kurang sensitif terhadap sentuhan.
3. Sistem Pendengaran.
a. Presbiakusis (gangguan dalam pendengaran).
Hilangnya kemampuanpendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara atau nadanada yang tinggi, suara
yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50%terjadi pada usia
diatas umur 65 tahun.
b. Otosklerosis akibat atrofi membran tympani.
c. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena
meningkatnyakeratin.
d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang
mengalamiketegangan jiwa/stres.
Implikasi dari hal ini adalah penurunan indra pendengaran.
4. Sistem Penglihatan.
a. Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
b. Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
c. Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.
d. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapanlebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.
e. Hilangnya daya akomodasi.
f. Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangannya.
g. Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.
Implikasi dari hal ini adalah penurunan indra penglihatan.
5. Sistem Kardiovaskuler.
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini
menyebabakanmenurunnya kontraksi dan volumenya.

4
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas
pembuluh darahperifer untuk oksigenisasi, Perubahan posisi dari
tidur ke duduk atau dariduduk ke berdiri bisa menyebabkan
tekanan darah menurun, mengakibatkanpusing mendadak.
e. Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh
darahperifer.
6. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh.
a. Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis akibat
metabolisme yang menurun.
b. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi
panas akibatnya aktivitas otot menurun.
7. Sistem Respirasi
a. Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
b. Menurunnya aktivitas dari silia.
c. Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat,
kapasitaspernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas
menurun.
d. Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
e. Kemampuan untuk batuk berkurang.
f. Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring
dengan pertambahan usia.
8. Sistem Gastrointestinal.
a. Kehilangan gigi akibat Periodontal disease, kesehatan gigi yang
buruk dan giziyang buruk.
b. Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecapm
di lidahterhadap rasa manis, asin, asam, dan pahit.
c. Eosephagus melebar.
d. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
e. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
f. Daya absorbsi melemah.
9. Sistem Reproduksi.

5
a. Menciutnya ovari dan uterus.
b. Atrofi payudara.
c. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa
meskipun adanyapenurunan secara berangsur-angsur.
d. Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal
kondisikesehatan baik.
e. Selaput lendir vagina menurun.
10. Sistem Perkemihan.
a. Ginjal
Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme
tubuh melalui urin,darah yang masuk ke ginjal disaring di
glomerulus (nefron). Nefron menjadiatrofi dan aliran darah ke
ginjal menurun sampai 50%.
Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang
air kecil meningkatdan terkadang menyebabkan retensi urin pada
pria.
11. Sistem Endokrin.
a. Produksi semua hormon menurun.
b. Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic
Rate), danmenurunnya daya pertukaran zat.
c. Menurunnya produksi aldosteron.
d. Menurunya sekresi hormon kelamin misalnya, progesteron,
estrogen, dantestosteron.
12. Sistem Kulit (Sistem Integumen)
a. Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
b. Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses
keratinisasi,serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel
epidermis.
c. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
d. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.

6
e. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan
vaskularisasi.
f. Pertumbuhan kuku lebih lambat.
g. Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya.
h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
13. Sistem Muskuloskletal
a. Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh.
b. Kifosis
c. Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas.
d. Persendiaan membesar dan menjadi kaku
e. Tendon mengerut dan mengalami skelerosis
f. Atrofi serabut otot (otot-otot serabut mengecil).Otot-otot serabut
mengecilsehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot
kram dan menjaditremor.
g. Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.

Implikasi Klinis dari Perubahan Fisik pada Lansia


Keadaan fisik pada lansia melemah dan tak berdaya, sehingga
terjadi penurunan fungsi tubuh dan kebanyakan lansia harus tergantung
pada oranglain.

C. Perubahan Psikis pada Lansia dan Implikasi Klinisnya


Perubahan psikis lansia terjadi pada beberapa aspek yaitu:
1. Aspek Intelektual
Penurunan kemampuan intelektual pada lansia adalah sesuatu yang
tidak bisa terhindarkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti
penyakit, kecemasan ataupun depresi. Namun, kemampuan intelektual
dapat dipertahankan dengan cara menciptakan lingkungan yang dapat
melatih dan merangsang kemampuan intelektual mereka. Cara tersebut
juga bisa mengantisipasi terjadinya kepikunan pada mereka.
2. Aspek Emosional

7
Adanya perasaan tidak enak yang harus dihadapi oleh para lanjut
usia seperti merasa tersisih, merasa tak dibutuhkan lagi, penyakit yang
tak kunjung sembuh ataupun kematian pasangan akan menimbulkan
rasa tidak percaya diri, depresi, ketakutan sehingga lanjut usia sulit
menyelesaikan suatu masalah dan melakukan penyesuaian diri.
Maksud dari penyesuaian diri pada usia lanjut disini adalah
kemampuan usia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat perubahan
fisik maupun sosial psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk
mencapai keselarasan antara tuntutan dari lingkungan, yang disertai
dengan kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang
tepat sehingga memenuhi kebutuhannya tanpa menimbulkan masalah
baru.
3. Aspek Kepribadian
Perkembangan kepribadian bersifat dinamis, yang artinya selama
individu tersebut masih mampu bertambah pengetahuannya dan mau
belajar serta menerima pengalaman baru atau hal-hal positif maka
kepribadiannya semakin matang dan mantap. Bagi lansia yang sehat,
kepribadiannya tetap berfungsi dengan baik tergantung dari tingkat
depresi yang dialami pada fase kehidupan sebelumnya.
Namun, tidak sedikit juga yang menyebutkan bahwa saat usia
lanjut seseorang biasanya akan kembali ke masa kanak-kanak. Artinya,
tindakan yang dilakukan harus diperlihatkan kepada orang lain jika
tidak mereka tidak akan memperoleh kepuasan. Masa muda seorang
lansia sering diartikan sebagai karikatur kepribadiannya di masa lansia.

Implikasi Klinis dari Perubahan Psikis Lansia


Implikasi klinis dari perubahan psikologi lansia lansia antara lain:
1. Kesepian
Kehilangan pasangan hidup atau berada jauh dengan anak-anak
yang telah mempunyai kesibukannya masing-masing kadang membuat
para lansia merasa kesepian. Namun ada juga lansia yang memiliki

8
aktivitas sosial yang tinggi tidak merasa kesepian ketika ditinggal atau
berada jauh dengan orang yang dicintainya.
2. Duka cita
Duka cita akibat kehilangan orang yang dicintai adalah hal yang
dapat menimbulkan depresi yang sangat mendalam pada lansia
sehingga memicu gangguan fisik dan kesehatannya. Depresi
dikarenakan duka cita biasanya bersifat selflimiting.
3. Depresi
Beragam permasalahan hidup seperti kemiskinan, penyakit yang
tak kunjung membaik, kematian pasangan, keturunan yang tidak bisa
merawatnya dapat menyebabkan depresi.
4. Kecemasan yang berlebihan
Gangguan kecemasan biasanya terjadi karena depresi, efek
samping obat ataupun penghentian konnsumsi suatu obat.
5. Parafenia
Suatu bentuk scizofenia yang berbentuk pada rasa curiga yang
berlebihan. Hal ini terjadi pada lansia yang terisolasi atau menarik diri
dari kehidupan sosial.
6. Sindroma diagnose
Keadaan dimana seorang lansia menunjukan tingkah atau prilaku
yang mengganggu seperti bermain-main dengan urin atau menumpuk
barang-barangnya dengan tidak teratur.

D. Perubahan Sosial Pada Lansia dan Implikasi Klinisnya


1. Pensiun
Bagi para pekerja, pension berarti putus dari lingkungan dan
teman-teman yang akrab dan disingkirkan untuk duduk-duduk di
rumah/bermain domino du klub lansia. Nilai seseorang sering dilihat
dari produktivitas dan identitas sesuai peranan pekerjaan. Bila
seseorang pension, dia akan mengalami kehilangan-kehilangan,
misalnya kehilangan finansial (income berkurang), status (dulu punya

9
jabatan/posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya),
teman/kenalan/relasi, dan pekerjaan/kegiatan.
2. Merasa/sadar akan kematian (sense of awareness of mortality)
3. Perubahan dalam cara hidup (memasuki ranah perawatan gerak lebih
sempit)
4. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economy deprivation)
5. Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit
6. Bertambahnya biaya pengobatan
7. Penyakit kronis dan ketidakmampuan
8. Gangguan syaraf dan pancaindra (timbul kebutaan dan ketulian)
9. Gangguan gizi, rangkaian dan kehilangan (kehilangan teman atau
keluarga)
10. Hilangnya kekuatan dan ketegangan fisik, serta perubahan terhadap
gambaran diri dan perubahan konsep diri.
Perubahan mendadak dalam kehidupan turin tentu membuat mereka
merasa kurang melakukan kegiatan yang berguna.
1. Pertama, minat. Umumnya terjadi perubahan kuantitas dan kualitas
minat pada lansia. Lazimnya minat dalam aktivitas fisik cenderung
menurun karena pengaruh menurunnya kemampuan fisik, juga oleh
faktor sosial.
2. Kedua, isolasi dana kesepian. Banyak faktor bergabung, sehingga
membuat lansia terisolasi. Secara fisik mereka kurang mampu
mengikuti aktivitas yang melibatkan usaha. Kualitas organ indra makin
menurun, seperti terjadinya ketulian, penglihatan makin kabur, dan
sebagainya. Mereka juga merasa terputus dengan orang lain. Faktor
lain yang membuat isolasi makin menjadi oarah adalah perubahan
sosial (mengendornya ikatan keluarga).
3. Ketiga, peranan iman. Lansia tidak begitu khawatir dalam memandang
akhir kehidupan. Hamper tidak disangkal lagi bahwa iman yang teguh
adalah senjata ampuh untuk melawan rasa takut terhadap kematian.
Oleh sebab itu, kesadaran religious lansia perlu dibangkitkan dan

10
diperkuat. Keyakinan iman juga harus diperteguh, bahwa kematian
bukanlah akhir, tetapi merupakan permulaan yang baru dan
memungkinkan individu menyongsong akhir kehidupan dengan tenang
dan tenteram.

Implikasi Klinis dari Perubahan Sosial Lansia


Implikasi klinis dari perubahan sosial lansia antara lain :
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan,
gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan
kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran
sangat berkurang, penglihatan kabur, dan sebagainya sehingga sering
menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu
mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih
sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika
keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan
orang lain dan kadang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah
menangis, murung diri, mengumpulkan barang-barang tidak berguna, serta
merengek-rengek dan menangis bila bertemu orang lain sehingga
perilakunya seperti anak kecil.
Menghadapi berbagai permasalahn diatas, pada umumnya lansia
yang memiliki keluarga masih sangat beruntung karena anggota keluarga
seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara, bahkan kerabat umumnya ikut
membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan.
Namun bagi lansia yang tidak memiliki keluarga atau sanak saudara
karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya
anak dan pasangannya sudah meninggal apalagi hidup sendiri di
perantauan, sering kali menjadi terlantar.

E. Perkembangan spiritual pada lansia dan implikasi klinisnya


Pertumbuhan spiritual mencakup perkembangan identitas,
penciptaan dan pemeliharaan relasi yang bermakna dengan orang lain dan

11
ilahi, menghargai alam, dan mengembangkan suatau kesadaran
transendetal. Perkembangan spiritual berawal sejak dini: “Berawal dengan
tangisan bayi saat dilahirkan, jiwa manusia rindu akan kebersatuan”
(Young, 2007)
Tugas-tugas perkembangan masa lanjut usia mencakup penemuan
makna dan kepenuhan di dalam hidup dan menjelajahi aspek-aspek positif
dari kehidupan. Tugas-tugas perkembangan mencakup hal-hal berikut
(Young, 2007)
a. Pengakuan dan penerimaan keterbatasan-keterbatasan diri.
b. Merencanakan untuk mengatur hidup yang aman.
c. Mewujudkan gaya hidup sehat.
d. Melanjutkan relasi hangat dengan keluarga dan teman-teman.
e. Menghadapi realitas tak terelakan dari kematian dan kematian dari
orang yang dicintai.
Implikasi klinis dari Perkembangan Spiritual Pada Lansia
Perkembangan spiritual pada lansia ditandai dengan semakin
matangnya kehidupan keagamaan lansia. Agama dan kepercayaan
terintegrasi dalam kehidupan yang terlihat dalam pola berfikir dan
bertindak sehari-hari. Perkembangan spiritual yang matang akan
membantu lansia untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam
kehidupan, maupun merumuskan arti dan tujuan keberadaannya dalam
kehidupan.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai
kemasakan dalam ukuran dan fungsi. Selain itu, lansia juga masa dimana
seseorang akan mengalami kemunduran yang menimbulkan perubahan-
perubahan dengan sejalannya waktu. Perubahan-perubahan yang terjadi
pada lansia meliputi perubahan fisik, perubahan psikologi, perubahan
sosial, dan perubahan spiritual.
Perubahan fisik yang terjadi pada lansia meliputi perubahan pada
sel, sistem sensoris, sistem integumen, sistem muskuloskeletal, sistem
neurologis, sistem kardiovaskular, sistem pulmonal, sistem endokrin,
sistem renal dan urinaria, sistem gastrointestinal, dan sistem reproduksi
dan kegiatan sosial dimana perubahan tersebut berupa penurunaN fungsi
dari setiap sistem. Perubahan psikologi yang terjadi pada lansia terdapat
beberapa aspek yaitu aspek intelektual aspek yang tidak bisa terhindarkan
dalam penurunan kemampuan intelektual pada lansia, aspek emosional
dimana pada aspek ini lansia mengalami rasa tidak percaya diri, dan aspek
kepribadian. Sedangkan pada perubahan sosial pada lansia berupa ingatan
short term memory, frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut
menghadapi kematian, perubahan keinginan, depresi dan kecemasan.
Perubahan yang terjadi pada lansia yang terakhir yaitu perkembangan
spiritual yang ditandai dengan semakin matangnya kehidupan keagamaan
lansia.

B. Saran
Setelah penyusun membuat makalah ini, penyusun menjadi tahu
tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia. Lansia adalah masa
dimana seseorang mengalami kemunduran, dimana fungsi tubuh kita

13
sudah tidak optimal lagi. Olaeh karena itu sebaiknya sejak muda kita
persiapkan dengan sebaik-baiknya masa tua kita. Gunakan masa muda
dengan kegiatan yang bermanfaat agar tidak menyesal di masa tua.

14
DAFTAR PUSTAKA

Bandiyah, Siti. (2009). Lanjut ssia dan keperawatan gerontik. Yogyakarta: Nuha
Medika
Dewi, Sofia R. (2014). Buku ajar keperawaatn gerontik. Yogyakarta. Republish.
Maryam, R. (2008). Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.
Kholifah, S., N. (2016). Keperawatan gerontik. Jakarta Selatan: Pusdik SDM
Kesehatan.
Savitra, K. (2017). Perkembangan psikologi lansia. Portal Psikologi Indonesia.
Diakses pada 29 Agustus 2019, pukul 20.00 WIB.
Sunaryo., Wijayanti, R., Kuhu, M. M., (2016). Asuhan keperawatan gerontik.
Yogyakarta: Andi.

15

Anda mungkin juga menyukai