Anda di halaman 1dari 11

MENGATUR MAKANAN

UNTUK PENCEGAHAN DAN TERAPI KANKER PAYUDARA


Oleh : Triyani Kresnawan, DCN,MKes
Instalasi Gizi RSCM
Gambaran Penyakit Kanker
Kanker merupakan penyebab kematian kedua di dunia. Di USA 200.000 orang
terkena kanker payudara (1
dari 10 wanita). Berdasarkan Survai Kesehatan Nasional tahun 2001 dan sistem
informasi RS tahun 2006,
kanker merupakan penyebab kematian kelima di Indonesia. Kanker payudara
merupakan kasus terbanyak
dari seluruh kasus kanker.
(Pidato Menkes di pada
peringatan hari kanker se dunia april 2008)
Faktor Resiko Kanker Payudara
Kanker Payudara dipengaruhi oleh berbagai faktor resiko, antara lain :
1.
Diet yang tidak sehat/tidak seimbang
Pola makan yang tidak seimbang yang menyebabkan resiko munculnya
penyakit kanker antara lain
kebiasaan makanan cepat saji (
fast food
).
2.
Konsumsi alkohol
3.
Usia
4.
Genetik
5.
Hormon Estrogen
6.
Rendahnya aktifitas fisik
Aktifitas fisik yang ideal adalah 30-45 menit/hari.
7.
Kebiasaan merokok
8.
Obesitas
Faktor Obesitas menyebabkan 30% resiko terjadinya kanker. Asupan energi
yang berlebihan pada
obesitas menstimulasi produksi hormon estrogen, terutama setelah menopause.
Terdapat hubungan
yang bermakna antara terjadinya kanker payudara dengan berat badan yang
berlebih, diet yang tidak
seimbang serta kurangnya aktifitas. Berdasarka
n hasil Riset Kesehatan Dasae Indonesia
(RISKESDAS) tahun 2007, kejadian kanker payudara pada obesitas dengan usia
> 15 tahun sebanyak
10,3 %, overweight pada wanita 6-14 tahun sebanyak 6,4 %, dan laki-laki 6-14
tahun sebanyak 9,5 %.
Sedangkan berdasarkan Data WHO, kejadian obesitas usia 5-17 tahun sebanyak
10 %.
Pencegahan Kanker Payudara
Kejadian kanker payudara dapat dicegah dengan cara sebagai berikut:
1.
Menyusui >2 th, ASI ekslusif sampai dengan 6 bulan.
2.
Menjaga Indek Masa Tubuh (IMT) pada umumnya berkisar 20-25 kg/m
2
, cara menghitung IMT =
BB/(TB²) dalam meter.
World Cancer Research Found
tahun 2007 menganjurkan IMT 21-23 kg/m
2
.
3.
Menghindari alcohol.
4.
Membuat aktifitas fisik menjadi kegiatan sehari-hari, seperti berjalan di sekitar
rumah atau tempat
kerja selama 30-45 menit sehari. Olah raga te
ratur dapat menurunkan produksi hormone estrogen
pemicu kanker.
5.
Mengurangi kegiatan nonton TV, computer, game, dan internet yang
berlebihan.
6.
Membiasakan diri mengkonsumsi makanan seimbang (
Healthy Diet
), yaitu:
a.
mengurangi makan padat kalori, seperti cake, biskuit,
soft drink
, makanan cepat saji, karena
cepat menaikan berat badan
b.
mengkonsumsi produk nabati,
seperti kacang-kacangan
c.
mengkonsumsi daging merah 3-4 X/minggu
d.
mengkonsumsi minimal sayur dan buah sebanyak 5 porsi/hari (
Go Green
)
e.
konsumsi sumber lemak hewani dikurangi
f.
mengkonsumsi bahan makanan sumbe kalsium dan vitamin D dalam jumlah
cukup
g.
dianjurkan untuk menggunakan bumbu bawang putih dan kunyit
h.
dianjurkan mencukupi zat gizi dari
natural food
, tubuh tidak memerlukan suplement bila
makanan seimbang dan dikonsumsi sesuai kebutuhan
Penelitian Terhadap Pola Makan
Penelitian dilakukan pada kelompok 3600 wanita
kanker dibandingkan 3413 wanita sehat (
Edefonti
).
Subjek penelitian dibagi dalam 4 kelompok, yaitu:
1.
Kelompok I : Pola makan tinggi protein hewani dan lemak jenuh
2.
Kelompok II : Pola makan tinggi vitamin dan serat (buah dan sayur)
3.
Kelompok III : Pola makan tinggi lemak tidak jenuh dan vitamin E
4.
Kelompok IV : Pola makan tinggi karbohidrat, protein nabati dan garam
Hasil penelitian menyebutkan bahwa kelompok wan
ita yang menganut pola ma
kan tinggi lemak tidak
jenuh dan vitamin E memiliki resiko paling rendah terhadap kejadian kanker
payudara. Sementara
kelompok wanita yang mengkonsumsi makanan tinggi
karbohidrat memiliki resiko lebih besar terkena
kanker payudara dan kanker rahim.
Penelitian ini menyarankan untuk mengurangi konsumsi daging merah dan
lemak jenuh, memperbanyak
konsumsi sayur, buah, serealia dan lemak tak jenuh.
Bagaimana Mengatur Makanan bila sudah terkena kanker payudara...?
Pengaturan makanan pada pasien kaker bertujuan untuk membuat status gizi
optimal dengan cara :
1.
memberikan makanan seimbang sesuai dengan kebutuhan zat gizi dan daya
terima
2.
mencegah penurunan berat badan
3.
mengurangi rasa mual, muntah dan diare
Diet Pasien Kanker Individual
Pengaturan makan pasien kanker di rumah sakit dimulai dengan melakukan
Proses Asuhan Gizi Terstandar
(PAGT) yang terdiri dari tahapan Assessment Gizi, Diagnosis Gizi, Intervensi
Gizi serta Monitoring dan
Evaluasi Gizi.
Proses Asuhan Gizi Terstandar
(American Dietetic
Association 2009)
A.
Tahap I : Assessmen Gizi
Assesmen gizi merupakan tahapan pengumpulan data yang meliputi:
1.
Data antropometri (Tinggi Badan, Berat Badan,
Indek Masa Tubuh, perubahan Berat Badan)
2.
Data laboratorium (kadar Albumin, Transferin, CRP, Gula Darah, Hemoglobin,
Elektrolit, profil
lipid, Tes Kliren Kreatinin, dll)
3.
Data klinis/fisik (Masa otot, lemak subkutan, gigi geligi, penampilan fisik, dll)
4.
Data riwayat makan (Pola makan, asupan maka
n, pengetahuan tentang makanan, pantang,
ketersediaan makanan)
5.
Data riwayat personal (riwayat penyakit, konsumsi suplement, riwayat
keluarga)
B.
Tahap II : Diagnosis Gizi
Diagnosis gizi dibuat berdasarkan hasil pengkajian data (Assesmen Gizi).
Kalimat diagnosis gizi berisi
keterangan tentang Problem, Etiologi dan Sign/symptom.
Contoh Diagnosis Gizi pada Pasien Kanker post kemoterapi dengan asupan
makan kurang:
“Tidak adekuatnya asupan makanan per oral sehubungan dengan tidak napsu
makan, mual, ditandai
dengan asupan energi
kurang 1000 Kkal“.
C.
Tahap III : Intervensi Gizi
Intervensi gizi pasien kanker post kemoterapi diberikan berdasarkan prinsip diet
sebagai berikut:
1.
Energi sesuai dengan usia, TB, BB, berkisar 32-36 Kkal/kgBB
2.
Protein 1-1.5 g/kgBB
3.
Lemak 20% dari total kalori
4.
Karbohidrat sisa dari protein dan lemak
Bolehkah Anak Tidak Imunisasi Dasar?
Menimbang Baik Buruk Imunisasi
0

Bolehkah Anak Tidak Imunisasi Dasar, www.Bolehkah.Com – Imunisasi adalah proses


pemasukan zat-zat tertentu untuk memperoleh kekebalan tubuh dari penyakit-penyakit.
Dalam hal ini zat yang dimasukkan ke dalam tubuh berupa vaksin.

Oleh sebab itu, imunisasi sangat berhubungan dengan vaksinasi. Setelah vaksin dimasukkan
ke dalam tubuh, selanjutnya sistem antibodi akan bereaksi melindungi tubuh dari serangan
penyakit.

Bolehkan Anak Tidak Imunisasi? Mengapa dan Bahaya


kah?
Pertanyaan ini cukup klise. Hingga saat ini imunisasi masih menjadi pro kontra dalam
masyarakat. Sebagian menyatakan anak atau bayi tidak perlu diimunisasi karena pada
dasarnya manusia telah dibekali antibodi untuk melindungi diri. Toh, sebelum ada imunisasi
orang-orang juga sehat-sehat saja. Harapan hidup mereka juga sama tinggi.

Kubu yang bersebrangan menyatakan bahwa imunisasi sangat diperlukan karena walaupun
tubuh telah memiliki antibodi alami, namun tidak akan sanggup melawan virus atau kuman
yang ganas dan banyak jumlahnya. Jadi, anak yang telah diimunisasi akan lebih terlindung
dibanding anak yang tidak diimunisasi.
Banyak kekeliruan atau kesalahpahaman mengenai imunisasi misalnya; “lho, sudah
diimunisasi kok masih sakit juga?” Hal ini memang bisa saja terjadi karena imunisasi tidak
menjamin seseorang bebas penyakit 100 persen. Tetapi dengan imunisasi setidaknya sakitnya
tidak akan parah.

Selain itu, proses pembentukan antibodi tidak


serta merta terjadi sesaat setelah tubuh diberi vaksin. Semua butuh proses. Waktu yang
diperlukan untuk bereaksi adalah 2 hingga 4 minggu. Jadi, wajar jika anak terkena flu
padahal 4 hari yang lalu sudah mendapat vaksin influenza.

Sebagai orang tua pasti kita ingin melindungi anak dari apa pun. Kalau kita perlu membeli
car seat agar anak aman selama kita berkendara, baby gates agar anak aman selama bermain,
lalu mengapa kita tidak memberi keamanan terpentingnya dengan imunisasi?

Bolehkah Anak Tidak Imunisasi Dasar – 5 Sebab Mengapa Anak Harus


Imunisasi

Masih ragu bahwa imunisasi perlu untuk buah hati? Nih simak keuntungan imunisasi di
bawah ini sebagaimana yang dikutip dari www.vaccines.gov;

Imunisasi Menyelamatkan Nyawa Anak

Imunisasi akan memberi perlindungan yang lebih baik dari serangan penyakit serius. Salah
satu penyakit serius yang (bahkan) menjadi penyakit paling ditakuti di Amerika adalah polio.
Namun berkat vaksinasi, tidak ditemukan kasus polio di Amerika.

Vaksinasi Aman dan Efektif


Sebagian masyarakat mungkin masih skeptis terhadap vaksin. Tapi, pembuatan vaksin
melibatkan banyak ahli. Jadi, tidak dibuat sembarangan. Kalaupun ada efek samping setelah
vaksinasi seperti demam atau ruam kemerahan di tempat injeksi, semua itu adalah efek wajar
yang tidak berbahaya. Selain itu, vaksin efektif menangkal penyakit tertentu sehingga tepat
sasaran.

Imunisasi Melindungi Orang-orang Yang Kita Kasihi

Imunisasi bukan hanya melindungi diri kita dari penyakit tetapi juga melindungi orang-orang
yang kita sayangi dari penyakit menular. Jadi, jangan lewatkan jadwal imunisasi untuk
mencegah penularan penyakit.

Imunisasi Menghemat Uang dan Waktu

Biaya imunisasi sangat terjankau bahkan beberapa vaksin diberikan secara cuma-cuma. Anak
yang diimunisasi pastinya memiliki kekebalan tubuh yang lebih baik ketimbang yang tidak
diimunisasi. Meskipun ia akan sakit tapi hanya sakit ringan. Pengobatan yang diperlukan pun
bukan yang kompleks, mahal dan hanya membutuhkan waktu yang relatif singkat.

Imunisasi Melindungi Masa Depan Generasi Penerus

Jika anak-anak sehat, tentunya bukan kita saja para orang tua yang merasa lega. Pemerintah
juga akan diuntungkan karena dipundak merekalah negeri ini akan dibawa. Mereka inilah
yang akan menempati posisi-posisi strategis. Jadi, tentu saja mereka harus selalu sehat.

Setelah mengetahui manfaat yang begitu banyak dari imunisasi, masihkah kita perlu
menanyakan bolehkah anak tidak imunisasi?

Anda mungkin juga menyukai