LP Jiwa Halu
LP Jiwa Halu
MLF
RAS PS Thalamic Relay
ILnPD
(e. g. LGN)PD/DLB Superior colliculus
(Arnygdala)PD,PTSD
Serotonin
VAN
6. Fase Halusinasi
Terjadinya Halusinasi dimulai dari beberapa fase. Hal ini dipengaruhi
oleh intensitas keparahan, respon individu dalam menanggapi adanya
rangsangan dari luar, dan mengendalikan dirinya. Menurut (Stuart, 2007)
tahapan halusinasi ada empat tahap. Semakin berat tahap yang diderita klien,
maka akan semakin berat klien mengalami ansietas dan makin dikendalikan oleh
halusinasinya. Berikut ini merupakan tingkat intensitas halusinasi yang dibagi
dalam empat fase:
a. Fase I: Comforting
Ansietas tingkat sedang, secara umum halusinasi bersifat menyenangkan.
Karakterisitik:
klien mengalami keadaan emosi seperti ansietas, kesepian, merasa
bersalah, dan takut serta mencoba untuk memusatkan pada penenangan
pikiran untuk mengurani ansietas, individu mengetahui bahwa pikiran
dan sensori yang dialaminya tersebut dapat dikendalikan jika ansietasnya
bisa diatasi (Non psikotik).
Perilaku klien:
Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
menggerakkan bibir tanpa menimbulkan suara
pergerakan mata yang cepat
respon verbal yang lambat
diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan
b. Fase II: condemning
Ansietas tingkat berat, Secara umum halusinasi bersifat menjijikan.
Karakteristik:
Pengalaman sensori yang bersifat menjijikan dan menakutkan. Orang
yang berhalusinasi mulai merasa kehilangan kendali dan mungkin
berusaha untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersepsikan,
individu mungkin merasa malu karena pengalaman sensorinya dan
menarik diri dari orang lain (Non psikotik).
Perilaku klien:
Peningkatan syaraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya,
peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah
Penyempitan kemampuan konsentrasi
Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan
kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan
realitas.
c. Fase III: Controling
Ansietas tingkat berat, pengalaman sensori menjadi berkuasa.
Karakteristik:
Orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan pengalaman
halusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya. Isi halusinasi
dapat berupa permohonan, individu mungkin mengalami kesepian jika
pengalaman sensori tersebut berakhir (Psikotik).
Perilaku klien:
Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh
halusinasinya daripada menolaknya
Kesulitan berhubungan dengan orang lain.
Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik
Gejala fisik dari ansietas berat, seperti berkeringat, tremor,
ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk
d. Fase IV: Conquering
Ansietas tingkat panic, Secara umum halusinasi menjadi lebih rumit dan
saling terkait dengan delusi.
Karakteristik:
Pengalaman sensori menjadi menakutkan dan mengancam jika klien
tidak mengikuti perintah. Halusinasi bisa berlangsung dalam beberapa
jam atau hari apabila tidak ada intervensi terapeutik (Psikotik).
Perilaku klien:
Perilaku menyerang seperti panic
Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang
lain
Aktivitas fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk,
agitasi, menarik diri, atau katatonik
Tidak mampu berespons terhadap petunjuk yang kompleks
Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang
7. Akibat
Halusinasi yang berisi perintah dapat menyuruh seseorang untuk
melakukan sesuatu, seperti membunuh dirinya sendiri, melukai orang lain, atau
bergabung dengan seseorang di kehidupan sesudah mati.
Data Subjektif :
• Mendengar suara-suara atau kegaduhan
• Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
• Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu
yang berbahaya
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan hasil pengkajian pasien menunjukkan tanda dan gejala gangguan
sensori persepsi : halusinasi, maka diagnosis keperawatan yang ditegakkan adalah:
V. RENCANA KEPERAWATAN
a. Diagnosa keperawatan : Perubahan persepsi sensori : halusinasi berhubungan
dengan menarik diri.
1) Tujuan Umum:
Klien dapat berinteraksi untuk membina hubungan saling percaya.
2) Tujuan Khusus
a) TUK 1
Perkenalan dan membina hubungan saling percaya
(1) Kriteria Hasil:
Setelah …x pertemuan, pasien dapat menerima kehadiran
perawat. Pasien dapat mengungkapkan perasaan dan
keberadaannya saat ini secara verbal:
Mau membalas salam
Mau berjabat tangan
Mau menyebut nama
Mau tersenyum
Ada kontak mata
Mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
(2) Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi
terapeutik
Beri salam dan panggil nama klien
Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan
Jelaskan maksud hubungan interaksi
Jelaskan kontrak yang akan dibuat
Beri rasa aman dan tunjukkan sikap empati
Lakukan kontak singkat tetapi sering
Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
b) TUK 2
Pasien dapat mengenal halusinasi dan mengontrol menggunakan
cara menghardik.
(1) Kriteria Hasil:
Setelah …x pertemuan, pasien dapat:
Mengenal halusinasi (waktu, isi, frekuensi, serta perasaan
terhadap halusinasi)
Menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi dengan
cara pertama menghardik.
(2) Intervensi
Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap.
Observasi tingkah laku klien terkait dengan
halusinasinya : bicara dan tertawa tanpa stimulus,
memandang kekiri/ kekanan/ kedepan seolah- olah ada
teman bicara.
Bantu klien mengenal halusinasinya.
Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan
jika terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri
dan lain- lain).
Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien, jika
bermanfaat beri pujian.
Diskusikan cara baru untuk memutus / mengontrol
timbulnya halusinasi : menghardik
c) TUK 3
Pasien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
(1) Kriteria Hasil
Setelah ….x interaksi, pasien menyebutkan:
Manfaat minum obat
Kerugian tidak minum obat
Nama, warna, dosis, efek samping obat
Setelah ….x interaksi, pasien mampu mendemonstrasikan
penggunaan obat dan menyebutkan akibat berhenti minum obat
tanpa konsultasi dokter
(2) Intervensi
Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis,
frekuensi dan manfaat obat.
Anjurkan klien meminta obat sendiri pada perawat dan
merasakan manfaatnya.
Anjurkan klien bicara sendiri dengan dokter tentang
manfaat dan efek samping obat yang dirasakan.
Diskusikan akibat berhenti obat- obat tanpa konsultasi.
Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, Gain., W. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Jiwa Stuart. Jakarta : Elsevier.