Anda di halaman 1dari 10

FINANCIAL ENGINEERING:

Win-Win Solution “Sun Tzu”


untuk Jaminan pada Akad Mudharabah

Arista Fauzi Kartika Sari


Universitas Brawijaya
arista.tika20@gmail.com

Abstrak : Financial engineering dalam akad Mudharabah pada hal jaminan, Fiqh klasik tidak
membolehkan, namun dalam fiqh kontemporer itu dibolehkan, dan menuai banyak kritik. Pada awalnya
mudharabah di dasarkan atas dasar kepercayaan, namun karena prinsip kehati-hatian dari bank serta
moral hazzard mudharib maka bank menggunakan 5C yang salah satunya adalah collateral (jaminan)
untuk manajemen risiko bank syariah, karena jika usaha mengalami kerugian, sepenuhnya ditanggung
oleh shohibul maal (bank), jika bukan kesalahan dari mudharib. Namun secara eksplisit, kerugian juga
ditanggung mudharib dari segi pikiran, tenaga, dan waktu. Jaminan yang dipersyaratkan itu sering kali
memberatkan mudharib, karena nilainya harus di atas dana pembiayaan. Dari situ dibuat win-win solution
atau jalan tengah untuk jaminan mudharib tidak melebihi pembiayaan yang didapat dan shohibul maal
memberikan rasa percaya “amanah” kepada mudharib. Win-win solution diambil dari strategi perang Sun
Tzu melalui 4 aspek yang ditanamkan pada kedua pihak, yaitu Tuhan atau Allah, Moral atau akhlak,
kepemimpinan, serta taat hukum.
Kata kunci: financial engineering, mudharabah, win-win solution, Sun Tzu

Kesadaran masyarakat muslim di Indo- DSN dalam pengaplikasiannya di Indonesia.


nesia akan halal dan haramnya sistem keuangan Produk dalam perbankan syariah diantaranya
menjadikan pertumbuhan yang tinggi lembaga adalah wadi’ah (titipan), murabaha (jual beli),
keuangan syariah di Indonesia. Lembaga mudharabah (pembiayaan sepenuhnya oleh
keuangan syariah menggunakan sistem dan shahibul maal kepada mudharib), musyarakah
pengelolaan yang berbeda dengan lembaga (pembiayaan melalui perkongsian), salam dan
keuangan konvensional. Pembeda dasar dari istisna’.
keduanya dalah dalam perbankan syariah tidak Bank syariah sebagai lembaga perantara
menggunakan bunga yang oleh Dewan Syariah yang tugasnya menghimpun dana dari masya-
Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) rakat, serta menyalurkan dana kepada masya-
dinyatakan haram (perbankan konvensional), rakat dalam pembiayaan seperti dalam produk
namun menggunakan sistem bagi hasil profit mudharabah, pembiayaan seluruhnya di
sharing atau revenue sharing melalui akad- tanggung oleh shahibul maal (bank syariah)
akad yang telah disepakati kedua belah pihak. sebagai mitra usaha untuk mudharib (pengelola
Produk-produk dalam perbankan syariah juga usaha) selaku pengelola usaha. Akad bagi hasil
menggunakan akad yang sesuai dengan kaidah menjadi dasar pembagian keuntungan pada
fiqih muamalah dan disahkan dan diawasi oleh produk mudharabah. Karena bank sebagai

PROSIDING 157
Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”
shohibul maal menanggung pembiayaan cial engineering diartikan oleh Finnerty (1998,
sepenuhnya, maka bank juga mendapat porsi 1994):
bagi hasil dengan mudharib dengan nisbah “financial engineering involves the ‘de-
yang telah disepakati di awal akad 40:60, 50:50, sign, development and implementation of
30:70 atau lain sebagainya sesuai kesepakatan innovative financial instruments and pro-
kedua belah pihak. Akad transaksi mudharabah cesses, and the formulation of creative
kerugian didasarkan pada besarnya modal, solutions to problems in finance.”
karena modal sepenuhnya ditanggung oleh
bank syariah, maka ketika terjadi kerugian yang Financial engineering dalam praktik
bukan berasal dari kesalahan atau kelalaian keuangan syariah saat ini dalam pembiayaan
mudharib, maka shahibul maal (bank) yang mudharabah, shohibul maal meminta jaminan
menanggung semua kerugiaannya. Jika dilihat kepada mudharib dalam akad mudharabah
dari sisi ekonomi hal itu sangat merugikan yang nilainya lebih besar dari pinjamannya,
bank, namun di lain hal ekonomi mudharib juga dengan alasan yang bermacam-macam. Rus-
menanggung kerugian, seperti pikiran, tenaga, miati (2012) dalam penelitiannya menuliskan
dan waktu yang digunakan untuk mengelola alasan BNI Syariah kacak Yogyakarta mem-
usaha dengan kepercayaan yang diberikan oleh berikan jaminan karena semakin “bobrok”nya
shahibul maal. Namun jika kegagalan usaha moral seseorang dalam hal kejujuran, maka
tersebut berasal dari kesalahan atau kelalaian pihak bank pun meminta jaminan dari nasabah
mudharib, mudharib harus bertanggung jawab apabila mengajukan permohonan pembiayaan
atas kerugian tersebut kepada shohibul maal. mudharabah yang nilainya harus lebih dari
Begitulah Allah telah memberikan dana yang dipinjam. Begitu pula Hindayanti
kemanfaatan dan kemudahan yang besar dan (2011) menuliskan alasan Bank Syariah
adil kepada umatnya. Dalam setiap aturan yang Mandiri Kacab Warung Buncit untuk meng-
dibuat berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist tidak hindari terjadinya kemungkinan penyimpangan
ada pihak yang dirugikan. Sudah sangat adil yang meskipun itu menjadi pemberat bagi pada
ketika dalam fiqih klasik tidak memper- mudharib. Inovasi dari financial engineering
kenankan adanya Rahn (jaminan/agunan) terhadap jaminan dalam produk Mudharabah
dalam praktek mudharabah. Karena praktek telah dibuat ketentuan hukumnya. Praktek
mudharabah di dasarkan atas kepercayaan pengenaan jaminan untuk pembiayaan mudha-
“amanah” antara shohibul maal dan mudharib. rabah dan musyarakah berdasarkan UU No. 10
Dengan kepercayaan itu maka tidak lagi ada tahun 1998 tentang perbankan maupun menurut
penggunaan jaminan pada transaksi mudha- peraturan Bank Indonesia. Bahkan Majelis
rabah. Kepercayaan shohibul maal membiayai Ulama Indonesia melalui Dewan Syariah
mudharib untuk mengelola usaha, shohibul Nasional mengeluarkan Fatwa Nomor 92/DSN-
maal tidak dapat mengintervensi mudharib, MUI/IV/2014 tentang pembiayaan yang
shohibul maal hanya sebagai pengawas dari Disertai Rahn ((al-Tamwil al-Mautsuq bi al-
usaha yang dikelola oleh mudharib. Rahn) bahwa semua bentuk pembiayaan/
Dalam perkembangannya, dilakukan fi- penyaluran dana Lembaga Keuangan Syariah
nancial engineering di akad mudharabah yang (LKS) boleh dijamin dengan agunan (Rahn)
berkembang menjadi asas kehati-hatian, sesuai dengan ketentuan. Pada prinsipnya
melalui jaminan kepada mudharib, untuk dalam akad atas dasar amanah ini tidak
mengurangi manajemen risiko dari bank dibolehkan adanya barang jaminan (marhun);
syariah yang memberikan pembiayaan. Finan- namun agar pemegang amanah tidak

158 PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”
melakukan penyimpangan perilaku (moral haz- PEMBAHASAN
ard), Lembaga Keuangan Syariah boleh Konsep dan Nilai Dasar dalam Transaksi
meminta barang jaminan (marhun) dari Mudharabah
pemegang amanah (al-Amin, antara lain syarik,
mudharib, dan musta`jir) atau pihak ketiga. Mudharabah sering kali dihubungkan
Masalah tentang agunan dalam transaksi dengan istilah bagi hasil dalam ekonomi
mudharabah ini masih menjadi perdebatan oleh syariah. Menurut jumhur ulama mudharabah
banyak pihak, ada yang set uju dengan bagian dari musyarakah. Salah satu pengertian
penggunaan agunan, ada juga yang tidak setuju. mudharabah dari wahbah Az-Zuhaily1 yang
Terutama oleh fiqih kontemporer yang tidak ditulis oleh Hulam (2010) bahwa pemilik
menyetujui dan fiqih modern yang menyetujui modal menyerahkan hartanya kepada pengu-
adanya jaminan atau agunan dalam transaksi saha untuk diperdagangkan dengan pembagian
musharabah. Karena dengan agunan yang keuntungan yang disepakati dengan ketentuan
melebihi nilai pinjaman itu justru akan bahwa kerugian ditanggung oleh pemilik
menambah berat tanggungan dari mudharib. modal, sedangkan pengelola modal (pengu-
Jika terjadi kerugian sebenarnya mudharib juga saha) tidak dibebani kerugian sedikitpun,
mengalami kerugian non-materi pikiran, waktu kecuali kerugian berupa tenaga dan ke-
dan tenaga yang dikeluarkan untuk mengelola sungguhannya.
usahanya. Di lain pihak, shohibul maal juga Akad mudharabah digunakan dalam
belum siap untuk menanggung sepenuhnya bisnis, dengan ketentuan bahwa keuntungan
kerugian dari usaha yang dikelola mudharib, (laba) yang diperoleh akan dibagi oleh masing-
jika kerugian itu bukan dari kesalahan masing pihak sesuai dengan kesepakatan dari
mudharib. Namun semua hal masih dapat
akad yang dilakukan. Bila terjadi kerugian,
dirubah, financial engineering tentang jaminan
maka ketentuannya berdasarkan pada syarat
tersebut juga masih dapat dirubah untuk
“bahwa kerugian dalam mudharabah dibe-
kemudahan bertransaksi kedua belah pihak.
bankan kepada harta (modal), tidak dibebankan
“innovation is a change, and change cre- kepada pengelola sedikitpun, yang telah bekerja
ates instability. Instability obviously is mengelola harta”. Untuk sahnya mudharabah
not desirabel, and thus innovation in it- maka harus terpenuhi rukun dan syarat
self is not a goal” mudharabah. Menurut jumhur ulama ada tiga
Atas perbedaan pendapat dan untuk rukun, yaitu:
melindungi kepentingan dari kedua belah 1. Dua pihak yang berakad (pemilik modal /
pihak, mudharib dan shohibul maal dapat shohibul maal dan pengusaha/mudharib)
digunakan maka ditawarkan tentang win-win 2. Materi yang diperjanjikan, mencakup
solution dalam praktek transaksi mudharabah modal usaha dan keuntungan, dan
di sistem keuangan syariah yang akan 3. Sighat (ijab dan qobul)
menggunakan cara dari Sun Tzu, tidak ada yang
menang dan kalah, tidak ada yang didzolimi dari Dengan rukun mudharabah yang harus
kedua belah pihak. Karena tidak semua hal dipenuhi yaitu:
hanya diukur secara fisik, material, masih ada 1. Pemodal dan pengelola. Dua pihak yang
yang lebih besar dari itu semua yang bahkan
mengadakan kontrak mudharabah maka
tidak dapat dipikirkan oleh akal manusia.
persyaratannya yang harus dipenuhi: a)

1
Wahbah Az-Zuhaily, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, Mesir

PROSIDING 159
Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”
pemodal dan pengelola harus melakukan Prinsip 5C yaitu Character, Capacity,
transaksi dan sah secara hukum baik dalam Capital, Condition of Economy, dan Collateral
positif maupun hukum islam, b) keduanya (Jaminan)
harus mampu bertindak sebagai wakil dan 1. Character adalah pertimbangan utama
kafil dari masing-masing pihak. dalam proses pembiayaan. Karakt er
2. Sighat atau akad. Penawaran dan pene- nasabah yang baik akan menjadi per-
rimaan harus diucapkan kedua belah pihak timbangan utama pemberian pembiayaan,
untuk tujuan dan kesempurnaan kontrak. akan tetapi untuk mengetahui secara pasti
Sighat ini dengan syarat: a) secara eksplisit karakter nasabah diperlukan pengumpulan
dan implisit menunjukkan tujuan kontrak, data dari berbagai pihak di lingkungan
b) sighat menjadi tidak sah jika salah satu tempat tinggal, pergaulan atau data dari
pihak menolak syarat kontrak, c) kontrak lembaga pembiayaan lain.
boleh dilakukan secara lisan maupun ver- 2. Capacity atau kemampuan mudharib
bal, atau ditulis dan ditandatangani. menjalankan usahanya dan mengem-
3. Modal. Dana yang diberikan dari pemilik balikan pembiayaan. Kemampuan ini
dana kepada penerima dana untuk tujuan sangat penting untung menentukan besar
investasi dalam aktivitas mudharabah kecilnya penghasilan usaha sekaligus
harus memenuhi persyaratan: a) modal mengetahui kemampuan bayar mudharib
harus diketahui jumlahnya, b) modal yang terhadap cicilan dari pengembalian pem-
diberikan harus tunai, namun beberapa biayaan yang akan diberikan. Informasi ini
ulama membolehkan modal berupa aset dapat digali dari data keuangan usaha.
inventory. 3. Capital. Permodalan yang dimaksud
4. Keuntungan. Jumlah yang didapat sebagai adalah berapa besar modal yang digunakan
kelebihan dari modal, dengan syarat: a) dalam menjalankan usaha. Selain itu
keuntungan harus dibagi dua, b) porsi digunakan data langsung mengenai aset
keuntungan harus diketahui masing- yang dimiliki berdasarkan pengamatan
masing puhak saat dilakukan kontrak, c) langsung ke lokasi atau laporan keuangan
kalau jangka waktu lama, tiga tahun ke atas 4. Condition of Economy adalah situasi dan
nisbah dapat disepakati dari waktu ke kondisi ekonomi yang berkaitan erat
waktu, d) kedua pihak harus menyepakati dengan usaha yang dijalankan oleh nasabah
biaya-biaya apa saja yang ditanggung baik dalam skala mikro mapun makro.
pemodal dan pengelola. 5. Collateral atau jaminan adalah harta
mudharib yang diikat sebagai jaminan
Dalam perkembangannya, dilakukan fi- bilamana terjadi wanprestasi atau moral
nancial engineering dalam praktek mudha- hazzard oleh mudharib.
rabah dalam hal jaminan, dengan prinsip
kehati-hatian yang disebabkan moral hazzard Masjid Mengikuti Pasar atau Pasar
mudharib. Dalam proses penerapan prinsip Mengikuti Masjid
kehati-hatian, bank syariah sebelum menge- Dalam fatwa MUI, pembiayaan Mudha-
lontorkan pembiayaan pada pihak ketiga atau rabah adalah pembiayaan yang bersifat amanah
mudharib sering menggunakan konsep pem- (yad al-amanah). Perjanjian ini merupakan
biayaan yang sama dengan bank konvensional, perjanjian yang menuntut tingkat kejujuran
yaitu : yang tinggi dan menjunjung tingkat keadilan

160 PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”
antara kedua belah pihak. Karenanya, masing- adalah rumah Allah. Sedangkan pasar adalah
masing pihak harus menjaga kepentingan tempat bertemunya penjual dan pembeli,
bersama. Artinya, tidak diperkenankan shohibul tempat bertransaksi kegiatan ekonomi. Di mana
maal memintakan jaminan kepada mudharib ada masjid di situ pula ada pasar. Masjid dan
karena mudharib hanyalah sebagai pengelola pasar adalah dua hal yang berpasangan, namun
modal. Kejujuran dan keadilan mudharib juga menjadi sekuler (terpisah). Dalam Al-qur’an
aspek penting sebagai kewajibannya menja- dijelaskan bahwa Allah mencintai masjid dan
lankan amanah yang telah diberikan shohibul membenci pasar. Karena pasar adalah tempat
maal. tipu daya, tempat menipu, dan riba. Lalu secara
Ket ika fiqh klasik dari transaksi pemikiran rasional jika pasar tidak digunakan
mudharabah yang tidak membolehkan adanya sebagai tempat menipu, tempat riba, maka pasar
jaminan dari mudharib ke shohibul maal karena dicintai oleh Allah. Dengan begitu maka
prinsip dasarnya adalah kepercayaan, dan itu dimasukkan lah masjid dalam pasar3.
berubah menjadi fiqh kontemporer, yang Nabi Muhammad selalu membangun
disesuaikan dengan keadaan sekarang, maka masjid dulu baru pasar di sekitar masjid. Masjid
berubah pula keberadaan jaminan menjadi untuk spiritualitas dan pasar sebagai ekonomi.
dibolehkan dalam transaksi mudharabah, Namun yang ada sekarang masjid yang
karena beberapa alasan seperti moral hazzard mengikuti pasar, bukan pasar yang mengikuti
mudharib dan kehati-hatian dari shahibul maal. masjid. Pemikiran yang lebih mendalam antara
Untuk menghindari penyimpangan dari masjid dan pasar oleh Mulawarman (2014)
mudharib dan melindungi eksistensi dari yang salah satu kalimatnya:
lembaga keuangan syariah yang belum ada “Rasulullah jelas sekali sebenarnya
kesiapan untuk menanggung kerugian sepe- bukan hanya melakukan oposisi biner4
nuhnya dari gagalnya mudharib mengelola atas Masjid dan Pasar, tetapi juga nanti
usaha yang disebabkan di luar kendali akan kita lihat bahwa apa yang dilakukan
mudharib. Jaminan dalam pengertiannya beliau adalah sinergi oposisi biner dengan
adalah suatu perikatan antara kreditur dan meletakkan “ruh” Masjid sebagai
debitur dimana debitur memperjanjikan payungnya.”
sejumlah hartanya untuk pelunasan utang
menurut ketentuan perundang-undangan yang Dari analogi masjid dan pasar itu akan
berlaku apabila dalam waktu yang ditentukan menjelaskan tentang mudharabah dan agunan
terjadi kemacetan pembayaran utang di yang banyak diperdebatkan, karena jaminan
debitur. 2 Karena manajemen risiko bank yang diberikan nilainya harus lebih besar dari
kepentingan ekonomi, maka financial engi- pinjaman. Dari fiqh klasiknya dan beberapa
neering untuk jaminan pada mudharabah ulama tidak diperbolehkan adanya agunan,
diperbolehkan. maka muncul financial engineering jaminan
Ekonomi dan spiritualitas berkaitan erat berdasar fiqh kontemporer dengan dalil:
dengan pasar dan masjid dalam pandangan “Pada dasarnya, semua bentuk muamalah
islam. Masjid adalah suatu tempat untuk boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
beribadah, biasa juga disebut secara simbolik mengharamkannya.”
2
Gatot Supramono. Perbankan dan permasalahan Kredit : Suatu tinjauan Yuridis (jakarta, djambatan, 1996) h. 75
3
Agama sebagai pijakan dan tujuan dalam perdagangan atau perekonomian, tidak menjadikannya sekuler antara urusan dunia dan urusan
akhirat.
4
Pembicaraan sepaket, dalam tulisan https://ajidedim.wordpress.com/2014/02/06/masjid-dan-pasar-sinergi-oposisi-biner-yang-kadang-
terlupakan-1/ diakses pada tanggal 6 Mei 2015

PROSIDING 161
Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”
Maka disitulah letak pasar “mudharabah Selain itu dalam tulisan Triyuwono
dengan agunan” yang diikuti oleh masjid (2006a) tentang Shari’ah Enterprise Theory
“selama tidak ada dalil yang mengharam- (SET) yang memiliki kecakupan akuntabilitas
kannya”. Selama itu tidak melanggar ketentuan yang lebih luas dibandingkan dengan Enter-
dari Sunnah dan Al-Qur’an maka itu menjadi prise Theory (ET), bahwa akuntabilitas yang
“sah-sah” saja. Namun kebolehan itu tidak dimaksud adalah akuntabilitas kepada Tuhan,
bersifat mutlak. Artinya hukum mubah dalam manusia dan alam. Akuntabilitas ini digunakan
setiap transaksi itu tetap harus dalam batasan sebagai pengikat agar akuntansi syari’ah selalu
hukum Islam. Rahn digunakan untuk melin- terhubung dengan nilai-nilai yang dapat
dungi kepentingan (pasar) ekonomi keuangan “membangkitkan kesadaran keTuhanan.”
syariah untuk mengantisipasi resiko apabila Perbankan syariah juga harus mengacu pada
nasabah tidak dapat memenuhi kewajiban prinsip SET. Adanya kepercayaan antara
sebagaimana dimuat dalam akad karena mudharib dan shohibul maal membuat sebuah
kelalaian ataupun kecurangan yang disebabkan tali ukhuwah islamiyah tanpa ada perasaan
karena moral hazard mudharib (pengelola su’udzon. Dengan dukungan tanggung jawab
usaha), hanya sebatas itu. Bukan sebagai salah penuh dari mudharib kepada shohibul maal
satu aspek penilaian saat akan membantu melalui pelaporan keuangan secara berkala dan
mudharib dalam memajukan usahanya melalui kejujuran tanpa ada manipulasi atas usaha yang
dana atau investasi aset. dikelolanya. Kesadaran keTuhanan juga
Dalam praktek, transaksi mudharabah disampaikan oleh Chaudhory (2009) tentang
keuangan syariah kontemporer berbeda dengan unity of knowledge (Tawhid), fundamental to
prinsip awal kepercayaan atau amanah sebagai Islamic study of Issues and problems, is up-
inti dari transaksi tersebut. Amanah pendanaan held.
dari shohibul maal merupakan tanggung jawab Kepercayaan antara shohibul maal dan
mudharib untuk mengelola usaha, karena mudharib pastinya tidak dengan serta merta di
mudharib seharusnya menyadari dan mena- dapat antara kedua kedua belah pihak. Yang
namkan dalam dirinya bahwa tanggung jawab diperlukan pertama kali adalah proses screen-
itu bukan hanya kepada lembaga keuangan ing lembaga keuangan syariah untuk calon
syariah, namun juga terhadap nasabah-nasabah mudharibnya. Dan tahap-tahap yang dilakukan
lain yang dananya di “putar” oleh lembaga oleh lembaga keuangan syariah secara tepat,
keuangan syariah untuk digunakan sebagai misalnya tentang usaha apa yang akan dilaku-
pendanaan untuk usaha mudharib, dan yang kan, bagaimana mudharib akan menjalankan
paling penting, tanggung jawab itu kepada Al- usahanya, serta akhlaqul karimah dari calon
lah SWT. Choudhury (2009), dalam tulisannya mudharib. Selain itu juga dapat menggunakan
mengkritisi dan membuktikan kecacatan seseorang sebagai penjamin (Dhamman) yang
tentang financial engineering dalam islam: menurut M. Hasan Ali adalah menjamin
“The objective of this research project is (menanggung) untuk membayar hutang,
to prove from the Shariah and logical menggadaikan barang atau orang pada tempat
viewpoints that many of the arguments yang ditentukan dengan syarat dhamman ahli
of Islamic economics and financial ex- mengendalikan hartanya dan berakil baligh,
perts toward adopting mainstream finan- serta penerima jaminan disyaratkan dikenal
cial engineering methods and argumen- betul-betul oleh yang menjamin5. Mengambil
tation on asset-valuation methodology jalan tengah dari perdebatan tersebut muncul
are flawed.” pemikiran kritis “strategi Sun Tzu”.
5
M. Ali hasan. Berbagai macam transaksi dalam islam, hal 260

162 PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”
Win-Win Solution Ala Sun Tzu tentang mudharib (pengelola usaha) untuk dapat
Jaminan di Transaksi Mudharabah memegang teguh amanah yang telah diberikan
Banyak krit ik yang di darat kan kepadanya. Selain amanah, seorang mudharib
masyarakat karena adanya jaminan pada juga harus jujur. Pentingnya kejujuran
transaksi mudharabah dalam hukum fiqh seseorang dapat dilihat dari hadist berikut:
kontemporer. Dengan jaminan yang sering kali “Suatu ketika Rasulullah SAW keda-
lebih tinggi dari pembiayaan dana shohibul tangan seseorang yang ingin masuk
maal kepada mudharib, yang akhirnya juga islam. Orang tersebut mengaku belum
memberatkan mudharib. Namun ketika tidak bisa meninggalkan perbuatan judi dan
ada jaminan dari mudharib kepada bank zina, kemudian bertanya: Apakah saya
syariah, akan berimbas pada dana nasabah lain dapat diterima menjadi muslim ya
yang menitipkan aset atau hartanya, dan bank Rasulullah? Rasulullah SAW menjawab:
syariah yang bertanggung jawab penuh atas aset dapat, asal kamu mau jujur. Hanya jujur
nasabah yang dititipkan kepadanya. Maka ya Rasulullah? Tanya orang tersebut. Ya,
untuk dapat diambil jalan tengah untuk jaminan jawab Rasulullah. Kalau begitu saya
atau agunan dalam transaksi mudharabah ini sanggup” (HR. Malik)
yang dapat juga disebut sebagai win-win solu-
Kejujuran tersebut dapat diimplemen-
tion.
tasikan dengan menyajikan laporan keuangan
Win-win solution ini dapat diartikan
kepada shohibul maal dengan apa adanya,
sebagai sama-sama menang, tidak ada yang
karena shohibul maal juga tidak dapat secara
dirugikan di atas kemenangan pihak yang lain,
langsung setiap hari memeriksa pekerjaan dari
dalam hal ini antara shohibul maal dan
mudharib, maka dari laporan keuangan itu
mudharib. Shohibul maal dapat tetap menjaga
kinerja dari mudharib dapat dipantau. Atau
tanggung jawabnya kepada nasabah yang
sebelumnya bertanya kepada seseorang yang
menitipkan asetnya dan mengurangi risiko
memang benar-benar mengenal mudharib atas
moral hazard atau asimetri informasi atas
akhlak yang dimiliki oleh mudharib, atau bisa
mudharib. Begitu pula mudharib dapat bekerja
melalui orang-orang disekitarnya, seperti
mengelola usaha dari dana yang dibiayai oleh
tetangganya.
shohibul maal tanpa terlalu berat memikirkan
Akhlak yang baik juga harus dimiliki
pengelolaan usaha secara maksimal serta
oleh shohibul maal atas pekerjaan yang
tingginya jaminan yang dibebankan shohibul
dilakukan oleh mudharib. Karena tidak ada
maal jika usaha tersebut mengalami kegagalan.
manusia yang sempurna, maka tidak dapat pula
Jaminan itu dapat diberikan kepada mudharib
mudharib selalu mendapatkan peningkatan
namun tidak melebihi dari pembiayaan yang
keuntungan, yang akan berimbas pada bagi
diberikan kepadanya. Shohibul maal juga harus
hasilnya. Shohibul maal juga harus melihat
khusnudzon (berprasangka baik) kepada para
proses dan penjelasan dari mudharib ketika
mudharib. Metode win-win solution ini di
mungkin kerugian terjadi. Melalui moral atau
ambil dari strategi berperang ala Sun Tzu yang
akhlak baik yang sama-sama dimiliki oleh
memiliki lima dasar yaitu:
mudharib dan shohibul maal, maka positive
thinking itu akan keluar, dan menyadari bahwa
1. Faktor moral atau akhlak
tidak semua calon mudharib itu tidak dapat
Moral atau akhlak dalam hal ini lebih dipercaya, maka diperlukan screening terhadap
ditekankan pada moral atau akhlak dari akhlak calon mudharib.

PROSIDING 163
Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”
2. Tuhan atau Allah dengan rizki Allah yang barakah “Barang siapa
Manusia mendapakan perintah dari Al- yang bersyukur maka akan Aku tambah nikmat
lah untuk melakukan yang diperintahkan dan dari-Ku”. Karena rizki itu datang dengan ridha
menjauhi larangannya. Dan jika perintah ini Allah atas usaha dan doa yang dilakukan. Jika
dilanggar dalam hati nurani akan merasa dapat mencapai pemikiran seperti itu maka
bersalah/berdosa. Prinsip utama dalam setiap tidak perlu ada lagi jaminan dalam pembiayaan
transaksi tentunya harus tetap menjaga asas- mudharabah.
asas dalam bermualamah seperti keadilan,
keseimbangan, menghindari mudharat dan 3. Kepemimpinan
mengedepankan maslahat serta menghindari Kepemimpinan ini bisa dari kepemim-
memakan harta sesamanya dengan cara yang pinan lembaga keuangan syariah untuk bisa
bathil dan cara mencari keuntungan dengan mempercayai calon mudharib tanpa jaminan
tidak sah dan melanggar syari’at untuk yang terlalu besar, melebihi kemampuan
mendapatkan Ridha Allah serta kembali mudharib. Kebijaksanaan dalam menentukan
kepadanya dalam keadaan suci dan tenang, keputusan dan kebijaksanaan dalam meng-
untuk menuju tempat terbaiknya, yaitu surga hadapi persoalan dalam lembaga keuangan
Allah. syariah. Tanpa ada intervensi dan kepentingan
Saat mudharib dan shohibul maal dari pihak lain. Melakukan pekerjaan karena
merasakan kehadiran Allah, akan terbangun Allah Ta’ala.
ukhuwah islamiyah dan kerjasama yang solid Jiwa kepemimpinan juga perlu dimiliki
antara kedua belah pihak. Namun jelas saja oleh mudharib, karena pemimpin yang baik
tidak semua mudharib dan shohibul maal dapat tidak akan merugikan orang lain dan bertindak
berlaku seperti itu ketika pemikiran salah satu dengan cara yang t idak terpuji, seperti
atau kedua belah pihak masih terbatas pada membawa kabur dana pembiayaan ketika
unt ung dan rugi secara nominal, tanpa dirasakan usaha yang dikelola sudah terlihat
memperhatikan untung rugi untuk bekal di hampir mengalami kegagalan. Maka itulah
akhirat. Jika seperti itu, maka masih ada sekuler seseorang yang tidak memimpin dirinya sendiri,
antara bisnis dan surga, atau antara masjid dan apa lagi untuk memimpim orang lain. Bahwa
pasar. setiap kepemimpinan dari seorang hambanya
Diluar untung rugi secara nominal itu, akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat
jika dilihat lebih dalam lagi tentang esensi oleh Allah, selain itu bisa juga dimintai
bermuamalah serta bersilaturahmi salah satu pertanggung jawaban di dunia karena
manfaatnya adalah memperluas dan mem- penyalahgunaan pembiayaan yang diberikan
perlancar rizki. Mencari uang melalui untung/ shohibul maal. Melalui sikap yang seperti itulah
rugi serta mencari rizki Allah yang barakah yang menjadikan kepercayaan shohibul maal
memiliki nilai yang berbeda. Berapapun untung terhadap mudharib bisa berkurang dan
secara nominal uang yang di dapat pasti akan menyebabkan diberikan jaminan oleh shohibul
terasa selalu kurang. Berbeda dengan rizki yang maal untuk meminimalisir mudharib yang
Allah berikan dan diterima dengan “syukur” wanprestasi.
dan “ikhlas”, berapapun yang Allah berikan
banyak atau sedikit pasti akan terasa cukup 4. Taat hukum
untuk memenuhi kebutuhan, meskipun tidak Hukum di dunia dibuat dengan sebaik-
berlebihan namun cukup, itu yang dimaksud baiknya pemikiran, apalagi hukum yang dibuat

164 PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”
Allah melalui Al-Qur’an dan As-Sunnahnya. lembaga tersebut, pihak bank yang
Hukum yang tidak dapat diganggu gugat. membayar preminya. Bila terjadi keru-
Namun hukum itu juga ada subhat (ketidak- gian/pailit pada pihak bank, maka LPS
jelasan) atau bisa diartikan yang berbeda-beda lah yang mengganti semua dana sim-
oleh setiap pemikiran umat manusia. Maka panan dari nasabah penabung paling
tidak adanya jaminan pada transaksi banyak Rp 2 Miliar (sesuai dengan
mudharabah karena berdasarkan transaksi Peraturan Pemerintah No. 66 Th. 2008).”
amanah, karena tidak ada dalil yang meng- Bila dalam kenyataan praktik transaksi
haramkan jaminan tersebut berganti dengan mudaharabah seperti yang terjadi saat ini, maka
dibolehkan adanya jaminan untuk jaminan agar itu bukan lagi menjadi mudharabah tetapi akad
mudharib tidak melakukan penyimpangan pinjaman (qardh) – utang piutang, yang
seperti moral hazzard, atau pembuatan laporan karakteristik intinya adalah harus mengem-
keuangan yang palsu, memperkecil laba yang balikan pinjaman, apapun yang terjadi dan
itu menurut hukum Indonesia telah melanggar, karena apapun alasannya.
dan sekaligus juga melanggar hukum dari Al-
lah. SIMPULAN
Shohibul maal juga diharapkan dapat
menaati hukum yang berlaku, seperti mem- Win-win solution ala Sun Tzu ditawarkan
berikan waktu ketika mudharib tidak dapat untuk mengambil jalan tengah perdebatan para
menyelesaikan kewajibannya, dengan tidak fiqih klasik dan fiqih kontemporer mengenai
secara langsung mengeksekusi jaminan Rahn (jaminan) dalam akad mudharabah. Win-
keseluruhan yang telah di berikan. Atau juga win solution tersebut terdiri dari 4 aspek, yaitu
dengan meng-screening pembiyaan yang akan moral atau akhlak, yang seperti Rasulullah
diberikan kepada usaha-usaha yang telah dalam bermuamalah antara mudharib yang
dipastikan kehalalannya, bukan subhat atau bersikap jujur dan dapat dipercaya dan shahibul
malah diharamkan oleh MUI, seperti untuk maal yang dapat melihat proses dan alasan atas
industri rokok, minuman keras, hotel, perfil- kerugian yang dialami oleh mudharib. Tuhan
man, dan lain-lainnya. atau Allah menjadi tujuan utama kedua pihak
Ketika aturan fiqh yang berlaku untuk melakukan akad mudharabah, lebih
mengenai transaksi mudharabah yang risiko memilih mendapatkan rejeki Allah yang
kerugiannya didasarkan pada pemiliki modal, barakah dari pada keuntungan yang besar secara
dalam hal ini adalah bank, maka bagaimana nominal. Jiwa kepemimpinan yang dimiliki
dengan kelangsungan operasional dari bank oleh shahibul maal, mengambil kebijakan
tersebut, siapa yang menanggung kerugian dana tanpa adanya pihak-pihak lain yang lebih
simpanan para nasabah yang dititipkan pada diuntungkan, jiwa kepemimpinan mudharib
bank? Ust. Abu Abdillah Muhammad Afifuddin tidak akan memakan harta yang bukan menjadi
dalam tulisan di blognya menjawab bahwa: haknya, dan melakukan moral hazzard kepada
bank yang telah membantu usahanya. Taat
“semua bank, baik konvensional dan kepada sebaik-baiknya hukum, yaitu Al-Qur’an
syariah harsu terikat dan dinaungi oleh dan Hadist yang di dalamnya telah mengatur
sebuah lembaga independen yang resmi, bagaimana seharusnya mudharib dan shahibul
yaitu Lembaga Penjamin Simpanan maal bertindak dalam bermuamalah di dunia
(LPS). Setiap bank mengasuransikan ini, serta menaati peraturan dari akad yang telah
seluruh dana simpanan nasabah kepada disepakati oleh kedua belah pihak.

PROSIDING 165
Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”
DAFTAR RUJUKAN Silviana, Elizza SH. ____ . Telaah Konsep
Al-Qur’an dan Terjemahannya, 2000. Jaminan dalam Akad Mudharabah pada
Antoni, Syafi’i, 1999. Bank Syariah Wacana Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Sebagai
Ulama dan Cendekiawan. Tazkia Insti- Lembaga Keuangan Mikro Syariah
tute, Jakarta. (Studi Kasus BMT di Pontianak).
Choudhury, Masudul Alam. 2009. Islamic Cri- Publikasi Ilmiah.
tique and Alternative to Financial Engi- Surat Edaran kepada Semua Bank Syariah di
neering Issues. JKAU: Islamic Ecom, Indonesia. No. 10/14/DPbS. Jakarta, 17
Vol. 22 No. 2, pp: 205-244. Maret 2008.
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional. No 92/DSN- Triyuwono, Iwan. 2007. Mengangkat “Sing
MUI/IV/2014. Tentang Pembiayaan Liyan” untuk Formulasi Nilai Tambah
yang Disertai Rahn (al-Tamwil al- Syari’ah. Simposium Nasional Akun-
Mautsuq bi al-Rahn). tansi X. Unhas Makassar 2007.
Financial Engineering: An Islamic Perspective. http://www.darussalaf.or.id/fiqih/aplikasi-
Finnerty, J. (1988) “Financial Engineering in mudharabah-dalam-perbankan-syariah/
Corporate Finance: An Overview,” Fi- diakses pada tanggal 6 Mei 2015.
nancial Management, vol. 17, pp. 14-33. http://savixumam.blogspot.com/2009/02/
Hafidah, Noor. 2012. Implementasi Konsep jaminan-mudharabah.html diakses pada
Jaminan Syariah dalam Tata Aturan UU tanggal 7 Mei 2015.
Perbankan Syariah. Arena Hukum. Vol. http://zadandunia.blogspot.com/2012/09/
9, No. 2: Agustus 2012, hal 79-154. asmaul-husnaallah-memiliki-nama-
Hulam, Taufiqul. 2010. Jaminan dalam nama.html diakses pada tanggal 7 Mei
Transaksi Akad Mudharabah pada 2015.
Perbankan Syariah. Mimbar Hukum Vol. https://ajidedim.wordpress.com/2014/02/06/
22 No. 3: Oktober 2010, hal 520-533. masjid-dan-pasar-sinergi-oposisi-biner-
Mahmudah, Siti Nur Lailatul. . Fungsi Jaminan yang-kadang-terlupakan-1/#comment-
dalam Pembiayaan Mudharabah (Studi 2530 diakses pada tanggal 6 mei 2015.
pada LKS Berkah Madani Kelapa Dua). https://ajidedim.wordpress.com/2014/02/06/
Skripsi. Universitas Islam Syarif masjid-dan-pasar-sinergi-oposisi-biner-
Hidayatullah. Jakarta. yang-kadang-terlupakan-2/ diakses pada
Rusmiyati, Kurnia. 2012. Tinjauan Hukum Is- tanggal 6 mei 2015.
lam tentang Penerapan Jaminan dalam http://www.namberpratama.com/2014/03/
Akad Pembiayaan Mudharabah( (Studi penerapan-st rategi-sun-tzu-dalam-
Kasus di Bank BNI Syariah Cabang dunia.html diakses pada tanggal 6 Mei
Yogyakarta). Skripsi. Universitas Islam 2015
Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta.

166 PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”

Anda mungkin juga menyukai