Anda di halaman 1dari 4

BERSYUKUR

ُ ‫ َم ْن َي ْهده‬،‫شور َأ ْن ُفس َنا َوم ْن َس ِّي َئات َأ ْع َمال َنا‬


‫هللا‬ ُ ُُ ‫اهلل ّم ْن‬ ‫ب‬
ُ ُ َ َ ُ ُ ْ َ ْ َ َ ُ ُ ْ َ ْ َ َ ُ ُ َ ْ َ ‫َّ َ ْ َ ه‬
‫وذ‬ ‫ ونع‬،‫لِل نـحمده ونست ّعينه ونستغ ّفره‬
ّّ َّ َّ ّ ّ ِ ّ ّ ّ ‫إن الـحمد‬
ُ‫دا َع ْب ُده‬ ً َّ َ ُ َّ ُ َ ْ َ ُ َ َ ْ َُ َ ُ َ ْ َ َّ َ َ َّ ّ َ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ َ َ َ ْ ْ ُ ْ َ َ ُ َ َّ ُ َ َ
‫شيك له وأشهد أن مـحم‬ ِ ‫ وأشهد أن ال ّإله ّإال هللا وحده ال‬،‫ ومن يض ّلل فَل ه ّادي له‬،‫فَل م ّضل له‬
ُ ُ ََ
‫ورسوله‬
َ ُ ْ َ َّ ُ َ َ َ ُ َّ َ َّ ُ َّ ُ َ َ َّ َ ُّ َ َ ‫ى‬
‫الِل َحق تق ّات ّه َوال ت ُموت َّن ّإال َوأنت ْم ُم ْس ّل ُمون‬ ‫آمنوا اتقوا‬ ‫ يا أيها ال ّذين‬،‫قال هللا تعاىل ف كتابه الكريم‬
‫ا‬ ‫َّ َ ُ ُ َ ا‬ ُ َّ ُ َ َ َّ َ ُّ َ َ
‫الِل َوقولوا ق ْوال َس ّديدا‬ ‫آمنوا اتقوا‬ ‫ يا أيها ال ّذين‬،‫وقال تعاىل‬
‫ول ُه َف َق ْد َف َاز َف ْو ازا َعظ ا‬
َ ُ َ َ َ َّ ُ َ ُُ ُْ َ ْ ََْ ُْ َ َ ْ َ ُْ َ ْ ْ ُ
‫يما‬ ّ ‫وبك ْم َو َم ْن ُي ّط ِع الِل ورس‬ ‫يص ّلح لكم أعمالكم ويغ ّفر لكم ذن‬

Sidang Jamaah Jumat yang di Rahmati Allah SWT

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji hamba-hambaNya yang bersyukur. Namun itu
sangat sedikit dari hamba-hambaNya. Allah Ta’ala berfirman:
ُ ‫الش ُك‬
﴾١٣﴿ ‫ور‬
َّ َ َ ْ ِّ ٌ َ َ
‫…وق ّليل من ّعب ّادي‬
“…Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (QS. Saba: 13)

Allah juga memuji Nabi Nuh, karena ia termasuk hamba Allah yang bersyukur. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berjanji untuk memberikan tambahan kepada orang-orang yang bersyukur.
Allah berfirman:

ٌ َ َ َ َ َّ ْ ُ ْ َ َ ‫َ ى َ َ ْ ُ ْ َ َ َ َّ ُ ْ َ َ ى‬
…﴾٧﴿ ‫اب لش ّديد‬
‫ل ّئ شكرتم َل ِزيدنكم ۖ ول ّئ كفرتم ّإن عذ ّ ي‬
“…Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim[14]: 7)

Mensyukuri nikmat Allah membutuhkan kekuatan Iman. Karena sesungguhnya nikmat-


nikmat tersebut seringkali melalaikan. Banyak orang yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala nikmat, bukan semakin dekat kepada Allah. Akan tetapi semakin ia jauh kepada Allah.

Semakin banyak nikmat, semakin banyak harta yang Allah berikan kepada seorang
hamba, bukan menjadikan dia semakin dekat dan bertaqarrub kepada Allah. Akan tetapi semakin
menjadikan dia kufur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Bersombong, karena ia merasa memiliki harta yang banyak. Ujub dengan kekayaannya
dan hartanya, dengan pakaiannya yang mewah. Seperti si Qorun yang ia keluar kepada kaumnya
dengan perhiasannya dan ia merasa sombong dengannya. Ia menganggap bahwasannya
kekayaan itu semua hasil jerih payahnya. Tanpa sama sekali menisbatkan kepada Allah pemberi
kenikmatan tersebut.

Oleh karena itulah, berapa banyak kenikmatan-kenikmatan tersebut seringkali membuat


kita lupa kepada Allah. Cobalah kita renungkan dalam kehidupan kita. Allah memberikan kepada
kita nikmat-nikmat yang banyak. Berupa nikmat pakaian, demikian pula nikmat makanan, nikmat
tempat tinggal, demikian pula nikmat kendaraan, terutama nikmat ketika kita bisa berhubungan
dengan manusia berupa handphone. Demikian pula alat-alat komunikasi yang lainnya.

Semua itu adalah nikmat yang Allah berikan kepada kita. Tapi entah kenapa kamudian
diantara kita lebih disibukkan dengan WhatsApp, lebih disibukkan dengan Facebook, lebih
disibukkan dengan alat-alat tersebut daripada berdzikir kepada Allah, lebih disibukkan dari
membaca Al-Qur’anul Karim, lebih disibukkan daripada berdzikir kepada Allah.

Bahkan ia lebih banyak membaca WhatsApp daripada ia membaca Al-Qur’an, daripada ia


membaca kitab-kitab para ulama. Bukankah itu semua adalah nikmat Allah? Bukankah itu
sesuatu yang harus disyukuri? Sedangkan syukur itu kita gunakan untuk menaati Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Bukan Untuk kufur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Al-Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah menyebutkan bahwasannya syukur itu mempunyai rukun.

Rukun yang pertama, mengakui dengan hati kita bahwasannya nikmat ini adalah dari
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidak seperti sebagaimana seseorang yang sombong yang
menganggap bahwasannya kenikmatan tersebut hasil dari pada jerih payahnya, karena
kecerdasannya, karena keterampilannya, karena kemampuannya dalam berbisnis sehingga dia
tidak menisbatkan itu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka seorang yang mengakui bahwasanya nikmat ini semua dari Allah dan semua itu diberi oleh
Allah, maka ia telah mensukuri nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Rukun yang kedua, ia mengucapkan dengan lisannya puji dan syukur kepada Allah.
Karena sesungguhnya ia tahu dan yakin bahwasannya satu-satunya yang memberikan
kenikmatan hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukan atasannya, bukan pula siapa-siapa, dia
yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa pemberi rezeki hanyalah Allah. Maka ia memuji Allah, ia
puji Allah atas seluruh kenikmatan-kenikmatan yang Allah berikan kepadanya.

Adapun rukun yang ketiga kata Ibnul Qayyim yaitu menggunakan nikmat-nikmat tersebut
untuk mentaati Allah. Kita gunakan HP kita untuk mentaati Allah, kita gunakan kendaraan kita
untuk menaati Allah, bahkan panca indra kita yang merupakan nikmat yang besar, kita gunakan
mata kita untuk melihat apa yang Allah ridhai, kita gunakan telinga kita untuk mendengarkan apa
yang Allah cintai, kita gunakan hati kita untuk memahami ayat-ayatNya, kita gunakan akal yang
berikan untuk memahami ayat-ayat Allah yang Allah turunkan kepada kita. Bukan untuk
menentang ayat-ayatNya.

Siapa yang menggunakan seluruh kenikmatan tersebut saudaraku, sungguh ketika ia


gunakan dalam kebaikan dan ketaatan, ketika ia gunakan dalam perkara yang diridhai oleh Ar-
Rahman, maka sungguh ia telah mensyukuri nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sidang Jamaah Jumat yang di Rahmati Allah SWT

Dahulu Salafush Shalih dengan diberikan banyak kenikmatan, mereka menjadi ketakutan.
Mereka takut sekali dengan hisab pada hari kiamat. Mereka sangat takut sekali, semua
kenikmatan yang diberikan kepada mereka akan dipertanyakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Mereka takut dengan jawaban apa yang harus mereka lakukan.

Maka dari itu Salafush Shalih, ketika mereka diberikan oleh kenikmatan-kenikmatan oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala, segera mereka infaqkan, segera mereka gunakan untuk ketaatan,
bahkan semakin mereka mencintai suatu harta semakin mereka malah menginfakkannya. Hal ini
karena mereka ingin mendapatkan keutamaan yang besar yang disebutkan oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ala:

َ ُ ُ ُ ْ ُ ََ َ
ۚ ‫… لن تنالوا ال ّ َّب َح ََّ ّٰت ت ّنفقوا ّم َّما ت ّح ُّبون‬
“Kalian tidak akan sampai kepada kebajikan, sampai kalian menginfakkan apa yang kalian
cintai ”…(QS. Ali-Imran[3]: 92)

Subhanallah.. Demikianlah Salafush Shalih.

Sementara kita, gembira dan senang ketika kita mendapatkan kenikmatan dunia belaka.
Lalu setelah itu kita lupa untuk mensyukurinya. Sementara Salafush Shalih ketika diberikan
kenikmatan dunia, mereka sungguh malah ketakutan. Takut itu menjadi adzab pada hari kiamat
untuknya.

Maka dari itulah saudaraku sekalian, setiap kita wajib merenungi tentang harta, tentang karunia,
tentang kenikmatan yang Allah berikan kepada kita. Sudah untuk apa kita lakukan? Sebelum
dihari kiamat Allah tanya kita, tanyakanlah di dunia ini kepada diri kita sendiri.
‫‪KHUTBAH KEDUA‬‬

‫الحمد هلل والصَلة والسَلم عىل رسول هللا‪ ،‬نبينا محمد و آله وصحبه ومن وااله‪ ،‬وأشهد أن ال إله إال هللا‬
‫ُ‬ ‫ّ ً‬ ‫َّ‬
‫محمدا عبده ورسوله‬ ‫وحده ال ُشيك له‪ ،‬وأشهد أن‬

‫ْ‬ ‫ٌ‬ ‫ٌ‬ ‫َّ َ‬ ‫ُ َ َّ َ َ َ َّ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ‬ ‫َ َّ ُ َّ َ ِّ َ َ ُ َ َّ َ َ َ‬


‫آل ّإ ْب َر ّاه ْي َم‪ّ ،‬إنك َح ّم ْيد َم ّج ْيد‪َ .‬و َب ِارك‬
‫آل محم ٍد كما صليت عىل ّإبر ّاهيم وعىل ّ‬ ‫اللهم صل عىل محم ٍد وعىل ّ‬
‫ٌ‬ ‫ٌ‬ ‫َّ َ‬ ‫ُ َ َّ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ‬ ‫َ َ ُ َ َّ َ َ َ‬
‫آل ّإ ْب َر ّاه ْي َم‪ّ ،‬إنك َح ّم ْيد َم ّج ْيد‬
‫آل محم ٍد كما باركت عىل ّإبر ّاهيم وعىل ّ‬ ‫عىل محم ٍد وعىل ّ‬

‫اَل ْم َ‬ ‫ُْ ْ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬


‫اَل ْ‬ ‫َ ْ ْ ىَ َ ْ َ‬ ‫اغف ْر ل ْل ُم ْسلم ْ ىَ َ ْ َ‬
‫ُ َّ ْ‬
‫ات‬ ‫ّ‬ ‫و‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫اء‬
‫ّ ّ‬ ‫ي‬ ‫ح‬ ‫ات‬
‫ئ والمؤ ّمن ّ‬ ‫ات والمؤ ّم ّن‬
‫ئ والمس ّلم ّ‬ ‫ّّ‬ ‫اللهم ّ ّ‬
‫الت َّواب ى‬ ‫َّ‬ ‫ُ َّ ْ َ‬
‫ئ‬ ‫ّ‬ ‫اج َعلنا ّمن‬ ‫اللهم‬
‫َّ‬ ‫ُ َّ ْ َ‬
‫ئ‬ ‫المت ّق ى‬ ‫اج َعلنا ّمن‬ ‫اللهم‬
‫واب َّ‬ ‫ُ َّ َ ُ ْ َ َ ْ َ َّ َ َ ْ َ َّ‬
‫الت ُ‬
‫الر ّحيم‬ ‫اللهم وتب علينا ّانك انت‬
‫َ َ َ َ ا َ َ َ َ َ َّ‬ ‫ُ َّ َ ى ُّ ْ َ َ َ َ ا َ ى‬
‫اب الن ِار‬ ‫اآلخر ّة حسنة و ّقنا عذ‬ ‫اللهم ّآتنا ّ يف الدنيا حسنة و ّ يف ّ‬

‫‪:‬عباد هللا‬
‫َّ َّ ْ‬
‫ُ ُ َ َّ ُ َ َ َّ َ‬ ‫ْ ْ‬ ‫ْ َ‬ ‫َْ َ‬ ‫الل َـه َيأ ُم ُر ب ْال َع ْد ّل َو ْاْل ْح َس ّان َوإ َيت ّاء ّذي ْال ُق ْر َ ٰب َو َي ْن َ ٰ‬
‫َه َع ِن الف ْحش ّاء َوال ُمنك ِر َوال َب ى ِيغ ۚ َي ّعظك ْم ل َعلك ْم تذك ُرون‬ ‫ّإن‬
‫ّ‬ ‫ّ‬ ‫ّ‬
‫﴿‪﴾٩٠‬‬
‫كر هللا َ‬ ‫َ َ َْ ُ ُ َ ْ ُ ُ ََ َ َ ُْ‬ ‫َ ُْ‬
‫أكب‬ ‫‪.‬فاذك ُروا هللا الع ّظ ْيم يذك ْركم‪ ،‬واشك ُروه عىل ّنع ّم ّه ي ِزدكم‪ّ ،‬‬
‫ولذ ُ‬

Anda mungkin juga menyukai