Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

SITUASIONAL

Tugas Mandiri
Stase Praktik Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh:
Yogi Hasna Meisyarah
19/451327/KU/21844

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL

A. Pengertian
Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya
memiliki harga diri positif kemudian mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam
berespons terhadap suatu kejadian seperti kehilangan dan perubahan (Carpenito, 2000).
Harga diri rendah situasional adalah perasaan diri/ evaluasi diri negatif yang
berkembang sebagai respon terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri
seseorang yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif dan bila tidak dapat diatasi
dapat menyebabkan harga diri rendah kronis (Suliswati, 2005).
Harga diri rendah situasional terjadi bila seseorang mengalami trauma yang
terjadi secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan, cerai, putus sekolah, putus
hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi, misalnya korban pemerkosaan,
dituduh KKN, dipenjara secara tiba-tiba (Dalami dkk, 2009).

Faktor predisposisi menurut Stuart & Sundeen (1995/1998) ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi konsep diri seseorang. Faktor ini dapat dibagi sebagai berikut:
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang
tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung
jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistik.
2. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah stereotipik peran seks,
tuntutan peran kerja, dan harapan peran kultural.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi ketidakpercayaan orang tua,
tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan dalam struktur sosial.
Faktor pencetus terjadinya HDR situasional dapat ditimbulkan dari sumber internal dan
eksternal, yaitu:
1. Trauma, seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian
yang mengancam kehidupan.
2. Ketegangan peran berhubungan peran atau posisi yang diharapkan di mana individu
mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran, yaitu transisi peran
perkembangan, transisi peran situasi, dan transisi peran sehat-sakit.

B. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala harga diri rendah situasional dapat dilihat dari perilaku klien sehari-
hari. Menurut NANDA, 2009-2011, batasan karakteristik dari harga diri rendah
situasional diantaranya adalah :
1. Tidak bisa mengevaluasi diri ketika menghadapi masalah.
2. Tidak bisa mengevaluasi diri ketika menghadapi situasi
3. Adanya ekspresi tidak berdaya
4. Adanya ekspresi tidak berguna
5. Adanya keragu-raguan
6. Adanya perilaku nonasertif
7. Sering merendahkan diri sendiri
Sedangkan menurut Carpenito, tanda dan gejala yang harus terdapat pada klien dengan
harga diri rendah situasional :
1. Kekambuhan episodik dari penghargaan diri negatif yang sebelumnya memiliki
evaluasi diri positif
2. Pengungkapan diri negatif mengenai diri
dan tanda dan gejala yang mungkin terdapat pada klien dengan harga diri rendah
situasional:
1. ekspresi malu atau rasa bersalah
2. Mengkritik diri sendiri
3. Perasaan tidak mampu atau pandangan hidup yang pesimis
selain dari data diatas, perawat dapat mengamati penampilan seorang yang menglami
harga diri rendah, melihat dari kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian yang
tidak rapi, selera makan menurun, tidak beran menatap lawan bicara, dan bicara lambat
dengan nada suara lemah
C. Asuhan Keperawatan
1. Data yang perlu dikaji
Data yang perlu dikaji untuk klien yang mengalami harga diri rendah situasional
sebagai berikut.
a. Data Sujektif:
Contoh:
“Setelah kaki saya diamputasi saya sudah tidak berharga lagi.”
“Saya tidak mampu menjadi atlet yang dibanggakan keluarga setelah kehilangan
kaki saya.”
“Saya tidak mampu melakukan peran dan fungsi sebagai kepala keluarga lagi.”
b. Data Objektif:
1) Perasaan negatif terhadap diri sendiri
2) Menarik diri dari kehidupan
3) Kritik terhadap diri sendiri
4) Destruktif terhap diri sendiri dan orang lain
5) Mudah tersinggung/ mudah marah
6) Produktivitas menurun
7) Penolakan terhadap diri sendiri
8) Keluhan fisik
2. Diagnosa Keperawatan
a. Harga diri rendah situasional
b. Ketidakefektifan koping
c. Gangguan citra tubuh
d. Gangguan identitas personal
e. Ketidakberdayaan
f. Keputusasaan
3. Intervensi
a. Bina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa aman dan
nyaman saat interaksi. Tindakan yang harus dilakukan adalah:
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) berjabat tangan
3) Menjelaskan tujuan interaksi
4) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien
b. Bantu klien mengenal kondisinya
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
2) Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan HDR situasional
3) Bantu pasien mengenal penyebab HDR situasional
4) Bantu klien menyadari perilaku akibat HDR situasional
c. Bantu klien meningkatkan harga dirinya:
1) Pantau pernyataan pasien tentang nilai dirinya.
2) Pantau frekuensi pernyataan negative dirinya secara verbal.
3) Dorong pasien untuk identifikasi kekuatannya.
4) Dorong pasien menggunakan kontak mata dalam berkomunikasi dengan orang
lain.
5) Bantu pasien untuk mengidentifikasi respon positif.
d. Bantu klien meningkatkan perannya
1) Klien dapat meningkatkan harga dirinya dengan mengidentifikasi kemampuan
dan aspek positif yang dimiliki, menilai dan menetapkan kemampuan yang
masih dapat digunakan, serta melatih kegiatan yang sudah dipilih
2) Klien mampu menilai dan meningkatkan peran yang ada dalam keluarga
3) Klien mampu menilai apa saja kekurangan yang dirasakan dalam peran yang
dimilikinya
4) Klien mampu menerima perubahan peran yang mungkin akan dialaminya
5) Klien mampu menilai strategi yang positif untuk menjalani perubahan peran
6) Klien mampu mengembangkan perannya yang baru dalam keluarga dan
mengatasi perubahan-perubahan yang akan terjadi
7) Klien mampu mengungkapkan harapan terhadap perannya yang baru
8) Klien mampu mempraktikkan perilaku baru yang dibutuhkan untuk memenuhi
perannya
e. Bantu klien meningkatkan koping
1) Kaji penyesuaian pasien terhadap perubahan pada citra diri
2) Gali lebih lanjut metode sebelumnya dalam mengatasi masalah hidupnya
3) Dorong verbalisasi perasaan, persepsi, dan ketakutan
4) Identifikasi sistem pendukung yang dimiliki klien misalnya keluarga,
lingkungan.
5) Bantu pasien mengidentifikasi tentang hal yang diinginkan, kekuatan dan
kemampuan yang dimilikinya
6) Bantu klien untuk melawan perasaan ambivalen (marah atau depresi).
7) Anjurkan pasien untuk mengembangkan sikap yang penuh harapan untuk
menangani keberdayaannya
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. (2000). Handbook of nursing diagnosis. (M. Ester, Penerjemah).


Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Inc. (Sumber asli diterbitkan 1999)

Dalami, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Psikososial. Jakarta :
Trans Info Media.

Suliswati, dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Stuart, (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi : Lima. Jakarta : EGC

Stuart, G. W. & Sundeen, S. J. (1998). Pocket guide to psychiatric nursing, 3/E. (A. Y. S.
Hamid, Penerjemah). St. Louis: Mosby Year Book, Inc. (Sumber asli diterbitkan
1995)

Anda mungkin juga menyukai