Anda di halaman 1dari 15

ANALISA TINDAKAN

RUANG LONTARA 1 ATAS DEPAN


DI RSUP dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
TAHUN 2020

Nama Mahasiswa : Ani Winarsi

Nim :

CI LAHAN CI INSTITUSI

[ H. Nur Kamar, S.Kep.,Ns. ] [ Dr. Rosyidah Arafat, S.Kep.,Ns.,M.Kep., Sp.KMB]

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
BED MAKING

A. Tindakan yang dikerjakan : Bed making


B. Justifikasi tindakan yang dilakukan :

Melakukan penggantian linen (bed making) kepada Ny. S (HCU/B1) untuk memberikan
lingkungan yang bersih, tenang, dan nyaman; menghilangkan hal yang dapat mengiritasi
kulit; dan mengontrol penyebab mikroorganisme. Hal ini dikarenakan tampak adanya darah
di linen tempat tidur pasien.

C. Teori singkat tindakan :


Ketika mengganti linen tempat tidur pasien, perawat harus bekerja cepat cepat dan
berusaha sedapat mungkin tidak mengganggu kenyamanan klien. Diantara cara yang dapat
dilakukan jika penggantian linen dengan pasien diatas tempat tidur yaitu dengan
pertahankan klien pada posisi kesejajaran tubuh yang baik (jangan menggerakkan atau
memindahkan posisi klien yang dikontraindikasikan), gerakkan klien secara perlahan dan
hati-hati, dan lakukan penggantian linen pada waktu yang tepat (misalnya pada waktu
mandi) (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2010).

D. Hasil tindakan :

Telah dilakukan penggantian linen (bed making) pada tempat tidur pasien dan
lingkungan tampak bersih.

E. Analisa tindakan :

Saat tindakan ini dilakukan, saya telah melakukannya sesuai prosedur. Namun, tidak
mengatur tinggi tempat tidur agar nyaman bertindak karena tidak berfungsinya pengatur
tinggi rendahnya tempat tidur pasien. Kemudian, seharusnya ada dua laken (besar dan kecil)
namun tidak tersedia sehingga hanya menggunakan laken yang besar. Dalam melakukan
tindakan ini, saya dibantu oleh keluarga pasien dan teman mahasiswa dalam mengubah
posisi miring kanan dan miring kiri pasien. Hal ini dikarenakan pasien dalam kondisi
kesadaran yang menurun.
F. Hambatan :

Hambatan dalam pelaksanaan tindakan ini adalah kurang tersedianya fasilitas yang
mendukung seperti laken dan selimut.

G. Kesimpulan dan saran :

Walaupun bed making merupakan tindakan yang cukup mudah. Namun, kita tetap tidak
boleh mengabaikan pemakaian Alat Pelindung Diri standar agar kita dapat mencegah
transmisi silang mikroorganisme penyebab penyakit. Kemudian, harus mampu berpikir kritis
atau memanajemen fasilitas yang ada tanpa harus mengurangi terciptanya kenyamanan yang
memadai baik dari pasien maupun kita sendiri.
TRANSFUSI DARAH

A. Tindakan yang dikerjakan


Tindakan yang dilakukan adalah melakukan transfusi darah pada pasien Nn. A ruang
perawatan kamar 6 bed 3 dengan diagnosa medis post operasi poli pektomi/polip sinonasal
B. Justifikasi tindakan dilakukan
Tindakan transfusi darah dilakukan untuk meningkatkan volume sirkulasi darah pada
pasien yang mengalami pendarahan atau trauma. Jenis darah yang diberikan yaitu PRC
compatible.
C. Teori singkat tindakan
Transfusi darah adalah rangkaian proses memindahkan darah atau komponen darah
dari donor kepada resipien (Wahidiyat & Adnani, 2016). Transfusi darah adalah
memasukkan darah lengkap atau komponen dalam ke dalam sirkulasi darah. Cairan
intravena dapat efektif dalam mengembalikan volume (darah) intravascular, namun, cairan
intravena tidak memenuhi kemampuan darah untuk membawa oksigen (Kozier, Erb,
Berman, & Snyder, 2011).
Komponen-komponen darah :
1. Whole blood : semua komponen darah
2. Packed red cell/packed cell : plasma yang dikeluarkan dari whole blood
3. Plasma : hasil pemisahan whole blood
4. Platelets : kandungannya platelets, limfosit dan sedikit plasma
5. Granulosit : kandungannya WBC, plasma dan sedikit RBC
6. Albumin : kandungan albumin, plasma dan human albumin
7. Clotting factor/factor pembekuan darah : cryoprecipited anti hemolitik factor
Tujuan pemberian transfusi darah :
1. Mengembalikan volume darah sirkulasi
2. Menaikkan hemoglobin pasien
Perangkat alat :
1. Set transfusi darah
2. Komponen darah steril dalam wadah yang sesuai
3. Cairan NaCl 0,9%
4. Swab alcohol (desindektan)
5. Kasa steril
6. Abocath
7. Turniket
8. Plester
9. Gunting
10. Tiang infuse
11. Kantung sampah
12. Sarung tangan bersih
13. Wadah bahan

Prinsip pemberian transfusi darah :

1. Periksa instruksi dokter, kondisi pasien, riwayat transfusi / reaksi infus, alasan
transfusi untuk saat ini
2. Identifikasi pasien
3. Periksa persediaan darah pada bank darah
4. Jelaskan prosedurnya kepada pasien atau keluarga pasien, perlunya transfusi, produk
darah yang akan diberikan, perkiraan waktu yang dibutuhkan, hasil yang diharapkan
5. Inspeksi produk darah untuk melihat : nomor identifikasi, kelompok dan tipe darah,
tanggal kadaluarsa, kompabilitas, nama pasien, warna yang tidak normal, bekuan, sisa
udara
6. Jika produk darah sudah benar, hentikan aliran NaCl dengan menutup klem rol.
Pindahkan taji penusuk NaCl dam tusukkan taji ke dalam wadah darah.
7. Mulai infus produk darah secara perlahan, dengan kecepatan 25 sampai 50 mol per
jam setelah 15 menit pertama. Tetaplah bersama pasien selama 15 menit pertama.
Periksa tanda vital setiap 15 menit selama 30 menit pertama atau sesuai peraturan
institusi.
8. Tingkatkan kecepatan infus bila tidak ada efek samping. Kecepatan infus tetap harus
berada dalam batas aman.
9. Selesaikan transfusi darah dan berikan NaCl jika tidak ada efek samping yang timbul
10. Cuci tangan
11. Catat waktu pemberian : waktu mulai dan selesai, nama dan tanda tangan staf perawat
yang melakukan prosedur dan kondisi pasien.

Prosedur transfusi darah


Langkah – langkah Rasional
1. Pastikan pasien dengan benar cek Untuk menghindari resiko terjadinya
statusnya/panggil namanya kesalahan yang bisa menyebabkan reaksi
yang lebih serius
2. Jelaskan prosedur pada pasien. Pasien yang pernah mendapatkan transfusi
Tentukan apakah pernah darah pada masa lalu dapat merasakan
mendapatkan transfuse dan catatatan ketakutan yang lebih besar terhadap
reaksi, jika ada. transfuse
3. Pastikan bahwa pasien telah Beberapa institusi memerlukan surat
menandatangani format persetujuan. persetujuan sebelum transfuse
4. Meminta pasien berkemih atau Bila terjadi reaksi transfuse, specimen urin
kosongkan wadah penampungan yang diambil harus merupakan urin yang
urine dibentuk setelah pemberian transfuse
5. Cek tanda-tanda vital 30 menit Memastikan tanda-tanda vital pra transfuse
sebelum pemberian transfuse. pasien dan memungkinkan deteksi reaksi
Laporkan adanya peningkatan suhu transfuse dengan memperhatikan
perubahan tanda-tanda vital
6. Meminta pasien segera melaporkan Gejala ini merupakan tanda-tanda reaksi
gejala: mengigil, sakit kepala, gatal, transfuse. Pelaporan dan penghentian
kmerahn jika ada transfuse dengan cepat akan membantu
meminimalkan reaksi
7. Cuci tangan Mengurangi transmisi mikroorganisme
8. Kenakan sarung tangan sekali pakai Mengurangi transmisi patogen darah
9. Buat jaur IV dengan kateter besar Memungkinkan infus darah lengkap dan
mencegah hemolysis
10. Gunakan selang infus yang memiiki Filter dapat menyaring debris dan bekuan
filter darah yang lembut
11. Memberi infus normal saline/ NaCl Mencegah hemolisis sel darah merah
0,9% sebelum darah (50 cc)
Jangan memberikan larutan yang ada Bisa menyebabkan aglutinasi dan menyekat
kandungan glukosa salur darah
12. Darah disimpan pada suhu ruangan Agar darah yang diberikan sesuai dengan
kurang lebih 30 menit setelah suhu badan
dikeluarkan dari kotak darah dengan
cara :
 Dialirkan pada air kran
 Direndam dengan air tetapi
pastikan selang
penyambungnya tidak bocor

13. Dengan perlahan balikkan kantung Mencegah sel-sel menggumpal, yang dapat
darah 1 sampai 2 kali untuk menyumbat pintu bawah kantung atau
mencampur sel-sel tetapi tidak menimbulkan bekuan. Sel darah yang rapuh
digoncang mungkin akan rusak bila terbentur filter
yang tak berisi normal salin
14. Untuk pemberian darah : Menyiapkan filter dan selang terisi darah
a. Tususk unit darah
b. Pencet blik drip; biarkan filter Membantu mempercepat hubungan dari
terisi darah selang infus yang telah disiapkan ke kateter
IV
c. Buka klem pengatur dan biarkan Mengisi selang
selang infus terisi darah.
Masukkan darah dan atur kadar
tetesan :
 Dimulai dengan kecepatan aliran Kebanyakan reaksi transfuse terjadi selama
yang perlahan 2-5 ml/menit (10-15 15-30 menit transfuse. Menginfus sejumlah
tetes)dalam 10 menit pertama kecil darah pada awal meminimalkan
 Tambahkan jumlah tetesan jika tiada volume darah yang terpajan oleh pasien
tanda-tanda reaksi transfuse yang membatasi beratnya reaksi. Tindakan
darah,antara 28-30 tetes/meni ini juga memungkinkan tindakan cepat
(jumlah tetesan tergantung pada terhadap reaksi transfuse
keadaan pasien dan jenis darah yang
diberikan)
 Tetap bersama pasien selama 15-30
menit masa transfusi
15. Pantau tanda-tanda vital pasien: tiap Wasapadalah terhadap setia perubahan
15 menit pertama; tiap 15 menit tanda-tanda vital yang dapat merupakan
selama satu jam berikutnya; tiap jam tanda awal reaksi transfuse
sampai unit darah terinfuskan;
selama 1 jam setelah infus selesai
16. Pastikan tidak memberikan obat Mencegah reaksi obat terhadap darah
melalui aliran transfuse darah
Kecuali pemberian diuretic (Lasix) Untuk mencegah terjadinya overload dalam
jika ada instruksi aliran darah
17. Jika terdapat tanda-tanda reaksi darah
pada pasien :
Maka hentikan transfuse darah
danganti dengan NaCl 0,9% dan
beritahu dokter dengan cepat untuk
tindakan selanjutnya
18. Setelah darah diifuskan, bersih Menginfus sisa darah didalam selang IV;
selang dengan normal salin 0,9% norml salin 0,9% mencegah hemolysis sel-
sel darah merah
19. Buang semua bahan yang telah Mengurangi transmisi mikro organisme
digunakan ditempat yang telah
disediakan. Lepaskan sarung tangan
dan cuci tangan
20. Catat tipe dan jumlah komponen Mencatat pemberian komponen darah da
darah yang diberikan, tanggal reaksi pasien
pemberian, waktu dimulai,waktu
habis, dan respon pasien terhadap
terapi darah. Biasanya digunakan
catatan transfuse terpisah
21. Teruskan perhatikan tanda-tanda Untuk mengesan reaksi yang lambat
vital pasien dan keadaan pasien
22. Cek hemoglobin setelah 24 jam Untuk mengetahui kadar hemoglobin
pemberian transfuse darah diberikan setelah transfusi apakah ada perubahan atau
kepada pasien. tidak

D. Hasil tindakan
Sebelum melakukan transfusi darah terlebih dahulu darah di cek kembali apakah
darah sudah sesuai dengan kertas rujukan dari bank darah dalam hal ini adalah Palang
Merah Indonesia (PMI). Selesai transfusi darah 1 kantong dan selama transfusi tidak
terlihat adanya efek samping yang timbul pada klien. Pemberian darah (transfusi darah)
pada Nn. A bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi darah pada klien. Pemberian cairan
NaCl 0,9 % sebelum melakukan transfusi darah diperlukan untuk membantu agar tidak
terjadi hemolisis.
E. Analisa tindakan
Secara keseluruhan prosedur pemberian transfusi darah sudah sesuai dengan teori
yang ada. American Red Cross (2018) menjelaskan bahwa sebelum melakukan tindakan
tranfusi darah, penting untuk dilakukan sebuah observasi dasar dan memastikan untuk
memonitor pasien selama proses transfusi untuk mendeteksi lebih awal kejadian-kejadian
yang tidak diinginkan, hal ini dilakukan ketika hendak melakukan transfusi. Kejadian yang
merupakan pertanda terjadinya hal yang tidak diinginkan, yaitu ketika darah masuk
kedalam tubuh, pasien akan merasakan menggigil, badan gatal-gatal hingga memerah,
terjadi nyeri dan sesak nafas. Pada saat transfusi tidak terdapat tanda-tanda gejala yang
tidak diinginkan.
F. Hambatan
Pada prosedur transfusi darah, ada sedikit hambatan setelah 30 menit transfusi darah
tidak menetes dengan lancar.
G. Kesimpulan dan Saran
Tindakan transfusi darah yang dilakukan di rumah sakit pada Nn. A sudah sesuai
dengan teori. Sebelum melakukan suatu tindakan sebaiknya dilakukan cuci tangan terlebih
dahulu dan menggunakan handscoon karena berhubungan dengan cairan tubuh.
PENGAMBILAN DARAH VENA

A. Tindakan yang dikerjakan


Tindakan yang dilakukan adalah mengobservasi pengambilan darah vena pada pasien
Ny. I ruang perawatan kamar 6 bed 2 dengan diagnose medis….
A. Justifikasi terhadap tindakan
Pengambilan darah vena di lakukan untuk mengambil spesimen untuk tes
laboratorium.
B. Teori tentang tindakan
Pengambilan darah vena adalah mengambil darah lewat tususkan vena untuk
pemeriksaan laboratorium rutin (Jacob, Rekha R, & Tarachnand, 2014).
Tujuan :
1. Untuk menentukan variasi dalam komposisi darah
2. Untuk melihat adanya kelainan dalam membantu menegakkan diagnosis
Prinsip :
1. Pertahankan sterilitas
2. Penting untuk mempertahankan integritas kulit dan jaringan
3. Beberapa test memerlukan kondisi khusus untuk mendapatkan hasil yang akurat,
misalnya:puasa
4. Memilih pembuluh darah

No. Tindakan Keperawatan Rasional tindakan


1 Pemakaian APD serta menggunakan Mencegah terjadinya infeksi silang
prinsip streril, tidak menggunakan
barang bekas pakai, dan cuci tangan
2 Segera buang alat dissposible setelah Mencegah tertusuk jarum
digunakan
4 Memperhatikan Label pada tabung Mencegah terjadinya kesalahan atau
darah dengan rekam medic dan tertukar
nama pasien, gunakan pen
waterproof agar tulisan pada label
tidak cepat hilang
5 Komunikasi terapeutik, bertanya Mencegah cedera pada pasien saat
mengenai bagian mana yang mau proses pengambilan darah vena
ditusuk, pengalaman pengambilan
darah vena (sudah berapa kali),
memperhatikan bagian yang ditusuk
(jangan sampai ada luka dll)
6 Pemilihan vena yang tepat Pemilihan vena yang tepat berada pada
urutan :
- Medial cubital : vena prioritas
- Vena cephalic : pilihan kedua
- Vena brachialis : pilihan
terakhir
7 Palpasi vena Merasakan lokasi penusukan sehingga
klien hanya satu kali tusuk
8 Inspeksi daerah penusukan Untuk menghindari penusukan pada
daerah sclerosis, vena yang berliku,
vena trombotik, vena yang rapuh, dan
phlebitis.
Pada pasien yang terpasang av shunt,
tidak diperkenankan untuk menusuk di
area tersebut karena dapat membuat
pembuluh darah klien pecah.
9 Tourniquet tidak boleh terpasang Menghindari hemolysis, ptekie, dan
lebih dari satu menit hemokonsentrasi
10 Memperhatikan jenis spoit yang Menghindari kesalahan pemeriksaan
akan digunakan dengan order
pemeriksaan
18 Posisi menusuk jarum 15-30o Leluasa dalam menusuk, mengurangi
tekanan saat menusuk vena, untuk
mendapatkan darah yang terbaik
18 Gunakan teknik one hand saat Menghindari tertusuk jarum
menutup jarum

Alat :
1. Turniket
2. Perlak kecil
3. Spuit 5 ml, 10 ml
4. Jarum suntik no.20 atau perangkat vakutainer
5. Swab alcohol
6. Sarung tangan sekali pakai
7. Wadah untuk bahan darah-tabung atau botol uji
8. Formulir permintaan pemeriksaan laboratorium
9. Kasa steril
10. Plester

Prosedur : (Jacob, Rekha R, & Tarachnand, 2014)


1. Periksa instruksi dokter
2. Identifikasi pasien
3. Tenangkan pasie dan jelaskan bahwa hanya sedikit darah yang akan diambil
4. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
5. Pilih dan periksa venanya, paparkan vena dengan jelas, termasuk area antekubiti,
pergelangan tangan, punggung tangan, dan punggung kaki (bila diperlukan), raba
venanya
6. Instruksikan pasien untuk menjulurkan lengannya, topang lengan pada bagian siku
dengan tangan mengepal
7. Pasangan turniket 5-15 cm diatas lokasi yang dipilih dengan tekanan yang cukup
saja untuk menghambat aliran vena
8. Bersihkan kulit dengan swab alcohol dengan gerakan melingkar, dari bagian
tengan ke pinggir, biarkan mongering
9. Tahan vena yang dipilih dengan ibu jari dan tarik kulit yang dibawahnya segera
sesaat sebelum menusukkan jarum untuk menstabilkan vena
10. Tahan spuit diantara ibu jari dan ketiga jari terakhir dengan lubang jarum
mengarah keatas dan segaris dengan alur vena. Tusukkan jarum dengan cepat dan
mulus dibawah kulit dan menuju ke dalam vena
11. Ambil bahan darah dengan menarik pendorong spuit secara perlahan
12. Lepaskan turniket segera setelah bahan darah berhasil didapatkan dan instruksikan
pasien untuk membuka gengaman tangannya
13. Tempelkan potongan kasa steril berukran 2’ x 2’ pada bekas lokasi penyuntikan
tanpa ditekan dan tarik jarum secara perlahan searah dengan alur vena
14. Instruksi pasien untuk menekan lokasi penyuntikan secara lembut tetapi pasti
selama 2-4 menit
15. Lepaskan jarum dari spuit sesegera mungkin setelah pengambilan darah, keluarkan
bahan darah secara perlahan kedalam wadah yang sesuai tanpa membentuk
gelembung udara pada tabung atau botol uji
16. Bolak balikkan tabung secara perlahan beberapa kali agar darah tercampur dengan
antikoagulan
17. Berikan label yang tepat pada bahan dan kirimkan segera ke laboratorium disertai
dengan formulir laboratorium yang sudah dilengkapi
18. Buang jarum dan spuit pada wadah yag sesuai
19. Bersihkan semua bekas tumpahan dengan larutan pemutih 10 % (sodium
hipoklorit). Buang sarung tangan dan cuci tangan
20. Catat prosedur dan pemeriksaan yang akan dilakukan
21. Simpan kembali alat

C. Hasil tindakan
Pengambilan darah pada Ny. I telah berhasil dilakukan sesuai SOP. Pengambilan
darah menggunakan spoit. Persiapan alat sebelum ke pasien , minta persetujuan pasien
untuk diambil darahnya,memperhatikan label pada tabung untuk mencegah terjadinya
kesalahan atau tertukar, komunikasi terapeutik, bertanya mengenai bagian mana yang mau
ditusuk karna pengalaman pengambilan darah vena yang sudah beberapa kali untuk
mencegah terjadinya cedera pada pasien saat proses pengambilan darah vena, memilih
lokasi yang akan ditusuk dengan cara palpasi agar pasien hanya satu kali tusuk, pasang
tourniquet, desinfeksi menggunakan kapas alkohol, tusuk pasien dengan prinsip jarum
menghadap keatas, setelah darah keluar buka tourniquet, ambil darah sesuai keperluan.
D. Analisa tindakan
Pengambilan darah melalui intravena dengan tujuan untuk mengambil specimen
untuk dilakukan tes laboratorium. Pada pengambilan darah vena umumnya diambil dari
vena median cubital pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini dekat dengan
permukaan kulit, cukup besar dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak
memungkinkan, vena chepalika atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya.
Venipucture pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya
berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf median. Sebagian besar darah yang dipakai
adalah darah dari vena cubiti pada orang dewasa (Potter & Perry, 2009).
Hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan pengambilan darah vena adalah
mengkaji area/pembuluh darah vena tempat darah akan diambil. Perawat memastikan
vena yang diambil darahnya memiliki ukuran yang cukup besar dan untuk meyakinkan
dapat dilakukan palpasi, tempat pengambilan tidak dalam keadaan trauma atau luka.
Selain itu melihat bahwa pengambilan darah vena perlu dilihat bahwa pasien memiliki
vena yang kecil/besar. Pengambilan darah menggunakan spoit akan sulit pada orang yang
memiliki vena yang kecil karena akan menyebabkan trauma dan luka. Apabila kesulitan
pengambilan darah yang memiliki vena kecil bisa menggunakan spuit atau jarum
bersayap (Winged Needle).
E. Hambatan
Pada saat melakukan tindakan kesulitan dalam menemukan vena karna venanya
yang terlalu kecil, dan darah juga susah keluar.
F. Kesimpulan dan Saran
Penelitian Ohnishi, Watanabe and Watanabe (2012) mengemukakan bahwa
Winged Needle dapat mengurangi insiden cidera saraf. Hal ini dikarenakan secara
struktural jarum Winged Needle lebih pendek dibandingkan jarum konvensional
(disposable syringe). Jarum Winged Needle lebih memungkinkan untuk meminimalkan
penusukan jarum yang lebih dalam sehingga dapat meminimalisir terjadinya cidera saraf
karena saraf mayor sangat dekat dengan vena superfisial yang utama.
Daftar Pustaka

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S.J. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. (2011). Buku Ajar Fundamental Keparawatan .
Jakarta: EGC.
Mubarak, W. I., Indrawati, L., & Susanto, J. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar.
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai