Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN LEUKEMIA

A. Konsep Penyakit
I. Definisi Penyakit

Leukemia adalah penyakit mengenai sel darah putih yang mengalami pembelahan yang
berulang-ulang.penyakit ini semacam kanker yang menyerang sel-sel darah putih. Akibatnya fungsi
sel darah putih terganggu, bahkan sel-sel darah merah dapat terdesak karena pertumbuhan yang
berlebihan ini jumlah sel darah merah menurun (Irianto,2004).
Leukemia (kangker darah) merupakan suatu penyakit yang ditandai pertambahan jumlah sel
darah putih (leukosit). Pertambahan ini sangat cepat dan tak terkendali serta bentuk sel- sel darah
putihnya tidak normal (Yatim, 2003).
Leukemia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi dini yang

berlebihan dari sel darah putih (Handayani, 2008). Dari beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa Leukemia adalah suatu penyakit sistem hematologi yang ditandai dengan
proliferasi yang berlebihan dan tidak normal pada sel darah putih yang mengakibatkan fungsi sel
darah putih terganggu.
II. Etiologi

Penyebab leukemia belum diketahui secara pasti. Diperkirakan bukan penyebab


tunggal tetapi gabungan dari faktor resiko antara lain :
1. Terinfeksi virus. Agen virus sudah lama diidentifikasi sebagai penyebab leukemia pada
hewan. Pada tahun 1980, diisolasi virus HTLV-1 dari leukemia sel T manusia pada
limfosit seorang penderita limfoma kulit dan sejak saat itu diisolasi dari sampel serum
penderita leukemia sel T.
2. Faktor Genetik. Pengaruh genetik maupun faktor-faktor lingkungan kelihatannya
memainkan peranan , namun jarang terdapat leukemia familial, tetapi insidensi
leukemia lebih tinggi dari saudara kandung anak-anak yang terserang , dengan
insidensi yang meningkat sampai 20% pada kembar monozigot (identik).
Kelainan Herediter. Individu dengan kelainan kromosom, seperti Sindrom

Down, kelihatannya mempunyai insidensi leukemia akut 20 puluh kali lipat.


Faktor lingkungan.
a. Radiasi. Kontak dengan radiasi ionisasi disertai manifestasi leukemia yang timbul
bertahun-tahun kemudian.
b. Zat Kimia. Zat kimia misalnya : benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen
antineoplastik dikaitkan dengan frekuensi yang meningkat khususnya agen-agen alkil.
Kemungkinan leukemia meningkat pada penderita yang diobati baik dengan radiasi
maupun kemoterapi.
PATOFISIOLOGI
Jika penyebab leukemia virus, virus tersebut akan masuk ke dalam tubuh manusia jika struktur
antigennya sesuai dengan struktur antigen manusia. Bila struktur antigen individu tidak sama dengan
struktur antigen virus, maka virus tersebut ditolaknya seperti pada benda asing lain. Struktur antigen
manusia terbentuk oleh struktur antigen dari berbagai alat tubuh, terutama kulit dan selaput lendir yang
terletak di permukaan tubuh (kulit disebut juga antigen jaringan ). Oleh WHO terhadap antigen jaringan
telah ditetapkan istilah HL-A (Human Leucocyte Lucos A). Sistem HL-A individu ini diturunkan menurut
hukum genetika sehingga adanya peranan faktor ras dan keluarga dalam etiologi leukemia tidak dapat
diabaikan.
Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya
berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang disebabkan karena terjadinya kerusakan pada
pabrik pembuat sel darah yaitu sumsum tulang. Penyakit ini sering disebut kanker darah. Keadaan yang
sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah tetapi yang dihasilkan adalah sel darah
yang tidak normal dan sel ini mendesak pertumbuhan sel darah normal.
Proses patofisiologi leukemia dimulai dari transformasi ganas sel induk hematologis dan
turunannya. Proliferasi ganas sel induk ini menghasilkan sel leukemia dan mengakibatkan penekanan
hematopoesis normal, sehingga terjadi bone marrow failure, infiltrasi sel leukemia ke dalam organ,
sehingga menimbulkan organomegali, katabolisme sel meningkat, sehingga terjadi keadaan
hiperkatabolik.
III. Manifestasi Klinis

Gejala yang khas leukemia secara umum :


a. Pucat
b. Panas
c. Splenomegali
d. Hepatomegali
e. Limfadenopati
f. Perdarahan dapat berupa ekimosis, petekia, epitaksis, dan perdarahan gusi
g. Gejala yang tidak khas
h. Sakit/ nyeri sendi atau sakit tulang disalahtafsirkan sebagai reumatik

i. Lesi purpura pada kulit

j. Efusi pleura

k. kejang
IV. Penatalaksanaan

a. Penetalaksanaan Medis
Transfusi darah, biasanya diberikan jika kadar Hb kurang dari 6g%. Pada
trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan transfusi trombosit
dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin Kortikosteroid (prednison,
kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah dicapai remisi dosis dikurangi
sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
Sitostatika,selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp,
metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten seperti
vinkristin (Oncovin), rubidomisin (daunorubycine) dan berbagai nama obat lainnya.
Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan prednison.
Pada pemberian obat-obatan ini sering terdapat efek samping berupa alopesia (botak),
stomatitis, leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiasis. Bila jumlah leukosit kurang
dari 2000/mm3 pemberiannya harus hati-hati. Infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik
pasien dirawat di kamar yang suci hama/ steril).
Imunoterapi, merupakan cara pengobatan terbaru. Setelah tercapai remisi dan
jumlah sel leukemia cukup rendah (10 5-106), imunoterapi mulai diberikan (mengenai
cara pengobatan yang terbaru masih dalam pengembangan).
Cara pengobatan berbeda-beda pada setiap klinik bergantung dari pengalaman,
tetapi prnsipnya sama, yaitu dengan pola dasar :
1. Induksi. Dimaksud untuk mencapai remisi dengan bebagai obat tersebut sampai
sel blas dalam sumsum tulang kurang dari 5%.
2. Konsolidasi. Bertujuan agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi.
3. Rumat. Untuk mempertahankan masa remisi agar lebih lama. Biasanya dengan
memberikan sitostatika setengah dosis biasa.
4. Reinduksi. Dimaksukan untuk mencegah relaps. Biasanya dilakukan setiap 3-6
bulan dengan pemberian obat-obat seperti pada induksi selama 10-14 hari.
5. Mencegah terjadinya leukemia pada susunan syaraf pusat. Diberikan MTX
secara intratekal dan radiasi kranial.
6. Pengobatan imunologik.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Masalah pasien yang perlu diperhatikan umumnya sama dengan pasien lain
yang menderita penyakit darah. Tetapi karena prognosis pasien pada umumnya
kurang menggembirakan (sama seperti pasien kanker lainnya) maka pendekatan
psikososial harus diutamakan. Yang perlu diusahakan ialah ruangan yang aseptik
dan cara bekerja yang aseptik pula. Sikap perawat yang ramah dan lembut
diharapkan tidak hanya untuk pasien saja tetapi juga pada keluarga yang dalam hal
ini sangat peka perasaannya jika mengetahui penyakit anaknya atau keluarganya.
Beberapa cara yang bisa kita anjurkan adalah hindari menyikat gigi terlalu
keras, karena bulu sikat gigi dapat mencederai gusi. Menyarankan klien supaya
berhati-hati ketika berjalan di lantai yang licin seperti kamar mandi agar tidak jatuh.
Memberikan klien dan keluarganya pendidikan kesehatan bagaimana cara
mengatasi perdarahan hidung, misalnya dibendung dengan kapas atau perban,
posisi kepala menengadah.
Untuk menangani infeksi klien harus menjaga kebersihan diri, seperti mencuci
tangan, mandi 3x sehari. Menganjurkan keluarga klien untuk menjaga keersihan diri
mereka, membatasi jumlah pengunjung karena dikhawatirkan dapat menularkan
penyaki-penyakit seperti flu dan batuk. Menciptakan lingkungan yang bersih dan jika
perlu pertahankan tehnik isolasi.
V. Komplikasi
Komplikasi leukemia meliputi perdarahan dan infeksi, yang merupakan penyabab utama
kematian. Pembentukan batu ginjal, anemia dan masalah gastroentestinal merupakan komplikasi
lain.Risiko perdarahan berhubungan dengan tingkat defisiensi trombosit (trombositopenia). Angka
trombosit rendah ditandai dengan memar (ekimosis) dan petekia (bintik perdarahan kemerahan
atau keabuan sebesar ujung jarum di permukaan kulit). Pasien juga dapat mengalami perdarahan
berat jika jumah trombositnya turun sampai di bawah 20.000/mm3 darah. Dengan alasan tidak
jelas, demam dan infeksi dapat meningkatkan kemungkinan perdarahan.
Karena kekurangan granulosit matur dan normal, pasien selalu dalam keadaan terancam
infeksi. Kemungkinan terjadinya infeksi meningkat sesuai dengan derajat netropenia, sehingga jika
granulosit berada di bawah 100/ml darah sangat mungkin terjadi infeksi sistemik. Disfungsi imum
mempertinggi resiko infeksi.
Penghancuran sel besar-besaran yang terjadi selama pemberian kemoterapi akan
meningkatkan kadar asam urat dan membuat pasien rentan mengalami pembentukan batu ginjal
dan kolik ginjal. Maka pasien memerlukan asupan cairan yang tinggi untuk mencegah kristalisasi
asam urat dan pembentukan batu.
Masalah gastrointestinal dapat terjadi akibat infiltrasi leukosit abnormal ke oran abdominal
selain akibat toksisitas obat kemoterapi. Sering terjadi anoreksia, mual, muntah, diare, dan lesi
mukosa mulut.
VI. Diagnosa Banding
B. Pengkajian
I. Wawancara
1. Identitas Klien
2. Keluhan Utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat pentakit terdahulu
II. Pemeriksaan Fisik

Pembesaran sumsum tulang dengan sel-sel leukemia yang selanjutnya menekan fungsi
sumsum tulang, sehingga menyebabkan beberapa gejala di bawah ini:
a) Sakit kepala
b) Infeksi
c) Pemeriksaan darah menunjukkan perubahan sel darah putih
d) Anemia ® penurunan berat badan, kelemahan dan kelelahan, pucat, malaise,
muntah dan anoreksia.
e) Trombositopenia (jumlah trombosit rendah) ® Petekia, Ekimosis, mudah memar,
Kencenderungan perdarahan (pada gusi)
f) Netropenia ® Demam, berkeringat pada malam hari.
III. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan laboratorium
Gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan sumsum tulang
berupa pansitopenia, limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan gambaran darah
tepi menoton dan terdapat sel blas. Terdapatnya sel blas dalam darah tepi merupakan
gajala patognomik untuk leukemia.kolesterol mungkin rendah, asam urat dapat meningkat
, hipogamaglobinea. Dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran yang
menoton, yaitu hanya terdiri dari sel limfopoietik patologis sedangkan sistem lain terdesak
(aplasia sekunder). Pada LMA selain gambaran yang menoton, terlihat pula adanya hiatus
leukemia ialah keadaan yang memperlihatkan banyak sel blas (mieloblas), beberapa sel
tua (segmen) dan sangat kurang bentuk pematangan sel yang berada di antaranya
(promielosit, mielosit, metamielosit dan sel batang).
b. Biopsi Limpa
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferase sel leukemia dan sel yang berasal dari
jaringan limpa yang terdesak, seperti limfosit normal, RES, granulosit, dan pulp cell.
c. Pungsi Sumsum Tulang
Pungsi sumsum tulang merupakan pengambilan sedikit cairan sumsum tulang, yang
bertujuan untuk penilaian terhadap simpanan zat besi, mendapatkan spesimen untuk
pemeriksaan bakteriovirologis (biakan mikrobiologi), untuk diagnosa sitomorfologi/ evaluasi
produk pematangan sel asal darah. Tempat yang biasanya digunakan aspirasi untuk pungsi
sumsum tulang adalah spina iliaka posterior superior (SIPS), krista iliaka, spina iliaka anterior
superior (SIAS), sternum di antara iga ke-2 dan ke-3 midsternal atau sedikit di kanannya
(jangan lebih dari 1 cm), spina dorsalis/prosesus spinosus vertebra lumbalis.
d. Cairan Serebrospinal
Bila terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein,berarti suatu leukemia
meningeal. Kelainan ini dapat terjadi setiap saat pada perjalanan penyakit baik dalam keadaan
remisi maupun keadaan kambuh. Untuk mencegahnya diberikan metotreksat (MTX) secara
intratekal secara rutin pada setiap pasien baru atau pasien yang menunjukkan gejala tekanan
intrakranial meninggi.
e. Sitogenik
Pada kasus LMK 70-90% menunjukkan kelainan kromosom, yaitu kromosom 21
(kromosom Philadelpia atau Ph 1). 50-70% dari pasien LLA dan LMA mempunyai kelainan
berupa:
1) Kelainan jumlah kromosom seperti diploid (2n), hiploid (2n-a), hiperploid (2n+a).
2) Kariotip yang pseudodiploid pada kasus dengan jumlah kromosom yang diploid.
3) Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial depletion).
Terdapatnya marker chromosome yaitu elemen yang secara morfologis bukan

merupakan kromosom normal; dari bentuk yang sengat besar sampai yang sangat kecil.
Untuk menentukan pengobatannya harus diketahui jenis kelainan yang ditemukan. Pada
leukemia biasanya didapatkan dari hasil darah tepi berupa limfositosis lebih dari 80% atau
terdapat sel blas. Juga diperlukan pemeriksaan dari sumsum tulang dengan menggunakan
mikroskop elektron akan terlihat adanya sel patologis.
IV. Analisa Data

No. Data Etiologi Problem


1. 1 Ds: Riwayat infeksi yang berulang Sel darah putih Resting infeksi
Do:- suhu tubuh meningkat (S:
imatur
>38), tampak tanda-tanda infeksi.

Penurunan daya
tahan tubuh
2 2 Ds: Lesu, lemah, terasa payah, Produksi sel darah Intoleransi aktivitas
merasa tidak kuat untuk melakukan merah menurun
aktivitas sehari-hari
Do: Kontraksi otot lemah Anemia
Klien tampak tidur terus dan tampak
bingung
3 Ds: perdarahan yang tidak terkonrol Produksi trombosit Resiko terhadap
meskipun trauma ringan. menurun cedera.
Do: memar, purpura, perdarahan
retina, perdarahan pada gusi,
epistaksis, pembesaran kelenjar Trombositopenia
limpa, atau hepar.

4. 4 Ds: muntah, mual, nyeri pada Mual, muntah Resiko tinggi


5.
tenggorokan dan sakit pada saat kekurangan volume
menelan. Dehidrasi cairan
Do: Nadi lemah, TD menurun, RR
meningkat, Klien tampak lemah
6. 5 Ds: Kehilangan nafsu makan, tidak Perubahan nutrisi
Mual muntah
mau makan, muntah, penurunan kurang dari kebutuhan
berat badan, sakit pada saat tubuh
Intake menurun
menelan.
Do: Distensi abdomen, penurunan
peristaltic usus, BB menurun, klien
lemah.
7. 6 Ds: Nyeri abdominal, sakit kepala, Akumulasi sel Nyeri
nyeri persendian, sternum terasa darah putih imatur
lunak, kram pada otot. pada tulang
Do: Meringis, kelemahan, hanya
berpusat pada diri sendiri, RR, TD,
N meningkat.
C. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh


2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau
stomatitis
6. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia

D. Rencana Asuhan Keperawatan

No diagnosa Intervensi Rasional


. Tujuan & KH
1 Resiko infeksi
a. Pantau suhu dengan telitia. untuk mendeteksi
b. Tempatkan anak dalam
berhubungan dengan kemungkinan infeksi
ruangan khusus
menurunnya sistem b. untuk meminimalkan
c. Anjurkan semua
pertahanan tubuh pengunjung dan staff terpaparnya anak dari
Tujuan:
rumah sakit untuk sumber infeksi
Anak tidak mengalami
menggunakan teknik
c. untuk meminimalkan
gejala-gejala infeksi
Kriteria Hasil: mencuci tangan dengan pajanan pada organisme
Infeksi tidak terjadi
baik infektif
d. Gunakan teknik aseptik
d. untuk mencegah
yang cermat untuk semua
kontaminasi
prosedur invasive.
silang/menurunkan resiko
e. Evaluasi keadaan anak
infeksi.
terhadap tempat-tempat
munculnya infeksi seperti
e. untuk intervensi dini
tempat penusukan jarum,
penanganan infeksi
ulserasi mukosa, dan
masalah gigi
f. Inspeksi membran mukosa
mulut. Bersihkan mulut
f. rongga mulut adalah
dengan baik medium yang baik untuk
g. Berikan periode istirahat
pertumbuhan organism
tanpa gangguan
g. menambah energi untuk
h. Berikan diet lengkap
penyembuhan dan regenerasi
nutrisi sesuai usia
i. Berikan antibiotik sesuai seluler
ketentuan h. untuk mendukung
pertahanan alami tubuh
i. diberikan sebagai profilaktik
atau mengobati infeksi
khusus
2 Intoleransi aktivitas
a. Evaluasi laporan
a. menentukan derajat dan efek
berhubungan dengan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan
kelemahan akibat ketidakmampuan untuk
anemia berpartisipasi dala aktifitas
b. menghemat energi untuk
Tujuan :
sehari-hari aktifitas dan regenerasi
terjadi peningkatan
b. Berikan lingkungan
seluler atau penyambungan
toleransi aktifitas
tenang dan perlu istirahat
Criteria Hasil: jaringan
- Peningkatan toleransi tanpa gangguan
c. mengidentifikasi kebutuhan
aktivitas yang dapat
c. Kaji kemampuan untuk individual dan membantu
diukur berpartisipasi pada pemilihan intervensi
- Berpartisipasi dalam
aktifitas yang diinginkand. memaksimalkan sediaan
aktivitas sehari-hari
atau dibutuhkan energi untuk tugas perawatan
sesuai tingkat
d. Berikan bantuan dalam
diri
kemampuan aktifitas sehari-hari dan
- Menunjukkan
ambulasi
penurunan tanda
fisiologis tidak toleran
misal nadi, pernafasan
dan TD dalam batas
normal
3 Resiko terhadap
a. Gunakan semua tindakan
a. karena perdarahan
cedera : untuk mencegah memperberat kondisi anak
perdarahan yang
perdarahan khususnya dengan adanya anemia.
berhubungan dengan
pada daerah ekimosis b. karena kulit yang luka
penurunan jumlah
b. Cegah ulserasi oral dan
cenderung untuk berdarah
trombosit rectal
c. untuk mencegah perdarahan
Tujuan : c.
Gunakan jarum yang kecil
klien tidak d. untuk mencegah perdarahan
pada saat melakukan
menunjukkan bukti- e. untuk memberikan
injeksi
bukti perdarahan d. Menggunakan sikat gigi intervensi dini dalam
Criteria Hasil:
yang lunak dan lembut mengatasi perdarahan
- TD 90/60mmHg
e. Laporkan setiap tanda-
- Nadi 100 x/mnt
- Ht 40-54% (laki- tanda perdarahan (tekanan
laki), 37-47% darah menurun,denyut
f. karena aspirin
( permpuan) nadi cepat, dan pucat)
mempengaruhi fungsi
- Hb 14-18 gr% f. Hindari obat-obat yang
trombosit
mengandung aspirin
g. Ajarkan orang tua dan g. untuk mencegah perdarahan
anak yang lebih besar ntuk
mengontrol perdarahan
hidung.
4 Resiko tinggi
a. Berikan antiemetik awal
a. untuk mencegah mual dan
kekurangan volume sebelum dimulainya muntah
cairan berhubungan kemoterapi b. untuk mencegah episode
b. Berikan antiemetik secara
dengan mual dan berulang
teratur pada waktu dan
muntah
Tujuan : program kemoterapi
c. karena tidak ada obat
Tidak terjadi
c. Kaji respon anak terhadap
antiemetik yang secara
kekurangan volume anti emetic
d. Hindari memberikan umum berhasil
cairan
Pasien tidak makanan yang beraroma
d. bau yang menyengat dapat
mengalami mual dan menyengat menimbulkan mual dan
e. Anjurkan makan dalam
muntah muntah
Criteria Hasil: porsi kecil tapi sering
e. karena jumlah kecil
Volume cairan tubuh f. Kolaborasi:
biasanya ditoleransi dengan
adekuat, ditandai
Lakukan pemasangan IV line
baik
dengan TTV dbn,
f. U/ mempertahankan
stabil, nadi teraba, - Monitor laboratorium
kebutuhan cairan tubuh.
haluaran urine, dan PH Platelet, Hb/Ct, cloting.
- Jika platelet count <
urine, dbn.
20000/mm. Penurunan
- Pemberian anti muntah
Hb/Hctdapat menimbulkan
perdarahan.
- Pemberian Alluporinol
- Mencegah hilangnya cairan
melalui muntahan.
- Mencegah timbulnya
nefropati
5 Perubahan nutrisi Dorong orang tua untuk
a. jelaskan bahwa hilangnya
kurang dari kebutuhan tetap rileks pada saat anak nafsu makan adalah akibat
tubuh yang makan langsung dari mual dan
berhubungan dengan Izinkan anak memakan muntah serta kemoterapi
anoreksia, malaise, semua makanan yang
b. untuk mempertahankan
mual dan muntah, efek dapat ditoleransi, nutrisi yang optimal
samping kemoterapi rencanakan unmtuk
dan atau stomatitis memperbaiki kualitas gizi
Tujuan : pasien pada saat selera makan
c. untuk memaksimalkan
mendapat nutrisi yang anak meningkat kualitas intake nutrisi
adekuat Berikan makanan yang
Criteria hasil: disertai suplemen nutrisi
Klien menunjukan gizi, seperti susu bubuk
d. untuk mendorong agar anak
peningkatan nafsu atau suplemen yang dijual mau makan
makan bebas
Berat badan klien Izinkan anak untuk
e. karena jumlah yang kecil
normal terlibat dalam persiapan biasanya ditoleransi dengan
dan pemilihan makanan baik
Dorong masukan nutrisi
f. kebutuhan jaringan
dengan jumlah sedikit tapi metabolik ditingkatkan
sering begitu juga cairan untuk
Dorong pasien untuk menghilangkan produk sisa
makan diet tinggi kalori suplemen dapat memainkan
kaya nutrient peranan penting dalam
mempertahankan masukan
kalori dan protein yang
Timbang BB, ukur TB adekuat
dan ketebalan lipatan kulit
g. membantu dalam
trisep mengidentifikasi malnutrisi
protein kalori, khususnya
bila BB dan pengukuran
antropometri kurang dari
normal
6 Nyeri yang Mengkaji tingkat nyeri
a. informasi memberikan data
berhubungan dengan dengan skala 0 sampai 5 dasar untuk mengevaluasi
efek fisiologis dari Jika mungkin, gunakan kebutuhan atau keefektifan
leukemia prosedur-prosedur (misal intervensi
Tujuan : pemantauan suhu non
b. untuk meminimalkan rasa
pasien tidak mengalami invasif, alat akses vena tidak aman
nyeri atau nyeri Evaluasi efektifitas
c. untuk menentukan
menurun sampai tingkat penghilang nyeri dengan kebutuhan perubahan dosis.
yang dapat diterima derajat kesadaran dan Waktu pemberian atau obat
anak sedasi d. sebagai analgetik tambahan
Criteria Hasil: Lakukan teknik
Pasien menyatakan pengurangan nyeri non
nyeri hilang atau farmakologis yang tepat e. untuk mencegah kambuhnya
terkontrol Berikan obat-obat anti nyeri
Menunjukkan perilaku nyeri secara teratur
penanganan nyeri
Tampak rileks dan
mampu istirahat.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam 1994. Surabaya : Tim Dokter
RSUD dr.Sutomo

Anonim, 2009, Leukemia, http://leukemia-akut.html, 18 Desember 2010

Anonim, 2009, Leukemia, http://penyakit-leukemia-kanker-darah.html, 18 Desember 2010

Anonim, 1994, Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Unair & RSUD dr
Soetomo, Surabaya

Leather, Helen L. and Betsy Bickert Poon, in Acute Leukimias, Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C. Matzke,
G.R., Wells, B.G., Posey, L.M., (Eds), 2008, Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, seventh
Edition, McGraw Hill, Medical Publishing Division, New York

Pick, Amy M., Marcel Devetten, and Timothy R. McGuire, in Chronic Leukimias, Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee,
G.C. Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M., (Eds), 2008, Pharmacotherapy A Pathophysiologic
Approach, seventh Edition, McGraw Hill, Medical Publishing Division, New York

Robbins dan Kumar, 1995, Buku Ajar Patologi I, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Simon, Sumanto, dr. Sp.PK, 2003, Neoplasma Sistem Hematopoietik: Leukemia, Fakultas Kedokteran Unika
Atma Jaya, Jakarta

Underwood, J. C. E.,1999, Patologi Umum dan Sistemik.VOL.1. Ed. 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Widmann.F.K, 1992, Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN LEUKEMIA

di RUANG SOCA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GUNUNG JATI CIREBON

NAMA : FUJI YASHA HIKMAWATI

NIM : CKR0160132

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

2016/2017

Anda mungkin juga menyukai