DENGAN LEUKEMIA
A. Konsep Penyakit
I. Definisi Penyakit
Leukemia adalah penyakit mengenai sel darah putih yang mengalami pembelahan yang
berulang-ulang.penyakit ini semacam kanker yang menyerang sel-sel darah putih. Akibatnya fungsi
sel darah putih terganggu, bahkan sel-sel darah merah dapat terdesak karena pertumbuhan yang
berlebihan ini jumlah sel darah merah menurun (Irianto,2004).
Leukemia (kangker darah) merupakan suatu penyakit yang ditandai pertambahan jumlah sel
darah putih (leukosit). Pertambahan ini sangat cepat dan tak terkendali serta bentuk sel- sel darah
putihnya tidak normal (Yatim, 2003).
Leukemia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi dini yang
berlebihan dari sel darah putih (Handayani, 2008). Dari beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa Leukemia adalah suatu penyakit sistem hematologi yang ditandai dengan
proliferasi yang berlebihan dan tidak normal pada sel darah putih yang mengakibatkan fungsi sel
darah putih terganggu.
II. Etiologi
j. Efusi pleura
k. kejang
IV. Penatalaksanaan
a. Penetalaksanaan Medis
Transfusi darah, biasanya diberikan jika kadar Hb kurang dari 6g%. Pada
trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan transfusi trombosit
dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin Kortikosteroid (prednison,
kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah dicapai remisi dosis dikurangi
sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
Sitostatika,selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp,
metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten seperti
vinkristin (Oncovin), rubidomisin (daunorubycine) dan berbagai nama obat lainnya.
Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan prednison.
Pada pemberian obat-obatan ini sering terdapat efek samping berupa alopesia (botak),
stomatitis, leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiasis. Bila jumlah leukosit kurang
dari 2000/mm3 pemberiannya harus hati-hati. Infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik
pasien dirawat di kamar yang suci hama/ steril).
Imunoterapi, merupakan cara pengobatan terbaru. Setelah tercapai remisi dan
jumlah sel leukemia cukup rendah (10 5-106), imunoterapi mulai diberikan (mengenai
cara pengobatan yang terbaru masih dalam pengembangan).
Cara pengobatan berbeda-beda pada setiap klinik bergantung dari pengalaman,
tetapi prnsipnya sama, yaitu dengan pola dasar :
1. Induksi. Dimaksud untuk mencapai remisi dengan bebagai obat tersebut sampai
sel blas dalam sumsum tulang kurang dari 5%.
2. Konsolidasi. Bertujuan agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi.
3. Rumat. Untuk mempertahankan masa remisi agar lebih lama. Biasanya dengan
memberikan sitostatika setengah dosis biasa.
4. Reinduksi. Dimaksukan untuk mencegah relaps. Biasanya dilakukan setiap 3-6
bulan dengan pemberian obat-obat seperti pada induksi selama 10-14 hari.
5. Mencegah terjadinya leukemia pada susunan syaraf pusat. Diberikan MTX
secara intratekal dan radiasi kranial.
6. Pengobatan imunologik.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Masalah pasien yang perlu diperhatikan umumnya sama dengan pasien lain
yang menderita penyakit darah. Tetapi karena prognosis pasien pada umumnya
kurang menggembirakan (sama seperti pasien kanker lainnya) maka pendekatan
psikososial harus diutamakan. Yang perlu diusahakan ialah ruangan yang aseptik
dan cara bekerja yang aseptik pula. Sikap perawat yang ramah dan lembut
diharapkan tidak hanya untuk pasien saja tetapi juga pada keluarga yang dalam hal
ini sangat peka perasaannya jika mengetahui penyakit anaknya atau keluarganya.
Beberapa cara yang bisa kita anjurkan adalah hindari menyikat gigi terlalu
keras, karena bulu sikat gigi dapat mencederai gusi. Menyarankan klien supaya
berhati-hati ketika berjalan di lantai yang licin seperti kamar mandi agar tidak jatuh.
Memberikan klien dan keluarganya pendidikan kesehatan bagaimana cara
mengatasi perdarahan hidung, misalnya dibendung dengan kapas atau perban,
posisi kepala menengadah.
Untuk menangani infeksi klien harus menjaga kebersihan diri, seperti mencuci
tangan, mandi 3x sehari. Menganjurkan keluarga klien untuk menjaga keersihan diri
mereka, membatasi jumlah pengunjung karena dikhawatirkan dapat menularkan
penyaki-penyakit seperti flu dan batuk. Menciptakan lingkungan yang bersih dan jika
perlu pertahankan tehnik isolasi.
V. Komplikasi
Komplikasi leukemia meliputi perdarahan dan infeksi, yang merupakan penyabab utama
kematian. Pembentukan batu ginjal, anemia dan masalah gastroentestinal merupakan komplikasi
lain.Risiko perdarahan berhubungan dengan tingkat defisiensi trombosit (trombositopenia). Angka
trombosit rendah ditandai dengan memar (ekimosis) dan petekia (bintik perdarahan kemerahan
atau keabuan sebesar ujung jarum di permukaan kulit). Pasien juga dapat mengalami perdarahan
berat jika jumah trombositnya turun sampai di bawah 20.000/mm3 darah. Dengan alasan tidak
jelas, demam dan infeksi dapat meningkatkan kemungkinan perdarahan.
Karena kekurangan granulosit matur dan normal, pasien selalu dalam keadaan terancam
infeksi. Kemungkinan terjadinya infeksi meningkat sesuai dengan derajat netropenia, sehingga jika
granulosit berada di bawah 100/ml darah sangat mungkin terjadi infeksi sistemik. Disfungsi imum
mempertinggi resiko infeksi.
Penghancuran sel besar-besaran yang terjadi selama pemberian kemoterapi akan
meningkatkan kadar asam urat dan membuat pasien rentan mengalami pembentukan batu ginjal
dan kolik ginjal. Maka pasien memerlukan asupan cairan yang tinggi untuk mencegah kristalisasi
asam urat dan pembentukan batu.
Masalah gastrointestinal dapat terjadi akibat infiltrasi leukosit abnormal ke oran abdominal
selain akibat toksisitas obat kemoterapi. Sering terjadi anoreksia, mual, muntah, diare, dan lesi
mukosa mulut.
VI. Diagnosa Banding
B. Pengkajian
I. Wawancara
1. Identitas Klien
2. Keluhan Utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat pentakit terdahulu
II. Pemeriksaan Fisik
Pembesaran sumsum tulang dengan sel-sel leukemia yang selanjutnya menekan fungsi
sumsum tulang, sehingga menyebabkan beberapa gejala di bawah ini:
a) Sakit kepala
b) Infeksi
c) Pemeriksaan darah menunjukkan perubahan sel darah putih
d) Anemia ® penurunan berat badan, kelemahan dan kelelahan, pucat, malaise,
muntah dan anoreksia.
e) Trombositopenia (jumlah trombosit rendah) ® Petekia, Ekimosis, mudah memar,
Kencenderungan perdarahan (pada gusi)
f) Netropenia ® Demam, berkeringat pada malam hari.
III. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
Gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan sumsum tulang
berupa pansitopenia, limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan gambaran darah
tepi menoton dan terdapat sel blas. Terdapatnya sel blas dalam darah tepi merupakan
gajala patognomik untuk leukemia.kolesterol mungkin rendah, asam urat dapat meningkat
, hipogamaglobinea. Dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran yang
menoton, yaitu hanya terdiri dari sel limfopoietik patologis sedangkan sistem lain terdesak
(aplasia sekunder). Pada LMA selain gambaran yang menoton, terlihat pula adanya hiatus
leukemia ialah keadaan yang memperlihatkan banyak sel blas (mieloblas), beberapa sel
tua (segmen) dan sangat kurang bentuk pematangan sel yang berada di antaranya
(promielosit, mielosit, metamielosit dan sel batang).
b. Biopsi Limpa
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferase sel leukemia dan sel yang berasal dari
jaringan limpa yang terdesak, seperti limfosit normal, RES, granulosit, dan pulp cell.
c. Pungsi Sumsum Tulang
Pungsi sumsum tulang merupakan pengambilan sedikit cairan sumsum tulang, yang
bertujuan untuk penilaian terhadap simpanan zat besi, mendapatkan spesimen untuk
pemeriksaan bakteriovirologis (biakan mikrobiologi), untuk diagnosa sitomorfologi/ evaluasi
produk pematangan sel asal darah. Tempat yang biasanya digunakan aspirasi untuk pungsi
sumsum tulang adalah spina iliaka posterior superior (SIPS), krista iliaka, spina iliaka anterior
superior (SIAS), sternum di antara iga ke-2 dan ke-3 midsternal atau sedikit di kanannya
(jangan lebih dari 1 cm), spina dorsalis/prosesus spinosus vertebra lumbalis.
d. Cairan Serebrospinal
Bila terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein,berarti suatu leukemia
meningeal. Kelainan ini dapat terjadi setiap saat pada perjalanan penyakit baik dalam keadaan
remisi maupun keadaan kambuh. Untuk mencegahnya diberikan metotreksat (MTX) secara
intratekal secara rutin pada setiap pasien baru atau pasien yang menunjukkan gejala tekanan
intrakranial meninggi.
e. Sitogenik
Pada kasus LMK 70-90% menunjukkan kelainan kromosom, yaitu kromosom 21
(kromosom Philadelpia atau Ph 1). 50-70% dari pasien LLA dan LMA mempunyai kelainan
berupa:
1) Kelainan jumlah kromosom seperti diploid (2n), hiploid (2n-a), hiperploid (2n+a).
2) Kariotip yang pseudodiploid pada kasus dengan jumlah kromosom yang diploid.
3) Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial depletion).
Terdapatnya marker chromosome yaitu elemen yang secara morfologis bukan
merupakan kromosom normal; dari bentuk yang sengat besar sampai yang sangat kecil.
Untuk menentukan pengobatannya harus diketahui jenis kelainan yang ditemukan. Pada
leukemia biasanya didapatkan dari hasil darah tepi berupa limfositosis lebih dari 80% atau
terdapat sel blas. Juga diperlukan pemeriksaan dari sumsum tulang dengan menggunakan
mikroskop elektron akan terlihat adanya sel patologis.
IV. Analisa Data
Penurunan daya
tahan tubuh
2 2 Ds: Lesu, lemah, terasa payah, Produksi sel darah Intoleransi aktivitas
merasa tidak kuat untuk melakukan merah menurun
aktivitas sehari-hari
Do: Kontraksi otot lemah Anemia
Klien tampak tidur terus dan tampak
bingung
3 Ds: perdarahan yang tidak terkonrol Produksi trombosit Resiko terhadap
meskipun trauma ringan. menurun cedera.
Do: memar, purpura, perdarahan
retina, perdarahan pada gusi,
epistaksis, pembesaran kelenjar Trombositopenia
limpa, atau hepar.
Anonim, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam 1994. Surabaya : Tim Dokter
RSUD dr.Sutomo
Anonim, 1994, Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Unair & RSUD dr
Soetomo, Surabaya
Leather, Helen L. and Betsy Bickert Poon, in Acute Leukimias, Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C. Matzke,
G.R., Wells, B.G., Posey, L.M., (Eds), 2008, Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, seventh
Edition, McGraw Hill, Medical Publishing Division, New York
Pick, Amy M., Marcel Devetten, and Timothy R. McGuire, in Chronic Leukimias, Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee,
G.C. Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M., (Eds), 2008, Pharmacotherapy A Pathophysiologic
Approach, seventh Edition, McGraw Hill, Medical Publishing Division, New York
Robbins dan Kumar, 1995, Buku Ajar Patologi I, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Simon, Sumanto, dr. Sp.PK, 2003, Neoplasma Sistem Hematopoietik: Leukemia, Fakultas Kedokteran Unika
Atma Jaya, Jakarta
Underwood, J. C. E.,1999, Patologi Umum dan Sistemik.VOL.1. Ed. 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Widmann.F.K, 1992, Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN LEUKEMIA
di RUANG SOCA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GUNUNG JATI CIREBON
NIM : CKR0160132
2016/2017