Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH IRIGASI LAHAN KERING

“IRIGASI TETES SPRINKLE PADA DAERAH DATARAN RENDAH”

DISUSUN OLEH

Rizky Prakasa (F1A015117)


Rofiadina Ardani (F1A015119)
Sabila Hardi (F1A015120)
Siti Safinatun Najjah (F1A015125)
Tirta Intan Luvitasyari (F1A015129)
Wahyu Pradana (F1A015131)
Yomi Repita Saleh (F1A015139)
Yory Fandany (F1A015140)
Yudi Irwandi (F1A015141)
Maya Fransina Momot (F1A015146)
Lalu Syafwaturrahman (F1A212083)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Irigasi merupakan suatu ilmu yang memanfaatkan air untuk tanaman mulai dari tumbuh
sampai masa panen. Air tersebut diambil dari sumbernya, dibawa melalui saluran, dibagikan
kepada tanaman yang memerlukan secara teratur, dan setelah air tersebut terpakai, kemudian
dibuang melalui saluran pembuang menuju sungai kembali. Irigasi dikehendaki dalam situasi:
(a) bila jumlah curah hujan lebih kecil dari pada kebutuhan tanaman,
(b) bila jumlah curah hujan mencukupi tetapi distribusi dari curah hujan tidak bersamaan
dengan waktu yang dikehendaki tanaman.
Irigasi merupakan usaha untuk mendatangkan air dengan membuat bangunan dan
jaringan berupa saluran - saluran untuk mengalirkan air guna keperluan pertanian, membagi-
bagikan air ke sawah sawah atau ladang-ladang dengan cara yang teratur dan membuang air
yang tidak diperlukannya lagi, setelah air itu digunakan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu
ilmu irigasi sangat penting untuk membuat petani atau rakyat sekitarnya dapat memanfaatkan
sumber air yang ada, sehingga petani dapat meningkatkan kesejahteraannya.

1.2. MANFAAT
Adapun manfaat yang dapat kita ambil dari irigasi adalah:
1.Sistem dapat menjamin sepenuhnya persediaan air untuk tanaman.
2.Sistem dapat menjamin waktu panen pada saat musim kering.
3.Menjaga suhu tanah agar tetap dingin.
4.Mencuci garam – garam yang berada dalam tanah.
5.Memperkecil resiko rembesan air tanah.
6.Agar tanah lebih mudah dikerjakan pada waktu membajak.

1.3.TUJUAN

Maksud irigasi ialah untuk mencukupi kebutuhan air guna pertanian dan tujuan irigasi
tergantung dari kebutuhan untuk apa irigasi itu akan diperlukannya. Maksud itu dapat dibagi
dalam :
a. Membasahi tanah
b. Merabuk
c. Mengatur suhu (temperatur) tanah
d. Menghindari gangguan dalam tanah
e. Kolmatase
f. Membersihkan air kotoran
g. Mempertinggi air tanah.
Ditinjau dari proses penyediaan, pemberian, pengelolaan dan pengaturan air, sistem irigasi
dapat dikelompokkan menjadi 4 (Sudjarwadi, 1990), yaitu :
a) sistem irigasi permukaan (surface irrigation system),
b) sistem irigasi bawah permukaan (sub surface irrigation system),
c) sistem irigasi dengan pemancaran (sprinkle irrigation system),
d) sistem irigasi dengan tetesan (trickle irrigation / drip irrigation system).
Pemilihan jenis sistem irigasi sangat dipengaruhi oleh kondisi hidrologi, klimatologi,
topografi, fisik dan kimiawi lahan, biologis tanaman sosial ekonomi dan budaya, teknologi
(sebagai masukan sistem irigasi) serta keluaran atau hasil yang akan diharapkan .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENGERTIAN IRIGASI TETES (Trickle Irrigation / Drip Irrigation System)


Irigasi tetes adalah suatu sistem untuk memasok air (dan pupuk) tersaring ke dalam tanah
melalui suatu pemancar (emitter). Irigasi tetes menggunakan debit kecil dan konstan serta
tekanan rendah. Air akan menyebar di tanah baik ke samping maupun ke bawah karena adanya
gaya kapiler dan gravitasi. Bentuk sebarannya tergntung jenis tanah, kelembaban, permeabilitas
tanah, dan jenis tanaman (Keller dan Bliesner, 1990).
Prinsip keja irgasi tetes adalah pemberian air ke tanah untuk pemenuhan kebutuhan air
bagi tanaman, dengan cara meneteskan air melalui emiter, yang mengarah langsung pada zona
perakaran. Irigasi tetes merupakan pengembangan dari irigasi yang sudah ada sebelumnya,
misalnya saja irigasi permukaan, irigasi pancar dll. Irigasi ini sangatlah efektif untuk efisiensi
penggunaan air, karena sasaran irigasi tetes ini langsung ke akar sehingga kecil kemungkinan
air mengalami penguapan.
Beberapa keuntungan dari irgasi tetes adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan nilai guna air.

Umumnya air yang digunakan pada sistem irigasi tetes lebih sedikit dibandingkan dengan
sistem irigasi lainnya. Penghematan air dapat terjadi karena pemberian air yang bersifat
lokal dan jumlahnya sedikit sehingga akan menekan evaporasi, aliran permukaan dan
perkolasi. Transpirasi dari gulma juga diperkecil karena daerah yang dibasahi hanya terbatas
disekitar tanaman.

2. Meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil.

Fluktuasi kelembaban tanah yang tinggi dapat dihindari dengan irigasi tetes dan kelembaban
tanah dapat dipertahankan pada tingkat yang optimal bagi pertumbuhan tanaman.

3. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemberian air dan pupuk.

Pemberian pupuk atau bahan kimia pada metode ini dicampur dengan air irigasi, sehingga
pupuk atau bahan kimia yang digunakan menjadi lebih sedikit, frekuensi pemberian lebih
tinggi dan distribusinya hanya di sekitar daerah perakaran.

4. Menekan resiko penumpukan garam.


Pemberian air yang terus menerus akan melarutkan dan menjauhkan garam dari daerah
perakaran.

5. Menekan pertumbuhan gulma.

Pemberian air pada sistem irigasi tetes hanya terbatas di daerah sekitar tanaman, sehingga
pertumbuhan gulma dapat ditekan.

6. Menghemat tenaga kerja.

Sistem irigasi tetes dapat dengan mudah dioperasikan secara otomatis, sehingga tenaga kerja
yang diperlukan menjadi lebih sedikit. Penghematan tenaga kerja pada pekerjaan
pemupukan, pemberantasan hama dan penyiangan juga dapat dikurangi.

Sedangkan kelemahan dari irigasi tetes adalah sebagai berikut :

1. Memerlukan perawatan yang intensif.

Penyumbatan pada penetes merupakan masalah yang sering terjadi pada sistem irigasi tetes,
karena akan mempengaruhi debit dan keseragaman pemberian air. Untuk itu diperlukan
perawatan yang intesif pada jaringan sistem irigasi tetes agar resiko penyumbatan dapat
diperkecil.

2. Penumpukan garam.

Bila air yang digunakan mengandung garam yang tinggi dan pada derah yang kering, resiko
penumpukan garam menjadi tinggi.

3. Membatasi pertumbuhan tanaman.

Pemberian air yang terbatas pada sistem irigasi tetes menimbulkan resiko kekurangan air
bila perhitungan kebutuhan air kurang cermat.

4. Keterbatasan biaya dan teknik.

Sistem irigasi tetes memerlukan investasi yang tinggi dalam pembuatannya. Selain itu,
diperlukan teknik yang tinggi untuk merancang, mengoperasikan dan memeliharanya.
2.2. KOMPONEN IRIGASI TETES

1. Jaringan pipa pada irigasi tetes.

Pipa yang digunakan pada irigasi tetes terdiri dari pipa lateral, pipa sekunder dan pipa
utama komponen penting dari irigasi tetes. Tata letak dari irigasi tetes dapat sangat
bervariasi tergantung kepada berbagai faktor seperti luas tanah, bentuk dan keadaan
topografi. Irigasi tetes tersusun atas dua bagian penting yaitu pipa dan emiter. Air dialirkan
dari pipa dengan banyak percabangan yang biasanya terbuat dari plastik yang berdiameter
12 mm (1/2 inci) – 25 mm (1 inci).

Pipa utama (main line, head unit) terdiri dari pompa, tangki injeksi, filter utama,
pengukur tekanan, pengukuran debit dan katup pengontrol. Pipa utama umumnya terbuat
dari pipa polyvinylchloride (PVC), galvanized steelatau besi cord yang berdiameter antara
7,5 – 25 cm. Pipa utama dapat dipasang di bawah permukaan tanah.

Pipa pembagi (sub-main, manifold m), katup solenoid, regulator tekanan, pengukur
tekanan dan katup pembuang. Pipa sub-utama terbuat dari pipa PVC atau pipa HDPE (m)
dilengkapi dengan filter kedua yang lebih halus (80-100highdensity polyethylene) dan
diameter antara 50 – 75 mm. Penyambungan pipa pembagi dengan pipa utama.

Pipa lateral umumnya terbuat dari pipa PVC fleksibel atau pipa politelinedengan diameter
12 mm – 32 mm. Emiter dimasukkan ke dalam pipa lateral pada jarak yang ditentukan yang
dipilih sesuai dengan tanaman dan kondisi tanah. Pipa lubang ganda, pipa porous dan pipa
dengan perforasi yang kecil digunakan pada beberapa instalasi untuk menggunakan
keduanya sebagai pipa pembawa dan sebuah emitter system (Hansen dkk, 1986). Dalam
sistem irigasi tetes tersusun atas pipa dan emiter. Air dialirkan dari pipa dengan banyak
percabangan yang biasanya terbuat dari plastik yang diameter 12 mm (1/2 inci) – 25 mm (1
inci).

2. Emiter

Emiter merupakan alat pengeluaran air yang disebut pemancar. Emiter mengeluarkan air
dengan cara meneteskan air langsung ke tanah ke dekat tanaman. Emiter mengeluarkan air
hanya beberapa liter per jam. Dari emiter air keluar menyebar secara menyamping dan tegak
oleh gaya kapiler tanah yang diperbesar pada arah gerakan vertikal oleh gravitasi. Daerah
yang dibasahi emiter tergantung pada jenis tanah, kelembaban tanah, permeabilitas tanah.
Emiter harus menghasilkan aliran yang relatif kecil menghasilkan debit yang mendekati
konstan. Penampang aliran perlu relatif lebar untuk mengurangi tersumbatnya emiter.

Emiter merupakan alat pembuangan air, emiter dipasang di dekat tanaman dan tanah.
Semakin dekat ke tanah semakin efisien air yang diterima tanah dan tanaman karena
semakin besar daerah yang terbasahi semakin tinggi kelembaban tanah. Semakin dekat jarak
emiter maka semakin banyak daerah yang terbasahi.

Berdasarkan pemasangan di pipa lateral, penetes dapat menjadi (a) on-line emitter,
dipasang pada lubang yang dibuat di pipa lateral secara langsung ataudisambung dengan
pipa kecil; (b) in-line emitter, dipasang pada pipa lateraldengan cara memotong pipa lateral.
Penetes juga dapat dibedakan berdasarkanjarak spasi atau debitnya, yaitu (a) point source
emitter, dipasang dengan spasiyang renggang dan mempunyai debit yang relatif besar;
(b) line source emitter,dipasang dengan spasi yang lebih rapat dan mempunyai debit yang
kecil. Pipa poros dan pipa berlubang juga dimasukkan pada kategori ini.

3. Tabung marihot

Tabung Marihot merupakan tabung untuk mengalirkan air dengan headsesuai dengan
rancangan (20 cm – 250 cm). Prinsip kerja tabung marihot adalahpengaliran air dengan
tekanan atmosfir atau dengan kata lain low pressure,sehingga air yang keluar pada setiap
emiter akan seragam.

Tabung marihot digunakan sebagai wadah atau tangki air irigasi (dan larutan nutrisi)
yang dapat mengalirkan aliran debit tetap, dan debit akan berubah pada elevasi yang berbeda
(pada headyang berbeda). Bagian dari tangki dilengkapi dengan selang-selang kecil untuk
saluran pemasukan udara dan saluran pengairan.

4. Tekanan

Keseragaman pemberian air ditentukan berdasarkan variasi debit yang dihasilkan


emiter. Karena debit merupakan fungsi dari tekanan operasi, maka variasi tekanan operasi
merupakan faktor keseragaman aliran. Oleh karena tekanan berpengaruh pada debit emiter
maka semakin besar tinggi air tangki penampungan akan semakin tinggi pula tekanan.
Sehingga debit akan semakin besar.

5. Debit
Debit adalah banyaknya volume air yang mengalir per satuan waktu. Pada irigasi tetes
debit yang diberikan hanya beberapa liter per jam. Umumnya debit rata-rata dari emiter
tersedia dari suplier peralatan. Debit untuk irigasi tetes bergantung dari jenis tanah dan
tanaman.

Debit irigasi tetes yang umum digunakan 4 ltr/jam, namun ada beberapa pengelolaan
pertanian menggunakan debit 2, 6, 8 ltr/jam. Penggunaan debit berdasarkan jarak tanam dan
waktu operasi. Debit air keluaran emiter rata-rata adalah volume dari keseluruhan air yang
tertampung dari semua emiter per satuan waktu dan jumlah emiter yang ada.

6. Keseragaman Irigasi

Keseragaman aplikasi air merupakan salah satu faktor penentu efisiensi irigasi yang
dihitung dengan persamaan koefisiensi

7. Tingkat Pembasahan

Parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat pembasahan tanah adalah


persentase terbasahkan (Pw, wetted percentage), yaitu merupakan nisbah antara luas areal
yang terbasahkan (pada kedalaman 15-30 cm dari permukaan tanah). Persentase terbasahkan
dipengaruhi oleh debit dan volume pemberian air dari setiap alat aplikasi, spasi alat aplikasi
dan jenis tanah.

8. Efisiensi Penyebaran Irigasi Tetes

Dalam pemberian air irigasi adalah distribusi air irigasi normal yag merata pada
daerah perakaran. Pada hampir seluruh keadaan, makin merata air yang didistribusikan
makin baik reaksi tanaman. Penyebaran air yang tidak sama mengandung banyak
karakteristik yang tidak diinginkan. Daerah yang kering terlihat perbedaan yang diberi air
irigasi secara tidak merata kecuali kelebihan air yang tidak digunakan, yang sebaliknya
berakibat pada pemborosan air.
2.3. CONTOH PENGAIRAN TANAMAN PADA SISTEM IRIGASI TETES
(Trickle Irrigation / Drip Irrigation System).
2.4. PENGERTIAN IRIGASI PEMANCARAN (Sprinkle Irrigation System).
Irigasi Sprinkler adalah suatu system irigasi yang fleksibel dimana selain dapat
digunakan untuk menyiram tanaman juga dapat digunakan untuk pemupukan dan pengobatan
dan untuk menjaga kelembaban tanah dan mengontrol kondisi iklim agar sesuai bagi
pertumbuhan tanaman. Adopsi dari system sprinkler ini tergantung pada keuntungan ekonomis
dan lingkungan yang akan didapatkan dibandingkan dengan system irigasi yang lain. Sistem
sprinkler sekarang ini digunakan untuk berbagai jenis tanaman terutama komoditas yang
bernilai tinggi seperti buah-buahan, sayuran dan digunakan pada berbagai jenis lahan dan
topografi.
Sistem irigasi sprinkler cocok untuk semua jenis tanah apabila application ratenya
sesuai dengan kapasitas inflitrasi tanahnya. Termasuk juga pada lahan marginal yang memiliki
kapasitas infitrasi atau kapasitas menyimpan air yang rendah.
Beberapa keuntungan dari irgasi sprinkle adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengontrol pemberian air pada tanaman sehingga dapat mengurangi tingkat
pertumbuhan tanaman yang vegetatif dan memperbesarpeluang tanaman untuk tumbuh
secara generatif dimana akan meningkatkan produktivitas hasil panen
2. Desain dapat dirancang secara fleksibel sesuai dengan jenis tanaman, tenaga
kerja yang tersedia dan penghematan energy
3. Dapat dilakukan fertigation atau pemberian nutrisi tanaman melalui system irigasi
4. Dapat digunakan untuk mengontrol iklim bagi pertumbuhan tanaman
5. Dapat menjaga tanah tetap lembut agar cocok bagi pertumbuhan seedling (persemaian)
6. Mempercepat perkecambahan dan penentuan panen
Sedangkan kelemahan dari irigasi sprinkle adalah sebagai berikut :
1. Memerlukan biaya investasi yang tinggi
2. Keseragaman distribusi air dapat terus menurun seiring dengan waktu
3. Angin sangat berpengaruh atas keseragaman distribusi air
4. Dapat mengakibatkan kanopi tanaman lembab dan mendatangkan penyakit tanaman
5. Dapat merusak tanaman muda pada saat air disiramkan

2.5. JENIS-JENIS IRIGASI SPRINKLER


Berdasarkan penyusunan alat penyemprot, irigasi sprinkle dapat dibedakan :
1. Sistem berputar (rotating head system). Terdiri dari satu atau dua buah nozzle miring
yang berputar dengan sumbu vertikal akibat adanya gerakan memukul dari alat
pemukul (hammer blade). Sprinkler ini umumnya disambung dengan suatu pipa
peninggi (riser) berdiameter 25 mm yang disambungkan dengan pipa lateral. Alat
pemukul sprinkler bergerak karena adanya gaya impulse dari aliran jet semprotan air,
kemudian berbalik kembali karena adanya regangan pegas.
2. Sistem pipa berlubang (perforated pipe system). Terdiri dari pipa berlubang-lubang,
biasanya dirancang untuk tekanan rendah antara 0,5 -2,5 kg/cm2, sehingga sumber
tekanan cukup diperoleh dari tangki air yang ditempatkan pada ketinggian tertentu.
Semprotan dapat meliput selebar 6 - 15 meter. Cocok untuk tanaman yang tingginya tidak
lebih dari 40 - 60 cm.
Sistem sprinkler dapat diklasifikasikan menjadi:
1. system permanent (Fixed/solid set)
2. system portable
3. dan semi portable (hand move atau mechanical move), traveling irrigator (gun
atau boom), center pivot atau linear move.
Solid Set Sistem adalah sebuah system Irigasi Sprinkler dimana jaringan pipa dan
sprinkler ditempatkan secara permanent pada lahan. Biasanya jarak antar pipa sama
dengan jarak antar sprinkler sehingga menimbulkan jarak yang bujur sangkar (square
spacing). Pipa dapat dikubur di dalam tanah (biasanya PVC atau besi) atau dapat juga
berjenis alumunium dan dapat dipindahkan.
Sistem portable yang paling simple adalah digerakkan atau dipindah dengan tangan.
Terdiri dari satu pompa, pipa utama dan pipa lateral dilengkapi dengan rotary sprinkler
dengan jarak 9-24 m setiap bagian. Pipa lateral biasanya berdiameter 50 mm s/d 125 mm,
dapat diangkat atau dipindahkan dengan mudah. Cara operasinya pipa lateral dipindah
dari satu bagian ke bagian lain dengan tenaga manusia dengan melepas sambungan pada
pipa utama. Berpindahnya pipa lateral tergantung pada set time. Untuk areal yang lebih
luas dapat digunakan lebih dari satu pipa lateral. Sistem ini mampu mengairi lahan seluas
60x90 kaki. Setelah selesai mengairi satu set, mesin akan menindahkan roda ke set
berikutnya. Sprinkler diletakkan diatasconnector yang memungkinkannya tetap berada
diatas ketika roda berputar. Systemini tidak direkomendasikan untuk topografi lahan yang
mempunyai kemiringan lebihdari 5 persen.
Sementara Sistem Traveling Big Gun menggunakan sprinkler berkapasitas besar
(diameter 3/4 sampai 1,5 inci) dan bertekanan besar (90 -125 PSI) untuk melemparkan air
ke tanaman (radius 175-350 kaki). Traveling bigguns dapat terdiri dari pipa hard hose dan
selang fleksibel. Pada system selang yang keras, selangpolietilen keras di pasang pada rel
atau trailer. Trailer ini berada ditengah ataupundiujung lahan. Gun ditempatkan diujung
selang kemudian selang ditarik ke ujunglahan. Selang ini kemudian ditarik oleh rel
mengitari lahan. Pada flexible hose system, gun dipasang pada sebiah kereta. Sebuah pipa
fleksibel yang tersambung dengan mainline mengisi air ke gun.
Selain itu, sistem irigasi sprinkle yang lain adalah Center pivot atau Linear move
Center Pivot. Pada sistem ini mesin yang digunakan terdiri dari pipa lateral dari baja
galvanisyang berputar dalam satu sumbu dari luas areal yang diairi. Pipa lateral
mensuport airdari ketinggian 3 m diatas tanah dipegang oleh frame baja dan kabel-kabel.
Jarak antara frame rata-rata 30 m, panjang pipa lateral bervariasi 150-600 m.air disuplai
ke pusat pivot melalui pipa utama menyilang lapangan atau dari sumur yang berlokasi
dekat pivot, kemudian didistribusi melalui swivel joint ke lateral dan sprinkler. Ketika
mengairi, pipa lateral berputar secara kontinyu. Pembasahan radius lapangan bisa
mencapai 100 ha, tergantung juga panjang pipa lateral yang ada. Satu putaran
membutuhkan 1- 100 jam tergantung dari letak puncak air yang dipakai. Lambatnya
putaran pipa lateral berarti lebih banyak air yang digunakan.
Linear Move Sistem irigasi Linear Move (sering disebut juga lateral move) dibangun
dengan cara yang sama seperti center pivot. Perbedaannya adalah menara bergerak
pada kecepatan dan arah yang sama. System ini dirancang untuk mengairi petak
lapangan berbetuk persegi yang bergerak secara kontinyu. Salah satu cara untuk mengairi
areal yang luas umumnya dikonstruksi melalui center pivot yang mensupport pipa lateral
di atas tanaman melalui tower yang tersedia. Air dapat disuplai dari suatu fleksibel
hose atau dari saluran sepanjang tepi atau ditengah-tengah lapangan.
2.6. CONTOH PENGAIRAN TANAMAN PADA SISTEM IRIGASI PEMANCARAN
(Sprinkle Irrigation System).
2.7. LAHAN DI DATARAN RENDAH
Dataran rendah yaitu suatu area atau wilayah yang relative datar dan berada pada daerah
rendah. Ketinggiannya hanya mencapai kurang dari 600 meter di bawah permukaan laut.
Kontur dataran rendah dapat dineali dengan cirri-ciri, yaitu daerahnya datar, banyak
tersedia sumber air, umumnya dipilih sebagai tempat bermukim oleh pendududk, dan aktivitas
keseharian atau mata pencaharian penduduknya bergerak di sector pertanian, perikanan,
industry dan perniagaan.
Lahan di dataran rendah di samping digunakan sebagai tempat permukiman, banak
dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
1. Sawah Irigasi
Sawah irigasi adalah corak pertanian yang dilakukan dengan pengairan yang teratur yang
mendapat air hujan langsung ataupun dengan irigasi waduk. Pengelolaan lahan
persawahan itu di dalam pertanian dilakukan dengan cara yang telah maju. Pembagian air
dari waduk dan saluran dengan pengaturan pintu air dilakukan secara teratur sehingga
padi yang dihasilkan sangat menguntungkan.
2. Sawah Tadah Hujan
Sawah tadah hujan adalah corak pertanian sawah, artinya system pengairannya
tergantung pada air hujan. Oleh sebab itu, pengerjaannya hanya pada waktu musim hujan.
Tanah yang digunakan, baik untuk sawah irigasi maupun sawah tadah hujan adalah tanah
yang subur.
3. Lahan Kering / Tanah Tegal
Lahan kering di dataran rendah banyak digunakan untuk areal pertanian. Hal ini
merupakan usaha tanaman yang menggantungkan kepada air hujan saja dansistem ini
dilaksanakan setelah system perladangan. Hasilnya adalah jagung, kacang, ketela pohon,
dan lain-lain. Tanah tegal dikerjakan pada musim hujan, sedangkan pada musim kemarau
dibiarkan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (n.d.). 5 Manfaat / Pemnafaatan Lahan di Dataran Rendah. Retrieved Juni 11, 2016, from
www.inirumahpintar.com: https://www.inirumahpintar.com/2016/11/5-manfaat-
pemanfaatan-lahan-di-dataran-rendah.html
SP, S. H. (n.d.). Sistem irigasi tetes pada tanaman. Retrieved Juli 29, 2014, from
http://pengaira.blogspot.co.id: http://pengaira.blogspot.co.id/2014/07/

Hansen, V.E, W.I. Orson and E.S. Glen. 1992. Diterrjemahkan oleh Tachyan dan Soetjipto. Dasar-
dasar dan Praktek Irigasi. Edisi 4. Erlangga, Jakarta.

Prastowo, 2002. Prosedur Rancangan Irigasi Tetes. Laboratorium Teknik Tanah dan Air, Jurusan
Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai