Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA MASYARAKAT DENGAN

LINGKUNGAN FISIKNYA DI WILAYAH KAMPUNG JODIPAN,


KAMPUNG BIRU AREMA, DAN KAMPUNG TRIDI YANG BERBASIS
KAWASAN WISATA

Sueb1*, Bagus1**, Dilla1***


1
Jurusan Biologi, Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang no. 5 Malang

* Email Dosen Pengampu : sueb.fmipa@um.ac.id


** Email Dosen Pengampu : priambodo.fmipa@um.ac.id
*** Email Penulis : dillaamnn@gmail.com

Abstrak. Kawasan kampung wisata akhir-akhir ini ramai di perbincangkan, di


antaranya Kampung Jodipan, Kampung Tridi, dan Kampung Biru Arema . Ketiga
kawasan ini merupakan kampung yang terletak di Kota Malang. Kampung ini
merupakan kampung tematik pertama di Kota Malang. Selain itu, Kampung Jodipan
merupakan kampung yang pertama kali dirintis menjadi kampung tematik sejak tahun
2016 lalu disusul Kampung Tridi dan Kampung Biru Arema. Membangun kampung
sebagai suatu kawasan wisata tentu akan menjadikan kampung tersebut memiliki
pemasukan yang berkaitan dengan peningkatan perekonomian masyarakat di
kampung tersebut. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa status kampung
wisata bisa saja membawa dampak negatif pada lingkungan fisik yang ada. Untuk
itulah timbal balik dalam hal ini sangat penting adanya. Metode penelitian yang
digunakan adalah deskriptif korelasional dengan teknik pengumpulan data
menggunakan metode observasi, wawancara, serta dokumentasi. Beberapa hal yang
menarik serta menjadi temuan penting dalam penelitian kali ini adalah, pola pikir
masyarakat sekitar yang sangat peduli terhadap lingkungan fisiknya, hal ini terlihat
dari beberapa contoh kecil, misalnya pemanfaatan limbah plastik. Dengan penemuan
ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa pelatihan yang diberikan pemerintah Kota
Malang telah berhasil diterapkan di kampung tematik yang ada di Malang, sehingga
dapat medongkrak perekonomian kreatif warga sekitar.

Kata Kunci : Kampung Jodipan, Kampung Tridi, Kampung Biru Arema, Kampung
tematik, Ekonomi Kreatif, Timbal Balik, Lingkungan Fisik.

1. Pendahuluan
Pariwisata adalah salah satu sektor yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi
dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi
sektorsektor produktif lainnya [1]. Wilayah Malang sejak lama memang sudah terkenal
akan wisata alamnya yang begitu indah serta pemasukan terbanyak memang berasal dari
sektor pariwisata serta ekonomi kreatif, hal ini dapat terlihat dengan jelas di Kota Batu.
Namun, siapa sangka bahwa Kota Malang yang notabene-nya wilayah perkotaan juga
dapat menciptakan sektor pariwisata dengan memberdayakan masyarakatnya. Salah satu
destinasi yang terkenal di Kota Malang yakni kampung tematik yang terletak di tengah
kota, hal ini menarik perhatian khalayak umum sehingga dapat mendongkrak
perekonomian masyarakat di kampung tersebut. Kampung yang dimaksudkan yakni
Kampung Wisata Jodipan (KWJ), Kampung Tridi, dan Kampung Biru Arema [2].
Fenomena kampung wisata menjadi ramai diperbincangkan beberapa tahun terakhir,
Selain menguntungkan dari segi perekonomian tentu saja lingkungan turut berperan dalam
terjadinya kawasan wisata tersebut [2]. Permasalahan lingkungan yang dimaksudkan
dalam hal ini meliputi tatanan wilayah, saluran air, penyakit, bencana alam, kepadatan
penduduk, dan lain sebagainya [3]. Hubungan timbal balik bisa saja menguntungkan
kedua belah pihak yakni makhluk hidup dengan lingkungannya namun tidak menutup
kemungkinan akan merugikan salah satu pihak sedangkan yang satu lagi diuntungkan,
atau bahkan yang satu diiuntungkan namun yang satu lagi tidak merasa dirugikan maupun
diuntungkan.
Kampung Wisata Jodipan (KWJ) berdiri mulai tahun 2016, awalnya kampung ini
merupakan kampung biasa yang ada di pinggiran Kota Malang, namun karena ada
program pelatihan dan pemberdayaan masyarakat akhirnya kampung ini meng-klaim
dirinya sebagai kampung wisata tematik yang memiliki ciri khas bangunan yang di cat
warna-warni pada lingkungannya ( rumah, jalan, masjid, pos pantau, dll ) [4]. Setelah
Kampung Jodipan berdiri, tak lama kemudian kampung-kampung yang ada di dekatnya
turut serta menjadi kampung tematik namun menggunakan tema yang berbeda tentunya.
Terdapat Kampung Biru Arema yang mengangkat warna biru sesuai dengan namanya, dan
adapula Kampung Tridi yang memiliki gambar-gambar serta warna beragam [5].
Keunikan kampung ini menarik banyak perhatian masyarakat sehingga banyak masyarakat
yang berkunjung. Hanya dengan membayar tiket masuk sebesar Rp 3.000,- pada masing-
masing kampung yakni Kampung Jodipan, Kampung Tridi, dan Kampung Biru Arema,
pengunjung dapat berjalan-jalan melintasi kampung tersebut dan berfoto. Banyak fasilitas
umum yang disediakan, misalnya toilet umum, musholla, tempat merokok, warung jajanan
serta makanan ringan hingga berat semua tersedia di kampung wisata ini.

2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi permasalahan lingkungan yang
timbul pada ketiga kampung wisata yakni Kampung Tridi, Kampung Jodipan, dan
Kampung Biru Arema serta menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan
tersebut.

3. Metode Penelitian
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah deskriptif korelasional dengan menganalisis hubungan
masyarakat dengan permasalahan lingkungan sekitarnya di Kampung Wisata Jodipan,
Kampung Biru Arema, dan Kampung Tridi.

3.2 Waktu dan Lokasi


Penelitian ini dilakukan di Kampung Wisata Jodipan, Kampung Biru Arema, dan
Kampung Tridi pada hari Jum’at, 24 Januari 2020
3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang di Kampung Wisata Jodipan,
Kampung Biru Arema, dan Kampung Tridi. Sampel dalam penelitian ini adalah 2
orang warga di Kampung Wisata Jodipan, 2 orang warga Kampung Biru Arema, dan
1 orang warga Kampung Tridi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
Probability sampling yakni metode pengambilan sampel secara random atau acak.
Dengan cara pengambilan sampel ini. Seluruh anggota populasi diasumsikan memiliki
kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel penelitian.

3.4 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian yang digunakan dalam bentuk wawancara dan observasi karena
sesuai kebutuhan penulis untuk menjawab permasalahan yang ada.wawancara
terbuka.

3.5 Teknik pengumpulan data


Teknik pengumpulan data primer menggunakan kegiatan wawancara dengan topik
seputar permasalahan lingkungan dan observasi langsung disertai dokumentasi.
Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mencari sumber di jurnal,
buku, dan internet.

4. Hasil
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, serta dokumentasi yang sudah kami lakukan
di tiga kampung yakni Kampung Jodipan, Tridi, dan Biru Arema, ketiga wilayah ini
memiliki fokus pada pengolahan limbah plastik sehingga dapat mengurangi sampah-
sampah plastik yang memenuhi wilayahnya. Permasalahan lingkungan yang dulunya
menjadi masalah utama pada ketiga kampung ini adalah wilayah yang kumuh, oleh karena
itu masyarakat bekerja sama menjaga kebersihan lingkungan.

Gambar 1 Terdapat Beberapa Sampah yang Dibuang Sembarangan


Sumber : Dokumen Pribadi (2020)

Pada gambar terlihat bahwa masih ada sampah yang dibiarkan dibuang ke sungai, walaupun
setiap hari ada petugas keliling yang mengangkut sampah. Hal ini merupakan indikasi beberapa
masyarakat ada yang belum paham mengenai kebersihan lingkungan fisik di sekitarnya.
Permasalahan sampah bahkan hingga saat ini masih tetap ada, namun tidak separah dulu, sebelum
ketiga kampung ini menjadi kampung wisata. Berdasarkan hasil wawancara, terdapat pula
responden yang menyatakan bahwa kesadaran pemuda di salah satu kampung, yakni Kampung
Biru Arema sangat rendah sehingga menjadikan kurang kompaknya pemuda yang ada di
lingkungan tesebut, namun pemuda di sana sangat mentaati jadwal kerja bakti yang dilaksanakan
tiap seminggu sekali. Hal inilah yang patut disyukuri.

5. Pembahasan
Permasalahan lingkungan merupakan suatu hal yang wajar dalam kehidupan apabila
menyangkut masalah lingkungan fisik. Lingkungan fisik merupakan kondisi fisik yang
mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora
dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang
meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik
tersebut [6]. Pada Kampung Biru Arema, Jodipan, serta Tridi, permasalahan sampah
adalah permasalahan yang paling umum mengingat kunjungan wisatawan yang meningkat
juga mengakibatkan banyaknya sampah organic maupun anorganik yang tertinggal di
ketiga kampung tersebut. Namun, semua masalah tersebut dapat di minimalisasi oleh
warag di ketiga kampung tersebut, mereka setiap harinya menimbang sampah yang masih
dapat di daur ulang misalnya sampah plastik, sampah kertas, dan sampah lainnya. Setelah
sampah tersebut dikumpulkan dan ditimbang, lalu para warga bekerja sama mengubah
sampah tersebut menjadi kerajinan, bahkan dapat dijual kembali sehingga memiliki nilai
yang ekonomis. Selain dijual kembali, beberapa produk daur ulang juga digunakan untuk
membuat hiasan yang unik sehingga dapat mempercantik kampung mereka.

Gambar 2 Botol Bekas yang Dimanfaatkan Sebagai Hiasan


Sumber : Dokumen Pribadi (2020)
Gambar 3 Bola Bekas yang Didaur Ulang Menjadi Hiasan
Sumber : Dokumen Pribadi (2020)

Gambar 4 Sampah Kertas yang Didaur Ulang Menjadi Hiasan


Sumber : Dokumen Pribadi (2020)

Selain mendaur ulang sampah, para penduduk juga meletakkan banyak tempat
sampah agar para wisatawan yang berkunjung dapat dengan mudah membuang sampah
pada tempatnya, hal ini diakui sangat efektif untuk mengurangi budaya buang sampah
sembarangan.

Gambar 5 Tempat Sampah Disediakan di Sepanjang Jalanan Kampung


Sumber : Dokumen Pribadi (2020)

Dengan adanya kesadaran dari semua pihak yang terkait untuk menjaga lingkungan
tentunya semua permasalahan dapat dengan mudah diatasi.

6. Kesimpulan
Permasalahan umum yang terjadi pada Kampung Jodipan, Kampung Tridi, dan
Kampung Biru Arema adalah permasalahan mengenai sampah. Dalam beberapa tahun
terakhir Pemerintah Kota Malang berhasil mengubah stigma masyarakat yang dulunya
menganggap ketiga kampung tersebut merupakan kampung kumuh yang ada di tengah
kota. Kampung yang dulunya kumuh sekarang telah berhasil bangkit menjadi kampung
wisata sehingga dapat meningkatkan perekonomian warga yang tinggal di dalamnya,
namun status tersebut harus dijaga keberlangsungannya. Semua pihak, baik
pemerintah,warga sekitar, pengunjung, dan semua pihak yang terlibat harus berperan aktif
dalam menjaga kebersihan kampung wisata tersebut.

Referensi

[1] Mill, Robert Christie, 2000. Tourism The International Business Edisi Bahasa Indonesia.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
[2] Ridwan, 2012. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta : Softmedia.
[3] Darsono, Valentinus, 1995. Pengantar Ilmu Lingkungan. Yogyakarta: Universitas Atma
Jaya
[4] Jodipan Resmi Jadi Ikon Kampung Wisata di Malang. Merdeka Edisi 5 September 2016.
Diakses 24-01-2020.
[5] Kampung Tridi Kota Malang dari Kumuh Jadi Makmur. Republika Edisi 27 Desember
2017. Diakses 24-01-2020.
[6] Nisa’, Khoirun, Affifudin, dan Suyeno. 2019. Pengembangan Kampung Wisata Jodipan
dan Kampung Wisata Tridi Oleh Pemerintah Kota Malang Dalam Meningkatkan Status
Sosial Dan Ekonomi Masyarakat. Malang. Vol. XIII No.1 Tahun 2019 Hal 24-33. 24
Januari 2020

Anda mungkin juga menyukai