BAB I
DEFINISI
1. Pasien Koma
1.1 Gambaran Umum
Pasien dengan penurunan kesadaran harus mendapat perhatian yang
memadai karena membutuhkan penanganan yang khusus. Kesadaran
menurun yang paling rendah adalah koma. Penurunan kesadaran
berbeda dengan Kesadaran Berubah.
Koma harus dibedakan dengan keadaan vegetative tetap:
(persistent vegetative state/PVS). Pada PVS ini pasien buka mata tapi
tidak peduli pada sekelilingnya. Pada PVS ini korteks tidak
berfungsi sedangkan batang otak baik. Koma juga harus
dibedakan dari locked-in syndrome (ventral pontine syndrome).
Pada keadaan ini jaras motorik dari tengah pons dibawah nukleus N.
III terputus oleh infark ataupun sebab lain (trauma, demyelinisasi)
sedangkan formatio retikularis tetap berfungsi. Pasien seperti ini
sadar, baik tentang dirinya sendiri maupun terhadap sekitarnya. Akan
tetapi ia seolah-olah terpenjara dalam dirinya sendiri,
tetraplegik dan bisu. Mereka ini bisa berkomunikasi dengan orang
lain lewat kode yang telah disepakati misalnya dengan kedipan mata,
memejamkan kelopak mata dan sebagainya.
a. Untuk menilai Penurunan kesadaran yang dikarenakan
peningkatan intra kranial seperti pada trauma digunakan Skala
Koma Glasgow (Glasgow Comma Scale/GCS).
Penilaian GCS Dewasa dan anak berbeda pada aspek Verbalnya.
Berikut ini butir penilaian GCS:
1) Eye Opening
a) Spontaneously 4
b) To speech 3 as in adult scale
c) To pain 2
d) None 1
2) Best Verbal response
a) Oriented 5 oriented
b) Confused 4 words
9) Refleks:
a) Refleks tendon dalam: bila asimetris menunjukkan
lateralisasi defisit motoris yang disebabkan lesi
struktural
b) Refleks plantar: respon bilateral Babinski’s menunjukkan
coma akibat struktural atau metabolik
b) Pemeriksaan Penunjang
Setelah pemeriksaan klinis yang seksama dilakukan maka
pemeriksaan penunjang dilakukan dalam membantu penegakan
diagnosis. Salah satu pemeriksaan penunjang yang paling
spesifik dipilih dari beberapa pemeriksaan penunjang, antara
lain:
1) CT atau MRI scan Kepala:
Pemberian kontras diberikan apabila kita curigai terdapat
tumor atau abses. Dan mintakan print out dari bone window
pada kejadian trauma kepala.
2) Punksi Lumbal:
Dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis,
encephalitis, atau perdarahan subrachnoid bila diagnosis
tidak dapat ditegakkan melalui CT atau MRI kepala.
2. Terapi Umum
a. Proteksi jalan nafas:
Adekuat oksigenasi dan ventilasi
b. Hidrasi intravena:
Gunakan normal saline ada pasien dengan edema serebri atau
peningkatan TIK
c. Nutrisi:
Lakukan pemberian asupan nutrisi via enteral dengan
nasoduodenal tube, hindari penggunaan naso gastrik tube karea
adanya ancaman aspirasi dan refluks
d. Kulit: