Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Demam typhoid merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan
oleh bakteri Salmonella typhi (Balentine, 2005). Kuman Salmonella Typhi
ini terdapat di dalam kotoran, urine manusia dan juga pada makanan dan
minuman yang tercemar kuman yang dibawa oleh lalat (Prabu, 1996).
Faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya penderita demam typhoid
adalah tingkat pengetahuan masyarakat yang masih rendah tentang
pencegahan penyakit tersebut dan masih rendahnya status sosial ekonomi
masyarakat serta masih banyaknya pembawa kuman (carier) di masyarakat
(Sabdoadi, 1991). Hasil penelitian sebelumnya di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta selama tahun 2009, terdapat 300 kasus demam
typhoid. Antibiotik yang sering digunakan adalah cefotaxim sebanyak 47
peresepan (49,47%). Persentase penggunaan antibiotik golongan
sefalosporin sebanyak 67,79%, Fluoroquinolon (Ciprofloxasin) sebesar
11,8%, Penisilin dan Kloramfenikol sebanyak 6,78%, aminoglikosida
4,23%, dan golongan lain-lain sebanyak 1,63%. Kajian penggunaan
antibiotik terdapat 100% tepat indikasi, pasien sebanyak 98,95%, yang
mengalami tepat obat sebanyak 96,84%, dan yang mengalami tepat dosis
sebanyak 82,10%. (Rakhma, 2010). Pengobatan demam typhoid sampai
saat ini masih dianut tiga penatalaksanaan, salah satunya yaitu didominasi
oleh berbagai jenis antibiotik seperti kloramfenikol, amoksisilin,
kotrimoksazol, ampicillin dan tiamfenikol.
(Widodo, 1996). Seiring perkembangan ilmu pengetahuan di
bidang farmasi, maka banyak obat-obat baru yang diproduksi, khususnya
antibiotik. Penggunaan antibiotika secara benar dan rasional memang
harus diberikan. Rasional di sini maksudnya adalah harus sesuai dengan
indikasi penyakitnya, sesuai dosisnya, sesuai cara pemberiannya dan tetap
memperhatikan efek sampingnya. Sehingga diharapkan masyarakat
menjadi rasional dan tidak berlebihan dalam menggunakan antibiotika
sesuai dengan badan kesehatan dunia (WHO, 2003). Lebih dari 50% obat-
obatan antibiotik demam typhoid di Sukoharjo diresepkan dan diberikan
tidak sesuai terapi (Rudi, 2010). Demam typhoid merupakan penyakit
yang memerlukan pengobatan serius sehingga penderita demam typhoid
lebih memilih untuk berobat kerumah sakit. Melihat gambaran yang telah
diuraikan di atas maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui
berbagai macam antibiotik yang digunakan dan bagaimana pola
pengobatan yang diberikan pada penderita demam typhoid yang berobat
ke rumah sakit, serta kesesuaiannya dengan standar terapi yang digunakan.
Penelitian ini diadakan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta
karena berdasarkan data rekam medik pada tahun 2010, kasus demam
typhoid di rumah sakit tersebut angka kejadiannya nomor satu dalam
sebelas besar penyakit infeksi yaitu sekitar 517 pasien dengan diagnosis
demam typhoid dari 2.876 pasien.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian dari Demam Thypoid ?
2. Apa Penyebab Demam Thypoid ?
3. Bagaimana Patologi Demam Thypoid ?
4. Bagaiman Gambaran Klasik Demam Thypoid ?
5. Bagaimana Epidemiologi dan Pencegahan ?
6. Bagaimana Pengobatan dari Demam Thypoid ?
7. Contoh Asuhan Keperawatan Demam Thypoid ?

C. TUJUAN
1. Memahami Pengertian dari Demam Thypoid.
2. Memahami Penyebab Demam Thypoid.
3. Memahami Patologi Demam Thypoid.
4. Memahami Gambaran Klasik Demam Thypoid.
5. Memahami Epidemiologi dan Pencegahannya.
6. Memahami Pengobatan dari Demam Thypoid.
7. Memahami Contoh dari Asuhan Keperawatan Demam Thypoid.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Demam Thypoid
Demam typhoid dan demam paratifoid adalah penyakit infeksi akut
usus halus. Demam paratifoid biasanya lebih ringan dan menunjukkan
manifestasi klinik yang sama atau menyebabkan enteritis akut (Juwono dan
Prayitno, 2004). Penyebabnya adalah kuman Salmonella typhi atau
Salmonella paratyphi A, B dan C, selain demam enterik kuman ini dapat
juga menyebabkan gastroenteritis (keracunan makanan) dan septikemia
(tidak menyerang usus) (Rasmilah, 2001). Proses timbulnya demam typhoid
berawal dari kuman yang masuk lewat rongga mulut menuju ke lambung,
suatu tempat dimana terdapat mekanisme pertahanan tubuh yang berfungsi
mematikan kuman. Sekalipun lambung mampu mematikan kuman tapi
ternyata masih ada sebagian kuman yang lolos, kuman yang lolos inilah
yang kemudian masuk dan menempel di usus halus. Didalam usus biasanya
disebut sebagai ileum terminalis, kemampuan berkembang biak, lalu
menyebar kemana-mana diantaranya menuju sel-sel usus, kelenjar dan
saluran getah bening, pembuluh darah bahkan bisa mencapai otak (Juwono
dan Prayitno, 2004). Salmonella typhi dapat hidup baik sekali pada suhu
tubuh manusia maupun suhu yang lebih rendah sedikit serta mati pada suhu
70°C maupun oleh antiseptik. Sampai saat ini diketahui bahwa kuman ini
hanya menyerang manusia (Rampengan dan Laurentz, 1993). Pada demam
typhoid suhu tubuh semakin lama kian meninggi, diikuti penurunan
kesadaran, bibir dan lidah kering serta menurunnya tekanan darah. Pada
penurunannya terjadi secara cepat dan mendadak perlu diwaspadai sebagai
penanda terjadinya pendarahan atau perforasi (usus berlubang). Bila tidak
ada komplikasi, umumnya di minggu ketiga mulai terjadi proses
penyembuhan (Ganiswara,1995).

B. Penyebab
Demam typhoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri golongan
Salmonella yangmemasuki tubuh penderita melalui saluran pencernaan.
Sumber utama yang terinfeksi adalah manusia yang selalu mengeluarkan
mikroorganisme penyebab penyakit,baik ketika ia sedang sakit atau sedang
dalam masa penyembuhan.Pada masa penyembuhan, penderita pada masih
mengandung Salmonella spp didalam kandung empedu atau didalam ginjal.
Sebanyak 5% penderita demam tifoid kelak akan menjadi karier
sementara,sedang 2 % yang lain akan menjadi karier yang
menahun.Sebagian besar dari karier tersebut merupakan karier intestinal
(intestinal type) sedang yang lain termasuk urinarytype. Kekambuhan yang
yang ringan pada karier demam tifoid,terutama pada karier
jenisintestinal,sukar diketahui karena gejala dan keluhannya tidak jelas.

C. Patologi
HCL (asam lambung) dalam lambung berperan sebagai penghambat
masuknyaSalmonella spp dan lain-lain bakteri usus. Jika Salmonella
spp masuk bersama-samacairan, maka terjadi pengenceran HCL yang
mengurangi daya hambat terhadapmikroorganisme penyebab penyakit yang
masuk. Daya hambat HCL ini akan menurun pada waktu terjadi
pengosongan lamung, sehingga Salmonella spp dapat masuk ke dalamusus
penderita dengan lebih senang. Salmonella spp seterusnya memasuki
folikel-folikellimfe yang terdapat di dalam lapisan mukosa atau submukosa
usus, bereplikasi dengancepat untuk menghasilkan lebih banyak Salmonella
spp. Setelah itu, Salmonella sppmemasuki saluran limfe dan akhirnya
mencapai aliran darah. Dengan demikian terjadilah bakteremia pada
penderita. Dengan melewati kapiler-kapiler yang terdapat dalam
dindingkandung empedu atau secara tidak langsung melalui kapiler-kapiler
hati dan kanalikuliempedu, maka bakteria dapat mencapai empedu yang
larut disana. Melalui empedu yanginfektif terjadilah invasi kedalam usus
untuk kedua kalinya yang lebih berat daripadainvasi tahap pertama. Invasi
tahap kedua ini menimbulkan lesi yang luas pada jaringanlimfe usus kecil
sehingga gejala-gejala klinik menjadi jelas. Demam tifoid merupakansalah
satu bekteremia yang disertai oleh infeksi menyeluruh dan toksemia yang
dalam.Berbagai macam organ mengalami kelainan, contohnya sistem
hematopoietik yangmembentuk darah, terutama jaringan limfoid usus kecil,
kelenjar limfe abdomen, limpadan sumsum tulang. Kelainan utama terjadi
pada usus kecil, hanya kadang-kadang padakolon bagian atas, maka
Salmonella paratyphi B dapat menimbulkan lesi pada seluruh bagian kolon
dan lambung.Pada awal minggu kedua dari penyakit demam tifoid terjadi
nekrosis superfisial yangdisebabkan oleh toksin bakteri atau yang lebih
utama disebabkan oleh pembuntuan pembuluh-pembuluh darah kecil
oleh hiperplasia sel limfoid (disebut sel tifoid). Mukosayang nekrotik
kemudian membentuk kerak, yang dalam minggu ketiga akan lepassehingga
terbentuk ulkus yang berbentuk bulat atau lonjong tak teratur dengan
sumbu panjang ulkus sejajar dengan sumbu usus. Pada umumnya ulkus
tidak dalam meskipuntidak jarang jika submukosa terkena, dasar ulkus
dapat mencapai dinding otot dari usus bahkan dapat mencapai membran
serosa.Pada waktu kerak lepas dari mukosa yang nekrotik dan terbentuk
ulkus, maka perdarahanyang hebat dapat terjadi atau juga perforasi dari
usus. Kedua komplikasi tersebut yaitu perdarahan hebat dan perforasi
merupakan penyebab yang paling sering menimbulkankematian pada
penderita demam tifoid. Meskipun demikian, beratnya penyakit
demamtifoid tidak selalu sesuai dengan beratnya ulserasi. Toksemia
yang hebat akanmenimbulkan demam tifoid yang berat sedangkan
terjadinya perdarahan usus dan perforasi menunjukkan bahwa telah terjadi
ulserasi yang berat. Sedangkan perdarahanusus dan perforasi menunjukkan
bahwa telah terjadi ulserasi yang berat. Pada serangandemam tifoid yang
ringan dapat terjadi baik perdarahan maupun perforasi.Pada stadium akhir
dari demam tifoid, ginjal kadang-kadang masih tetap mengandungkuman
Salmonella spp sehingga terjadi bakteriuria. Maka penderita merupakan
urinarykarier penyakit tersebut.Akibatnya terjadi miokarditis toksik, otot
jantung membesar dan melunak. Anak-anak dapat mengalami perikarditis
tetapi jarang terjadi endokaritis. Tromboflebitis, periostitisdan nekrosis
tulang dan juga bronkhitis serta meningitis kadang-kadang dapat
terjadi pada demam tifoid.
D. Gambaran Klasik Demam Thypoid
Biasanya jika gejala khas itu yang tampak, diagnosis kerja pun bisa
langsung ditegakkan.Yang termasuk gejala khas Demam tifoid adalah
sebagai berikut.
1. Minggu Pertama (awal terinfeksi)
Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu
pada awalnya samadengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti
demam tinggi yang berpanjangan yaitusetinggi 39ºc hingga 40ºc, sakit
kepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia, mual, muntah, batuk, dengan
nadi antara 80-100 kali permenit, denyut lemah, pernapasan semakin
cepatdengan gambaran bronkitis kataral, perut kembung dan merasa
tak enak,sedangkan diaredan sembelit silih berganti. Pada akhir
minggu pertama,diare lebih sering terjadi. Khaslidah pada penderita
adalah kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta bergetar atautremor.
Episteksis dapat dialami oleh penderita sedangkan tenggorokan terasa
kering dan beradang. Jika penderita ke dokter pada periode tersebut,
akan menemukan demamdengan gejala-gejala di atas yang bisa saja
terjadi pada penyakit-penyakit lain juga. Ruamkulit (rash) umumnya
terjadi pada hari ketujuh dan terbatas pada abdomen disalah satusisi
dan tidak merata, bercak-bercak ros (roseola) berlangsung 3-5 hari,
kemudian hilangdengan sempurna. Roseola terjadi terutama pada
penderita golongan kulit putih yaitu berupa makula merah tua ukuran
2-4 mm, berkelompok, timbul paling sering pada kulit perut, lengan
atas atau dada bagian bawah, kelihatan memucat bila ditekan. Pada
infeksiyang berat, purpura kulit yang difus dapat dijumpai. Limpa
menjadi teraba dan abdomenmengalami distensi.
2. Minggu Kedua
Jika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur
meningkat setiap hari, yang biasanya menurun pada pagi hari
kemudian meningkat pada sore atau malam hari.Karena itu, pada
minggu kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan
tinggi(demam). Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan sedikit
pada pagi hari berlangsung.Terjadi perlambatan relatif nadi penderita.
Yang semestinya nadi meningkat bersamadengan peningkatan suhu,
saat ini relatif nadi lebih lambat dibandingkan peningkatansuhu tubuh.
Gejala toksemia semakin berat yang ditandai dengan keadaan
penderita yangmengalami delirium. Gangguan pendengaran umumnya
terjadi. Lidah tampak kering,merah mengkilat. Nadi semakin cepat
sedangkan tekanan darah menurun,sedangkan diare menjadi lebih
sering yang kadang-kadang berwarna gelap akibat terjadi perdarahan.
Pembesaran hati dan limpa. Perut kembung dan sering berbunyi.
Gangguankesadaran. Mengantuk terus menerus, mulai kacau jika
berkomunikasi dan lain-lain.
3. Minggu Ketiga
Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di
akhir minggu. Hal itu jikaterjadi tanpa komplikasi atau berhasil
diobati. Bila keadaan membaik, gejala-gejala akan berkurang dan
temperatur mulai turun. Meskipun demikian justru pada saat
inikomplikasi perdarahan dan perforasi cenderung untuk terjadi,
akibat lepasnya kerak dariulkus. Sebaliknya jika keadaan makin
memburuk, dimana toksemia memberat denganterjadinya tanda-tanda
khas berupa delirium atau stupor,otot-otot bergerak terus,inkontinensia
alvi dan inkontinensia urin. Meteorisme dan timpani masih terjadi,
jugatekanan abdomen sangat meningkat diikuti dengan nyeri perut.
Penderita kemudianmengalami kolaps. Jika denyut nadi sangat
meningkat disertai oleh peritonitis lokalmaupun umum, maka hal ini
menunjukkan telah terjadinya perforasi usus sedangkankeringat
dingin,gelisah,sukar bernapas dan kolaps dari nadi yang teraba
denyutnyamemberi gambaran adanya perdarahan. Degenerasi
miokardial toksik merupakan penyebab umum dari terjadinya
kematian penderita demam tifoid pada minggu ketiga.
4. Minggu keempat
Merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu
ini dapat dijumpaiadanya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena
femoralis.
a. Relaps
Pada mereka yang mendapatkan infeksi ringan dengan
demikia juga hanya menghasilkankekebalan yang
lemah,kekambuhan dapat terjadi dan berlangsung dalam waktu
yang pendek.Kekambuhan dapat lebih ringan dari serangan
primer tetapi dapat menimbulkangejala lebih berat
daripada infeksi primer tersebut.Sepuluh persen dari demam
tifoid yangtidak diobati akan mengakibatkan timbulnya relaps.
b. Diagnosis
Diagnosis pasti ditegakkan dengan cara menguji sampel
najis atau darah bagi mengesankehadiran bakteri Salmonella spp
dalam darah penderita, dengan membiakkan darah padahari 14
yang pertama dari penyakit.Selain itu tes widal (O dah H
agglutinin) mulai posotif pada hari kesepuluh dan titer
akansemakin meningkat sampai berakhirnya penyakit.
Pengulangan tes widal selang 2 harimenunjukkan peningkatan
progresif dari titer agglutinin (diatas 1:200)
menunjukkkandiagnosis positif dari infeksi aktif demam
tifoid.Biakan tinja dilakukan pada minggu kedua dan ketiga
serta biakan urin pada mingguketiga dan keempat dapat
mendukung diagnosis dengan ditemukannya
Salmonella.Gambaran darah juga dapat membantu menentukan
diagnosis. Jika terdapat lekopeni polimorfonuklear dengan
limfositosis yang relatif pada hari kesepuluh dari demam,
makaarah demam tifoid menjadi jelas. Sebaliknya jika terjadi
lekositosis polimorfonuklear,maka berarti terdapat infeksi
sekunder bakteri di dalam lesi usus. Peningkatan yang cepatdari
lekositosis polimorfonuklear ini mengharuskan kita waspada
akan terjadinya perforasi dari usus penderita. Tidak selalu
mudah mendiagnosis karena gejala yangditimbulkan oleh
penyakit itu tidak selalu khas seperti di atas. Bisa ditemukan
gejala-gejala yang tidak khas. Ada orang yang setelah terpapar
dengan kuman S typhi, hanyamengalami demam sedikit
kemudian sembuh tanpa diberi obat. Hal itu bisa terjadi
karenatidak semua penderita yang secara tidak sengaja menelan
kuman ini langsung menjadisakit. Tergantung banyaknya jumlah
kuman dan tingkat kekebalan seseorang dan dayatahannya,
termasuk apakah sudah imun atau kebal. Bila jumlah kuman
hanya sedikit yangmasuk ke saluran cerna, bisa saja langsung
dimatikan oleh sistem pelindung tubuhmanusia. Namun
demikian, penyakit ini tidak bisa dianggap enteng, misalnya
nanti jugasembuh sendiri.

E. Epidemiologi dan Pencegahan


EPIDEMIOLOGI
Demam tifoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada
iklim. Kebersihan perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit
ini meskipun lingkungan hidupumumnya adalah baik. Perbaikan sanitasi
dan penyediaan sarana air yang baik dapatmengurangi penyebaran penyakit
ini.
1. Penyebaran Geografis dan Musim
Kasus-kasus demam tifoid terdapat hampir di seluruh
bagian dunia. Penyebarannya tidak bergantung pada iklim
maupun musim. Penyakit itu sering merebak di daerah
yangkebersihan lingkungan dan pribadi kurang diperhatikan.
2. Penyebaran Usia dan Jenis Kelamin
Siapa saja bisa terkena penyakit itu tidak ada perbedaan antara
jenis kelamin lelaki atau perempuan. Umumnya penyakit itu lebih
sering diderita anak-anak. Orang dewasa seringmengalami dengan
gejala yang tidak khas, kemudian menghilang atau sembuh
sendiri.Persentase penderita dengan usia di atas 12 tahun seperti bisa
dilihat pada tabel di bawahini.
3. Usia Persentase
12 – 29 tahun 70 – 80 %30 – 39 tahun 10 – 20 %> 40 tahun 5 – 10 %
4. Langkah-langkah pencegahan
Vaksinasi dengan menggunakan vaksin T.A.B (mengandung
basil tifoid dan paratifoid Adan B yang dimatikan ) yang diberikan
subkutan 2 atau 3 kali pemberian dengan interval10 hari merupakan
tindakan yang praktis untuk mencegah penularan demam tifoidJumlah
kasus penyakit itu di Indonesia cukup tinggi, yaitu sekitar 358-810
kasus per 100.000 penduduk per tahun. Suntikan imunisasi tifoid
boleh dilakukan setiap dua tahun manakala vaksin oral diambil setiap
lima tahun. Bagaimanapun, vaksinasi tidak memberikan jaminan
perlindungan 100 peratus.Minum air yang telah dimasak
sahaja. Masak air sekurang-kurangnya lima minit penuh(apabila air
sudah masak, biarkan ia selama lima minit lagi).Buat air batu
menggunakan air yang dimasak.Sekiranya sedang dalam perjalanan,
gunakan air botol atau minuman berdesis berkarbonat tanpa ais. Anda
hendaklah lebih berhati-hati dengan ais kacang atau air batucampur
yang menggunakan ais hancur, terutama sekali dalam keadaan
sekarang.Makan makanan yang baru dimasak. Jika terpaksa makan di
kedai, pastikan makananyang dipesan khas dan berada dalam keadaan
`berasap’ kerana baru diangkat dari dapur.Tudung semua makanan dan
minuman agar tidak dihinggapi lalat. Letakkan makanan ditempat
tinggi.Gunakan penyepit, senduk, sudu atau garpu bersih untuk
mengambil makanan.Buah-buahan hendaklah dikupas dan dibilas
sebelum dimakan.Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum
menyedia atau memakan makanan,membuang sampah sarap,
memegang bahan mentah atau selepas membuang air besar.Anda akan
mendapati insiden tifoid berkurangan dengan amalan ini yang
sepatutnyamenjadi tabiat seharian dan bukan hanya musim
wabak.Pilih gerai dan pengendali makanan yang bersih.Dalam
keadaan sekarang, adalah baik sekiranya orang ramai mengelak
daripada membelimakanan atau minuman daripada penjaja jalanan
terutamanya yang menjual minumansejuk.Hapuskan tempat
pembiakan lalat-lalat bagi mengelakkan pembiakan.Gunakan tandas
yang sempurna.Segeralah berjumpa doktor jika mengalami tanda-
tanda dijangkiti tifoid.Pusat Kawalan Penyakit Amerika Syarikat
mencadangkan dua tindakan asas bagi melindungi diri anda daripada
demam tifoid:
a. Rebus, masak, kupas atau lupakan sahaja.
Elakkan makanan serta minuman yang berisiko. Ini mungkin
mengejutkan anda tetapimelihat apa yang anda makan dan minum
terutamanya semasa dalam perjalanan adalahsama pentingnya seperti
anda mendapat pelalian.Dengan menghindari makanan berisiko juga
mampu melindungi diri anda daripada lain-lain penyakit seperti cirit-
birit, kolera/taun, disenteri dan hepatitis A.
b. Dapatkan pemvaksinan.
Jika anda menetap atau dalam perjalanan menuju ke negara yang biasa
diserang wabak demam kepialu, anda perlu menimbangkan
pemvaksinan menentang demam kepialu.Berjumpalah dengan doktor
untuk mengetahui lebih lanjut tentang pilihan vaksin anda.
Pada pria lebih banyak terpapar dengan kuman S. typhi dibandingkan
wanita karenaaktivitas di luar rumah lebih banyak. Semua kelompok
umur dapat tertular penyakittifoid, tetapi yang banyak adalah golongan
umur dewasa tua. Angka kejadian demamtifoid tidak dipengaruhi
musim, tetapi pada daerah-daerah yang terjadi endemik demamtifoid,
angka kejadian meningkat pada bulan-bulan tertentu. Di Indonesia,
angka kejadiandemam tifoid meningkat pada musim kemarau panjang
atau awal musim hujan. Hal ini banyak dihubungkan dengan
meningkatnya populasi lalat pada musim tersebut dan penyediaan air
bersih yang kurang memuaskan.Demam tifoid masih merupakan
masalah besar di Indonesia. Penyakit ini di Indonesia bersifat sporadik
endemik dan timbul sepanjang tahun. Kasus demam tifoid di
Indonesia,masih cukup tinggi berkisar antara 354-810 / 100.000
penduduk pertahun. Di Palembangdari penelitian retrospektif selama
periode 5 tahun ( 1990-1994) didapatkan sebanyak 83kasus ( 21,5 %)
penderita demam tifoid dengan hasil biakan darah salmonella positif
dari penderita yang dirawat dengan klinis demam tifoid. Demam tifoid
adalah penyakit yangumum di Indonesia.

F. Pengobatan
Pengobatan demam typhoid yang secara garis besar ada 3 bagian,
yaitu perawatan, diet dan obat.
1. Perawatan Penderita demam typhoid perlu dirawat di rumah sakit
untuk isolasi, obsevasi serta pengobatan (Rempengan dan Laurenz,
1993). Lama perawatan (Length of stay) demam typhoid sangat
tergantung dari tingkat keparahan penyakitnya, ketaatan dan
kedisiplinan pasien pada minum obat serta diet makanan. Pada
umumnya lama perawatan demam typhoid adalah 7 hari, pasien
dipulangkan setelah 10 hari bebas panas. Lama perawatan yang terlalu
cepat dikhawatirkan dapat meningkatkan resiko terjadinya komplikasi
dan kekambuhan kembali (Hadisapoetro,1990).
2. Diet Dengan diet optimal keadaan umum dapat membantu
mempercepat penyembuhan atau meniadakan kemungkinan terjadinya
penyakit (Sabdoadi, 1991). Beberapa peneliti menganjurkan makanan
padat dini yang wajar sesuai dengan keadaan penderita dengan
memperhatikan segi kualitas dan kuantitas. Kualitas makanan
disesuaikan kebutuhan baik kalori, protein, elektrolit, vitamin maupun
mineralnya serta diusahakan makan yang rendah atau bebas selulose,
menghindari makanan yang sifatnya iritatif. Pada penderita dengan
gangguan kesadaran maka pemasukan makanan lebih diperhatikan
perawatan. Pemberian makanan padat dini banyak memberikan
keuntungan seperti dapat menekan turunnya berat badan selama
perawatan, masa dirumah sakit dapat diperpendek, dapat menekan
penurunan kadar albumin dalam serum, dapat mengurangi
kemungkinan kejadian infeksi lain selama perawatan (Rampengan dan
Laurentz, 1993).
3. Obat Demam typhoid merupakan penyakit infeksi dengan angka
kematian yang tinggi sebelum adanya obat-obatan antimikroba (10-
15%), tetapi sejak adanya obat antimikroba terutama kloramfenikol
maka angka kematian menurun secara drastis (1-4%) (Rampengan dan
Laurent, 1993). Obat-obat antimikroba yang sering digunakan antara
lain ialah kloramfenikol, tiamfenikol, kotrimoksazol, ampiclin dan
amoksisilin, flouroquinolon (Juwono dan Prayitno, 2004). Golongan
fluoroquinolon (ofloxasin dan ciprofloxasin) adalah antibiotik pilihan
pertama untuk pengobatan demam typhoid untuk orang dewasa,
karena relatif murah, lebih toleran dan lebih cepat menyembuhkan.
Golongan flouroquinolon seperti (fleroxacin, perfloxacin) efektif
untuk pengobatan demam typhoid, tetapi tidak pada nofloxacin karena
bioaviabilitas oral rendah sehingga tidak cocok untuk demam typhoid.
Golongan fluroquinolon secara umum digunakan, beberapa negara
terjadi kontraindikasi bila diberikan pada anak-anak karena dapat
mengganggu pertumbuhan tulang rawan anak (WHO, 2003).
Pemberian antibiotik untuk memusnahkan dan menghentikan
penyebaran kuman. Antibiotik yang digunakan yaitu:
a. Flouroquinolon Flouroquinolon (Ofloxasin, Ciprofloxasin) efektif
untuk demam typhoid (Juwono, 2004). Indikasi ciprofloxasin yaitu
sebagai infeksi Gram positif (Streptococus pneumoniae dan
Enterococcus faccalis) dan Gram negatif (salmonella, shigella,
kompilobakter, neisseria dan psoudomonas). Ciprofloxasin dapat
digunakan untuk mengatasi sistem saluran cerna (termasuk demam
typhoid). Dosis siprofloxasin 500-750 mg peroral dan IV 200-400mg
2x sehari dengan lama pemberian selama 5-7 hari. Efek samping dari
ciprofloxasin yaitu nausea vomiting, diare, hyperglikemia dan
abdominal pain. Dosis ofloxasin 200- 400mg peroral dan IV 2x sehari
(BNF, 2007).
b. Kloramfenikol Kloramfenikol dicadangkan untuk penanganan infeksi
yang mengancam jiwa, terutama demam typhoid. Kloramfenikol
kontraindikasi untuk wanita hamil, menyusui dan porfiria (WHO,
2003). Kloramfenikol dapat menurunkan demam lebih cepat
dibandingkan ampicilin dan amoksisilin. Dosis untuk orang dewasa
50-75 mg/kgbb sehari oral sampai 14-21 hari, dengan efek samping
reaksi hipersensitivitas, mual muntah, diare dan sakit kepala (BNF,
2007). Dengan penggunaan kloramfenikol, demam pada demam
typhoid turun rata-rata setelah 5 hari (Juwono dan Prayitno, 2004).
c. Ko-trimoksazol (kombinasi Trimetroprim dan sulfametoksazol)
Kotrimoksazol efektif untuk carrier S. typhi dan Salmonela spesies
lain. Dosis untuk orang dewasa 480-960 mg iv dan peroral tiap 12
jam. Ko-trimoksazol mengandung 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg
trimetroprim). Efek sampingnya yaitu mual, diare, sakit kepala dan
hyperkalemia (BNF, 2007).
d. Ampicilin dan Amoksisilin Dalam hal kemampuannya untuk
menurunkan demam, efektivitas ampicilin dan amoksisilin lebih kecil
dibandingkan dengan kloramfenikol. Dosis untuk ampicilin 0,25-1g
4x sehari sehari secara oral dan iv 500mg 4-6 jam sehari. Dosis utuk
amoksisilin 250 mg setiap 8 jam peroral dan 500mg setiap 8jam untuk
iv. Digunakan sampai 14 hari bebas demam. Efek sampingnya yaitu
diare, nausea dan vomiting (BNF, 2007). Dengan ampicilin dan
amoksisilin demam pada demam typhoid turun rata-rata setelah 7-9
hari (Juwono dan Prayitno, 2004).
e. Sefalosporin generasi ke-3 Sefalosporin generasi ketiga (misalnya,
ceftriaxone, cefixime, cefotaxime, dan sefoperazone) dan azitromisin
juga efektif untuk pengobatan typhoid (Martin and Rose, 2005). Dosis
ceftriaxone 1g perhari, cefixim dosis dewasa yang dianjurkan adalah
15-20 mg/KgBB secara oral, dosis injeksi 200-400mg/hari. Dosis
cefotaxim 1g 2x sehari iv (BNF, 2007). Kontraindikasi jaundice,
acidosis, hipoalbuminemia dan hipersensitifitas sefalosporin.

G. Contoh Askep Demam Thypoid

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. A DENGAN GANGGUAN SITEM


PENCERNAAN: DEMAM TIFOID DI RUANG ANGGREK RSUD
SURAKARTA
(Muhammad Rifqi Nahdi, 60 halaman, 2015)

A. Latar Belakang
Demam tifoid atau typhoid fever adalah suatu sindrom sistemik
berat yang secara klasik disebabkan oleh Salmonella Typhi.
Salmonella Typhi termasuk dalam genus Salmonella (Garna,2012).

Demam tifoid sendiri akan sangat berbahaya jika tidak segara di


tangani secara baik dan benar, bahkan menyebabkan kematian.
Menurut data WHO (World Health Organisation) memperkirakan
angka insidensi di seluruh dunia sekitar 17 juta jiwa per tahun, angka
kematian akibat demam tifoid mencapai 600.000 dan 70% nya terjadi
di Asia. Di Indonesia sendiri, penyakit tifoid bersifat endemik,
menurut WHO angka penderita demam tifoid di Indonesia mencapai
81% per 100.000 (Depkes RI, 2013).

Masalah utama yang sering terjadi pada pasien penderita demam


tifoid anatara lain adalah demam, demam sering di jumpai, biasanya
demam lebih dari seminggu, pada penderita demam tifoid juga
ditemui masalah mual, muntah, nyeri abdomen atau perasaan tidak
enak di perut, diare (Nani, 2014)
Komplikasi yang muncul pada demam tifoid ada beberapa yaitu
pada usus: perdarahan usus, melena, perforasi usus, peritonis, organ
lain yaitu meningitis, kolesitis, ensefalopati dan pneumonia (Garna,
2012).

B. Tujuan Laporan Kasus


Tujuan Umum:

Mengetahui cara penanganan dan perawatan pada pasien anak dengan


masalah demam tifoid.

Tujuan Khusus:

1. Dapat melaksanakan pengkajian pada pasien anak dengan masalah


demam tifoid.
2. Dapat mengetahui metoda cara mendiagnosis atau merumuskan masalah
keperawatan pada pasien demam tifoid.
3. Dapat menyusun rencana keperawatan pada pasien anak dengan
masalah demam tifoid.
4. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien anak dengan
masalah demam tifoid.
5. Dapat mengetahui hasil evaluasi pada pasien anak dengan masalah
demam tifoid.
C. TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran cerna, dengan gejala demam lebih dari 1 minggu,
gangguan pada pencernaan, gangguan kesadaran (Sodikin, 2011).
Demam tifoid ialah suatu sindrom sistemik terutama di
sebabkan oleh Salmonella Thyphi. Demam tifoid merupakan jenis
terbanyak dari jenis Salmonellosis. Jenis lain dari demam enteric
adalah demam paratifoid yang di sebabkan oleh S. Paratyphi A, S.
Schottmuelleri, dan S. Hirschfeldii (Widagdo, 2011).
Etiologi
Penyebab terjadinya demam tifoid adalah bakteri Salmonella
Typhi, kuman salmonella typhi berbentuk batang, gram negative, tidak
o
berspora, berkapsul tumbuh baik di suhu 37 C. Manusia merupakan
satu satunya natural reservoir. Kontak langsung atau tidak langsung
dengan individu yang terinfeksi merupakan hal penting terjadinya
infeksi (Ardyansyah, 2012).

Tanda Gejala

Manifestasi klinik tergantung pada umur yang di bedakan yaitu


usia sekolah sampai adolesen, bayi sampai umur 5 tahun, dan pada
neonates (Widagdo, 2011).

1. Anak usia sekolah dan adolesen.


Awalnya penyakit ini samar. Gejala awal demam, lesu,
anoreksia, mialgia, sakit kepala dan sakit perut gejala ini
berlangsung selama 2-3 hari. Mual dan muntah bila timbul pada
minggu ke-2 atau 3 merupakan tanda adanya komplikasi.
Mungkin dijumpai gejala

mimisan dan batuk, dan lateragi. Suhu badan naik secara


remiten dan meningkat dalam 1 minggu, kemudian menetap
0
pada suhu 40 C. Dalam minggu ke-2, suhu bertahan tinggi,
dan gejala yang ada nampak makin berat.

Patofisiologi
Kuman Salmonella Typhi yang masuk ke saluran gastrointestinal
akan ditelan oleh sel-sel fagosit ketika masuk melewati mukosa.
Sebagian dari Salmonella Typhi ada yang dapat masuk melalui usus
halus mengadakan invaginasi ke jaringan limfoid usus halus.
Kemudian Salmonella Typhi, masuk melalui folikel limpa ke saluran
limpatik dan sirkulasi darah sistemik sehingga terjadi bakterimia.
Bakterimia pertama-tama menyerang system retikulo endothelial
(RES) selanjutnya akan di kolonisasi melalui saluran limfe. Limfe
yang mengalir duktus torasikus menghantarkan organisme masuk
melalui aliran darah, dari sini terjadi desminasi ke seluruh organ jauh.
Sel retikulo di sumsum tulang, hati, dan limpa meamakan bakteri yang
menyebar secara hematogen, yang kadang menimbulkan fokus
infeksi. Organisme yang menyebar melalui darah kemudian
selanjutnya mengenai seluruh organ didalam tubuh seperti di sitem
saraf pusat, ginjal, dan jaringan limpa. (Rudholph, 2014).

D. ASUHAN KEPERAWATAN
Identitas Pasien
Nama : An. A
Umur : 7 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Tempel, Banyuanyar
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Bp. T
Umur : 35 tahun
Agama : Islam
Alamat : Tempel, Banyuanyar
Hubungan dengan pasien : Ayah
Catatan Masuk Rumah Sakit
Tanggal Masuk : 15-04-2015
Jam Masuk : 07.30 WIB
Tanggal pengkajian : 15-04-2015
Jam pengkajian : 08.30 WIB
No CM : 02xxxx
Bangsal : Anggrek
Diagnosa Masuk : Demam Tifoid
Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Keluarga pasien mengatakan anaknya panas kurang lebih 5 hari.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluarga pasien mengatakan anaknya panas 5 hari sejak tanggal
10-04-2015 dan diare, kemudian di bawa ke puskesmas akan tetapi
tidak kunjung sembuh. Pada tanggal 15-04-2015 pasien di bawa ke
IGD RSUD Surakarta pukul 07.00 WIB pasien mendapat therapy
RL 10 tpm lalu mendapatkan injeksi ceftriaxone 1gr, ondansentron
4mg, lalu di bawa ke bangsal anggrek pukul 08.00 WIB.
Data fokus
DS:
a. Keluarga pasien mengatakan an. A panas 5 hari tidak turun.
b. Keluarga mengatakan an. A tidak nafsu makan.
c. Keluarga mengatakan an. A tidak dapat tidur dengan pulas karena an. A
merasa tidak nyaman.
d. An. A mengatakan ingin cepat pulang.
DO:
a. BB:20kg Tb:100cm.
4o
b. Ttv: Rr: 20x/m T:38 C N: 105x/m.
c. Rl 10tpm 24jam = 960 cc.
d. Minum 2x sehari menggunakan gelas 200cc = 400cc.
e. BAK warna kuning pekat 500ml/hari.
f. Iwl = 300cc/24jam.
g. Kebutuhan cairan 1500cc/hari.
h. Input: 960 + 400 = 1360cc/hari.
i. Output: 300 + 500 = 800cc/hari.
j. Balance cairan = 560cc.
k. A= Bb:20kg Tb:100cm B=hematokrit 36%vol C= pasien tampak lemah
D= makan tidak di habiskan hanya habis 3 sendok.
l. Hasil lab widal (+).
m. Pasien tampak lemah.
n. Pasien tampak gelisah.
o. Pasien takut ketika di datangi perawat.
Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi b.d inflamasi penyakit.
b. Kekurangan volume cairan b.d asupan cairan yang tidak adekuat.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d kehilangan nafsu
makan.
d. Cemas b.d faktor perubahan lingkungan.
Intervensi

N Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


o kriteria hasil

1 Hipertermi Setelah di 1. Pantau ttv. 1.Untuk


. b.d lakukan 2.Ajarkan pasien/ mengetahui
inflamasi keperawatan keluarga dalam status suhu.
penyakit. selama 3x24 mengukur suhu 2. agar keluarga
jam pasien untuk mencegah dan dapat mengerti
menunjukan mengenali secara dan mencegah
suhu tubuh dini hipertermia dampak
dalam batas 3.Berikan kompres komplikasi.
normal. hangat. 3. Kompres
KH: 4.Anjurkan asupan hangat
1. ttv dalam oral 2 liter per hari. menyebabkan
batas normal. 5.Kolaborasi vasodilatasi
pemberian sehingga terjadi
antipiretik. perpindahan
panas secara
evoforasi.
4.menghindari
dehidrasi.
5.untuk
menurunkan
panas.

2 Kekuranga Setelah 1. pantau ttv, suhu 1.untuk


. n volume dilakukan dan nadi. mengetahui
cairan b.d tindakan 2. pantau input dan status suhu dan
asupan keperawatan output cairan. nadi pasien.
yang tidak selama 3. atur input dan out 2.menganalisis
ade kuat. 3x24jam put. data untuk
kebutuhan 4. tawarkan mengatur
cairan minuman kesukaan keseimbangan
terpenuhi pasien. cairan.
.KH: 5. laporkan catatan 3. meningkatkan
1.nilai ttv haluan kurang dari keseimbangan
dalam batas kebutuhan. cairan dan
normal. mencegah

22
2. balance komplikasi.
cairan 4.agar anak
seimbang. tertarik untuk
minum.
5. memberikan
program therapy
selanjutnya.

3 Ketidaksei Setelah 1.Identifikasi factor 1.mengetahui


. mbangan dilakukan yang mempengaruhi penyebab
nutrisi tindakan kehilangan nafsu kehilangan nafsu
kurang dari keperawatan makan. makan.
kebutuhan selama 2.beri makanan yang 2.menarik
b.d 3x24jam sesuai dengan perhatian agar
kehilangan pasien pilihan pribadi. pasien mau
nafsu mencukupi 3.berikan makanan makan.

makan. status gizi. bergizi tinggi dan 3.memenuhi


KH: bervariasi. kebutuhan gizi
1.muncul 4.berikan informasi pasien dan
nafsu makan. yang tepat tentang menarik.
2.pasien mau kebutuhan nutrisi. perhatian pasien
makan. 5.kolaborasi ahli 4.agar orangtua
gizi. dan pasien
mengetahui
pemenuhan

23
kebutuhan
nutrisi.
5.pemberian
makanan yang
tepat.

4 Cemas b.d Setelah 1.kaji penyebab 1.mengetahui


. faktor dilakukan cemas. penyebab cemas.
lingkungan tindakan 2.sediakan 2.mengalihkan
. keperawatan pengalihan perhatian pasien agar tidak
selama seperti video,tv,dll. cemas.
3x24jam 3.informasikan 3.agar keluarga
cemas kepada keluarga mengetahui
berkurang. tentang gejala pasin mengalami
KH: cemas. cemas.
1.tingkat 4.berikan obat untuk 4.membantu
cemas menurunkan cemas menurunkan
berkurang jika perlu. ansietas.

E. PEMBAHASAN
Penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada An. A
dengan Demam tifoid di ruang anggrek RSUD Surakarta. Pembahasan
ini akan membandingkan kesenjangan antara teori dan kenyataan yang
diperoleh.
Pengkajian

24
1. Data fokus yang terdapat pada teori dan terdapat di dalam
kasus, yaitu: Demam
Pada saat di lakukan pengkajian yang dilakukan kepada pasien
4o
ditemukan suhu tubuh 38 C dan keluarga pasien mengatakan
anaknya sudah panas sejak 5 hari.

Anoreksia

Pada saat di lakukan pengkajian kepada pasien di temukan


data anak tidak mau makan dan minum, makan hanya habis 3
sendok dan minum hanya 2 gelas.

Pemberian Antipiretik

Antipiretik adalah adalah zat zat yang dapat mengurangi suhu


tubuh atau obat untuk menurunkan panas. Hanya menurunkan
temperatur tubuh saat panas tidak efektif untuk suhu normal
(Inke, 2012). Pada saat pengkajian terjadi kesalahan penulis
yaitu tentang pemberiaan biolysin sirup. Biolysin sirup adalah
suplemen makanan yang berisikan multi vitamin bukan
antipiretik.

Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa yang muncul pada kasus dan teori :
Hipertemi berhubungan dengan proses infeksi penyakit
(Wilkinson,2013). Setelah dilakukan pengkajian penulis
mendapatkan data-data pendukung yang dapat digunakan untuk
menegakkan diagnosa yaitu data subyektif ibu pasien mengatakan
40
anaknya panas kurang lebih 5 hari, data obyektif suhu 38, C
diukur dengan termometer melalui aksila, nadi 105 x/menit.
Penulis memprioritaskan masalah ini sebagai diagnosa pertama
karena penulis beranggapan bahwa kebutuhan pasien pada
masalah ini untuk menurunkan suhu tubuh ke dalam batas

25
normal . Karena jika tidak di atasi dengan segera akan
mengakibatkan komplikasi kejang berkelanjutan , epilepsi,
dehidrasi dan kematian (Sodikin, 2012).
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan
yang tidak adekuat (Wilkinson, 2013). Penulis menyadari
kesalahan penulis dalam menegakan diagnosa, penulis harusnya
menegakan diagnosa resiko kekurangan volume cairan dan
penulis juga melakukan kesalahan dalam penghitungan cairan.
Resiko kekurangan volume cairan adalah kondisi dimana individu
yang beresiko mengalami dehidrasi vascular, selular, atau
intraselular. Dalam hal ini penulis seharusnya menegakan
diagnosa resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
asupan cairan yang tidak adekuat, kesalahan penulis terhadap
penghitungan balance cairan, selama di rumah sakit an. A
mendapatkan infuse 720cc/hari cara menghitung infuse adalah
jumlah tpm / factor tetesan x60x24. Jumlah Tpm 10/20 x 60 x 24
=720. lalu minum 400cc/hari dan dari makanan 50cc dalam sehari
pasien mendapat asupan cairan 1170cc/hari sedangankan
kebutuhan cairan pasien 1500cc/hari bisa di artikan bahwa bahwa
kebutuhan cairan pasien sudah terpenuhi. Setelah di lakukan
pengkajian di dapatkan data-data yang dapat menegakan diagnosa
antara lain.
subjektif: ibu pasien mengatakan pasien hanya minum 2 gelas tiap
hari gelas berukuran 200ml. Objektif: input= 1170cc/hari output=
800cc/hari, balance cairan -370cc/hari, mukosa bibir kering,
4o
suhu=38 C, pasien tampak lemah.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kehilangan nafsu makan (Wilkinson, 2013).
Setelah dilakukan pengkajian penulis mendapatkan data-data
pendukung yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa

26
yaitu data subyektifnya ibu pasien mengatakan nafsu makan anak
menurun, sedangkan data obyektif: anak tampak lemah, makan
tidak di habiskan hanya habis 3 sendok tiap makan,hematokrit
36%vol, berat badan 20kg, tinggi badan 100 cm. Penulis
mengangkat masalah ini sebagai diagnosa keperawatan yang ke
tiga karena diagnosa ini mencerminkan kebutuhan jangka panjang
pasien.

Diagnosa yang muncul pada kasus tapi tidak ada dalam teori

Cemas berhubungan dengan faktor perubahan lingkungan.


Setelah dilakukan pengkajian di penulis menemukan data yang
dapat mengakat diagnosa, sebagai berikut : subyektif : ibu pasien
mengatakan pasien tidak dapat tidur dengan pulas, pasien
mengatakan ingin cepat pulang obyektif : pasien telihat gelisah,
pasien ketakutan ketika dihampiri perawat, N:105x/menit.
Diagnosa cemas penulis prioritaskan menjadi diagnosa ke emapat
karena menurut hierarki maslow kebutuhan rasa aman yang harus
terpenuhi nomer 2.diagnosa cemas digunakan jika cemas
mengganggu rasa kenyaman sesorang (Lyndon, 2013).

F. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai tentang asuhan keperawatan


pada An. A dengan gangguan sistem pencernaa : Demam Tifoid, maka
penulis memberikan kesimpulan dan saran untuk meningkatkan mutu
asuhan keperawatan sebagai berikut.

Simpulan

Demam tifoid atau Typhoid Faver adalah suatu sindrom sistemik berat
yang secara klasik di sebabkan oleh Salmonella Typhi. Salmonella
Syphi termasuk dalam genus Salmonella (Garna, 2012).

27
Dalam memberi asuhan keperawatan pada An. A yang penulis lakukan
dari pengkajian sampai evaluasi dari tanggal 15-17 april 2015, penulis
menemukan data bahawa an. A demam, tidak nafsu makan dan
minum, badan lemas, mukosa bibir kering,makan tidak di habiskan,
pasien gelisah dan takut ketika di hampiri perawat.

Dari data yang di temukan perawat terdapat 4 masalah keperawatan


yang muncul setelah didapatkan data fokus dan analisa data yang
sudah di perioritaskan dan di benarkan pada bab IV. Diagnosa pertama
adalah hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi penyakit,
kemudian diagnosa resiko kekurangan volume cairan berhubungan
dengan asupan cairan yang tidak adekuat, kemudian ketidak
seimbangan nutrisi berhubungan intake yang tidak adekuat,kemudian
cemas berhubungan dengan faktor perubahan lingkungan.

Rencana dan tindakan yang dilakukan perawat adalah melakukan


kompres hangat, menghitung balance cairan, melakukan kolaborasi
dengan ahli gizi tentang pemberian nutrisi yang tepat, dan
memperlihatkan video agar anak senang dan tidak cemas. Pelaksanaan
asuhan keperawatan pada an. A yang telah di berikan melalui tindakan
keperawatan berjalan lancer karena kluarga cukup kooperatif.

Evaluasi secara umum dari ke empat diagnose yang di prioritaskan 3


masalah telah tertasi di buktikan dengan suhu pasien sudah mulai
o
turun mejadi 37 C, an. A mau minum 7 gelas perhari, dan an. A mulai
terbuka dan akrab dengan perawat sedangkan 1 masalah belum
teratasi yaitu an. A belum timbul nafsu makan.

Saran

1. Penulis

28
Diharapkan penulisdapat menggunakan atau memanfaatkan waktu
sefektif mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan pada pasien secara optimal.

2. Pasien dan keluarga

Diharapkan keluarga selalu berpaparan langsung dengan pasien


untuk mengawasi dan memantu menghindari faktor – faktor
pencetus yang dapat membuat penyakit Demam Tifoid pada pasien
kambuh.

3. Perawat

Diharapkan perawat berperan aktif dalam peningkatan pengobatan


bagi pasien penyakit Demam Tifoid.

29
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
HCL (asam lambung) dalam lambung berperan sebagai penghambat
masuknyaSalmonella spp dan lain-lain bakteri usus. Jika Salmonella
spp masuk bersama-samacairan, maka terjadi pengenceran HCL yang
mengurangi daya hambat terhadapmikroorganisme penyebab penyakit yang
masuk. Daya hambat HCL ini akan menurun pada waktu terjadi
pengosongan lamung, sehingga Salmonella spp dapat masuk ke dalamusus
penderita dengan lebih senang. Salmonella spp seterusnya memasuki
folikel-folikellimfe yang terdapat di dalam lapisan mukosa atau submukosa
usus, bereplikasi dengancepat untuk menghasilkan lebih banyak Salmonella
spp.Demam tifoid adalah penyakit yang penyebarannya melalui saluran
cerna (mulut,esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar,
dstnya). S typhi masuk ke tubuhmanusia bersama bahan makanan atau
minuman yang tercemar.

B. Saran
1. Demam tifoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada
iklim. Kebersihan perorangan yang buruk merupakan sumber dari
penyakit ini meskipun lingkungan hidupumumnya adalah baik.
2. Dengan kasus demam typoid, semoga bisa menjadi acuan pemahaman
mengenai bagian-bagian yang terkait dengan demam typoid, dan dapat
mengetahui cara pencegahan yang benar.

30
31

Anda mungkin juga menyukai