Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perawat sebagai profesi dalam bidang kesehatan dituntut untuk
memberikan pelayanan yang professional dan berorientasi pada paradigma
sehat sesuai dengan paradigma keperawatan yang dimiliki. Perawat
memberikan pelayanan di rumah sakit 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam
seminggu, serta mempunyai kontak yang konstan dengan pasien. Oleh
karena iru, palayanan keperawatan di rumah sakit merupakan bagian dari
integral dari pelayanan kesehatan yang mempunyai konstribusi yang
sangat menentukan kualitas pelayanan rumah sakit. Sehingga setia pupaya
untuk peningkatan pelayanan rumah sakit juga diikuti upaya peningkatan
kualitas pelayanan keperawatan.
Pelayanan keperawatan di rumah sakit bertujuan untuk memenuhi
Kebutuhan dasar manusia, yang diberikan dalam bentuk asuhan
keparawatan, dilakukan melalui proses pengkajian terhadap penyebab
utama tidak terpenuhi kebutuhan dasar manusia, penentuan diagnosis
keperawatan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan
pengevaluasian. Seluruhproses diatas disebut proses keperawatan.Saat ini
banyak perawat yang tidak mengerti peraturan tentang praktik
keperawatan serta batasan-batasan legal keperawatan. Ini dapat memicu
terjadinya Overlapping antara perawat dan dokter dalam praktik pelayanan
kesehatan.
Praktik keperawatan yang aman mencakup pemahaman tentang
batasan legal dimana perawat harus berfungsi. Seperti halnya dengan
semua aspek keperawatan saat ini, pemahaman tentang implikasi hukum
mendukung pikiran kritis pada bagian perawat. Perawat harus memahami
hukum untuk melindungi dirinya dari pertanggungjawaban dan untuk
melindungi hak-hak klien. Diharapkan perawat dapat memandang
informasi yang mengikutinya sebagai dasar pemahaman apa yang

1
diharapkan oleh masyarakat kita dari pemberi asuhan keperawatan
professional.
Di sisi lain, semakin lama seorang perawat dalam mengabdi dan
menjalankan profesinya diharapkan bisa semakin memahami tentang
hukum keperawatan yang berlaku, agar dapat menjalankan profesi
keperawatan dengan baik dan dapat mengabdikan diri secara benar kepada
mesyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian dan Kriteria dari Profesi ?
2. Apa Saja Hakikat Profesi ?
3. Bagaimana Pergeseran yang Mendasar Menuju Terwujudnya Suatu
Profesi ?
4. Apa itu Keperawatan dan Pelayanan Keperawatan ?
5. Apa Arti dan Makna Dari Keperawatan Sebagai Suatu Profesi ?
6. Bagaimana Proses Profesionalisasi Keperawatan ?
7. Bagaimana Pengembangan Pelayanan Keperawatan Profesional ?
8. Bagaimana Menghadapi Tuntutan Perkembangan Masa Depan ?
9. Bagaimana Langkah Penting Dalam Proses Profesionalisme ?
10. Apa Peran Perawat ?
11. Apa Fungsi Perawat ?
12. Apa Saja Tanggung Jawab Perawat ?
13. Apa Saja Tugas Perawat Berdasarkan Fungsi Dalam Pemberian
Askep ?

C. TUJUAN
1. Memahami Pengertian dan Kriteria dari Profesi.
2. Memahami Hakikat Profesi.
3. Memahami Pergeseran yang Mendasar Menuju Terwujudnya Suatu
Profesi.
4. Memahami Keperawatan dan Pelayanan Keperawatan.
5. Memahami Arti dan Makna Dari Keperawatan Sebagai Suatu
Profesi.
6. Memahami Proses Profesionalisasi Keperawatan.
7. Memahami Pengembangan Pelayanan Keperawatan Profesional.
8. Memahami Menghadapi Tuntutan Perkembangan Masa Depan.
9. Memahami Langkah Penting Dalam Proses Profesionalisme.
10. Memahami Peran Perawat.

2
11. Memahami Fungsi Perawat.
12. Memahami Tanggung Jawab Perawat.
13. Memahami Tugas Perawat Berdasarkan Fungsi Dalam Pemberian
Askep.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Kriteria Profesi


Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa
Inggris “Profess”, yang dalam bahasa Yunani adalah “Επαγγελια”, yang
bermakna: “Janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu tugas
khusus secara tetap/permanen”.

3
Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan
penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya
memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi
yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada
bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer, teknik dan desainer.
Seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu,
disebut profesional. Walaupun begitu, istilah profesional juga digunakan
untuk suatu aktivitas yang menerima bayaran, sebagai lawan kata
dariamatir. Contohnya adalah petinju profesional menerima bayaran untuk
pertandingan tinju yang dilakukannya, sementara olahraga tinju sendiri
umumnya tidak dianggap sebagai suatu profesi.
Menurut Muchtar Luthfi dari Universitas Riau (lihat Mimbar,3,
1984:44), seseorang disebut memiliki profesi bila ia memenuhi 8 (delapan)
kriteria dan Selanjutnya ditambah 2 (dua) kriteria lainnya oleh Finn (1953,
lihat Miarso, 1986:28-29) sebagai berikut:
1. Profesi harus mengandung keahlian.
Artinya, suatu profesi itu mesti ditandai oleh suatu keahlian
yang khusus untuk profesi itu. keahlian itu tidak dimiliki oleh
profesi lain. keahlian itu diperoleh dengan cara mempelajarinya
secara khusus; profesi bukan diwarisi.
2. Profesi dipilih karena panggilan hidup dan dijalani sepenuh waktu.
Artinya, profesi dipilih karena dirasakan sebagai
kewajiban; sepenuh waktu maksudnya dijalani dalam jangka yang
panjang bahkan seumur hidup; bukan part-time, melainkan full-
time; bukan dilakukan sebagai pekerjaan sambilan atau pekerjaan
sementara yang akan ditinggalkan bila ditemukan pekerjaan lain
yang dirasakan lebih menguntungkan.
3. Profesi memiliki teori-teori yang baku secara universal.
Artinya, profesi itu dijalani menurut aturan yang jelas,
dikenal umum, teorinya terbuka. secara universal pegangannya itu
diakui.
4. Profesi adalah untuk masyarakat, bukan untuk diri sendiri.
Maksudnya ialah profesi itu merupakan alat dalam
mengabdikan diri kepada masyarakat, bukan untuk kepentingan

4
diri sendiri seperti untuk mengumpulkan uang atau mengejar
kedudukan. Apakah dengan demikian pemegang profesi tidak
boleh menerima uang. atau dilarang menduduki jabatan? Kiranya
tidaklah demikian. Pemegang profesi boleh menerima uang,
kedudukan, tetapi hal itu hanyalah sebagai penghargaan
masyarakat atau negara terhadap profesi. penghargaan itu layak
diterimanya, dan masyarakat memang wajar memberinya.
5. Profesi harus dilengkapi dengan kecakapan diagnostik dan
kompetensi aplikasi.
Kompetensi dan kecakapan itu diperlukan untuk
meyakinkan peran profesi itu terhadap kliennya.
Kecakapan diagnostik sudah jelas kelihatan pada profesi
kedokteran. akan tetapi, kadang kala ada profesi yang kurang jelas
kecakapan diagnostiknya; ini tentu disebabkan oleh belum
berkembangnya teori dalam profesi itu. Kompetensi aplikatif
adalah kewenangan menggunakan teori-teori yang ada dalam
keahliannya. Penggunaan itu harus didahului oleh diagnosis.
seseorang yang tidak mampu mendiagnosis tentu tidak berwenang
melakukan apa-apa terhadap kliennya.
6. Pemegang profesi memiliki otonomi dalam melakukan tugas
profesinya.
Otonomi ini hanya dapat dan boleh diuji atau dinilai oleh
rekan-rekan seprofesinya. tegasnya, tidak boleh semua orang
berbicara dalam semua bidang yang bukan keahliannya.
7. Profesi mempunyai kode etik, disebut kode etik profesi.
Gunanya ialah untuk dijadikan pedoman dalam melakukan
tugas profesi. kode etik itu tidak akan bermanfaat bila tidak diakui
oleh pemegang profesi dan juga oleh masyarakat.
8. Profesi harus mempunyai klien yang jelas, yaitu orang yang
membutuhkan layanan.
Klien disini maksudnya ialah pemakai jasa profesi.
Pemakai profesi kedokteran adalah orang sakit atau orang yang
tidak ingin sakit. Klien guru adalah murid. Klien tukang las adalah
pemilik barang yang perlu dilas. demikian selanjutnya.

5
9. profesi memerlukan organisasi profesi yang kuat.
Gunanya adalah untuk keperluan meningkatkan mutu dan
memperkuat profesi itu sendiri.
10. Profesi harus mengenali dengan jelas hubungannya dengan profesi
lain.
Pengenalan ini terutama diperlukan karena ada kalanya
suatu garapan melibatkan lebih dari satu profesi dan bahkan
sebenarnya tidak ada asfek kehidupan yang hanya ditangani oleh
satu profesi saja. misalnya, profesi pengobatan bersangutan erat
dengan masalah-masalah kemasyarakatan, ekonomi, agama bahkan
politik.oleh karena itu dokter harus juga mengetahui sangkutan
profesinya dengan profesi lain tersebut.
Kecenderungan spesialisasi hendaknya dibatasi pada
pendalaman untuk meningkatkan teori-teori dalam profesinya. ini
tidak diartikan “hanya berkewajiban mengetahui teori-teori dalam
profesinya”. spesialisasi yang tidak mengenal apa-apa yang ada di
lingkungannya bukanlah profesi, karena spesialisasi seperti itu
tidak akan mampu melayani kliennya. kliennya adalah objek yang
tidak terlepas dari lingkungannya.

B. Hakikat Profesi
Suatu pekerjaaan yang membutuhkan pengetahuan dan
keterampilan yang berkualitas tinggi dalam melayani atau mengabdi pada
kepentingan umum untuk mencapai kesejahteraan manusia. Keterampilan
teknis yang didukung oleh pengetahuan dan sikap kepribadian tertentu
yang dilandasi oleh norma norma yang mengatur perilaku anggota profesi.

C. Pergeseran yang mendasar menuju terwujudnya suatu profesi


Pergeseran yang mendasar menuju terwujudnya suatu profesi :
1. Vokasional (pekerjaan) profesional (pengetahuan ilmiah).
2. Masa peralihan F. Nightingale sebelum dan sesudahnya yaitu dari
penguasaan prosedur tindakan hingga penekanan kepada landasan
pengetahuan ilmiah serta penguasaan dan pelaksanaan pada asuhan
keperawatan.

6
3. Lokakarya Nasional Keperawaatan 1983 : keperawatan adalah
suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat
baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia.
4. Fokus perhatian keperawatan disimpulkan : keperawatan adalah
science dan art, profesi yang berorientasi kepada pelayanan,
keperawatan mempunyai 4 tingkatan klien (individu, keluarga,
kelompok dan komunitas) serta yang keperawatan mencakup
seluruh rentang yang kesehatan.

D. Keperawatan dan Pelayanan Keperawatan


Keperawatan adalah suatu bentuk layanan kesehatan profesional
dan bagian integral dari layanan kesehatan yang berlandaskan ilmu dan
kiat keperawatan berbentuk bio, psiko, sosial, dan spritual. Layanan
keperawatan kepada klien dilakukan dengan menggunakan metode proses
keperawatan. Penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan
untuk klien merupakan salah satu wujud tanggung jawab perawat terhadap
klien.
Pelayanan keperawatan adalah merupakan sebuah bantuan, dan
pelayanan keperawatan ini diberikan karena adanya kelemahan fisik dan
mental, adanya keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan
menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari – hari
secara mandiri. Pada hakikarnya kegiatan atau pun tindakan
keperawatan bersifat membantu (assistive in nature). Perawat dalam hal ini
membantu klien atau pasien mengatasi efek - efek dari masalah – masalah
sehat maupun sakit (health illness problems) pada kehidupan sehari-
harinya. Demikian yang dimaksud dengan pengertian pelayanan
keperawatan.

E. Arti dan Makna Keperawatan Sebagai Suatu Profesi

7
Keperawatan yang semula belum jelas ruang lingkupnya dan
batasannya, secara bertahap mulai berkembang. Pengertian perawat dan
keperawatan itu sendiri diartikan oleh pakar keperawatan dengan berbagai
cara dalam berbagai bentuk rumusan, seperti oleh Florence Nightingale,
Goodrich, Imogene King, Virginia Henderson, dan sebagainya.
Masih banyak di kalangan masyarakat kita bahwa profesi
perawat bila di rumah sakit adalah 'pembantu dokter'. Seorang perawat
banyak diartikan serta dipersepsikan sebagai seseorang yang hanya
menuruti kata dokter dan bisa di suruh-suruh seenaknya. Semua itu jelas
salah total. Dan asumsi yang masih banyak di masyarakat ini memang
harus dikikis habis. Perawat itu bukan pembantu dokter melainkan sebuah
profesi yang sebenarnya setingkat dengan dokter. Bila dokter adalah dalam
hal medisnya sedangkan perawat dengan profesi perawat tentunya
bertugas dan berperan di bidang keperawatan itu sendiri.
Kita sedikit mengulas kembali bahwasannya pengertian
keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang
komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik
sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Berdasarkan penggunaan asuhan keperawatan dalam praktek
keperawatan ini, maka keperawatan dan juga profesi perawat dapat
dikatakan sebagai profesi yang sejajar dengan profesi dokter, apoteker,
dokter gigi, radiologi, dan lain-lain. Maka untuk itulah dikatakan bahwa
perawat adalah sebuah profesi.
Keperawatan bisa dikatakan sebagai sebuah profesi karena
memiliki beberapa hal, sebagai berikut :
1. Landasan ilmu pengetahuan yang jelas (Scientific Nursing).
Landasan ilmu pengetahuan keperawatan yang dimaksud itu adalah
diantaranya cabang ilmu keperawatan klinik, ilmu keperawatan
dasar, cabang ilmu keperawatan komunitas , cabang ilmu
penunjang.

8
2. Mempunyai kode etik profesi. Satu hal bahwa keperawatan adalah
profesi salah satunya mempunyai kode etik keperawatan. Kode etik
keperawatan pada tiap negara berbeda-beda akan tetapi pada
prinsipnya adalah sama yaitu berlandaskan etika keperawatan yang
dimilikinya, dan di negara Indonesia memiliki kode etik
keperawatan yang telah ditetapkan pada musyawarah nasional
dengan nama kode etik keperawatan Indonesia.

3. Pendidikan berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggi.


Perawat sebagai profesi karena Di Indonesia berbagai jenjang
pendidikan keperawatan telah dikembangkan dengan mempunyai
standar kompetensi yang berbeda-beda mulai dari jenjang D III
Keperawatan sampai dengan S3 akan dikembangkan.

4. Memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktik dalam


bidang profesi. Keperawatan dikembangkan sebagai bagian
integral dari Sistem Kesehatan Nasional. Oleh karena itu sistem
pemberian asuhan keperawatan (askep) dikembangkan sebagai
bagian integral dari sistem pemberian pelayanan kesehatan kepada
masyarakat yang terdapat di setiap tatanan pelayanan kesehatan.
Pelayanan atau askep yang dikembangkan bersifat humanistik atau
menyeluruh didasarkan pada kebutuhan klien, berpedoman pada
standar asuhan keperawatan dan etika keperawatan.

5. Mempunyai perhimpunan Organisasi Profesi. Perawat dikatakan


sebagai profesi karena keperawatan memiliki organisasi profesi
sendiri yaitu PPNI. Profesi perawat diakui karena memang
keperawatan harus memiliki organisasi profesi yakni yang disebut
dengan PPNI. organisasi profesi ini sangat menentukan
keberhasilan dalam upaya pengembangan citra keperawatan
sebagai profesi serta mampu berperan aktif dalam upaya

9
membangun keperawatan profesional dan berada di garda depan
dalam inovasi keperawatan di Indonesia.

6. Pemberlakuan Kode etik keperawatan. Profesi perawat dikatakan


sebagai sebuah profesi karena dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan, perawat profesional selalu menunjukkan sikap dan
tingkah laku profesional keperawatan sesuai kode etik
keperawatan.

7. Otonomi. Keperawatan memiliki kemandirian, wewenang, dan


tanggung jawab untuk mengatur kehidupan profesi, mencakup
otonomi dalam memberikan askep dan menetapkan standar asuhan
keperawatan melalui proses keperawatan, penyelenggaraan
pendidikan, riset keperawatan dan praktik keperawatan dalam
bentuk legislasi keperawatan ( KepMenKes No.1239 Tahun 2001 ).

F. Proses Profesionalisasi Keperawatan


Proses profesionalisasi keperawatan bertujuan untuk memperoleh
hasil asuhan keperawatan yang bermutu, efektif, dan efisien sesuai dengan
kebutuhan pelaksanaannya yang dilakukan secara sistematis,dinamis,dan
berkelanjutan.
1. Fungsi Proses Profesionalisasi Keperawatan, sebagai berikut :
a) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan
ilmiah bagi tenaga keperawatan dalam memecahkan
masalah klien melalui asuhan keperawatan.
b) Memberikan ciri profesionalisasi asuhan keperawatan
melalui pendekatan pemecahan masalah dan pendekatan
komunikasi yang efektif dan efisien.
c) Memberi kebebasan pada klien untuk mendapat pelayanan
yang optimal sesuai dengan kebutuhannya dalam
kemandiriannya di bidang.
2. Azas-azas Profesionalisasi Keperawatan
a) Keterbukaan,kebersamaan,dan kemitraan.

10
b) Manfaat,semua kebutuhan /tindakan yang harus diambil
harus bermanfaat bagi kepentingan pasie,tenaga
keperawatandan institusi.
c) Interdeperdensi,tersapat saling bertegantungan antara
tenaga keperawatan dalam merawat pasien.
d) Saling menguntungkan,masing-masing pihak yang terlibat
dalam hal ini perawat, klien dan institusi memperoleh
kepuasan.
3. Manfaat Penggunaan Proses Profesionalisasi Keperewatan
a) Manfaat untuk pasien
1) Mendapatkan pelayanan keperawatan yang bermutu
efektif dan efisien.
2) Pasien bebas mengemukakan pendapat atau
kebutuhannya demi mempercepat kesembuhan.
3) Melalui proses sistimatik, proses kesembuhan dapat
dipercaya dan pasien mendapat kepuasan dari
pelayanan yang diberikan.
b) Manfaat untuk tenaga keperawatan
1) Kemampuan intelektual dan teknis tenaga
keperawatan dapat berkembang sehingga
kemampuan perawat baik dalam berpikir
kritisanalitis maupun keterampilan teknis juga
meningkat.
2) Meningkatkan kemandirian tenaga keperawatan.
3) Kepuasan yang dirasakan pasien akan semakin
meningkat citra perawat di mata masyarakat
c) Manfaat untuk institusi (Rumah Sakit)
1) Banyak pengunjung (masuk/keluar pasien) sehingga
keuntungan yang di peroleh akan meningkat.
2) Citra Rumah Sakit akan bertambah baik di mata
masyarakat.
d) Manfaat bagi masyarakat
1) Masyarakat mendapat layanan yang berkualitas.
3. Tahap-Tahap Proses Profesionalisasi Keperawatan
a) Pengkajian
Merupakan upaya mengumpulkan data secara
lengkap dan sistematis untuk dikaji dan di analisis sehingga

11
masalah kesehatan dan keperawatan yang di hadapi pasien
baik fisik,mental,sosial maupun spiritual dapat di tentukan.
1) Pengumpulan data
Data yang di butuhkan mencakup :
a. Segala sesuatu tentang pasien sebagai
makhluk bio-psiko-sosio-spiritual.
b. Data yang berkaitan dengan segala sesuatu
yang mempengaruhi kesehatan keluarga atau
masyarakat dan kebutuhan mereka terhadap
layanan kesehatan, Jika fokus asuhan
keperawatan yang akan di berikan adalah
terhadap keluarga atau masyarakat.
c. Data tentang sumber daya (tenaga peralatan
dan dana) yang tersedia mengatasi masalah
yang terjadi.
d. Data lingkungan yang mempengaruhi
kesehatan pasien.
2) Jenis Data
a. Data objektif,yaitu data yang diperoleh melalui
suatu pengukuran,pemeriksaan,dan pengamatan,
misalnya suhu tubuh,tekanan darah,serta warna
kulit.
b. Data subjektif,yaitu data yang di peroleh dari
keluhan yang dirasakan pasien,atau dari keluarga
pasien/saksi lain misalnya kepala pusing,nyeri dan
mual.
3) Sumber Data
a. Sumber data primer, yaitu data yang di kumpulkan
dari pasien yang berdasarkan hasil pemeriksaan.
b. Sumber data sekunder, yaitu data yang di peroleh
dari orang lain,misalnyakeluarga atau orang terdekat
pasien.
c. Sumber lain yang dapat di percaya, misalnya rekam
medik dan catatan riwayat perawatan pasien.
4) Cara Pengumpulan Data
a. Wawancara/anamnesis

12
b. Pengamatan
c. Pemeriksaan fisik
5) Analisis Data adalah kemampuan dalam mengembangkan
kemampuan berpikir rasional sesuai dengan latarbelakang
ilmu pengetahuan.
6) Pengelompokan Data
a. Data Fisiologis atau Biologis
1. Riwayat kesehatan dan penyakit
2. Masalah kesehatan saat ini
3. Masalah ganggun fungsi sehari-hari
4. Masalah resiko tinggi
5. Pengaruh perkembangan terhadap kehidupan
b. Data Psikologis
1. Perilaku
2. Pola emosional
3. Konsep diri
4. Gambaran diri
5. Penampilan intelektual
6. Tingkat pendidikan
7. Daya ingat
c. Data Sosial
1. Status ekonomi
2. Kegiatan rekreasi
3. Bahasa dan komunikasi
4. Pengarah kebudayaan
5. Sumber-sumber masyarakat
6. Faktor risiko lingkungan
7. Hubungan sosisal
8. Hubungan dengan keluarga
9. Pekerjaan
d. Data spiritual
1. Nilai-nilai atau norma
2. Kepercayaan
3. Keyakinan
4. Moral

G. Pengembangan Pelayanan Keperawatan Professional


Perkembangan keperawatan sebagai pelayanan profesional
didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperoleh dari
pendidikan dan pelatihan yang terarah dan terencana.
Di Indonesia, keperawatan telah mencapai kemajuan yang sangat
bermakna bahkan merupakan suatu lompatan yang jauh kedepan. Hal ini
bermula dari dicapainya kesepakatan bersama pada Lokakarya Nasional

13
Keperawatan pada bulan Januari 1983 yang menerima keperawatan
sebagai pelayanan profesional (profesional service) dan pendidikan
keperawatan sebagai pendidikan profesi (professional education).
Tenaga keperawatan yang merupakan jumlah tenaga kesehatan
terbesar seyogyanya dapat memberikan kontribusi essensial dalam
keberhasilan pembangunan kesehatan. Untuk itu tenaga keperawatan
dituntut untuk dapat meningkatkan kemampuan profesionalnya agar
mampu berperan aktif dalam pembangunan kesehatan khususnya dalam
pelayanan keperawatan profesional.
Pengembangan pelayanan keperawatan profesional tidak dapat
dipisahkan dengan pendidikan profesional keperawatan. Pendidikan
keperawatan bukan lagi merupakan pendidikan vokasional/ kejuruan akan
tetapi bertujuan untuk menghasilkan tenaga keperawatan yang menguasai
ilmu keperawatan yang siap dan mempu melaksanakan pelayanan / asuhan
keperawatan profesional kepada masyarakan. Jenjang pendidikan
keperawatan bahkan telah mencapai tingkat Doktoral.
Keyakinan inilah yang merupakan faktor penggerak perkembangan
pendidikan keperawatan di Indonesia pada jenjang pendidikan tinggi, yang
sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1962 yaitu dengan dibukanya
Akademi Keperawatan yang pertama di Jakarta. Proses ini berkembang
terus sejalan dengan hakikat profesionalisme keperawatan.
Dalam Lokakarya Keperawatan tahun 1983, telah dirumuskan dan
disusun dasar-dasar pengembangan Pendidikan Tinggi Keperawatan.
Sebagai realisasinya disusun kurikulum program pendidikan D-III
Keperawatan, dan dilanjutkan dengan penyusunan kurikulum pendidikan
Sarjana (S1) Keperawatan.
Pendidikan tinggi keperawatan diharapkan menghasilkan tenaga
keperawatan profesional yang mampu mengadakan pembaruan dan
perbaikan mutu pelayanan / asuhan keperawatan, serta penataan
perkembangan kehidupan profesi keperawatan.
Pendidikan tinggi keperawatan diharapkan menghasilkan tenaga
keperawatan professional yang mampu mengadakan pembaharuan dan

14
perbaikan mutu pelayanan/asuhan keperawatan, serta penataan
perkembangan kehidupan profesi keperawatan.
Keperawatan sebagai suatu profesi, dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawab pengembanggannya harus mampu mandiri. Untuk itu
memerlukan suatu wadah yang mempunyai fungsi utama untuk
menetapkan, mengatur serta mengendalikan berbagai hal yang berkaitan
dengan profesi seperti pengaturan hak dan batas kewenangan, standar
praktek, standar pendidikan, legislasi, kode etik profesi dan peraturan lain
yang berkaitan dengan profesi keperawatan.
Diperkirakan bahwa dimasa datang tuntutan kebutuhann pelayanan
kesehatan termasuk pelayanan keperawatan akan terus meningkat baik
dalam aspek mutu maupun keterjangkauan serta cakupan pelayanan. Hal
ini disebabkan meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan yang
diakibatkan meningkatnya kesadaran masyarakat secara umum, dan
peningkatan daya emban ekonomi masyarakat serta meningkatnya
komplesitas masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat. Masyarakat
semakin sadar akan hukum sehingga mendorong adanya tuntutan
tersedianya pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan dengan
mutu yang dapat dijangkau seluruh lapisan masyarakat. Dengan demikian
keperawatan perlu terus mengalami perubahan dan perkembangan sejalan
dengan perubahan yang terjadi diberbagai bidang lainnya.
Perkembangan keperawatan bukan saja karena adanya pergeseran
masalah kesehatan di masyarakat, akan tetapi juga adanya tekanan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan serta
perkembangan profesi keperawatan dalam menghadapi era globalisasi.
Dalam memnghadapi tuntutan kebutuhan dimasa datang maka
langkah konkrit yang harus dilakukan antara lain adalah : penataan standar
praktek dan standar pelayanan/asuhan keperawatan sebagai landasan
pengendalian mutu pelayanan keperawatan secara professional, penataan
sistem pemberdayagunaan tenaga keperawatan sesuai dengan
kepakarannya, pengelolaan sistem pendidikan keperawatan yang mampu
menghasilkan keperawatan professional serta penataan sistem legilasi

15
keperawatan untuk mengatur hak dan batas kewenangan, kewajiban,
tanggung jawab tenaga keperawatan dalam melakukan praktek
keperawatan.

H. Menghadapi Tuntutan Perkembangan Masa Depan


Dalam menghadapi tuntutan kebutuhan masyarakat dan
pembangunan saat ini dan di masa datang, khususnya pembangunan
kesehatan, pengembangan IPTEK dalam bidang kesehatan, khususnya
dalam bidang keperawatan, harus dilakukan perubahan yang sangat
mendasar dalam bidang perawatan, mencakup segala aspeknya, khususnya
pendidikan keperawatan. Penekanan pendidikan bukan lagi hanya pada
penguasaan keterampilan melaksanankan asuhan keperawatan sebagai
bagian dari pelayanan medik, akan tetapi pada penumbuhan dan
pembinaan sikap dan keterampilan profesional keperawatan disertai
dengan landasan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu keperawatan yang
cukup.
Pendidikan yang demikian ini diharapkan dapat memberikan
pengalaman belajar pada peserta didik untuk menumbuhkan dan membina
sikap serta keterampilan profesional yang diperlukan sebagai seorang
perawat.
Perawat harus dihasilkan oleh sistem pendidikan keperawatan yang
terintegrasikan dalam sistem pendidikan tinggi nasional, khususnya sistem
pendidikan tinggi bidang kesehatan, dengan mutu pendidikan sesuai
tuntutan profesi keperawatan, serta perkembangan IPTEK bidang
keperawatan. Kurikulum disusun berdasarkan kerangka konsep yang
kokoh disertai dengan berbagai pengalaman belajar yang diperlukan, dan
dihasilkan dalam tatanan pendidikan yang memungkinkan terjadinya
perubahan perilaku seperti yang dirumuskan dalam tujuan pendidikan.
Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan yang dikembangkan pada
saat ini, ditujukan untuk menjawab tuntutan dan kebutuhan masyarakat
dan pembangunan kesehatan di masa depan, khususnya terwujudnya
keperawatan sebagai profesi dalam kesehatan di masa depan dan
terwujudnya keperawatan sebagai profesi dalam segala aspeknya.

16
Pendidikan tinggi keperawatan harus dapat menghasilkan berbagai
keluaran sesuai dengan fungsi pokoknya, yaitu fungsi pendidikan, fungsi
riset ilmiah, dan fungsi pengabdian kepada masyarakat dalam bidang
perawatan. Keberadaan sistem pendidikan tinggi keperawatan dengan
berbagai keluarannya harus dapat memacu proses profesionalisasi
keperawatan sehingga keperawatan sebagai profesi dapat berperan
sepenuhnya dalam upaya pembangunan kesehatan masyarakat, serta
berperan dalam pengemmbangan IPTEK keperawatan. Pengembangan dan
pembinaan pendidikan keperawatan pada jenjang pendidikan tinggi
diarahkan untuk dapat menghasilkan berbagai jenis ketenagaan
keperawatan profesional denagn berbagai jenjang kemampuan, baik
sebagai ilmuan maupun sebagai profesional atau tenaga profesi
keperawatan.
Namun dewasa ini, seiring dengan kemajuan zaman,
perkembangan teknologi dan informasi serta kemajuan global. Banyak
ditemukan hambatan-hambatan dalam profesionalisasi keperawatan
terutama dari sudut pendidikan keperawatan.Adapun berbagai hambatan-
hambatan dalam profesionalisasi keperawatan dari sudut pendidikan
keperawatan adalah :
1. Jenjang pendidikan keperawatan yang belum setara antar sesama
perawat di Rumah Sakit.
2. Pengembangan ilmu melalui penelitian ilmiah masih kurang.
3. Banyak terdapat insitusi pendidikan keperawatan yang baru dan
tidak memenuhi persyaratan tanpa memperhatikan kualitas
program pendidikan dan hasil lulusan yang ada, sehingga sangat
merugikan perkembangan keperawatan secara keseluruhan dan
dapat menghambat profesionalisasi keperawatan.
4. Belum ada model praktik keperawatan yang dapat menjawab
tuntutan global keperawatan profesional.
5. Kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
keperawatan. Padahal hal ini penting agar peserta didik memahami
dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan yang
diperlukan dalam melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan

17
sesuai tuntutan profesi keperawatan (standar profesional). Seperti
penguasaan berbagai metode dan teknik keperawatan.
6. Ketidakmampuan menyelesaikan masalah secara ilmiah seperti
pendekatan dan penyelesaian masalah keperawatan serta
pengambilan keputusan klinis.
7. Kurangnya orientasi kepada masyarakat atau komunitas seperti
pengabdian atau pengalaman belajar di masyarakat ( pengalaman
belajar klinik dan pengalaman belajar lapangan). Padahal kedua hal
ini adalah betuk pengalaman belajar yang sangat berpengaruh pada
penumbuhan dan pembinaan sikap serta keterampilan profesional
pada peserta didik.
8. Perawatan yang dilaksanakan pada umumnya hanya terbatas pada
hal rutin dan bukan berdasarkan perawatan professional yang
efektif.
9. Pelayanan perawatan di Rumah Sakit dan masyarakat tidak
dikelola secara baik dan tenaga keperawatan tidak ditempatkan
atau dimanfaatkan sebagaiman mestinya.
10. Belum ada standar keperawatan sehingga tidak dapat dilaksanakan
evaluasi dan perbaikan perawatan.
11. Tenaga pengajar yang ahli dalam bidang keperawatan pada semua
tingkat pendidikan sangat terbatas, sehingga kurikulum dan
evaluasi tidak dapat diterapkan secara benar dan efektif.
12. Belum ada perundang-undangan, baik untuk pendidikan
keperawatan maupun pelayanan keperawatan, sehingga tenaga
keperawatan belum dapat mempertanggungjawabkan hasil
kerjanya.
13. Umpan balik pelayanan perawatan kepada pendidikan dan
pelaksanaan perawatan tidak ada, sehingga perbaikan tidak
mungkin dilakukan.
14. Ketidakmampuan dalam pengembangan dan pembinaan sistem
pendidikan tinggi keperawatan sehingga keluaran yang dihasilkan
tidak sepunuhnya dimanfaatkan sebaik mungkin.
15. Ketidakmampuan dalam pengembangan dan pembinaan berbagai
sumber daya pendidikan yang diperlukan. Seperti staf akademik,

18
beberapa bentuk pengalaman belajar yang sangat menentukan,
fasilitas laboratorium pendidikan, perpustakaan, dan Rumah Sakit
pendidikan keperawatan.
16. Ketidakmampuan menjawab tuntutan masyarakat dan
perkembangan global keperawatan profesional.
17. Orientasi pendidikan pada program pendidikan tinggi keperawatan
yang terarah pada masyarakat serta ilmu pengetahuan dan
teknologi keperawatan belum berjalan semestinya.
18. Ketidakrelevansinya lulusan dengan tuntutan dan kebutuhan
masyarakat, khususnya sistem pemberian pelayanan/asuhan
keperawatan kepada masyarakat.
19. Pengembangan pendidikan tinggi yang tidak terkendali sehingga
mutu pendidikan tidak ada dan lulusan tidak dapat sepenuhnya
melaksanakan peran dan fungsinya sebagai perawat profesional
yang mampu memberi pelayanan atau asuhan keperawatan
profesional kepada yang memerlukan.

I. Langkah Penting dalam Proses Profesionalisme


Perubahan yang terjadi saat ini berjalan sangat cepat dan penuh
ketidakpastian, termasuk kondisi kesehatan global yang sangat dinamik
dan menuntut kelenturan dan penyesuaian secara terus menerus dan
menyeluruh. Perubahan tersebut terkait dengan masalah kesehatan yang
makin komplek, perkembangan sains dan teknologi, pergeseran pada
system pelayanan kesehatan, proses transisi dari masyarakat agrikultural
(tradisional) menjadi masyarakat industrial (maju). Tuntutan keprofesian
dan perubahan paradigma sehat serta merujuk pada kesepakatan pasar
bebas ASEAN (AFTA) tahun 2003 dan disusul dengan APEC tahun 2010
untuk Asia Pasifik dan 2020 untuk sedunia. Fenomina di atas merupakan
pendorong bagi pemerintah untuk mampu menyiapkan tenaga
keperawatan yang berkwalitas (professional ) serta mampu berkompetisi
dalam memenuhi standar global.
Keperawaran Indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses
mewujudkan keperawatan sebagai profesi, yaitu suatu proses berjangka
panjang ditujukan untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat

19
Indonesia secara bertahap dan terus menerus. Keperawatan Indonesia
berupaya mengembangkan dirinya dalam seluruh bidang keperawatan,
mencakup bidang pelayanan, pendidikan dan kehidupan profesi, hal ini
dilakukan dalam rangka mewujudkan profesionalisme.
Proses profesionalisme pada dasarnya adalah proses pengakuan,
yaitu pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan diterima
secara spontan oleh masyarakat (Nursalam, 2001). Langkah-langkah
menuju profesionalisasi keperawatan telah dilakukan sejak adanya
lokakarya keperawatan nasional pada bulan Januari 1983, bahwa
pelayanan keperawatan adalah pelayanan professional yang merupakan
bagian integral pelayanan kesehatan. Walaupun sudah 23 tahun
keperawatan Indonesia menyatakan sebagai tenaga professional namun
kenyataannya keperawatan secara keseluruhan terutama pelayanan /asuhan
keperawatan hingga saat ini masih belum banyak berubah dan hampir
belum beranjak dari posisinya sebagai suatu bentuk pelayanan penunjang
medik. Pelaksanaan perawatan pasien di dasarkan pada penerapan
keterampilan prosedural dalam melaksanakan tindakan-tindakan yang
merupakan kelanjutan tindakan medik. Berdasarkan hal ini di rumah sakit
hanya terdapat catatan atau rekam medik (medical record) dan tidak
dikenal adanya catatan/ rekam keperawatan (nursing record). Tidak ada
tindakan mandiri seorang perawat serta tindakan-tindakan perawat yang
lebih bersifat pekerjaan penugasan dari dokter menimbulkan sikap dan
pandangan tentang lingkup tugas dan tanggung jawab seorang perawat
sebagai “pembantu dokter”.
Di samping itu ilmu keperawatan dan metode-metode ilmiah
keperawatan yang diajarkan kurang menyentuh problem klinis, sikap
professional keperawatan tidak ditumbuhkembangkan dan keterampilan
professional keperawatan tidak ditata dengan benar, lulusan dinilai cukup
baik bila mampu melaksanakan prosedur-prosedur tindakan menunjang
pelayanan medik semata. Keadaan ini berlangsung lama hingga menjadi
kebiasaan yang oleh pihak-pihak tertentu dapat diterima, suatu kenyataan
yang harus kita terima dengan lapang dada dan secara jujur mengakui

20
inilah keperawatan Indonesia saat ini dan tidak akan tetap demikian di
masa yang akan datang.
Gerakan pengembangan keperawatan akan terus berlangsung
dengan arah yang benar dan baik menuju terwujudnya profesi keperawatan
yang dibutuhkan dan dihargai oleh masyarakat. Pengembangan tersebut
merupakan tuntutan sehubungan dengan Undang-Undang N0 20/2003
pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa “Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian diri, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Demikian pula Undang-Undang no 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dan
Peraturan Pemerintah no 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan yang
mengatur antara lain bahwa “pemulihan kesehatan dan penyembuhan
penyakit harus dilaksanakan berdasarkan ilmu kedokteran dan atau ilmu
keperawatan oleh tenaga yang memiliki kewenangan dan ijzin untuk itu.”
Langkah yang paling awal dan penting dilakukan dalam proses
profesionalisme keperawatan di Indonesia adalah menata pendidikan
keperawatan sebagai pendidikan professional, sehingga peserta didik
mendapat pendidkan dan pengalaman belajar sesuai dengan yang dituntut
profesi keperawatan. Seperti kataMiller (1985) “gaining a body of
knowladge in a University setting and a science orientation at the graduate
level in nursing”. Pendidikan keperawatan sebagai institusi yang
mengembangkan dan menciptakan tenaga keperawatan memiliki peran
yang sangat besar dalam proses profesionalisasi keperawatan, Karena
pendidikan keperawatan mampu memberikan bentuk dan corak tenaga
keperawatan dari lulusannya, tingkat kemampuan dan sekaligus mampu
untuk memfasilitasi pembentukan komonitas keperawatan dalam
memberikan suara dan sumbangsih bagi profesi dan dan masyarakat
(Ma’arif, 1999).

21
Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan yang dikembangkan saat
ini ditujukan untuk menjawab tuntutan dan kebutuhan masyarakat dan
pembangunan kesehatan di masa depan, khususnya terwujudnya
keperawatan sebagai suatu profesi dalam segala aspeknya. Pendidikan
tinggi keperawatan harus dapat menghasilkan lulusan sesuai dengan fungsi
pokoknya yaitu fungsi pendidikan, fungsi riset ilmiah, dan fungsi
pengabdian kepada masyarakat dalam bidang keperawatan. Salah satu
upaya penataan pendidikan keperawatan diarahkan kepada mengembangan
lahan praktik keperawatan disertai pembinaan masyarakat professional
keperawatan (professional community) dengan cara pelaksanaan
pengalaman belajar klinik (PBK) dan Pengalaman Belajar Lapangan
(PBL) yang berbasis kompetensi bukan penunjang pelayanan medik.
Menurut hemat penulis, sains keperawatan yang sebenarnya bukan
hanya penguasaan materi secara konseptual tetapi lebih ditekankan pada
kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan teori pada tatanan klinis,
sehingga pengalaman belajar klinik atau lapangan merupakan proses
transformasi mahasiswa menjadi seorang perawat professional. Tentunya
strategi tersebut harus didukung oleh pembimbing klinik yang mampu
mengelola program bimbingan dan tanggap terhadap situasi klinik
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik yang mampu
menampilkan sikap/ tingkah laku serta penerapan keterampilan
professional.

J. Peran perawat
Peran adalah pola sikap, perilaku nilai dan tujuan yang diharapkan
dari seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat (Keliat,1992).
Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai dengan kedudukan dalam system, di mana dapat
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dariluar
profesi keperawatan yang bersipat konstan. Peran perawat menurut
konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari :
1. Pemberi Asuhan Keperawatan

22
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat
dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan
dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga
dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan
dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan
dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan
dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
2. Advokat Klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan
keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari
pemberi pelayanan atau informasi lain khusunya dalam
pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan
kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan
melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan
sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas
privasi, hak untuk menntukan nasibnya sendiri dan hak untuk
menerima ganti rugi akibat kelalaian.
3. Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam
meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit
bhkan tindakan yang diberikankan, sehingga terjadi perubahan
perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
4. Koordinator
peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan
serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan
sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai
dengan kebutuan klien.
5. Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja
melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi
dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan

23
keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat
dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
6. Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap
masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan.
Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi
tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
7. Peneliti atau Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan
mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis
dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan.

K. Fungsi Perawat
Organisasi keperawatan sedunia ICN (1973) berpendapat bahwa,
”The unique function of the nurse is to assist individual, sick or well in the
performance of those activities contributing to health or its recovery (or to
a peaceful death) he would perform unaided of he had necessary strength
will or knowledge” yang artinya fungsi unik perawat yaitu melakukan
pengkajian pada individu sehat maupun sakit, dimana segala aktivitas yang
dilakukan berguna untuk kesehatan dan pemulihan kesehatan berdasarkan
pengetahuan yang dimiliki. Aktivitas ini dilakukan dengan berbagai cara
untuk mengembalikan kemandirian pasien secepat mungkin”.
Dalam menjalan kan perannya, perawat akan melaksanakan
berbagai fungsi diantaranya:
1. Fungsi Independent
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang
lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan
secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan
dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti
pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan
oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit,
pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktifitas dan
lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan,

24
pemenuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan
aktualisasi diri.
2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatan
atas pesan atau instruksidari perawat lain. Sehingga sebagian
tindakan pelimpahan tugas yang di berikan. Hal ini biasanya
dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum atau dari
perawat primer ke perawat pelaksana.
3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat
saling ketergantungan di antara tim satu dengan yang lainnya.
Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan
kerja sama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam
memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai
penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim
perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun yang lainnya.

L. Tanggung Jawab Perawat


1. Tanggung jawab perawat secara umum
a) Memberikan asuhan / pelayanan keperawatan
b) Meningkatkan ilmu pengetahuan
c) Meningkatkan diri sebagai profesi
2. Tanggung jawab terhadap klien
a) Memenuhi kebutuhan pelayanan keperawatan
b) Melindungi klien
c) Membantu klien untuk dapat menolong dirinya sendiri
d) Menjaga rahasia klien
3. Tanggung jawab terhadap diri sendiri
a) Melindungi diri dari penularan penyakit
b) Melindugi dari dari gangguan yang datang dari pekerjaan /
lingkungan
c) Menghindarkan konflik dengan orang lain / diri sendiri
4. Tanggung jawab terhadap profesi
a) Mengadakan kerjasama antar tim kesehatan
b) Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan
c) Meningkatykan pengetahuan tentang IPTEK / Kep.
d) Melaksanakan kewajiban dengan tulus ikhlas
e) Menjunjung tinggi nama baik profesi
f) Membina dan memelihara mutu organisasi profesi

25
5. Tanggung jawab terhadap masyarakat
Menjalin hubungan kerjasama yang baik dalam mengambil
prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan khususnya serta upaya-
upaya lain untuk kesejahteraan umum sebagai bagian tugas perwat
terhdap masyarakat

M. Tugas Perawat Berdasarkan Fungsi dalam Pemberian ASKEP


Tugas perawat dalam menjalankan peran nya sebagai pemberi
asuhan keperawatan ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tahapan dalam
proses keperawatan. Tugas perawat ini disepakati dalam lokakarya tahun
1983 yang berdasarkan fungsi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan adalah:
1. Mengumpulkan Data
2. Menganalisis dan mengintrepetasi data
3. Mengembangkan rencana tindakan keperawatan
4. Menggunakan dan menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip
ilmu perilaku, sosial budaya, ilmu biomedik dalam melaksanakan
asuhan keperawatan dalam rangka memenuhi KDM.
5. Menentukan kriteria yang dapat diukur dalam menilai rencana
keperawatan
6. Menilai tingkat pencapaian tujuan.
7. Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang diperlukan
8. Mengevaluasi data permasalahan keperawatan.
9. Mencatat data dalam proses keperawatan
10. Menggunakan catatan klien untuk memonitor kualitas asuhan
keperawatan
11. mengidentifikasi masalah-masalah penelitian dalam bidang
keperawatan
12. membuat usulan rencana penelitian keperawatan
13. menerapkan hasil penelitian dalam praktek keperawatan.
14. Mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan
15. Membuat rencana penyuluhan kesehatan
16. Melaksanakan penyuluhan kesehatan
17. Mengevaluasi penyuluhan kesehatan
18. Berperan serta dalam pelayanan kesehatan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
19. Menciptakan komunikasi yang efektis baik dengan tim
keperawatan maupun tim kesehatan lain.

26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai


bagian integral dari pelayanan kesehatan yang meliputi aspek bio-psilo-
sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga
atau masyarakat yang sehat maupun sakit yang mencangkup siklus hidup
manusia. Keperawatan dapat dipandang sebagai suatu profesi karena
mempunyai body of knowledge, pendidikan berbasis keahlian pada
jenjang pendidikan tinggi, memberikan pelayanan kepada masyarakat
melalui praktik dalam bidang profesi, memiliki perhimpunan atau
organisasi profesi, memberlakukan kode etik keperawatan, otonomi dan
motivasi bersifat altruistik.
Peran perawat profesional adalah pemberi asuhan keperawatan,
pembuat keputusan klinis, pelindung dan advokat klien, manager khusus,

27
rehabilitator, pemberi kenyamanan, komunikator, kolaborator, educator
dan konsultan pembaharu.
B. Saran

Bagi mahasiswa keperawatan diharapakan mampu memahami dan


menerapkan keperawatan sebagai profesi,peran dan fungsi perawat dalam
kehidupan sehari-hari maupun nanti pada saat praktek lapangan.

28

Anda mungkin juga menyukai