PENDAHULUAN
Sampai saat ini, sepsis masih merupakan salah satu penyakit infeksi
yang mortalitas dan morbiditasnya tinggi. Di Amerika Serikat, kurang lebih
750.000 orang menderita sepsis setiap tahunnya dan lebih dari 210.000 orang
diantaranya meninggal dunia. Di Indonesia, penyakit ini juga banyak
dijumpai pada penderitarawat inap di rumah sakit dan secara keseluruhan
lebih dari 25% penderita sepsismeninggal (Rasional, 2002).
1
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian sepsis ?
2. Apa saja klasifikasi dari sepsis
3. Apa saja penyebab dari sepsis?
4. Bagaimmana pathofisiologi dari sepsis ?
5. Bagaimana pathway sepsis ?
6. Apa saja tanda dan gejala sepsis ?
7. Apa saja komplikasi sepsis ?
8. Bagaimmana penatalaksanaan sepsis ?
9. Apa saja pemeriksaan penunjang dari sepsis ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan dari sepsis ?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian sepsis
2. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari sepsis
3. Untuk mengetahui apa saja penyebab dari sepsis
4. Untuk mengetahui bagaimmana pathofisiologi dari sepsis
5. Untuk mengetahui bagaimana pathway sepsis
6. Untuk mengetahui apa saja tanda dan gejala sepsis
7. Untuk mengetahui apa saja komplikasi sepsis
8. Untuk mengetahui bagaimmana penatalaksanaan sepsis
9. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dari sepsis
10. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dari sepsis
2
BAB 2
KONSEP TEORI
2.1. PENGERTIAN
3
2. Sepsis onset lambat
a. Terjadi setelah minggu pertama sampai minggu krtiga kelahiran
b. Ditemukan pada bayi cukup bulan
c. Infeksi bersifat lambat, ringan dan cenderung bersifat local
2.3. ETIOLOGI
a. Bakteri gram negative yang sering menyebabkan sepsis adalah E. Coli,
Klebsiella Sp. Pseudomonas Sp, Bakteriodes Sp, dan Proteus Sp. Bakteri
gram negative mengandung liposakarida pada dinding selnya yang disebut
endotoksin. Apabila dilepaskan dan masuk ke dalam aliran darah,
endotoksin dapat menyebabkan bergabagi perubahan biokimia yang
merugikan dan mengaktivasi imun dan mediator biologis lainnya yang
menunjang timbulnya shock sepsis.
b. Organisme gram positif yang sering menyebabkan sepsis adalah
staphilococus, streptococcus dan pneumococcus. Organime gram positif
melepaskan eksotoksin yang berkemampuan menggerakkan mediator
imun dengan cara yang sama dengan endotoksin.
c. Jamur
d. Parasit
e. Virus (Guntur, 2009)
2.4. PATOFISIOLOGI
4
bakteri Gram-negatif, yang dikeluarkan saat proses lisis. Organisme Gram-
positif, jamur dan virus memulai respon pejamu dengan mengeluarkan
eksotoksin dan komponen-komponen antigen seluler.
5
oleh granulosit dan unsur-unsur plasma menuju jaringan yang mengalami
inflamasi, yang mana dapat berujung pada kerusakan organ. Inflamasi sel-sel
endotelial menyebabkan vasodilatasi melalui aksi nitric oxide pada pembuluh
darah otot polos. Hipotensi yang berat dihasilkan dari produksi nitric oxide
yang berlebihan, sehingga melepaskan peptida-peptida vasoaktif seperti
bradikinin dan serotonin, dan dengan kerusakan sel endotel ini, terjadilah
ekstravasasi cairan ke jaringan interstisial. Aktivasi IL-8 dapat menyebabkan
disfungsi paru-paru melalui aktivasi netrofil yang berada di paru-paru.
Kerusakan kapiler menyebabkan peningkatan permeabilitas di paru-paru,
serta dapat menyebabkan oedem paru non kardiogenik. Syok adalah
komplikasi paling hebat yang dihubungkan dengan sepsis gram negatif.
Komplikasi penting lainnya adalah disseminated intravascular coagulation
(DIC) dan acute respiratory distress syndrome (ARDS). Efek hemodinamik
dari sepsis pada keadaan hiperdinamik dicirikan dengan tingginya curah
jantung dan kelainan rendahnya tahanan vaskular sistemik. Sepsis
menyebabkan syok yang menyebar yang dicirikan dengan peningkatan aliran
darah yang tidak sesuai ke jaringan tertentu, dengan kebutuhan oksigen
independen (Wheeler, 2007)
6
2.5. PATHWAY
7
2.6. TANDA DAN GEJALA
1. Tanda dan Gejala Umum
a. Hipertermia (jarang) atau hipothermia (umum) atau bahkan normal.
b. Aktivitas lemah atau tidak ada
c. Tampak sakit
d. Menyusun buruk/intoleransi pemberian susu.
2. Sistem Pernafasan
a. Dispenu
b. Takipneu
c. Apneu
d. Tampak tarikan otot pernafasan
e. Merintik
f. Mengorok
g. Pernapasan cuping hidung
Sianosis
3. Sistem Kardiovaskuler
a. Hipotensi
b. Kulit lembab dan dingin
c. Pucat
d. Takikardi
e. Bradikardi
f. Edema
g. Henti jantung
4. Sistem Pencernaan
a. Distensi abdomen
b. Anoreksia
c. Muntah
d. Diare
e. Peningkatan residu lambung setelah menyusu
f. Darah samar pada feces
g. Hepatomegali
8
5. Sistem Saraf Pusat
a. Refleks moro abnormal
b. Intabilitas
c. Kejang
d. Hiporefleksi
e. Fontanel anterior menonjol
f. Tremor
g. Koma
h. Pernafasan tidak teratur
i. High-pitched cry
6. Hematologi
a. Ikterus
b. Petekie
c. Purpura
d. Prdarahan
e. Splenomegali
f. Pucat
g. Ekimosis
2.7. KOMPLIKASI
1. Syok karena lepasnya toksin kedalam cairan darah, yang dimana gejalanya
sukar untuk dideteksi
2. Meningitis (peradangan pada selaput otak dan sumsum tulang belakang)
3. Gangguan metabolic
4. Pneumonia (penyakit radang paru-paru)
5. Infeksi saluran kemih
6. Gagal jantung kongestif
7. Kematian
8. Dehidrasi
9. Hipoglikemia
10. Anemia
11. Hiperbilirubinemia
9
2.8. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan sepsis yang optimal mencakup eliminasi patogen
penyebab infeksi, mengontrol sumber infeksi dengan tindakan drainase
atau bedah bila diperlukan, terapi antimikroba yang sesuai, resusitasi bila
terjadi kegagalan organ atau renjatan. Vasopresor dan inotropik, terapi
suportif terhadap kegagalan organ, gangguan koagulasi dan terapi
imunologi bila terjadi respons imun maladaptif
host terhadap infeksi.
a. Resusitasi
c. Terapi antimikroba
10
sumber sepsis. Oleh karena pada sepsis umumnya disebabkan oleh
gram negatif, penggunaan antibiotik yang dapat mencegah pelepasan
endotoksin seperti karbapenem memiliki keuntungan, terutama pada
keadaan dimana terjadi proses inflamasi yang hebat akibat pelepasan
endotoksin, misalnya pada sepsis berat dan gagal multi organ
Pemberian antimikrobial dinilai kembali setelah 48-72 jam
berdasarkan data mikrobiologi dan klinis. Sekali patogen penyebab
teridentifikasi, tidak ada bukti bahwa terapi kombinasi lebih baik
daripada monoterapi.
2. Terapi suportif
a. Oksigenasi
b. Terapi cairan
1) Hipovolemia harus segera diatasi dengan cairan kristaloid (NaCl
0.9% atau ringer laktat) maupun koloid.
2) Pada keadaan albumin rendah (<2 g/dL) disertai tekanan
hidrostatik melebihi tekanan onkotik plasma, koreksi albumin perlu
diberikan.
3) Transfusi PRC diperlukan pada keadaan perdarahan aktif atau bila
kadar Hb rendah pada kondisi tertentu, seperti pada iskemia
miokard dan renjatan septik. Kadar Hb yang akan dicapai pada
sepsis masih kontroversi antara 8-10 g/dL.
c. Vasopresor dan inotropik
11
Inotropik dapat digunakan: dobutamine 2-28 μg/kg/menit, dopamine 3-
8 μg/kg/menit, epinefrin 0.1-0.5 μg/kg/menit atau fosfodiesterase
inhibitor (amrinone dan milrinone).
d. Bikarbonat
e. Disfungsi renal
f. Nutrisi
12
darah tersebut dapat diaplikasikan dalam praktek ICU, masih perlu
dievaluasi, karena ada risiko hipoglikemia.
h. Gangguan koagulasi
i. Kortikosteroid
13
BAB 3
3.1. PENGKAJIAN
Pengkajian dengan pasien gagal ginjal kronik, meliputi :
1. Identitas
2. Keluhan utama
Untuk kasus gagal ginjal kronis, kaji onet penurunan urine output,
penurunan kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya
perubahan kulit, adanya nafas berbau ammonia, dan perubahan
pemenuhan nutrisi. Kaji pula sudah kemana saja klien meminta
pertolongan untuk mengatasi masalahnya dan mendapat pengobatn apa.
14
mellitus, dan penyakit hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi
predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian
obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat
kemudian dokumentasikan.
15
periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan
kemungkinan asidosis
berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask
auskulasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada
periksa foto thorak
3) Circulation
kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda
signifikan
monitoring tekanan darah, tekanan darah <>
periksa waktu pengisian kapiler
pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar
berikan cairan koloid – gelofusin atau haemaccel
pasang kateter
lakukan pemeriksaan darah lengkap
siapkan untuk pemeriksaan kultur
catat temperature, kemungkinan pasien pyreksia atau
temperature kurang dari 36oC
siapkan pemeriksaan urin dan sputum
berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat.
4) Disability
16
3. Hipertermi / hipotermi berhubungan dengan proses infeksi
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan cardiac
output yang tidak mencukupi.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
3.3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan Ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan O2 edema paru.
Tujuan & Kriteria hasil Intervensi
( NOC) (NIC)
Setelah dilakukan tindakan Airway Managemen :
keperawatan selama ... x 24 jam Buka jalan nafas
. pasien akan : 1. Posisikan pasien untuk
1. TTV dalam rentang normal memaksimalkan ventilasi (
2. Menunjukkan jalan napas fowler/semifowler)
yang paten 2. Auskultasi suara nafas , catat
3. Mendemostrasikan suara adanya suara tambahan
napas yang bersih, tidak ada 3. Identifikasi pasien perlunya
sianosis dan dypsneu. pemasangan alat jalan nafas buatan
4. Monitor respirasi dan status O2
5. Monitor TTV.
17
2. Tidak ada oedema paru dan 4. monitor TTV
tidak ada asites 5. atur periode latihan dan istirahat
3. Tidak ada penurunan untuk menghindari kelelahan
kesadaran 6. monitor status pernapasan yang
Ø Dapat mentoleransi aktivitas menandakan gagal jantung.
dan tidak ada kelelahan.
18
dalam rentang normal mengobservasi kulit jika ada lesi
2. Menunjukkan tingkat 3. Monitor adanya daerah tertentu
kesadaran yang baik yang hanya peka terhadap panas
atau dingin
4. Kolaborasi obat antihipertensi.
19
mengungkapkan gejala 3. Beri kesempatan pada keluarga
cemas untuk bertanya tentang kondisi
2. TTV normal pasien.
3. Menunjukkan teknik untuk 4. Beri penjelasan tiap prosedur/
mengontrol cemas. tindakan yang akan dilakukan
terhadap pasien dan manfaatnya
bagi pasien.
5. Beri dorongan spiritual.
20
BAB 4
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Kita sebagai calon perawat harus mengetahui apa itu sepsis, termasuk
dalam hal asuhan keperawatan pada pasien sepsis. Setidaknya, kita memberi
penyuluhan kepada masyarakat tentang sepsis. Untuk masyarakat yang telah
mengetahui tentang sepsis, sebaiknya harus menjaga kesehatan dirinya,
keluarganya
21
DAFTAR PUSTAKA
22