OLEH :
FATMAWATI
G1B016014
UNIVERSITAS MATARAM
2019
i
LEMBAR PENGESAHAN
Fatmawati
NIM. G1B016014
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Menyetujui,
Dekan Ketua
Fakultas MIPA Program Studi Fisika
Universitas Mataram Fakultas MIPA
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan proposal ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
penulis tidak akan sanggup untuk meyelesaikan proposal ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW
yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis Mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk mnyelesaikan
proposal tugas akhir “Pemetaan Daerah Rawan Gempabumi Menggunakan Metode
Mikroseismik Di Kecamatan Sambalia Lombok Timur”
Penulis tentu menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kekurangan dan kesalahan di dalamnya. proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu diharapkan kritik dan saran yang menunjang dalam penyempurnaan proposal ini.
Semoga proposal ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagaimana mestinya.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya dosen yang
telah membimbing kami dalam menulis proposal ini.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
3.4.6 Percepatan Getaran Tanah Maksimum atau PGA (Peak Ground ................................ 20
Acceleration) ..................................................................................................................................... 20
iv
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................................................... 24
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Sketsa Jenis pertemuan lempeng tektonik (Ibrahim, 2005) .......................8
Gambar 3.6 perbedaan sinyal tremo dan gempabumi (Ibrahim dan subardjo, 2004). .11
Gambar 3.7 Model Cekungan yang berisi Material sedimen halus (Slob, 2007) ........12
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Daerah NTB merupakan daerah rawan gempa. Terdapat dua zona sumber
gempabumi yang menyebabkan semakin tinggi resiko akibat gempabumi, yang
pertama adalah zona subduksi indo-Australia di selatan Nusa Tenggara Barat dan
yang kedua adalah patahan naik busur belakang (back arc thrust) di utara Nusa
Tenggara Barat. Berdasarkan hal inilah, daerah NTB tidak jarang mengalami
guncangan dan menimbulkan kerusakan Rahmatul, (2019).Dari kondisi geologi ini,
maka pulau lombok mempunyai potensi yang cukup besar terhadap gempabumi,
Fitriani(2016).
1
dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan
yang bergerak, Badrul (2010).
Pada daerah yang dikatakan daerah rawan gempa yaitu daerah yang pada saat
satu kali terjadi gempabumi dan rusak yang disebabkan oleh gempabumi sangat
parah. Menurut Coburn dan Spence (1992), kerentanan didefinisikan “as the
degree of lossto a given element at risk resulting from a givenlevel of hazard”.
Kerentanan bangunan merupakan fungsi kinerja struktur bangunan dalam
merespon gempa, yaitu semakin tinggi level kegempaannya, maka semakin berat
kinerja struktur untuk mengurangi dampak kerusakannya. Standar perencanaan
ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung (SNI 03-1726-2002),
mensyaratkan kriteria kinerja struktur terhadap gempa.
Pengertian peta secara umum adalah gambaran dari permukaan bumi yang
digambar pada bidang datar, yang diperkecil dengan skala tertentu dan dilengkapi
symbol sebagai penjelas. Dari peta dapat dibuat peta daerah yang rawan,Sugiyono
(2009).
Mikroseismik adalah getaran tanah yang disebabkan oleh faktor alam maupun
buatan seperti angin, ombak atau aktivitas kendaraan sehingga menyebabkan
kondisi geologi pada permukaan. Mikroseismik merupakan salah satu metode
geofisika pasif. Metode mikroseismik pada dasarnya merekam getaran tanah alami
yang merefleksikan kondisi geologi suatu daerah, Susilo dan Wiyono (2012).
2
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini yaitu :
a. Pada penelitian ini, daerah kajian penelitian adalah desa Obel-Obel, Kecamatan
Sambalia, Kabupaten Lombok timur, yang terbatas pada penelitian pemetaan
gempabumi berdasarkan nilai indeks kerentanan seismic dan frekuensi dominan.
b.Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data pengukuran mikrotremor
yang berlokasi di Desa Obel-Obel, Kecamatan sambalia Kabupaten Lombok timur.
1.4 Tujuan
3
a. Memberikan informasi mengenai kerawanan terhadap gempabumi di Desa Obel-
Obel yang dapat digunakan untuk dasar pembangunan infrastruktur maupun tataruang
wilayah.
b. Sebagai studi literatur bagi para peneliti yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai
indeks kerentanan seismik dan frekuensi dominan dengan menggunakan pengukuran
mikrotremor.
c. Mendapatkan peta daerah rawan gempabumi dan supaya masyarakat tau daerah
rawan gempa.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gempa bumi adalah aktivitas goyangan atau getaran pada lapisan lithosphere
bumi. Aktivitas tersebut mengakibatkan gerakan pada tanah dan kerusakan akibat
aktivitas tersebut bergantung pada skala kekuatan (magnitude) dan intensitasnya.
Gempa bumi selalu terjadi kapan pun dimanapun, dan hanya ada sedikit lokasi yang
jarang terjadi gempa bumi (Musyarof, 2015).
Ukuran ini dikembangkan pada tahun 1935 oleh Charles F. Richter dari
California Institute of Technology sebagai perangkat matematika untuk
membandingkan ukuran gempa bumi. Besarnya gempa ditentukan oleh nilai
logaritma dari amplitudo gelombang yang dicatat oleh seismograf. Skala Richter,
5
besarnya dinyatakan dalam angka dan pecahan desimal. Misalnya, berkekuatan 5
mungkin dihitung untuk gempa moderat, dan gempa bumi yang kuat mungkin dinilai
sebagai besarnya 6. Karena dasar skala adalah logaritmik, setiap kenaikan 7 besaran
merupakan peningkatan sepuluh kali lipat dalam ukuran amplitudo. Dapat diartikan 6
Skala Richer sama dengan kekuatan 10 kali gempa ukuran 5 Skala Richter (Spence,
Sipkin, & Choy, 1989).
Berdasarkan penelitian dari Meita Aulia Sari (2016), data penelitian diperoleh
dari pengukuran sinyal mikrotremor di 25 titik pengamatan dengan interval
setiaptitik 2 km yang terletak di Kabupaten Bantul (Kecamatan Imogiri dan
Kecamatan Dlingo) serta Kabupaten Gunungkidul (Kecamatan Panggang dan
Playen). Data mikrotremor dianalisis menggunakan metode HVSR (Horizontal to
Vertical Spectral Ratio) untuk mendapatkan nilai frekuensi predominan dan factor
amplifikasi di setiap titik pengamatan. Nilai frekuensi predominan digunakan untuk
mencari nilai periode predominan yang selanjutnya digunakan untuk mencari nilai
6
percepatan getaran tanah maksimum menggunakan metode Kanai (1966). Intensitas
gempabumi dicari menggunakan metode Wald (1999) dengan input nilaipercepatan
getaran tanah maksimum. Hasil penelitian menyatakan bahwa nilai percepatan
getaran tanah maksimum berkisar antara 84,74 – 363,1 cm/s² dengan intensitas
gempabumi berada pada skala VI, VII, dan VIII MMI yang termasuk dalam tingkat
kerawanan terhadap gempabumi kategori menengah.
Pada makalah berjudul Volcanic activity before and after large tectonic
earthquakes: Observations and statistical significance (Eggert & Walter, 2008)
diketahui bahwa waktu interval kejadian gempa bumi terhadap erupsi gunung api
sangat bervariasi dari detik hingga tahunan. Jarak episentrum gempa bumi dan lokasi
gunung api juga bervariasi hingga mencapai ribuan kilometer, namun gempa bumi
sering terjadi dalam kawasan yang dekat. Hasil yang paling menarik dari penelitian
ini adalah seringkali peningkatan aktivitas vulkanik terjadi setelah gempa bumi dan
banyak juga aktivitas vulkanik terjadi pada hari yang sama dengan gempa bumi.
7
BAB III
LANDASAN TEORI
Gempa bumi (earthquake) adalah getaran yang terasa dari permukaan bumi,
cukup kuat untuk menghancurkan bangunan utama dan membunuh ribuan orang.
Tingkat kekuatan getaran berkisar dari tidak dirasakan hingga cukup kuat untuk
melemparkan orang di sekitar. Gempa bumi merupakan hasil dari pelepasan tiba-
tiba energi dalam kerak bumi yang menciptakan gelombang seismik. Kegempaan,
seismism atau aktivitas seismik pada suatu daerah mengacu pada frekuensi, jenis
dan ukuran gempa bumi yang terjadi selama periode waktu tertentu. Ketika
episentrum gempa besar terletak di lepas pantai, dasar laut akan tergerus dan cukup
untuk menimbulkan tsunami. Gempa bumi juga bisa memicu tanah longsor, dan
aktivitas vulkanik sesekali, Rahmatul (2019).
8
teori konveksi peregerakan lempeng-lempeng ini disebabkan arus konveksi (Fulki,
2011).
9
ketahanan batuan akan menyebabkan patahnya lapisan batuan tersebut (Ibrahim,
2005).
Pada dasarnya ada dua jenis gelombang ini yang dilepas pada saat
terjadigempa. Gelombang seismik ada yang merambat melalui interior bumi disebut
sebagai body wave, dan ada juga yang merambat melaui permukaan bumi yang
disebut surface wave. Sumber gelombang seismik ada dua yaitu alami dan buatan.
Sumber alami terjadi karena adanya gempa tektonik, gempa vulkanik dan runtuhan
atau longsoran, sedangkan buatan menggunakan gangguan yang sengaja (Susilawati,
2008).
Gelombang badan adalah gelombang yang menjalar dalam media elastik dan
arah perambatannya keseluruh bagian di dalam bumi. Berdasarkan gerak partikel pada
media dan arah penjalarannya gelombang dapat dibedakan mejadi gelombang Pdan
gelombang S.
Gelombang P disebut dengan gelombang kompresi/gelombang
longitudinal.Gelombang ini memiliki kecepatan rambat paling besar dibandingkan
dengan gelombang seismik yang lain, dapat merambat melalui medium padat dan
cair, seperti lapisan batuan, air atau lapisan cair bumi.
10
Gelombang S disebut juga gelombang shear atau gelombang
transversal.Gelombang ini memiliki cepat rambat yang lebih lambat bila
dibandingkan dengan gelombang P dan hanya dapat merambat pada medium padat
saja. Gelombang S tegak lurus terhadap arah rambatnya. Perambatan dari gelombang
S ini disertai juga dengan gerakan berputar sehingga dapat lebih membahayakan
dibandingkan gelombang P.
11
Gambar 3.4 Gelombang Reyleigh (Elnashai dan samo, 2008)
12
yang lebih tinggi bila digoncang gelombang gempabumi, karena akan mengalami
penguatan (amplifikasi) gelombang yang lebih besar dibandingkan dengan batuan
yang lebih kompak. Gempabumi dan tremor dapat dibedakan dengan mudah bila
dilihat pada rekaman seismograf. Getaran tremor berupa getaran yang terus menerus,
tidak dapat ditentukan dimana awal getarannya secara jelas. Getaran gempabumi
berupa getaran yang besar dan secara tiba-tiba, seperti pada gambar 3.6.
Gambar 3.6 perbedaan sinyal tremo dan gempabumi (Ibrahim dan subardjo, 2004).
3.4 Mikrozonasi
13
Metode HVSR merupakan metode membandingkan spektrum komponen
horizontal terhadap komponen vertikal dari gelombang mikrotremor.
Mikrotremorterdiri dari ragam dasar gelombang Reyleigh, diduga bahwa periode
puncak perbandingan H/V mikrotremor memberikan dasar dari periode gelombang S.
Perbandingan H/V pada mikrotremor adalah perbandingan kedua komponen yang
secara teoritis menghasilkan suatu nilai. Periode dominan suatu lokasi secara dasar
dapat diperkirakan dari periode puncak perbandingan H/V mikrotremor. Pada tahun
1989, Nakamura mencoba memisahkan efek sumber gelombang dengan efek geologi
dengan cara menormalisir spektrum komponen horizontal dengan komponen vertikal
pada titik ukur yang sama. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rekaman pada
stasiun yang berada pada batuan keras, nilai maksimum rasio spektrum komponen
horizontal terhadap vertical mendekati nilai satu.
14
Gambar 3.7 Model Cekungan yang berisi Material sedimen halus (Slob, 2007)
𝑆
𝑇𝐻 = 𝑆 𝐻𝑆 (3.1)
𝐻𝐵
𝑆
𝑇𝑉 = 𝑆 𝑉𝑆 (3.2)
𝑉𝐵
𝑆𝑉𝐵
=1 (3.3)
𝑆𝐻𝐵
15
Karena rasio spektrum antara komponen horizontal dan vertikal di batuandasar
mendekati nilai satu, maka gangguan yang terekam pada permukaan lapisan tanah
akibat efek dari gelombang Reyleigh dapat dihilangkan, sehingga hanya ada pengaruh
yang disebabkan oleh struktur geologi lokal atau site effect (𝑇𝑆𝐼𝑇𝐸). 𝑇𝑆𝐼𝑇𝐸
menunjukkan puncak amplifikasi pada frekuensi dasar dari suatu lokasi (Slob, 2007).
Berdasarkan persamaan (3.1), (3.2), dan (3.3) didapatkan besarnya 𝑇𝑆𝐼𝑇𝐸sebagai:
𝑇𝐻 𝑆𝐻𝑆
𝑇𝑆𝐼𝑇𝐸 = = (3.4)
𝑇𝑉 𝑆𝑉𝑆
Sehingga
√(𝑆𝑈𝑇𝐴𝑅𝐴−𝑆𝐸𝐿𝐴𝑇 )2 −(𝑆𝐵𝐴𝑅𝐴𝑇−𝑇𝐼𝑀𝑈𝑅 )2
HVSR = 𝑇𝑆𝐼𝑇𝐸 = 𝑆𝑉𝐸𝑅𝑇𝐼𝐾𝐴𝐿
(3.5)
Variabel
16
paling besar adalah mempresentasikan nilai frekuensi dominan dari rekaman. Dalam
hal ini merupakan sinyal gempabumi maupun noise.
Dari nilai frekuensi dominan yang terukur dipermukaan, dapat diketahui
karakteristik batuan dibawahnya, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1 tentang
klasifikasi tanah berdasarkan nilai frekuensi dominan mikrotremor. Lalu pada tahun
1981, Kanai melakukan modifikasi pada pengkalsifikasian tanah berdasarkan
frekuensi dominan, hasil modifikasi tersebut ditunjukkan oleh Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Kalisifikasi Tanah Berdasarkan Nilai Frekuensi Dominan Mikrotremor
Oleh (Prasetyo, 2017)
17
tinggi umumnya memiliki kerentanan untuk mengalami kerusakan wilayah yang
cukup tinggi jika terlanda gempabumi. Hal ini dikarenakan periode dominan
berbanding lurus dengan nilai penguatan goncangan / amplifikasi.
Nilai periode dominan di suatu wilayah juga berkontribusi pada
nilaiaplifikasi di wilayah tersebut. Periode dominan tinggi pada suatu wilayah
menunjukkan kecenderungan suatu wilayah untuk mengalami penguatan
goncangan/amplifikasi yang tinggi sehingga rentan mengalami kerusakan wilayah
yang memiliki nilai periode dominan tinggi umumnya adalah wilayah pendataran
yang disusun oleh endapan permukaan. Namun demikian besarnya nilai periode
dominan di wilayah yang disusun oleh endapan permukaan (alluvium) menunjukkan
ketebalan.
Nilai periode dominan tanah (Tg) di suatu tempat dapat dicari dengan
mencari nilai frekuensi dominannya terlebih dahulu. Untuk mendapatkan nilai
frekuensi dominan tanah dapat dilakukan dengan metode HVSR (Horizontal to
Vertical Spectral Ratio). Dari nilai frekuensi dapat dinyatakan nilai periode dominan
suatu wilayah yang secara matematis dituliskan sebagai berikut :
1
𝑇𝑔 = (3.6)
𝑓𝑔
18
3.4.4 Amplifikasi
19
Pada batuan yang sama, nilai amplifikasi dapat bervariasi sesuai dengan tingkat
deformasi dan pelapukan pada tubuh batuan tersebut.
𝐴2
𝐾𝑔 = × 10−6
𝑓𝑔
Keterangan :
20
Percepatan tanah permukaan di suatu tempat yang disebabkan oleh getaran
seismik bergantung pada perambatan gelombang seismik dan karakteristik lapisan
tanah (alluvial deposit) di tempat tersebut (Kanai, 1983). Sifat-sifat lapisan tanah
mempengaruhi periode predominan tanah dari lapisan tanah tersebut bila ada getaran
seismik. Periode dominan tanah akan mempengaruhi besarnya percepatan batuan pada
lapisan batuan dasar (base rock) dan pada permukaan (ground surface). Berdasarkan
besarnya nilai periode dominan (Tg).
Dengan demikian semakin besar percepatan getaran tanah maksimum
makagempabumi yang bersangkutan dianggap semakin kuat, energi besar dan
dianggap semakin banyak membuat kerusakan. Dalam Douglas (2011), persamaan
Kanaimerupakan salah satu persamaan empiris yang digunakan dalam
perhitunganpercepatan tanah. Persamaan ini diterapkan di California dan Jepang,
denganbentuk persamaan sebagai berikut :
1,83
1
𝛼= 10𝑀−𝑃 𝐿𝑜𝑔 𝑅+(0,167 𝑅 (3.8)
√𝑇0
Keterangan :
Perhitungan jarak episenter yaitu jarak dari episenter ke titik pengukuran, digunakan
persamaan berikut :
21
Keterangan :
1
𝑅 = ( ∆2 + ℎ 2 )2 (3.10)
Keterangan :
22
Menurut Nakamura (2000) dan Nakamura (2008), GSS
merupakankemampuan suatu material lapisan tanah untuk meregang dan bergeser saat
terjadigempabumi. Daerah-daerah yang memiliki nilai GSS tinggi memiliki resiko
tinggi terhadap gerakan tanah akibat gempabumi, seperti penurunan tanah, getaran
tanah, dan peregangan tanah. Untuk menghitung GSS lapisan tanah permukaan di
suatutepat saat terajdi gempabumi, Nakamura (2000) dan Nakamura (2008)
mengalikan antara indeks kerentanan seismik berdasarkan mikrotremor dengan
percepatan tanah maksimum yang dirumuskan sebagai berikut :
𝛾 = 𝐾𝑔 × 𝛼 (3.11)
Keterangan :
γ = GSS
Kg = Indeks Kerentanan Seismik (s2/cm)
α = Percepatan Getaran Tanah Maksimum (cm/s2)
23
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
24
Gambar (4.1) Lokasi Tempat penelitian
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
a. Satu set alat Seismograph tipe TDS – 303S.
b. Satu buah GPSMAP tipe 60CSx sebagai penentu koordinat.
c. Satu buah kompas sebagai penentu arah mata angin.
d. Satu buah laptop dilengkapi dengan beberap software yang digunakan
antara lain :
a. Data Primer
25
4. Melakukan pengecekan data, apabila ada data yang dianggap tidak
bagus di suatu titik, maka akan dilakukan pengukuran ulang.
b. Data Sekunder
a. Mikrozonasi
1. Data seismik yang diperoleh dari lapangan yang berupa sinyal seismic yang di
pindahkan ke komputer dalam bentuk data numerik, kemudian diolah dengan
beberapa software sehingga menghasilkan nilaifrekuensi dan amplitudo.
2. Data ini kemudian dikonversi ke format dat agar bisa diolah dengan proses
HVSR.
3. Data ini harus diubah ke format SAF dengan menggunakan software
datapro agar dapat diolah dengan software geopsy.
4. Hasil keluaran software geopsy berupa rata-rata spektrum mikrotremor
seperti yang ditunjukkan gambar 4.6. Dari spektrum ini dapat diketahui
5. Untuk menghitung nilai PGA didapatkan dari katalog gempa yang
didownload pada website BMKG. Sebelum menghitung nilai ini,
diperlukan pula nilai periode dominan yang diperoleh dari pengukuran
mikrotremor sebelumnya yang mengahsilkan nilai frekuensi dominan.
Setelah mendapatkan nilai periode dominan, maka nilai PGA dapat
26
dihitung dengan menggunakan persamaan empiris Metode Kanai pada
Persamaan (3.8).
6. Setelah diperoleh nilai indeks kerentanan seismik dan nilai PGA, maka
didapatkan nilai GSS dengan menggunakan persamaan (3.11).
7. Setelah ini peta kontur tersebut diubah menjadi peta mikrozonasi GSS
sebagai peta mikrozonasi gempa bumi dengan menggunakan software
Surfer 15.
8. Untuk menghitung Intensitas Gempa didapatkan dengan menggunakan
persamaan 3.12.
9. Setelah itu didaptkan peta kontur untuk menvisualisasikan
(mikrozonasi) intensitas gempa dengan menggunakan software Surfer
15.
27
4.7 Diagram Alir Penelitian
Diagram alir penelitian ini dapat ditunjukkan oleh gambar 4.7
Mulai
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Menggunakan Microsoft
EXCEL
Nilai Tg,Kg,PGA,GGS,Intensitas
Gempa
Kesimpulan
Selesai
28
4.8 Jadwal Penelitian
29
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Satria Subkhi. 2013. Penentuan Zona Rawan Guncangan Bencana Gempa
Bumi Berdasarkan Analisis Nilai Amplifikasi HVSR Mikrokontroler Dan Analisis
Periode Dominan Daerah Liwa Dan Sekitarnya. Universitas Lampung. Bandar
Lampung.
Badrul, 2010. Analisis Gempa Nias Dan Gempa Sumatera Barat Dan Kesamaannya
Yang Tidak Menimbulkan Tsunami. Sumatera Barat : Universitas Andalas
Fulki, Ahmad. 2011. Analisis Parameter Gempa, B Value Dan PGA Di Daerah
Papua. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
30
Susilo, A Dan S.A.Wiyono. 2012. Frequency Analysis Dan Seismic Vulnerability
Index By Using Nakamuro Methods At A New Artery Way In Porong, Sidoarjo,
Indonesia. International Jurnal Of Applied Physics And Mathematics.
31