Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH MIKROBIOLOGI

“MIKROSKOP DAN METODE MIKROBIOLOGI”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VI

1. DEVIANI WIDNESARI ( G 701 18 055 )

2. SHANGRILA NURULITA ( G 701 18 129 )

3. RIZKITA PUTRI AMALIA ( G 701 18 172 )

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. berkat rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kita diberi kesempatan kepada penyusun makalah ini,sehingga dapat
tersusun dengan baik sesuai dengan yang diharapkan nantinya.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui tentang mikroskop dan
metode mikrobiologi. Makalah ini tersusun masih banyak kekurangan dari segi manapun,
oleh sebab itu penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya atas bantuan
teman-teman yang memberi sumber materi penyusun juga mengucapkan terima kasih
kepada dosen-dosen pembimbing yang telah banyak memberi kesempatan dalam
penyelesaian makalah ini.

Demikianlah penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua yang ikut


berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini, semoga makalah ini bermannfaat bagi kita
semua. Amiin....

Penyusun

Kelompok VI

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
II.1 Mikroskop dan mikroskopik............................................................................2
II.2 Reagen pewarnaan mikroorganisme...............................................................6
II.3 Pewarnaan sederhana...................................................................................7
II.4 Pewarnaan negatif..................................................................................9
II.5 Pewarnaan diferensial, pewarnaan gram, tahan asam, kapsul, spora dan dan
flagel.........................................................................................................10
BAB III PENUTUP
III.1 Kesimpulan..............................................................................................17
III.2 Saran......................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Mikroskop merupakan alat yang digunakan untuk mengamati benda-benda kecil
yang tidak kasat mata atau mikroorganisme yang mikroskopis. Mikroskop sendiri
dibagi menjadi dua jenis yaitu mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. Adapun
bagian-bagian mikroskop yang terdiri dari lensa okuler, lensa objektif, lengan
mikroskop, dan lain-lain yang akan dibahas pada praktikum ini.

Mikrobiologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang


mikroba yang tak kasat mata, mikroba yang mencakup bermacam-macam kelompok
organisme mikroskopik yang terdapat sebagai sel tunggal maupun kelompok sel
bakteri, alga, protozoa, fungi, mikroskopik bahkan virus.
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil
sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme disebut juga
organisme mikroskopik. Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (uniseluler)
maupun bersel banyak (multiseluler) Namun, beberapa protista bersel tunggal masih
terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel tidak terlihat mata
telanjang.

Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil


sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme disebut juga
organisme mikroskopik. Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (uniseluler)
maupun bersel banyak (multiseluler). Mikroorganisme yang hidup di alam memiliki
morfologi, struktur dn sifat-sifat yang khas, begitu juga dengan bakteri. Salah satu
untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah
dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfugsi untuk
mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui
serangkaian pengecatan. ( Margaret F W 1989 ).

I.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian mikroskop dan mikroskopik ?
2. Bagaimana reagen pewarnaan mikroorganisme ?
3. Bagaimana pewarnaan sederhana ?
4. Bagaimana pewarnaan negatif ?
5. Bagaimana pewarnaan diferensial, pewarnaan gram, tahan asam, kapsul, spora
dan flagel ?

I.3 Tujuan
1. Mengetahui mikroskop dan mikroskopik
2. Mengetahui reagen pewarnaan mikroorganisme
3. Mengetahui pewarnaan sederhana
4. Mengetahui pewarnaan negatif
5. Mengetahui pewarnaan diferensial, pewarnaan gram, tahan asam, kapsul, spora
dan flagel.

1
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Mikroskop dan mikroskopik


1. Mikroskop
Mikroskop adalah suatu alat yang berada didalam laboratorium yang
memberikan bayangan dari benda yang diperbesar hingga ukuran tertentu hingga
dapat dilihat dengan mata (Cindy, 2009).

Kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah dilihat dengan mata.
Mikroskop ditemukan oleh Antony Van Leuwenhoek, dimana sebelumnya sudah
ada Robert Hook dan Marcello Malphgi yang mengadakan penelitian melalui
lensa yang sederhana. Lalu Antony Van Leuwenhoek mengembangkan lensa
sederhana itu menjadi lebih kompleks agar dapat mengamati protozoa, bakteri
dan berbagai makhluk kecil lainnya.

Mikroskop yang umum digunakan dalam mikrobiologi biasanya dilengkapi


dengan tiga lensa objektif, masing-masing lensa memberikan derajat pembesaran
yang berlainan, yang terpancang pada turret yaitu suatu alas (platform) yang
dapat diputar untuk menggerakkan masing-masing objektif sehingga letaknya
segaris dengan kondensor. Pembesaran total yang dapat dicapai dengan salah
satu objektif manapun ditentukan dengan mengalikan daya pembesaran lensa
objektif dengan daya pembesaran lensa mata, yang biasanya 10 kali.

Mikroskopi merupakan keahlian dalam menggunakan mikroskop, atau


teknik yang digunakan untuk menghasilkan detail struktur gambar dari obyek
kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.

a. Mikroskop dan komponen-komponennya

Mikroskop terdiri atas kaki mikroskop yang dibuat berat dan kokoh agar
mikroskop dapat berdiri stabil. Mikroskop memiliki tiga sistem lensa, yaitu lensa
obyektif, lensa okuler, dan kondensor. Fungsi lensa-lensa tersebut yaitu :

2
a. Lensa okuler adalah lensa yang letaknya di bagian ujung atas tabung dekat
dengan mata pengguna, pengamat. Fungsi utama lensa okuler ini adalah
untuk membentuk bayangan maya, tegak, dan diperbesar dari lensa objektif.

b. Lensa obyektif fungsinya untuk menentukan bayangan objektif serta


memperbesar benda yang diamati. Umumnya ada 3 lensa objektif dengan
pembesaran 4x, 10x, dan 40x. Letak dari lensa ini yaitu, dekat dengan
benda yang diamati (dekat dengan obyek).

c. Kondensor fungsinya sebagai lensa tambahan yang berfungsi untuk


mengumpulkan cahaya yang masuk dalam mikroskop. Letak dari lensa
ini yaitu dibawah meja preparat diatas diafragma.\

Pada mikroskop modern terdapat alat penerang di bagian dasar mikroskop


berfungsi untuk menerangi preparat. Pada mikroskop yang tanpa alat
penerangan mempunyai cermin datar dan cekung yang terdapat di bawah
kondensor. Cermin berfungsi untuk mengarahkan cahaya yang berasal dari
sumber cahaya luar ke dalam kondensor (Tim Dosen Pembina, 2012).

b. Komponen-komponen mikroskop
1. Lensa okuler, yaitu lensa yang dekat dengan mata pengamat lensa ini
berfungsi untuk membentuk bayangan maya, tegak, dan diperbesar dari
lensa objektif

2. Lensa objektif, lensa ini berada dekat pada objek yang di amati, lensa ini
membentuk bayangan nyata, terbalik, di perbesar. Di mana lensa ini di atur
oleh revolver untuk menentukan perbesaran lensa objektif.

3. Tabung mikroskop (Tubus), tabung ini berfungsi untuk mengatur


fokus dan menghubungan lensa objektif dengan lensa okuler.

3
4. Makrometer (Pemutar kasar), makrometer berfungsi untuk menaik -
turunkan tabung mikroskop secara cepat.

5. Mikrometer (Pemutar halus), pengatur ini berfungsi untuk menaikkan dan


menurunkan mikroskop secara lambat, dan bentuknya lebih kecil dari pada
makrometer.

6. Revolver, revolver berfungsi untuk mengatur perbesaran lensa objektif


dengan cara memutarnya.

7. Reflektor, terdiri dari dua jenis cermin yaitu cermin datar dan cermin
cekung. Reflektor ini berfungsi untuk memantulkan cahaya dari cermin ke
meja objek melalui lubang yang terdapat di meja objek dan menuju mata
pengamat. Cermin datar digunakan ketika cahaya yang di butuhkan
terpenuhi, sedangkan jika kurang cahaya maka menggunakan cermin cekung
karena berfungsi untuk mengumpulkan cahaya.

8. Diafragma, berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang


masuk.

9. Kondensor, kondensor berfungsi untuk mengumpulkan cahaya yang


masuk, alat ini dapat diputar dan dinaik turunkan.

10. Meja mikroskop, berfungsi sebagai tempat meletakkan objek yang akan
diamati.

11. Penjepit kaca, penjepit ini berfungsi untuk menjepit kaca yang melapisi
objek agar tidak mudah bergeser atau tidak mudah jatuh.

12. Lengan mikroskop, berfungsi sebagai pegangan pada mikroskop.

13. Kaki mikroskop, berfungsi untuk menyangga atau menopang mikroskop


4.
14. Sendi inklinasi (Pengatur sudut), untuk mengatur sudut atau tegaknya
mikroskop (Sulistyaindriani, 2010).

c. Macam-macam mikroskop

1. Mikroskop cahaya

Mikroskop cahaya dapat memperbesar secara efektif sekitar 1.000


kali dari ukuran asli spesimen. Pada perbesaran yang lebih tinggi, detail
tambahan tidak lagi dapat dilihat dengan jelas. Adapun teknik-teknik
yang digunakan oleh mikroskop cahaya yaitu :

 Medan terang (spesimen tak diwarnai)


 Medan terang (spesimen diwarnai)
 Fase-kontras
 Diferensiasi-interferensi-kontras (nomarski)
 Fluoresensi
 Konfokus

5
2. Mikroskop elektron

Mikroskop elektron adalah jenis mikroskop yan menggunakan sinar


partikel elektron untuk menerangi spesimen dan menghasilkan gambar
yang diperbesar. Mikroskop elektron dibagi menjadi dua, yaitu :

 Mikroskopi elektron payar (SEM), memfokuskan seberkas elektron


melalui spesimen atau pada permukaannya. Dengan resolusi
berbanding terbalik dengan panjang gelombang radiasi.
 Mikroskopi elektron transmisi (TEM), mengarahkan berkas
elektron melalui irisan spesimen yang sangat tipis, mirip dengan
cara mikroskop cahaya meneruskan cahaya melalui obyek (slide).

II.2 Reagen pewarnaan mikroorganisme


Mikroorganisme adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga untuk
mengamatinya diperlukan alat bantuan.Mikroorganisme disebut juga organisme
mikroskopik. Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel
banyak (multiseluler).

6
Metode pengecatan pertama kali ditemukan oleh Christian Gram pada tahun
1884. Dengan metode ini. Bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua yatu, bakteri
gram positif dan bakteri gram negative. Yang didasarkan dari reaksi atau sifat
bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh
komposisi dinding selnya sehingga pengecatan gram tidak bias dilakukan pada
mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp. Pada
umumnya bakteri bersifat tembus cahaya, hal ini disebabkan karena banyak bakteri
yang tidak mempunyai zat warna (Waluyo, 2004).\
Tujuan dari pewarnaan adalah untuk mempermudah pengamatan bentuk
sel bakteri, memperluas ukuran jazad, mengamati struktur dalam dan luar sel
bakteri, dan melihat reaksi jazad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat
fisik atau kimia jazad dapat diketahui. Berhasil tidaknya suatu pewarnaan sangat
ditentukan oleh waktu pemberian warna dan umur biakan yang diwarnai (umur
biakan yang baik adalah 24 jam). Umumnya zat warna yang digunakan adalah
garam-garam yang dibangun oleh ion-ion yang bermuatan positif dan negatif
dimana salah satu ion tersebut berwarna. Zat warna dikelompokkan menjadi dua,
yaitu zat pewarna yang bersifat asam dan basa. Langkah-langkah utama teknik
pewarnaan pembuatan olesan bakteri, olesan bakteri tidak boleh terlalu tebal atau
tipis, fiksasi dapat dilakukan secara pemanasan atau dengan aplikasi bahan kimia
seperti sabun, formalin, fenol dan aplikasi zat warna : tunggal, atau lebih dari satu
zat warna.

II.3 Pewarnaan sederhana


Pewarnaan sederhana adalah pewarnaan yang menggunakan zat warna tunggal
yang bertujuan untuk mengidentifikasi morfologi sel bakteri. Pada pewarnaan ini, zat
warna yang digunakan salah satunya adalah gentiana violet ( Pelczar, 2007).

7
Pada pewarnaan sederhana hanya menggunakan satu macam zat warna untuk
meningkatkan kontras antara mikroorganisme dan sekelilingnya. Menggunakan satu
macam zat warna (biru metilen/air fukhsin) tujuan hanya untuk melihat bentuk sel.
Pewarnaan sederhana, merupakan pewarna yang paling umum digunakan. Prosedur
pewarnaan sederhana mudah dan cepat, sehingga pewarnaan ini sering digunakan
untuk melihat bentuk ukuran dan penataan pada mikroorganisme bakteri. Pada
bakteri dikenal bentuk yang bulat (coccus), batang (basil), dan dengan
pewarnaan sederhana dapat juga terlihat penataan bakteri. Pada coccus dapat terlihat
pewarnaan seperti rantai (stertococcus), buah anggur ( stafilococcus), pasangan
(diplococcus), bentuk kubus yang terdiri dari 4 atau 8 (saranae) (Lay 1994).
Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan
sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana, yaitu
mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan
bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya
bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk
pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya
bermuatan positif).
Zat warna yang dipakai hanya terdiri dari satu zat yang dilarutkan dalam
bahan pelarut. Pewarnaan Sederhana merupakan satu cara yang cepat untuk melihat
morfologi bakteri secara umum. Beberapa contoh zat warna yang banyak
digunakan adalah biru metilen (30-60 detik), ungu kristal (10 detik) dan fukhsin-
karbol (5 detik).
Prinsip dasar dari pewarnaan sederhana adalah adanya ikatan ion antara
komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang
disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada
komponen seluler maupun pada pewarna.
Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan
pewarna basa. Pewarnaan asam merupakan pewarnaan yang menggunakan satu
macam zat warna dengan tujuan hanya untuk melihat bentuk sel. Adapun zat warna
yang dipakai dalam pewarnaan positif adalah metilen biru dan air furksin.
Sedangkan pewarnaan basa atau negatif merupakan metode pewarnaan untuk
mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada
pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini
berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel.

8
II.4 Pewarnaan negative
Pewarnaan negatif atau pengecetan negatif adalah pewarnaan yang dilakukan
bukan pada mikrobanya melainkan pewarnaan tersebut ditunjukan pada latar
belakang dari sel-sel mikroba menjadi gelap, zat warna tidak akan mewarnai sel
melainkan mewarnai lingkungan sekitarnya, sehingga bakteri tampak transparan
dengan latar belakang hitam. Pewarnaan negatif, metode ini bukan untuk mewarnai
bakteri tetapi latar belakngnya menjadi hitam gelap. Teknik ini berguna untuk
menentukan morfologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan ini olesan tidak mengalami
pemanasan atau perlakuan yang keras dengan bahan-bahan kimia, maka terjadi
penyusutan dan salah satu bentuk agar kurang sehingga penentuan sel dapat
diperoleh dengan lebih tepat. Pada pewarnaan negatif, lingkungan yang berwarna
hitam disebabkan oleh pewarna yang digunakan adalah nigrosin atau tinta cina yang
memiliki warna dasar hitam. Dalam kondisi pH mendekati netral, dinding sel bakteri
cenderung bermuatan negatif sehingga pewarna asam yang bermuatan negatif akan
ditolak oleh dinding sel bakteri. Oleh karena itu dinding sel menjadi tidak berwarna
(Alcamo,1996).

Contoh pewarna yang biasa digunakan yaitu tinta cina, larutan nigrosin, asam
pikrat dan eosin. Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel.
Pada pewarnaan ini olesan tidak mengalami pemanasan atau perlakuan yang keras
dengan bahan-bahan kimia, maka terjadi penyusutan dan salah satu bentuk agar
penentuan sel dapat diperoleh dengan lebih tepat. Metode ini menggunakan cat
nigrosin atau tinta cina (Hadiotomo, 1990).

9
II.5 Pewarnaan diferensial : pewarnaan gram, tahan asam, kapsul, spora dan
flagel

Pewarnaan differensial
a. Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram adalah pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan
paling banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi, karena merupakan
tahapan penting dalam langkah awal identifikasi. Pewarnaan ini didasarkan pada
tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya
lapisan lemak pada membran sel bakteri (Manurung, 2010). Metode ini diberi
nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–
1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan
antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae.
Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat
bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh
komposisi dinding selnya. Oleh karena itu, pengecatan Gram tidak bisa
dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti
Mycoplasma sp Contoh bakteri yang tergolong bakteri tahan asam, yaitu dari
genus Mycobacterium dan beberapa spesies tertentu dari genus Nocardia.
Bakteribakteri dari kedua genus ini diketahui memiliki sejumlah besar zat
lipodial (berlemak) di dalam dinding selnya sehingga menyebabkan dinding sel
tersebut relatif tidak permeabel terhadap zat-zat warna yang umum sehingga
sel bakteri tersebut tidak terwarnai oleh metode pewarnaan biasa, seperti
pewarnaan sederhana atau Gram.

10
Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat
warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram-positif akan
mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol,
sementara bakteri gram-negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna
penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat
semua bakteri gram-negatif menjadi berwarna merah atau merah muda.
Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini
berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka.
Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada
komponen dinding selnya. Kompleks zat iodin terperangkap antara dinding sel
dan membran sitoplasma organisme gram positif, sedangkan
penyingkiran zat lipida dari dinding sel organisme gram negatif dengan
pencucian alcohol memungkinkan hilang dari sel. Bakteri gram positif
memiliki membran tunggal yang dilapisi peptidohlikan yang tebal (25-50nm)
sedangkan bakteri negative lapisan peptidoglikogennya tipis (1-3 nm).
Sifat bakteri terhadap pewarnaan Gram merupakan sifat penting
untuk membantu determinasi suatu bakteri. Beberapa perbedaan sifat yang
dapat dijumpai antara bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif yaitu:

11
1. Ciri-ciri bakteri gram positif yaitu:

a) Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis


tunggal atau monolayer.
b) Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%),
peptidoglikan ada yang sebagai lapisan tunggal. Komponen
utama merupakan lebih dari 50% berat ringan. Mengandung
asam tekoat.
c) Bersifat lebih rentan terhadap penisilin.
d) Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti
ungu kristal.
e) Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit.
f) Lebih resisten terhadap gangguan fisik.
g) Resistensi terhadap alkali (1% KOH) larut
h) Tidak peka terhadap streptomisin
i) Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotoksin

12
2. Ciri-ciri bakteri gram negatif yaitu:

a) Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10 – 15 mm, berlapis tiga


atau multilayer.
b) Dinding selnya mengandung lemak lebih banyak (11-
22%), peptidoglikan terdapat didalam.
c) Lapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah sedikit ± 10% dari
berat kering, tidak mengandung asam tekoat.
d) Kurang rentan terhadap senyawa penisilin.
e) Pertumbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat warna dasar.
Misalnya kristal violet.
f) Komposisi nutrisi yang dibutuhkan relatif sederhana.
g) Tidak resisten terhadap gangguan fisik
h) Resistensi terhadap alkali (1 % KOH) lebih pekat.
i) Peka terhadap streptomisin.
j) Toksin yang dibentuk Endotoksin.

b. Pewarnaan Tahan Asam


Pewarnaan ini ditujukan terhadap bakteri yang mengandung lemak
dalam konsentrasi tinggi sehingga sukar menyerap zat warna, namun jika
bakteri diberi zat warna khusus misalnya karbolfukhsin melalui proses
pemanasan, maka akan menyerap zat warna dan akan tahan diikat tanpa
mampu dilunturkan oleh peluntur yang kuat sekalipun seperti asam-alkohol.
Karena itu bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA). Pewarnaan tahan
asam Tipe pewarnaan diferensial lebih dari satu pewarna untuk
membedakan suatu mikroorganisme dengan kandungan dinding sel
peptidoglikan serta disusun lebih dari 60% lipid kompleks yang tahan
terhadap dekolorisasi dengan alkohol asam.

13
Teknik pewarnaan ini dapat digunakan untuk mendiagnosa keberadaan
bakteri penyebab tuberkulosis yaitu Mycobacterium tuberculosis . Ada
beberapa cara pewarnaan tahan asam, namun yang paling banyak adalah
cara menurut Ziehl-Neelsen (,2009).

Bakteri Tahan Asam (pink) dan bakteri Tidak Tahan Asam (biru)

c. Pewarnaan Spora
Spora bakteri (endospora) tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan
biasa, diperlukan teknik pewarnaan khusus. Pewarnaan Klein adalah
pewarnaan spora yang paling banyak digunakan.
Menurut Volk & Wheeler (1988), dalam pengamatan spora bakteri
diperlukan pewarnaan tertentu yang dapat menembus dinding tebal spora.
Contoh dari pewarnaan yang dimaksudkan oleh Volk & Wheeler tersebut
adalah dengan penggunaan larutan hijau malakit 5%, dan untuk
memperjelas pengamatan, sel vegetative juga diwarnai dengan larutan
safranin 0,5% sehingga sel vegetative ini berwarna merah. Dengan demikian
ada atau tidaknya spora dapat teramati, bahkan posisi spora di dalam tubuh
sel vegetative juga dapat diidentifikasi. Namun ada juga zat warna khusus
untuk mewarnai spora dan di dalam proses pewarnaannya melibatkan
treatment pemanasan, yaitu; spora dipanaskan bersamaan dengan zat warna
tersebu tsehingga memudahkan zat warna tersebut untuk meresap ke dalam
dinding pelindung spora bakteri.

Skema prosedur pengecatan Spora Schaeffer Fulton

14
d. Pewarnan kapsul
Kapsul dan lendir tidaklah esensial bagi kehidupan sel, tapi dapat
berfungsi sebagai makanan cadangan, perlindungan terhadap fagositosis (
baik dalam tubuh inang maupun dialam bebas ) atau perlindungan terhadap
dehidrasi. Kemampuan menghasilkan kapsul merupakan sifat genetis, tetapi
produksinya sangat dipengaruhi oleh komposisi medium tempat
ditumbuhkannya sel-sel yang bersangkutan. Komposisi medium juga dapat
mempengaruhi ukuran kapsul. Ukuran kapsul berbeda-beda menurut jenis
bakterinya dan juga dapat berbeda diantara jalur-jalur yang berlainan dalam
satu spesies.
Pada beberapa jenis bakteri adanya kapsul sebagai petunjuk virulensi.
Semua kapsul bakteri tampaknya dapat larut dalam air. Komposisi kimiawi
kapsul ada yang berupa glukosa ( misalnya dektrosa pada leokonostok
mesendteroides), polimer gula amino (misalnya asam hialuronat pada
Staphylococcus piogenik), polipeptida (misalnya polimer asam D-glutamat
pada Bacillus antraksis) atau kompleks polisakarida protein ( misalnya B
disentri). Simpai biasanya diperlihatkan dengan cara pewarnaan negatif atau
modifikasi dari cara itu. Salah satu pewarnaan simpai (kapsul) ini ( metode
Welch) meliputi pemberian larutan kristal ungu panas disusul kemudian
dengan pencucian dengan larutan tembaga sulfat. Tembaga sulfat ini
digunakan untuk menghilangkan zat warna berlebihan karena pencucian biasa
dengan air akan melarutkan simpai. Garam tembaga memberi pula warna
pada latar belakang, sehingga sel dan latar belakang akan tampak biru tua dan
simpai berwarna biru yang lebih muda. Pewarnaan ini menggunakan
larutan Kristal violet panas, lalu larutan tembaga sulfat sebagai pembilasan
menghasilkan warna biru pucat pada kapsul, karena jika pembilasan dengan
air dapat melarutkan kapsul. Garam tembaga juga memberi warna pada
latar belakang. Yang berwarna biru gelap.

15
e. Pewarnaan flagel

Flagel merupakan organel sel yang tidak dapat dilihat dengan pewarnaan
biasa. Untuk itu pewarnaan khusus atau dengan mikroskop electron. Pewarnaan
flagel dengan memberi suspense koloid garam asam tanat yang tidak stabil,
sehingga terbentuk presipitat tebal pada dinding sel dan flagel. Dikenal 4 jenis
flagel :

a. Monotrikh, flagel tunggal pada salah satu ujung,


missal : Vibrio sp.
b. Lofotrikh, terdapat 1/lebih flagel disalah satu ujung missal:
Alcalingenes sp
c. Amfitrikh, terdapat 1/lebih flagel di kedua ujung, missal: Alcalingenes
sp
d. Peritrikh, flagel terbesar diseluruh badan kuman, misal: Pruteus
vulganis.

16
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

1.) Mikrobiologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari


tentang mikroba yang tak kasat mata, mikroba yang mencakup
bermacam- macam kelompok organisme mikroskopik yang terdapat
sebagai sel tunggal maupun kelompok sel bakteri, alga, protozoa, fungi
mikroskopik bahkan virus. Mikroorganisme adalah organisme yang
berukuran sangat kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat
bantuan.

2.) Mikroskop merupakan sebuah alat untuk melihat obyek atau benda-
benda yang terlalu kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata
telanjang. Kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah dilihat
dengan mata. Teknik perwarnaan bakteri yaitu Pewarnaan sederhana,
Pewarnaan Negatif, Pewarnaan Diferensial: pewarnaan gram, tahan
asam, kapsul, spora dan flagel

III.2 Saran
Dengan selesainya makalah ini diharapkan agar pembaca dapat
mengambil manfaat dan pengetahuan dari makalah ini serta dapat berbagai
macam teknik dalam pewarnaan mikroorganisme.

17
DAFTAR PUSTKA

Alcamo I.E. 1996. Farmingdale: Addison Wesley publi.


Laboratory fundanmentals of microbiology shing
company.

cindy.2009. pengertian mikroskop. http://justcindyz/wordpress.com

Entjang, Indan, 2003. Mikrobiologi dan parasitologi untuk akademi


perawat dan sekolah tenaga kesehatan yang sederajat. PT. CITRA
ADITIA BAKTI. Bandung
Hadioeotomo. 1990. Mikrobiologi Dasar dalam praktek.
Gramedia.jakarta. Indriani, Sulistya. 2010. Bagian-bagian
mikroskopdan fungsinya. Diunduh dari
http://sulistyaindriani.wordpress.com/2010/07/12/bagian-bagian
mikroskop
dan fungsinya

Lay, B. W. (1994). Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT. Raga

Grafindo Persada.

Margareth F W. 1998. Mikrobiologi Dasar Jilid 1. Jakarta : Erlangga

Pelczar, MJ., Chan, E.C.S, 2007. Dasar-dasar mikrobiologi jilid ke-1.


Hadioetomo, R.S., Imas, Tdari ., Tjitrosmo,S.S., Angka, S.L.,
penerjemah. Jakarta: UI Press . Terjemahan dari : Element of
microbiology

Tim dosen pembina. 2015. Petunjuk praktikum biologi umum. Jember:


universitas jember

Volk, W.A dan M.F Wheleer, 1998, mikrobiologi dasar , jil 2, ed 5,


terjemahan S.
Adisoemarto,Erlangga, Jakarta.

Waluyo, Lid. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM PRESS, Malang.

Anda mungkin juga menyukai