Anda di halaman 1dari 15

“GAMBARAN KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA

HIPERTENSI DI DESA DONOMULYO


KABUPATEN MALANG”

Di Susun Oleh :

DWI ANITA NINGRUM ( 171038 )

2D KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN RS dr.SOEPRAOEN
MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi adalah kondisi ketika seseorang mengalami kenaikan tekanan darah baik
secara lambat atau mendadak (akut). Hipertensi menetap (tekanan darah tinggi yang tidak
menurun) merupakan faktor risiko terjadinya stroke, penyakit jantung koroner (PJK), gagal
jantung, gagal ginjal, dan aneurisma arteri (penyakit pembuluh darah). Meskipun
peningkatan tekanan darah relatif kecil, hal tersebut dapat menurunkan angka harapan hidup
(Agoes dkk, 2010). Hipertensi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi
seperti penyakit stroke, gagal jantung, gagal ginjal, pendarahan pada retina mata, pecahnya
pembuluh darah diotak dan kelumpuhan. Hipertensi hanya akan dikendalikan jika pasien
termotivasi untuk tetap pada rencana menjalankan diit hipertensi dan dapat dikontrol dengan
pengaturan pola makan yang baik dan aktifitas fisik yang cukup.
Berdasarkan data dari WHO tahun 2000, menunjukkan sekitar 972 juta orang atau 26,4%
penduduk dunia menderita hipertensi, dengan perbandingan 50,54% pria dan 49,49 %
wanita. Prevalensi hipertensi di Indonesia tahun 2004 sekitar 14% dengan kisaran 13,4 -
14,6%, sedangkan pada tahun 2008 meningkat menjadi 16-18%. Hipertensi di Indonesia rata
rata meliputi 17-21% dari keseluruhan populasi orang dewasa. Penderita hipertensi lebih
banyak terjadi pada perempuan yaitu 37% daripada laki-laki yang sebanyak 28%
(Depkes,2013). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur pada tahun
2013 prevelensi hipertensi sejumlah 112.583 kasus (Profil Kesehatan Jawa Timur, 2013).
Hasil survey data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Jombang (2016) ditemukan pada laki-
laki 31% dan perempuan 54,08%. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Dusun Donomulyo
Desa Donomulyo Kabupaten Malang, 3 dari 5 orang lansia (60) kurang patuh dalam
melakukan diet hipertensinya.
Hipertensi sangat erat hubungannya dengan faktor gaya hidup dan pola makan. Gaya
hidup sangat berpengaruh pada bentuk perilaku atau kebiasaan seseorang yang mempunyai
pengaruh positif maupun negatif pada kesehatan. Hipertensi belum banyak diketahui sebagai
penyakit yang berbahaya, padahal hipertensi termasuk penyakit pembunuh diam-diam,
karena penderita hipertensi merasa sehat dan tanpa keluhan berarti sehingga menganggap
ringan penyakitnya. Sehingga pemeriksaan hipertensi ditemukan ketika dilakukan
pemeriksaan rutin/saat pasien datang dengan keluhan lain. Dampak gawatnya hipertensi
ketika telah terjadi komplikasi, jadi baru disadari ketika telah menyebabkan gangguan organ
seperti gangguan fungsi jantung koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif/stroke.
Hipertensi pada dasarnya mengurangi harapan hidup para penderitanya. Penyakit ini menjadi
muara beragam penyakit degeneratif yang bisa mengakibatkan kematian. Hipertensi selain
mengakibatkan angka kematian yang tinggi juga berdampak kepada mahalnya pengobatan
dan perawatan yang harus ditanggung para penderitanya.
Penatalaksanaan hipertensi meliputi terapi non farmakologi dan terapi farmakologi.
Terapi non farmakologi berupa modifikasi gaya hidup meliputi pola diet, aktivitas fisik,
larangan merokok dan pembatasan konsumsi alkohol. Terapi farmakologis dapat diberikan
antihipertensi tunggal maupun kombinasi. Pemilihan obat anti hipertensi dapat didasari ada
tidaknya kondisi khusus (komorbid maupun komplikasi). Terapi non farmakologi untuk
penanganan hipertensi berupa anjuran modifikasi gaya hidup. Pola hidup sehat dapat
menurunkan darah tinggi. Pemberian terapi farmakologi dapat ditunda pada pasien hipertensi
derajat 1 dengan risiko komplikasi penyakit kardiovaskular rendah. Jika dalam 4-6 bulan
tekanan darah belum mencapai target atau terdapat faktor risiko penyakit kardiovaskular
lainnya maka pemberian medikamentosa sebaiknya dimulai. Pasien dapat melaksanakan diet
dengan baik apabila didukung dengan pengetahuan yang baik dan adanya dukungan
keluarga. Pengetahuan yang dimiliki seseorang akan mengacu pada persepsi untuk
melakukan suatu perilaku atau sikap dalam menjalankan pelaksanaan kepatuhan diet
hipertensi. Kepatuhan diet akan terlaksana dengan baik apabila seseorang itu tahu akan
manfaat yang dapat diambil dan didukung dengan pengetahuan yang memadai. Pengetahuan
yang dimiliki akan menentukan suatu perilaku dan perubahan untuk penyakitnya.
Pengetahuan yang rendah mengenai kepatuhan diet dapat menurunkan kesadaran terhadap
pentingnya melaksanakan kepatuhan diet hipertensi dan dapat berdampak atau berpengaruh
pada cara pelaksanaan diet hipertensi, akibatnya dapat terjadi komplikasi berlanjut.

1.2 Rumusan Masalah


“Bagaimana gambaran kepatuhan diet pada penderita hipertensi di Desa Donomulyo
Kabupaten Malang?”
1.3 Tujuan

Untuk mengetahui gambaran kepatuhan diet hipertensi pada penderita hipertensi di Desa
Donomulyo Kabupaten Malang

1.4 Manfaat

1. Teoritis

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai hubungan tingkat pengetahuan


dan kepatuhan diet hipertensi pada penderita hipertensi di Desa Donomulyo Kabupaten
Malang.

2. Praktis
a. Bagi Penderita Hipertensi
Manfaat yang bisa diperoleh penderita hipertensi adalah sebagai informasi dan
menambah pengetahuan kepada penderita hipertensi sebagai penatalaksanaan diet
hipertensi yang baik
b. Bagi Tenaga Kesehatan
Manfaat penelitian ini bagi keperawatan adalah hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan peningkatan terhadap kualitas asuhan 6 keperawatan khususnya pada
keperawatan gerontik mengenai hubungan pengetahuan dan sikap dengan kepatuhan diet
hipertensi
c. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian dapat digunakan masyarakat untuk mendukung usaha
peningkatan kesehatan khususnya dalam diit hipertensi secara benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Hipertensi


2.1.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan peningkatan
tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO, 2013; Ferri, 2017). Penyakit hipertensi atau tekanan
darah tinggi adalah salah satu jenis penyakit yang mematikan di dunia dan faktor risiko
paling utama terjadinya hipertensi yaitu faktor usia sehingga tidak heran penyakit
hipertensi sering dijumpai pada usia senja/ usia lanjut (Fauzi, 2014), sedangkan menurut
Setiati (2015), hipertensi merupakan tanda klinis ketidakseimbangan hemodinamik suatu
sistem kardiovaskular, di mana penyebab terjadinya disebabkan oleh beberapa faktor atau
multi faktor sehingga tidak bisa terdiagnosis dengan hanya satu faktor tunggal (Setiati,
2015).

2.1.2 Klasifikasi

Klasifikasi hipertensi berdasarkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik
dibagi menjadi empat klasifikasi, klasifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1
Klasifikasi berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik

Kategori Tekanan darah sistolik (mmHg) Tekanan darah diastolik


(mmHg)
Normal < 120 mmHg < 80mmHg
Prahipertensi 120-139 mmHg 80–89mmHg
Stadium 1 140–159 mmHg 90–99mmHg
Stadium 2 ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg
Hipertensi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tekanan darah pada orang dewasa
menurut Triyanto (2014), adapun klasifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2
Klasifikasi berdasarkan tekanan darah pada orang dewasa

Kategori Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik


(mmHg) (mmHg)
Normal < 130 mmHg < 85 mmHg
Normal Tinggi 130-139 mmHg 85–89 mmHg
Stadium 1 ( ringan ) 140–159 mmHg 90–99 mmHg
Stadium 2 ( sedang ) 160–179 mmHg 100–109 mmHg
Stadium 3 ( berat ) 180–209mmHg 110–119 mmHg
Stadium 4 ( Maligna ) ≥ 210 mmHg ≥ 120 mmHg

2.1.3 Etiologi Hipertensi

Menurut Smeltzer (2013), berdasarkan penyebab terjadinya, hipertensi terbagi atas dua
bagian, yaitu :

a. Hipertensi Primer (Esensial)


Jenis hipertensi primer sering terjadi pada populasi dewasa antara 90% -95%.
Hipertensi primer, tidak memiliki penyebab klinis yang dapat diidentifikasi, dan juga
kemungkinan kondisi ini bersifat multifaktor (Smeltzer, 2013; Lewis, Dirksen,
Heitkemper,& Bucher,2014). Hipertensi primer tidak bisa disembuhkan, akan tetapi bisa
dikontrol dengan terapi yang tepat. Dalam hal ini, faktor genetik mungkin berperan
penting untuk pengembangan hipertensi primer dan bentuk tekanan darah tinggi yang
cenderung berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun(Bell, Twiggs, & Olin,
2015).

b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder memiliki ciri dengan peningkatan tekanan darah dan disertai
penyebab yang spesifik, seperti penyempitan arteri renalis, kehamilan, medikasi tertentu,
dan penyebab lainnya.Hipertensi sekunder juga bisa bersifat menjadi akut, yang
http://repository.unimus.ac.id
12menandakan bahwa adanya perubahan pada curah jantung (Ignatavicius, Workman, &
Rebar, 2017).
2.1.4 Patofisiologi Hipertensi

Tekanan darah arteri sistemik merupakan hasil perkalian total resistensi/tahanan


perifer dengan curah jantung (cardiac output). Hasil Cardiac Output didapatkan melalui
perkalian antarastroke volume (volume darah yang dipompa dari ventrikel
jantung)denganhearth rate (denyut jantung). Sistem otonom dan sirkulasi hormonal
berfungsi untuk mempertahankan pengaturan tahanan perifer. Hipertensi merupakan
suatuabnormalitas dari kedua faktor tersebut yang ditandai dengan adanya peningkatan
curah jantung dan resistensi periferyang juga meningkat(Kowalak, 2011; Ardiansyah,
2012).
Berbagai teori yang menjelaskantentangterjadinya hipertensi, teori-teori tersebut antara
lain(Kowalak, 2011):

a. Perubahan yang terjadi pada bantalan dinding pembuluh darah arteri yang
mengakibatkan retensi perifermeningkat.

b. Terjadi peningkatan tonus pada sistem saraf simpatik yangabnormal dan berasal dalam
pusat vasomotor, dapat mengakibatkan peningkatan retensi perifer.

c. Bertambahnya volume darah yang disebabkan oleh disfungsi renal atau hormonal.

d.Peningkatan penebalan dinding arteriol akibat faktor genetik yang disebabkan oleh
retensi vaskuler perifer.

e. Pelepasan renin yang abnormal sehingga membentuk angiotensin II yang menimbulkan


konstriksi arteriol dan meningkatkan volume darah.

Tekanan darah yang meningkat secara terus-menerus pada pasien hipertensi dapat
menyebabkan beban kerja jantung akan meningkat. Hal ini terjadi karena peningkatan
resistensi terhadap ejeksiventrikel kiri. Agar kekuatan kontraksi jantung meningkat,
ventrikel kiri mengalami hipertrofi sehingga kebutuhan oksigen dan beban kerja jantung
juga meningkat. Dilatasi dan kegagalan jantung bisa terjadi, jika hipertrofi tidak dapat
mempertahankan curah jantung yang memadai. Karena hipertensi memicu aterosklerosis
arteri koronaria, maka jantung bias mengalami gangguan lebih lanjut akibat aliran darah
yang menurun menuju ke miokardium, sehingga timbul angina pektoris atau infark
miokard. Hipertensi juga mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah yang semakin
mempercepat proses aterosklerosis dan kerusakan organ-organ vital seperti stroke, gagal
ginjal, aneurisme dan cedera retina (Kowalak, 2011).
Kerja jantung terutama ditentukan besarnya curah jantung dan tahanan perifer.
Umumnya curah jantung pada penderita hipertensi adalah normal. Adanya kelainan
terutama pada peninggian tahanan perifer. Peningkatan tahanan perifer disebabkan karena
vasokonstriksi arteriol akibat naiknya tonus otot polos pada pembuluh darah tersebut.
Jikahipertensi sudah dialami cukup lama, maka yang akan sering dijumpai yaitu adanya
perubahan-perubahan struktural pada pembuluh darah arteriol seperti penebalan pada
tunika interna dan terjadi hipertrofi pada tunika media. Dengan terjadinya hipertrofi dan
hiperplasia, maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi sehingga
terjadi anoksia relatif. Halini dapat diperjelas dengan adanya sklerosis koroner (Riyadi,
2011).

2.1.5 Manifestasi Klinis Hipertensi

Hipertensi sulit dideteksi oleh seseorang sebab hipertensi tidak memiliki


tanda/gejala khusus. Gejala-gejala yang mudah untuk diamati seperti terjadi pada gejala
ringan yaitu pusing atau sakit kepala, cemas, wajah tampak kemerahan, tengkuk terasa
pegal, cepat marah, telinga berdengung, sulit tidur, sesak napas, rasa berat di tengkuk,
mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah di hidung) (Fauzi, 2014;
Ignatavicius, Workman, & Rebar, 2017). Selain itu, hipertensi memiliki tanda klinis yang
dapat terjadi, diantaranya adalah (Smeltzer, 2013)

a. Pemeriksaan fisik dapat mendeteksi bahwa tidak ada abnormalitas lain selain tekanan
darah tinggi.

b. Perubahan yang terjadi pada retina disertai hemoragi, eksudat, penyempitan arteriol,
dan bintik katun-wol (cotton-wool spots) (infarksio kecil), dan papil edema bisa terlihat
pada penderita hipertensi berat.
c. Gejala biasanya mengindikasikan kerusakan vaskular yang saling berhubungan dengan
sistem organ yang dialiripembuluh darah yang terganggu.

d. Dampak yang sering terjadi yaitu penyakit arteri koroner dengan angina atau infark
miokardium.

e. Terjadi Hipertrofi ventrikel kiri dan selanjutnya akan terjadi gagal jantung.

f. Perubahan patologis bisa terjadi di ginjal (nokturia, peningkatan BUN, sertakadar


kreatinin).

g. Terjadi gangguan serebrovaskular (stroke atau serangan iskemik transien [TIA] [yaitu
perubahan yang terjadi pada penglihatan atau kemampuan bicara, pening, kelemahan,
jatuh mendadak atau hemiplegia transien atau permanen]).

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


a. Foto Rontgen dada
Tes ini bertujuan untuk mengetahui adanya pembengkakan pada bilik kanan
jantung atau pembuluh darah paru-paru, yang merupakan tanda dari hipertensi pulmonal.

b. Elektrokardiogram ( EKG )
Untuk mengetahui listrik jantung dan mendeteksi gangguan irama jantung.

c. Ekokardiografi / USG
Dilakukan untuk menghasilkan citra jantung dan memperkirakan besarnya
tekanan pada arteri paru-paru serta kerja kedua bagian jantung untuk memompa darah.

d. Pemeriksaan darah
Untuk memeriksa kadar kalium, glukosa, kreatinin, sodium, kolesterol,
trigliserida, dan nitrogen urea ( BUN ) dalam darah.

2.1.7 Komplikasi Hipertensi

Komplikasi hipertensi berdasarkan target organ, antara lain sebagai berikut (Irwan,
2016):

a. Serebrovaskuler : stroke, transient ischemic attacks, demensia vaskuler, ensefalopati.

b. Mata : retinopati hipertensif.

c. Kardiovaskuler : penyakit jantung hipertensif, disfungsi atau hipertrofi ventrikel kiri,


penyakit jantung koroner, disfungsi baik sistolik maupun diastolik dan berakhir pada
gagal jantung (heart failure).

d. Ginjal : nefropati hipertensif, albuminuria, penyakit ginjal kronis.e.Arteri perifer:


klaudikasio intermiten

2.1.8 Pencegahan Hipertensi

Menurut Riyadi (2011), pencegahan hipertensi terbagi atas dua bagian, yaitu :
a. Pencegahan primer
Faktor risiko hipertensi antara lain: tekanan darah di atas rata-rata, adanya riwayat
hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), takikardia, obesitas, dan konsumsi garam
yang berlebihan dianjurkan untuk

1. Mengatur diet agar berat badan tetap idel juga untuk menjaga agar tidak terjadi
hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, dan sebagainya.

2. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.

3. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.

4. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.

b. Pencegahan sekunder.

Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi


karena faktor tertentu, tindakan yang bisa dilakukan berupa :

1. Pengelolaan secara menyeluruhbagi penderita baik dengan obat maupun tindakan-


tindakan seperti pencegahan primer.

2. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal atau stabil
mungkin.

3. Faktor-faktor risiko penyakit jantung iskemik yang lain harus dikontrol.

4. Batasi aktivitas

2.1.9 Penatalaksanaan Hipertensi

Setiap program terapi memiliki suatu tujuan yaitu untuk mencegah kematian dan
komplikasi, dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah arteri pada atau
kurang dari 140/90 mmHg (130/80 mmHg untuk penderita diabetes melitus atau
penderita penyakit ginjal kronis) kapan pun jika memungkinkan (Smeltzer, 2013)

a. Pendekatan nofarmakologis mencakup penurunan berat badan; pembatasan alkohol dan


natrium; olahraga teratur dan relaksasi. Diet DASH (Dietary Approaches to Stop
Hypertension) tinggi buah, sayuran, dan produk susu rendah lemak telah terbukti
menurunkan tekanan darah tinggi (Smeltzer, 2013).

b. Pilih kelas obat yang memiliki efektivitas terbesar, efek samping terkecil, dan peluang
terbesar untuk diterima pasien. Dua kelas obat tersedia sebagai terapi lini pertama :
diuretikdan penyekat beta (Smeltzer, 2013).

c. Tingkatkan kepatuhan dengan menghindari jadwal obat yangkompleks (Smeltzer,


2013).

Menurut Irwan (2016), tujuan pengobatan hipertensi adalah mengendalikan tekanan


darah untukmencegah terjadinya komplikasi, adapun penatalaksanaannya sebagai berikut
:

a. Non Medikamentosa
Pengendalian faktor risiko. Promosi kesehatan dalam rangka pengendalian faktor risiko,
yaitu :
1. Turunkan berat badan pada obesitas.
2. Pembatasan konsumsi garam dapur (kecuali mendapat HCT).
3. Hentikan konsumsi alkohol.
4. Hentikan merokok dan olahraga teratur.
5. Pola makan yang sehat.
6. Istirahat cukup dan hindari stress.
7. Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah) diet hipertensi.

Penderita atau mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi diharapkan lebih hati-hati
terhadap makanan yang dapat memicu timbulnya hipertensi, antara lain :
1. Semua makanan termasuk buah dan sayur yang diolah dengan menggunakan garam
dapur/soda, biskuit, daging asap, ham, bacon, dendeng, abon, ikan asin, telur pindang,
sawi asin, asinan, acar, dan lainnya.
2. Otak, ginjal, lidah, keju, margarin, mentega biasa, dan lainnya.
3. Bumbu-bumbu; garam dapur, baking powder, soda kue, vetsin, kecap, terasi, tomat,
kecap, petis, taoco, dan lain-lain.

b. Medikamentosa meliputi :

Hipertensi ringan sampai sedang, dicoba dulu diatasi dengan pengobatan non
medikamentosa selama 2-4 minggu. Medikamentosa hipertensi stage1 mulai salah satu
obat berikut :

1. Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg/hari dosis tunggal pagi hari


2. Propanolol 2 x 20-40 mg sehari.
3. Methyldopa
4. MgSO4
5. Kaptopril 2-3 x 12,5 mg sehari
6. Nifedipin long acting(short actingtidak dianjurkan) 1 x 20-60 mg

7. Tensigard 3 x 1 tablet
8. Amlodipine 1 x 5-10 mg
9. Diltiazem (3 x 30-60 mg sehari) kerja panjang 90 mg sehari.

Sebaiknya dosis dimulai dengan yang terendah, dengan evaluasi berkala


dinaikkan sampai tercapai respons yang diinginkan. Lebih tua usia penderita, penggunaan
obat harus lebih hati-hati. Hipertensi sedang sampai berat dapat diobati dengan kombinasi
HCT + propanolol, atau HCT + kaptopril, bila obat tunggal tidak efektif. Pada hipertensi
berat yang tidak sembuh dengan kombinasi di atas, ditambahkan metildopa 2 x 125-250
mg. Penderita hipertensi dengan asma bronchial jangan beri beta blocker. Bila ada
penyulit/ hipertensi emergensi segera rujuk ke rumah sakit

2.2 Konsep Kepatuhan


2.2.1 Pengertian Kepatuhan

Menurut Kozier (2010) kepatuhan adalah perilaku individu (misalnya: minum


obat, mematuhi diet, atau melakukan perubahan gaya hidup) sesuai anjuran terapi dan
kesehatan. Tingkat kepatuhan dapat dimulai dari tindak mengindahkan setiap aspek
anjuran hingga mematuhi rencana. Kepatuhan ini dibedakan menjadi dua yaitu kepatuhan
penuh (total compliance) dimana pada kondisi ini penderita hipertensi patuh secara
sungguh-sungguh terhadap diet, dan penderita yang tidak patuh (non compliance) dimana
pada keadaan ini penderita tidak melakukan diet terhadap hipertensi.

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

Menurut Kozier (2010), faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah sebagai berikut:

a. Motivasi klien untuk sembuh

b. Tingkat perubahan gaya hidup yang dibutuhkan

c. Persepsi keparahan masalah kesehatan

d. Nilai upaya mengurangi ancaman penyakit

e. Kesulitan memahami dan melakukan perilaku khusus


f. Tingkat gangguan penyakit atau rangkaian terapi

g. Keyakinan bahwa terapi yang diprogramkan akan membantu atau tidak membantu

h. Kerumitan , efek samping yang diajukan

i. Warisan budaya tertentu yang membuat kepatuhan menjadi sulit dilakukan

j. Tingkat kepuasan dan kualitas serta jenis hubungan denganpenyediaan layanan


kesehatan

2.2.3 Aspek Kepatuhan

Adapun aspek-aspek kepatuhan pengobatan adalah sebagai berikut:

1. Pilihan dan tujuan pengaturan.

2. Perencanaan pengobatan dan perawatan.

3. Pelaksanaan aturan hidup.

2.3 Konsep Diet


2.3.1 Pengertian Diet

Diet sering disalah artikan sebagai usaha mengurangi makan untuk mendapatkan
berat tubuh yang ideal, atau untuk mendapatkan bentuk tubuh yang ideal. Padahal,
berdasarkan asal serapan katanya, arti ini yang sebenarnya adalah mengatur pola makan.
Tentu saja, saat ini masih banyak orang yang menyalah artikan arti berat badan sendiri.
Oleh karena itu perlu diluruskan mengenai arti menurunkan berat badan yang sebenarnya.

Dalam kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga 2009 keluaran Persatuan Ahli
Gizi Indonesia (Persagi), Diet memiliki arti sebagai pengaturan pola dan konsumsi
makanan serta minuman yang dilarang, dibatasi jumlahnya, dimodifikasi, atau
diperolehkan dengan jumlah tertentu untuk tujuan terapi penyakit yang diderita,
kesehatan, atau penurunan berat badan.

Oleh karena itu Diet dapat di defenisikan sebagai usaha seseorang dalam
mengatur pola makan dan mengurangi makan untuk mendapatkan berat badan yang ideal.
Sekarang diet memiliki banyak jenis dari diet rendah kalori, diet rendah protein, diet
jantung, diet rendah gula, diet rendah garam, hingga diet rendah purin (untuk penderita
gout atau asam urat).

2.3.2 Tujuan Diet

Modifikasi diet atau pengaturan diet sangat penting pada klien


hipertensi,tujuan utama dari pengaturan diet hi pertensi adalah mengatur
tentang makanan s e h a t ya n g d a p a t m e n g o n t r o l t e k a n a n d a r a h t i n g g i
d a n m e n g u r a n g i p e n ya k i t k a r d i o v a s k u l e r . S e c a r a g a r i s b e s a r , d i e t
h i p e r t e n s i u n t u k m e n a n g g u l a n g i a t a u minimal mempertahankan keadaan
tekana darah. tujuan umum pengobatan hipertensi adalah untuk penurunan mortalitas dan
morbiditas yang berhubungan dengan hipertensi. mortalitas dan morbiditas
ini berhubungan dengan kerusakan organ target (misal; kejadian kardiovaskular atau
serebrovaskular, gagal jantung, dan penyakit ginjal).
m e n g u r a n g i r e s i k o merupakan tujuan utama terapi hipertensi, dan pilihan
terapi obat dipengaruhi secara bermakna oleh bukti yang menunjukkan pengurangan
resiko

2.3.3 Manfaat Diet

Adapun manfaat-manfaat dari diet tersebut :

a. Diet dapat menurunkan dan menaikkan berat badan .


Banyak orang yang salah pengertian akan diet . banyak yang mengganggap diet
hanyalah program untuk menurunkan berat badan , namun nyatanya diet dapat di lakukan
untuk menaikkan berat badan , hingga mendapatkan berat badan yang ideal .

b. Diet dapat meningkatkan metabolisme Tubuh

c. Diet berguna untuk menyeimbangkan pola makan sehari – hari

d. Diet dapat mengguatkan tulang


Seringnya kegemaran orang dalam mengkonsumsi daging tanpa
menyeimbangkannya dengan buah dan sayuran mengakibatkan kadar protein berlebihan
yang dapat mengganggu ginjal. Akibatnya, penyerapan kalsium terganggu dan memaksa
tubuh mengambil kalsium dari tulang. Namun saat seseorang melakukan diet , hal ini
tidak terjadi.

e. Memperlancar pencernaan
Pada saat melakukan diet karbohidrat kompleks dalam tubuh seseorang dicerna
secara berangsur-angsur dan teratur sehingga menyediakan sumber glukosa tetap. Inilah
yang akhirnya memperlancar pencernaan seseorang

f. Diet dapat menyehatkan kulit


Saat seseorang melakukan diet yang mana lebih banyak mengkonsumsi sayur dan
buah-buahan , membuat banyaknya vitamin alami yang masuk ketubuh . Itulah yang
akhirnya membuat kulit menjadi sehat . Bahkan pada beberapa buah yang kulitnya dapat
di konsumsi dapat membuat kulit tampah lebih cerah .

g. Diet dapat melindungi gigi


Pada pelaku diet seringnya gigi mengunyah padi-padian dan sayur-sayuran
daripada memotong daging membuat gigi lebih terlindungi . Dan air liur pada manusia
yang mengandung

h. Diet dapat mencegah berbagai penyakit


Karena pola makan yang teratur dan memenuhi asupan gizi yang baik diet dapat
mencegah berbagai penyakkit seperti diabetes , jantung , stroke , tulang keropos dan lain
– lain .

2.3.4 Jenis Makanan yang Diperbolehkan dan Tidak

2.4 Kerangka Konsep

Anda mungkin juga menyukai