Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS FARMASI VETERINER

Analisis Kuantitatif Kandungan Aspirin dengan Metode Titrasi Asam Basa

Aulia Delvionna
B351190101

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2020
PENDAHULUAN
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang
sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik
(terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan
dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung.
Kepopuleran penggunaan aspirin sebagai obat dimulai pada tahun 1918 ketika terjadi pandemik
flu di berbagai wilayah dunia.
Menurut kajian John Vane, aspirin menghambat pembentukan hormon dalam tubuh yang
dikenal sebagai prostaglandins. Siklooksigenase, sejenis enzim yang terlibat dalam pembentukan
prostaglandins dan tromboksan, terhenti tak berbalik apabila aspirin mengasetil enzim tersebut.
Aspirin dibuat dengan cara esterifikasi, dimana bahan aktif dari aspirin yaitu asam salisilat
direaksikan dengan asam asetat anhidrad atau dapat juga direaksikan dengan asam asetat glacial
bila asam asetat anhidrad sulit untuk ditemukan. Pada proses pembuatan reaksi esterifikasi ini
dibantu oleh suatu katalis asam untuk mempercepat reaksi dan juga dengan pemanasan. Pada
pembuatan aspirin juga ditambahkan air untuk melakukan rekristalisasi berlangsung cepat dan
terbentuk endapan. Endapan inilah yang merupakan aspirin.
Penggunaan aspirin yang berlebihan juga akan menimbulkan dampak negatif bagi
penggunanya. Beberapa efek samping dari penggunaan aspirin adalah sebagai berikut: mulas
atau iritasi pada perut, reaksi alergi, menyebabkan bayi lahir abnormal, membahayakan dalam
proses operaso karena mencegah penggumpalan darah, stroke, asma, dan masih banyak lagi.
Selain itu, hasil studi Aspirin for Asymptomatic Atherosclerosis (AAA) mmeberikan pernyataan
bahwa orang yang tidak memiliki gejala atau didiagnosis menderita penyakit pembuluh darah
atau jantung tidak boleh mengonsumsi aspirin, karena resiko pendarahan mungkin lebih besar
dari manfaatnya.
Molaritas suatu larutan menyatakan jumlah mol suatu zat per liter larutan. Menggunakan
molar akan memudahkan perhitungan dalam stoikiometri karena konsentrasi dinyatakan dalam
jumlah mol, namun penggunaan satuan dalam pengukuran volum menjadi kurang tepat, karena
volume suatu cairan berubah sesuai temperatur, sehingga molaritas larutan dapat berubah tanpa
menambahkan atau mengurangi zat apapun.
Konsentrasi aspirin didapat dari perkalian dengan volum dan molar NaOH, dimana volum
NaOH diperoleh dari percobaan titrasi asam basa. Titrasi merupakan metode analisis kimia
secara kunatitatif yang biasa digunakan dalam laboratorium untuk mennetukan konsentrasi dari
reaktan. Analisis titrimetri merupakan suatu dari bagian utama dari kimia analitik dan
perhitungannya berdasarkan hubungan stoikiometri dari reaksi-reaksi kimia. Dalam analisis
titrasi terdapat titran merupakan pereaksi yang ditambahkan sedikit-sedikit dalam bentuk larutan
dengan konsentrasi yang diketahui. Penambahan titran dilanjutkan hingga sejumlah titran yang
ekivalen dengan pereaksi lain telah ditambahkan. Maka dikatakan bahwa titik ekivalen titran
telah tercapai. Agar mengetahui bila pemabahan titran berhenti, praktikan dapat menggunakan
sebuah zat kimia yang disebut indikator, yang bertanggap terhadap adanya titran berlebih dengan
perubagan warna.
Memilih indikator yang akan digunakan merupakan salah satu aspek penting dari analisis
tetrimetri. Titik titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentunya merupakan
suatu harapan, bahwa titik akhir ada sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Salah satu indikator
yang dapat digunakan adalah indikator fenolftalin (PP). Pada percobaan kali ini kami akan
menghitung konsentrasi aspirin dalam tablet dengan metode titrasi menggunakan indikator PP.

METODE

Untuk menghitung konsentrasi aspirin dalam tablet, kita menggunakan metode titrasi asam
basa menggunakan indikator PP. Bahan yang digunakan adalah 1 tablet aspirin, larutan NaOH
0,1M, indikator PP, air suling, dan alkohol netral 70%. Sedangkan peralatan yang digunakan
melitputi gelas kimia, tabung erlenmeyer, buret, neraca analitik, lumpang porselin, penjepit, dan
lampu spirtus.
Percobaan dimulai dengan menumbuk tablet aspirin pada lumpang porselin sampai halus.
Masukan serbuk tablet aspirin kedalam gelas kimia, kemudian cuci lumpang porselin dengan
alkohol 70% sebanyak 25 ml dan masukan juga ke dalam gelas kimia. Goyangkan gelas kimia
sampai semua serbuk larut dalam alkohol. Kemudian panaskan larutan dengan lampu spirtus
sampai mendidih. Setelah dipanaskan, tambahkan aquades sebanyak 40 ml pada larutan untuk
mengencerkan aspirin.
Siapkan 3 buah erlenmeyer yang telah diberi 2 tetes indikator PP. Masukan larutan aspirin
tersebut ke dalam erlenmeyer dengan volume masing-masing 10 ml. Gunakanlah gelas ukur
untuk memudahkan dalam mendapatkan volume yang diinginkan. Mulailah menitrasi satu
persatu erlenmeyer dengan NaOH 0,1M menggunakan buret. Goyangkan erlenmeyer ketika
proses titrasi berlangsung dan amati jika ada perubahan warna menjadi kemerahan. Lakukan hal
yang sama kepada 2 erlenmeyer yang lain. Catat berapa NaOH yang dibutuhkan untuk
mengubah warna larutan menajadi kemerahan dari masing-masing erlenmeyer.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sebelum percobaan dimulai, terlebih dahulu perlu diketahui massa total dari tablet yang
akan digunakan dalam percobaan, karena massa total tablet ini akan diperhitungkan dalam
penghitungan konsentrasi aspirin yang terkandung di dalamnya. Dari hasil penimbangan
menggunakan neraca digital, didapat hasil bahwa massa dari tablet adalah 0,588 gram. Dari
massa tersebut akan dicari massa murni aspirin yang dikandungnya.
Hasil percobaan menunjukan bahwa jumlah volume larutan NaOH yang dibutuhkan untuk
menitrasi masing-masing larutan aspirin yang terdapat pada 3 erlenmeyer secara urut dari titrasi
pertama sampai titrasi ketiga adalah 8,5 ml, 8,7 ml, dan 9,2 ml. Meskipun volume larutan aspirin
yang digunakan untuk dititrasi pada masing-masing erlenmeyer adalah sama, yaitu 10 ml, namun
data menunjukan bahwa volume NaOH yang dibutuhkan supaya larutan aspirin mencapai titik
kesetimbangan mempunyai jumlah yang berbea-beda.
Aspirin merupakan turunan ester dari asam salisilat dan dibuat dengan cara esterifkasi dari
asetilasi asam salisilat dengan asetil klorida atau anhidrida asam asetat dengan persamaan reaksi
sebagai berikut:

Setelah aspirin ditumbuk sampai halus dalam lumpang porselin, kemudian aspirin
dimasukan ke dalam gelas kimia dengan diberi tambahan alkohol netral 70% sebanyak 25 ml.
penambahan alkohol netral 70% ini dikarenakan aspirin mudah larut (1-10 bagian) dalam
alkohol. Aspirin ini sukar larut (100-1000 bagian) dalam air, oleh karena itu perlu di larutkan
dalam alkohol. Penggunaan alkohol yang sifatnya netral agar saat dititrasi tidak bereaksi dengan
komponen yang lain. Jika ternyata alkohol asam, maka nantinya saat dititrasi ternyata tidak
sepenuhnya NaOH menetralkan aspirin, tetapi juha dapat menetralkan alkohol. Jika alkoholnya
bersifat basa, maka nantinya saat dicampurkan dengan aspirin akan terjadi penetralan antara
alkohol dengan aspirin sebelum dilakukan titrasi, sehingga hasil titrasi tidak valid karena ada
komponen lain yang bereaksi antara aspirin dengan NaOH.
Setelah dilarutkan dalam etanol, maka di goyang-goyangkan tujuannya adalah agar serbuk
aspirin larut dalam etanol. Namun, jika hanya digoyangkan-goyangkan saja maka ada beberapa
serbuk aspirin yang belum larut secara merata pada etanol, oleh sebab itu perlu dilakukan
pemanasan tujuannya agar laruan yang didapatkan itu terdisperi sempurna di dalam etanol.
Setelah dipanaskan, larutan aspirin diberi aquades sebanyak 40 ml. Tujuannya supaya pada saat
melakukan titrasi, NaOH yang perlu untuk menitrasi aspirin lebih efisien. Pemakaian aquades ini
cocok untuk mengencerkan aspirin, karena aquades merupakan larutan yang sifatnya netral dan
inert. Setelah itu tambahkan 2 tetes indikator PP. Pemberian 2 tetes indikator PP sudah dianggap
cukup, karena jika kita meneteskan lebih dari 2 tetes, nantinya akan mempengaruhi volume
aspirin.
Saat larutan aspirin ditambahkan PP warnanya masih bening, kemudian dititrasi dengan
larutan NaOH sambil digoyang-goyangkan, setelah mencapai titik ekivalen dimana mol aspirin
tepat bereaksi dengan NaOH menghasilkan produk dengan warna kemerahan. Jika kita
menggunakan indikator PP dalam titrasi asam basa, maka titik ekivalen ini berada dalam rentang
PH 8,3-10. Ketika proses titrasi berlangsung, gugus asetil dalam rekasi netralisasi ini lebih sukar
lepas dari pada gugus karbonil, sehingga terjadi reaksi sebagai berikut:

Titrasi menggunakan indikator fenolftalin (PP) diakhiri saat terjadi perubahan warna yang
konstan. Perlu diperhatikan, bahwa perubahan warna ini terjadi sangat singkat yaitu sekitar 1
menitan. Jika larutan sudah berubah menjadi bening lagi, maka larutan tersebut harus digoyang
lagi supaya kembali menghasilkan warna merah. Jika NaOH yang digunakan saat titrasi berlebih,
maka reaksinya dapat dituliskan seperti persamaan berikut:
Dari setiap larutan aspirin pada erlenmeyer, dimana volume larutan dibuat sama yaitu 10 ml,
ketika dititrasi dengan larutan NaOH, ternyata masing-masing erlenmeyer membutuhkan jumlah
volume NaOH yang berbeda sesuai dengan yang telah dijelaskan sebelumnya. Data hasil
percobaan dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 1. Jumlah NaOH yang dibutuhkan dalam titrasi larutan aspirin 10 ml

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa massa tablet yang adalah 0,588. Dari massa
tersebut, akan kita cari konsentrasi dari aspirin. Percobaan dilakukan sebanyak 3 kali dengan
percobaan pertama menggunakan volume aspirin 10 ml. Untuk mencapai titik ekivalen dimana
semua mol aspirin tepat bereaksi dengan NaOH membutuhkan volume NaOH sejumlah 8,5 ml.
percobaan kedua dilakukan dengan menggunakan 10 ml larutan aspirin dalam erlenmeyer. Untuk
mencapai titik ekivalen dimana semua mol aspirin tepat bereaksi dengan NaOH dengan ditandai
warna larutan berubah menjadi merah muda, dibutuhkan volume larutan NaOH sebanyak 8,7 ml.
Percobaan ketiga dilakukan menggunakan larutan aspirin sebanyak 10 ml, dititrasi dengan
larutan NaOH dan ketika mencapai titik ekivalen, jumlah volume NaOH yang dibutuhkan
sebanyak 9,2 ml.
Dari data percobaan tersebut dapat dilihat bahwa jumlah volume NaOH yang dibutuhkan
pada masing-masing percobaan mempunyai nilai yang berbeda meskipun jumlah larutan aspirin
yang digunakan sama. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah
dalam ketiga percobaan tersebut, saat titrasi berlangsung, goyangan erlenmeyer yang diberikan
pada masinig-masing percobaan berbeda. Semakin sering dan cepat erlenmeyer digoyangkan,
maka reaksi antara NaOH dengan larutas aspirin akan semakin cepat, sehingga akan timbul
warna merah.
Namun meskipun dari ketiga percobaan jumlah volume NaOH yang digunakan berbeda,
kita akan menggunakan rata-rata dari ketiga volume tersebut untuk menentukan konsentrasi
aspirinny. Konsentrasi aspirin dicari menggunakan rumus sebagai berikut:

Jadi, konsentrasi aspirin dalam tablet dengan massa 0,588 gram adalah 26,9% dari massa
tablet tersebut yaitu 0,158 gram atau 158 mg.
SIMPULAN
Dari percobaan di atas dapat disimpulakn bahwa konsentrasi aspirin yang terkandung
dalam 0,588 gram massa tablet adalah 26,9 % yaitu sebesar 158 mg. Percobaan dilakukan
dengan menggunakan metode titrasi asam basa dengan indikator PP. Percobaan dilakukan
sebanyak 3 kali dengan volume NaOH yang dibutuhkan pada masing-masing percobaan sebesar
8,5 ml, 8,7 ml, dan 9,2 ml. Dengan mencari rata-rata volumenya NaOH, besar Mr aspirin, molar
NaOH, dan massa tablet maka dapat dicari konsentrasi aspirin dalam tablet tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Awan, M., Aryani, P.,R., Dan Puspitasari, L. 2015. Menghitung Konsentrasi Aspirin Dalam
Tablet Menggunakan Metode Titrasi Asam Basa. Jurnal Kimia. Semarang: Universitas
Negeri Semarang.

Anda mungkin juga menyukai