Anda di halaman 1dari 24

ESOFAGOGRAFI

 Definisi
Esofagografi (barium swallow) merupakan suatu teknik radiografis untuk
pemeriksaan esofagus dengan menggunakan media kontras (biasasanya adalah barium sulfat).
Pemeriksaan bisa dilakukan dengan single kontras (hanya barium sulfat saja) serta bisa juga
double kontras dengan barium dan udara di mana pasien diberi kristal baking-soda (mirip
dengan Alka-Seltzer) untuk lebih meningkatkan kualitas gambar (Price, Sylvia A.2005).
Barium sulfat merupakan senyawa metalik yang muncul pada sinar-X dan digunakan
untuk membantu melihat kelainan pada esofagus dan lambung. Sinar-X diperlukan untuk
melihat jalur dari sistem pencernaan yang sudah dipenuhi oleh kontras (Price, Sylvia
A.2005).
X-ray (radiograf) adalah tes medis invasif yang membantu dokter dalam mendiagnosa
dan mengobati kondisi medis. Pencitraan dengan sinar-X menggunakan dosis kecil radiasi
pengion untuk menghasilkan gambar bagian dalam tubuh. Sinar-X merupakan bentuk tertua
dan paling sering digunakan dalam pencitraan medis (Price, Sylvia A.2005).
Selain sinar-X, dapat digunakan fluoroskopi yang memungkinkan untuk melihat
organ-organ internal dalam gerakan. Bila saluran pencernaan bagian atas dilapisi dengan
barium, radiolog dapat melihat dan menilai anatomi dan fungsi dari esofagus, lambung, dan
duodenum (Price, Sylvia A.2005).
 Anatomi dan Fungsi Esofagus
Esofagus adalah suatu saluran otot vertikal yang menghubungkan Hipofaring dengan
lambung. Ukuran panjangnya 23-25 cm dan lebarnya sekitar 2 cm (pada keadaan yang paling
lebar) pada orang dewasa. Esofagus dimulai dari batas bawah Kartilago Krikoidea kira-kira
setinggi Vertebra Servikal VI kemudian akan berakhir di Orifisium Kardia Gaster setinggi
Vertebra Thorakal XI (Price, Sylvia A.2005).
Menurut letaknya esofagus terdiri dari beberapa segmen :
1. Segmen servikalis 5-6 cm ( C.VI-Th. I )
2. Segmen torakalis 16-18 cm ( Th I-V )
3. Segmen diafragmatika 1-1,5 cm ( Th X )
4. Segmen abdominalis 2,5 – 3 cm ( Th.XI )
Dinding esofagus terdiri dari 3 lapisan yaitu: mukosa yang merupakan epitel skuamosa,
submukosa yang terbuat dari jaringan fibrosa elastis dan merupakan lapisan yang terkuat dari
dinding esofagus, serta otot-otot esofagus yang terdiri dari otot sirkuler bagian dalam dan
longitudinal bagian luar dimana 2/3 bagian atas dari esofagus merupakan otot skelet dan 1/3
bagian bawahnya merupakan otot polos (Price, Sylvia A.2005).
Pada bagian leher, esofagus menerima darah dari a. karotis interna dan trunkus
tiroservikal. Pada bagian mediastinum, perdarahan esofagus disuplai oleh a. esofagus dan
cabang dari a. bronkial. Setelah masuk ke dalam hiatus esofagus, esofagus menerima darah
dari a. phrenikus inferior, dan bagian yang berdekatan dengan gaster di suplai oleh a.
gastrika sinistra. Darah dari kapiler-kapiler esofagus akan berkumpul pada v. esofagus, v.
tiroid inferior, v. azygos, dan v. Gastrika (Price, Sylvia A.2005).
Esofagus memiliki beberapa daerah penyempitan (Price, Sylvia A.2005):
 Daerah krikofaringeal, setinggi Vertebra Servikal VI.
Daerah ini disebut juga Bab el Mandeb / Gate of Tear, merupakan bagian yang
paling sempit, mudah terjadi perforasi sehingga paling ditakuti ahli esofagoskopi.
 Daerah persilangan aorta (Arkus Aorta), setinggi Vertebra Thorakal IV.
 Daerah persilangan bronkus kiri, setinggi Vertebra Thorakal V.
 Daerah diafragma (Hiatus Esofagus), setinggi Vertebra Thorakal X.
Gambar 1. Anatomi Esofagus

Esofagus diinervasi oleh persarafan simpatis dan parasimpatis (Nervus Vagus)


dari pleksus esofagus atau yang biasa disebut Pleksus Mienterik Auerbach yang terletak
di antara otot longitudinal dan otot sirkular sepanjang esofagus (David Sutton. 2006).
Esofagus mempunyai 3 bagian fungsional. Bagian fungsional paling atas adalah
Upper Esophageal Sphincter (Sfingter Esofagus Atas), suatu cincin otot yang
membentuk bagian atas esofagus dan memisahkan esofagus dengan tenggorokan.
Sfingter ini selalu menutup untuk mencegah makanan dari bagian utama esofagus masuk
ke dalam tenggorokan. Bagian fungsional utama dari esofagus disebut sebagai badan dari
esofagus, suatu saluran otot yang panjangnya kira-kira 20 cm. Bagian fungsional yang
ketiga dari esofagus yaitu Lower Esophageal Sphincter (Sfingter Esophagus Bawah),
suatu cincin otot yang terletak di pertemuan antara esofagus dan lambung (David Sutton.
2006).
Seperti halnya sfingter atas, sfingter bawah selalu menutup untuk mencegah
makanan dan asam lambung untuk kembali naik atau regurgitasi ke dalam badan
esofagus. Sfingter bagian atas akan berelaksasi pada proses menelan agar makanan dan
saliva dapat masuk ke dalam bagian atas dari badan esofagus. Kemudian, otot dari
esofagus bagian atas yang terletak di bawah sfingter berkontraksi, menekan makanan dan
saliva lebih jauh ke dalam esofagus. Kontraksi yang disebut gerakan peristaltik ini akan
membawa makanan dan saliva untuk turun ke dalam lambung. Pada saat gelombang
peristaltik ini sampai pada sfingter bawah, maka sfingter bawah akan membuka dan
makanan masuk ke dalam lambung (David Sutton. 2006).
Esofagus berfungsi membawa makanan, cairan, sekret dari faring ke gaster melalui
suatu proses menelan, dimana akan terjadi pembentukan bolus makanan dengan ukuran
dan konsistensi yang lunak, proses menelan terdiri dari tiga fase yaitu:
 Fase Oral: makanan dalam bentuk bolus akibat proses mekanik bergerak
(voluntary) pada dorsum lidah menuju orofaring, palatum mole, dan bagian atas
dinding posterior faring terangkat.
 Fase Faringeal: terjadi refleks menelan (involuntary), faring dan laring bergerak
ke atas oleh karena kontraksi m. stilofaringeus, m. salfingofaring, m.tiroid, dan m.
Palatofaring. Aditus laring tertutup oleh epiglotis dan sfingter laring.
 Fase Esofageal: fase menelan (involuntary) perpindahan bolus makanan ke distal
oleh karena relaksasi m. krikofaring, di akhir fase sfingter esofagus bawah
terbuka dan tertutup kembali saat makanan sudah lewat (Robert D. Halpert.
2006).

 Teknik Pemeriksaan Esofagografi


A. Media kontras : Kontras positif (Barium Sulfat)
Merupakan kontras media positif untuk orang dewasa. Diencerkan dengan air
sesuai kebutuhan. Pada esofagus, lumen dengan aliran kuat dan cepat, konsentrasi
kontras harus tinggi (1:1 atau 1:2) atau pekat agar aliran cepat dan perlumuran
dinding esofagus menjadi tepat sehingga adanya defek dapat terdeteksi.Pada bayi
kurang dari setahun, keluhan muntah dan proyektil, digunakan cairan yang mudah
diserap (water soluble), dimasukkan lewat dot/sendok/sonde misalnya gastrografin.
Dilakukan pada posisi supine sehingga perlumuran bagus.Esofagus normal memiliki
dinding lumen yang sangat jelas dan outline jelas (Robert D. Halpert. 2006).
B. Premedikasi : tidak diberikan
C. Persiapan Pasien
 Tidak diperlukan persiapan secara khusus.
 Pasien minum BaSO4, 1 sendok makan ditunggu 2 menit kemudian difoto
AP dan Lateral.
D. Persiapan Alat dan Bahan :
 Pesawat X-Ray + Fluoroscopy
 Baju Pasien
 Gonad Shield
 Kaset + film ukuran 30 x 40 cm
 Grid
 X-Ray marker
 Tissue / Kertas pembersih
 Bahan kontras
 Air Masak
 Sendok / Straw ( pipet )
E. Posisi Pasien
 Erect di antara meja pemeriksaan yang diatur vertikal dengan layar
fluoroskopi.
 Diberikan Barium Sulfat, instruksikan untuk minum beberapa teguk,
proses ini diikuti dengan posisi recumbent. Posisi ini memungkinkan
pengisian esofagus lebih sempurna terutama bagian proksimal dan
diperlukan pada klinis esofagus.
F. Teknik Pemeriksaan
 Pengambilan gambar Radiografi dilakukan secara penuh/spot foto pada
daerah-daerah yang dicurigai ada kelainan dengan posisi: AP/PA, Oblik
(biasanya RAO), Lateral.
 Bila pemeriksaan dengan kontras ganda, prosedur sama dengan yang di
atas, tetapi pada larutan Barium dimasukkan kristal-kristal CO2 atau dapat
juga ditelan sebelum meminum cairan Barium.
a) Proyeksi AP/PA
 Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan anatomis, tumor &
struktur dari esofagus.
 Faktor teknik :
 Film 30 x 40 cm memanjang
 Moving / Stationary Grid
 Shielding : Region Pelvic
 Barium Encer = BaSO4 : air = 1:1
 Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1
 Posisi Pasien : Recumbent / Erect
 Posisi Object :
 MSP pada pertengahan meja / kaset
 Shoulder dan Hip tidak ada rotasi
 Tangan kanan memegang gelas Barium. Tepi atas film 5 cm di atas
Shoulder.
 CR : Tegak lurus terhadap kaset
 CP : pada MSP, 2,5 cm inferior angulus sternum (T5-6 ) / 7,5 cm Inferior
Jugular Notch
 FFD : 100 cm
 Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15 cm
 Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan Barium
 Catatan :
 Pasien menelan 2/3 sendok Barium kental kemudian diekspose.
 Untuk “full filling” digunakan Barium encer. Pasien minum Barium
dengan straw langsung expose dilakukan setelah pasien menelan 3-4
tegukan.
 Kriteria radiograf :
 Struktur : Esofagus terisi Barium
 Posisi : Tidak ada rotasi dari pasien (Sternoclavicular Joint simetris )
 Kolimasi : Seluruh Esofagus masuk pada lapangan penyinaran.
 Faktor eksposi :
 Teknik yang digunakan mampu menampakkan esofagus
superimposed dengan Th-Vertebra.
 Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan pasien saat
eksposi.

Gambar 3. Posisi AP
b) Proyeksi Lateral
 Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan anatomis, tumor &
struktur dari esofagus.
 Faktor teknik :
 Film 30 x 40 cm memanjang
 Moving / Stationary Grid
 Shielding : Region Pelvic
 Barium Encer = BaSO4 : air = 1:1
 Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1
 Posisi Pasien : Recumbent / Erect (Recumbent lebih disukai karena
pengisian lebih baik)

 Posisi Objek :
 Atur kedua tangan pasien di depan kepala saling superposisi, elbow
flexi
 Mid coronal plane pada garis tengah meja / kaset.
 Shoulder dan Hip diatur true lateral, lutut flexi untuk fiksasi.
 Tangan kanan memegang gelas Barium
 Tepi atas kaset 5 cm di atas Shoulder
 CR : Tegak lurus terhadap kaset
 CP : pada pertengahan kaset setinggi T 5-6 / 7,5 cm Inferior Jugular
Notch
 FFD : 100 cm ( 180 cm bila pasien berdiri )
 Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15 cm
 Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan Barium
 Catatan :
 Pasien menelan 2/3 sendok Barium kental kemudian di-expose
 Untuk “full filling” digunakan Barium encer. Pasien minum
Barium dengan straw langsung expose dilakukan setelah pasien
menelan 3-4 tegukan.
 Kriteria radiograf :
 Struktur : Esofagus terisi Bariumterlihat diantara C.Vertebral dan
jantung
 Posisi :
 True lateral ditunjukan dari superposisi kosta Posterior.
 Bahu pasien tidak superposisi dengan esofagus
 Esofagus terisi media kontras.
 Kolimasi : Seluruh Esofagus masuk pada lap.penyinaran
 Faktor eksposi :
 Teknik yang digunakan mampu menampakkan esofagus secara
jelas yang terisi dengan kontras.
 Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan pasien saat
eksposi.
Gambar 4. Posisi Lateral

c) Proyeksi RAO (Right Anterior Oblique)


 Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan anatomis, tumor & struktur
dari esofagus
 Faktor teknik :
 Film 30 x 40 cm memanjang
 Moving / Stationary Grid
 Shielding : Region Pelvic
 Barium Encer = BaSO4 : air = 1:1
 Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1
 Posisi Pasien : Recumbent / Erect (Recumbent lebih disukai karena pengisian
lebih baik)
 Posisi Objek :
 Rotasi 35 – 40 derajat dari posisi Prone dengan sisi kanan depan tubuh
menempel meja / film.
 Tangan kanan di belakang tubuh, tangan kiri flexi di depan kepala
pasien, memegang gelas Barium, dengan straw pada mulut pasien.
 Lutut kiri flexi untuk tumpuan.
 Pertengahan Thorax diatur pada posisi obliq pd pertengahan IR / meja.
Tepi atas kaset 5 cm di atas Shoulder.
 CR : Tegak lurus terhadap kaset
 CP : pada pertengahan kaset setinggi T 5-6 / 7,5 cm inferior jugular notch
 FFD : 100 cm ( 180 cm bila pasien berdiri )
 Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15 cm
 Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan Barium
 Catatan :
 Pasien menelan 2/3 sendok Barium kental kemudian diekspose
 Untuk “full filling” digunakan Barium encer. Pasien minum
Barium dengan sedotan langsung expose dilakukan setelah
pasien menelan 3-4 tegukan.

 Kriteria radiograf :
 Struktur : Esofagus terisi Bariumterlihat diantara C.Vertebral dan
jantung ( RAO menunjukan gambaran lebih jelas antara Vertebra dan
jantung dibandingkan LAO )
 Posisi :
 Rotasi yang cukup akan menampakkan esofagus diantara C.
Vert. & Jantung, jika esofagus superimposed diatas spina, rotasi
perlu ditambah.
 Bahu pasien tidak superposisi dengan esofagus
 Esofagus terisi media kontras.
 Kolimasi : Seluruh Esofagus masuk pada lap.penyinaran
 Faktor eksposi :
 Teknik yang digunakan mampu menampakkan esofagus secara
jelas yang terisi dengan kontras.
 Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan pasien saat
eksposi.
Gambar 5. Posisi RAO

d) Proyeksi LAO (Left Anterior Oblique)


 Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan anatomis, tumor & struktur
dari esofagus
 Faktor teknik :
 Film 30 x 40 cm memanjang
 Moving / Stationary Grid
 Shielding : Region Pelvic
 Barium Encer = BaSO4 : air = 1:1
 Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1
 PP : Recumbent / Erect ( Recumbent lebih disukai karena pengisian lebih
baik )
 Posisi Objek :
 Rotasi 35 – 40 derajat dari posisi PA dengan sisi kiri depan tubuh
menempel meja / film
 Tangan kiri di belakang tubuh, tangan kanan flexi di depan kepala
pasien, memegang gelas Barium, dengan straw pada mulut pasien.
 Lutut kanan flexi untuk tumpuan.
 Pertengahan Thorax diatur pada posisi obliq pd pertengahan IR / meja
 Tepi atas kaset 5 cm di atas Shoulder
 CR : Tegak lurus terhadap kaset
 CP : pada pertengahan kaset setinggi T5-6 / 7,5 cm inferior jugular notch
 FFD : 100 cm ( 180 cm bila pasien berdiri )
 Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15 cm
 Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan Barium
 Catatan :
 Pasien menelan 2/3 sendok Barium kental kemudian diekspose
 Untuk “full filling” digunakan Barium encer. Pasien minum
Barium dengan sedotan langsung expose dilakukan setelah
pasien menelan 3-4 tegukan.
 Kriteria radiograf :
 Struktur : Esofagus terisi Barium terlihat diantara sekitar hilus paru dan
C.Vertebral
 Posisi : Bahu pasien tidak superposisi dengan esofagus, esophagus
terisi media kontras.
 Kolimasi : Seluruh Esofagus masuk pada lap.penyinaran
 Faktor eksposi :
 Teknik yang digunakan mampu menampakkan esofagus secara
jelas yang terisi dengan kontras, menembus bayangan jantung.
 Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan pasien saat
eksposi.
Gambar 6. Posisi LAO

 Indikasi dan Kontra Indikasi Esofagografi


Wanita yang sedang hamil sebaiknya memberitahu dokter yang meminta pemeriksaan
serta staf radiologi saat prosedur ini dilakukan. Pemeriksaan ini meliputi pengisian dari
esofagus dengan cairan putih (Barium). Hasilnya disebut Esofagogram (Robert D. Halpert.
2006).
A. Indikasi:
Esofagografi (Barium Swallow) dilakukan untuk memeriksa pasien yang secara klinis
diduga mengalami kelainan esofagus baik karena infeksi, kongenital, trauma, neoplasia,
maupun metabolik. Indikasi esofagografi antara lain (Robert D. Halpert. 2006).
1. Atresia Esofagus
Biasanya diketahui pada waktu pemberian minuman pertama kali pada saat bayi
lahir. Setelah minum bayi tersebut akan muntah. Pada esofagografi akan tampak
esogafus yang buntu (Robert D. Halpert. 2006).

Gambar 7. Atresia Esofagus

2. Fistula Trakheo-Esofagei
Fistula Trakeo-Esofagei ialah terdapatnya hubungan antara esofagus dan trakhea.
Pada bayi ini, saat pertama kali diberi minum ASI akan terjadi refleks batuk dan muntah.
Pada pemeriksaan ini tidak boleh menggunakan kontras BaSO4 karena tidak larut dalam
air, yang dapat masuk ke trakea menuju paru-paru dan merangsang terjadinya
pneumonia. Bahan kontras yang dipakai harus larut dalam air, seperti: dionosil,
gastrografin (Robert D. Halpert. 2006).

.
Gambar 8. Fistula Trakheo-Esofagei

3. Ulkus Esofagus
Ulkus esofagus merupakan ulkus pada dinding esofagus yang disebabkan oleh asam
lambung yang disekresi oleh sel-sel lambung. Pembentukan ulkus juga berhubungan dengan
bakteri H. Pylori di lambung, obat-obat anti inflamasi, dan merokok. Nyeri pada ulkus
biasanya tidak berhubungan dengan luas atau beratnya lesi (Robert D. Halpert. 2006).
Dapat dijumpai dalam bentuk bentuk: additional defect, star formation, dan spastik
(mengkerut). Bila terdapat ulkus pada esofagus misalnya pada posisi jam 12 dan bila difoto
dengan posisi jam 3 atau 9 akan terlihat penonjolan ke luar dinding (additonal defect), sedang
bila difoto pada posis jam 6 tampak lubang dengan garis-garis di sekitarnya dan membentuk
gambaran bintang (star formation), di mana garis-garis tersebut sebenarnya adalah sikatriks.
Selain itu dapat pula terlihat di sekitar dinding ulkus terdapat dinding esofagus yang tidak
mau berkontraksi (spastik) (Robert D. Halpert. 2006).
Gambar 9. Ulkus Esofagus

4. Divertikula Esofagus
Pada foto dengan kontras BaSO4 terlihat gambaran additional defect berupa
kantong-kantong pada dinding esofagus. Divertikula disebabkan oleh traction atau
tarikan keluar, yaitu bila ada radang/abses yang sudah sembuh dan kemudian terjadi
jaringan fibrotik. Jaringan fibrotik inilah yang akan menarik dinding esofagus. Selain itu
divertikula dapat disebabkan oleh pulsion atau dorongan dari dalam, yaitu jika ada proses
radang atau benda asing yang tidak diambil setelah beberapa bulan (Robert D. Halpert.
2006).
Gambar 10. Divertikula Esofagus

5. Spasme Esofagus
Penyempitan esofagus bagian distal, biasanya terdapat pada dewasa muda.
Terjadinya spasme ini disebabkan oleh faktor psikis. Jadi, tidak ada kelainan anatomis.
Letak spasme biasanya pada 1/3 distal esofagus (Robert D. Halpert. 2006).
Gambar 11. Spasme Esofagus

6. Sriktur Esofagus
Dapat terjadi pada semua umur. Terjadi kelainan anatomis dengan gambaran
pada foto berupa mouse tail appearance (ekor tikus). Untuk membedakan striktur
dengan spasme dapat diberikan muscle relaxan (buscopan i.v). jika melebar berarti
spasme sedangkan bila tetap kecil atau sempit berarti striktura. Selain itu pada
striktura, dinding tidak licin. Penyebab striktur esofagus dapat berupa peradangan,
trauma, atau proses keganasan (Robert D. Halpert. 2006).
Gambar 12. Striktur Esofagus

7. Achalasia Esofagus
Striktura dengan kelainan anatomis kongenital. Kelainan terjadi pada Pleksus
Aeurbachi Mesentericus, bila letaknya lebih bawah disebut achlasia gastrik. Terdapat
gambaran mouse tail appearance karena tidak terjadi peristaltik dan dilatasi regio diatas
bagian yang aganglionik. Kelainan ini mirip dengan megakolon kongenital (Robert D.
Halpert. 2006).
Gambar 13. Achalasia Esofagus

8. Varises Esofagus
Biasanya terjadi pada orang dewasa tua, keadaan sirosis hepatis, gizi buruk, kurus,
dan muntah darah. Predileksi letak tersering ialah pada 1/3 distal esofagus. Terjadi
susunan yang berbentuk batu bata disebut cobble stone appearance. Terdapat filling
defect berupa lusensi. Pada valsava test tampak gambaran di atas yang menetap. Caranya
lubang hidung ditutup kemudian berusaha mengeluarkan nafas sehingga rongga Thoraks
membesar, akibatnya vasa esofagus juga membesar sehingga tampak gambaran cobble
stone appearance (Robert D. Halpert. 2006).
Varises esofagus disebabkan oleh Hipertensi portal. Di sini tekanan menjadi
meningkat sehingga terjadi bendungan sirkulasi portal dan cabang-cabang berikutnya
membentuk lingkaran yang memberi gambaran bentuk cacing (worm like). Varises
esofagus merupakan komplikasi tersering dari sirosis hepatis (Robert D. Halpert. 2006).
Gambar 14. Varises Esofagus

9. Massa (tumor) Esofagus


a) Tumor Jinak
Berupa polip (tunggal), poliposis (banyak), batas tepi jelas, dan tidak terjadi erosi
dasar.
b) Tumor Ganas (Carcinoma Esofagus)
Biasanya terdapat pada orang tua, laki-laki > wanita, pada esofagus 1/3 distal.
Tipe yang terbanyak berupa adenokarsinoma.
Gambaran Radiologis:
 Outline mukosa menjadi ireguler dan terjadi defek multipel pada
lumen.
 Bila tumornya pada satu sisi disebut fungioid, dua sisi disebut
annulair, bila pertumbuhannya menyerupai polip disebut polipoid.
 Bagian esofagus sebelah proksimal dari tumor akan melebar
sedangkan bagian yang ada tumornya menyempit. Daerah lesi bila
diberi buscopan tidak melebar.
 Bagian esofagus yang tersering ialah pada anastomose anterior
esofagus dan gaster (esofagogaastric junction).
 terjadi pada 1/3 distal esofagus karena terjadi perubahan epitel dari
squamos-kolumner yang menjadi tidak terkendali dan mengalami
perubahan ke arah keganasan.

Gambar 15. Tumor Esofagus

B. Kontra Indikasi :
 Megaesofagus
 Regurgitasi
 Pasien dengan suspek perforasi
 Komplikasi Esofagografi
Pemeriksaan esofagografi ini merupakan pemeriksaan yang relatif aman, meskipun
demikian setiap pemeriksaan dapat menyebabkan komplikasi tertentu seperti alergi
terhadap barium sehingga menyebabkan reaksi anafilaksis dan dapat menyebabkan
obstipasi (Robert D. Halpert. 2006).
Esofagografi biasanya merupakan pemeriksaan yang aman, namun seperti
pemeriksaan lainnya, kadang-kadang dapat ditemui komplikasi. Dokter sebaiknya dapat
mengenali gejalanya sehingga dapat segera diberikan terapi.
Komplikasi esofagografi di antaranya:
 Reaksi alergi atau anafilaksis dapat terjadi pada orang yang alergi terhadap Barium
yang diminum.
 Konstipasi.
 Aspirasi Barium pada trakea (Robert D. Halpert. 2006).

DAFTAR PUSTAKA

1. Price, Sylvia A.2005. Patofisiologi Konsep Klinik Proses Penyakit Vol.2 Edisi 6. Jakarta
EGC
2. David Sutton. 2006. Textbook of Radiology and Imaging Seventh Edition Volume I. USA :
Elsevier Churchill.
3. Robert D. Halpert. 2006. Gastrointestinal Imaging Third Edition. USA : Mosby Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai