PROPOSAL KEGIATAN
Rosdiana Lukitasari
1406544192
1. Topik
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi risiko perilaku kekerasan halusinasi.
Sesi III : Mencegah halusinasi dengan bercakap cakap
2. Tujuan
3.1 Tujuan umum
Klien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol halusinasi dalam
kelompok secara bertahap.
3.2 Tujuan khusus
a. Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk
mencegah datangnya halusinasi
b. Klien dapat bercakap cakap dengan orang lain untuk mencegah halusinasi
3. Landasan Teori
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa (Keliat, 2007)
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas yang menggunakan aktivitas mempersepsikan berbagai
stimulasi yang terkait dengan pengalaman dengan kehidupan untuk didiskusikan
dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau
alternatif penyelesaian masalah (Keliat & Akemat, 2014).
Pada terapi aktivitas stimulasi persepsi ini klien dilatih melakukan interaksi, baik
dengan pasien lain maupun perawat serta bermain peran. Kemampuan persepsi klien
dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi, dengan proses ini diharapkan respon klien
terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif. Terapi aktivitas
kelompok ini memberi hasil : kelompok menunjukkan loyalitas dan tanggung jawab
bersama, menunjukkan partisipasi aktif semua anggotanya, mencapai tujuan
kelompok, menunjukkan terjadinya komunikasi antaranggota dan bukan hanya antara
ketua dan anggota.
Dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi perilaku kekerasan dibagi
dalam 5 sesi, yaitu:
1. Sesi I : Klien mampu mengenal halusinasi
2. Sesi II : Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
3. Sesi III : Klien mampu mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
4. Sesi IV : Klien mampu mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain
5. Sesi V : Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum
obat
4. Kriteria Klien
1. Kriteria Inklusi
a. Klien halusinasi yang sudah kooperatif.
b. Klien halusinasi yang dapat berkomunikasi dengan perawat.
c. Klien halusinasi mampu menghardik suara yang didengar
2. Proses Seleksi
a. Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
b. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
c. Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
d. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK, meliputi : menjelaskan
tujuan TAK pada klien, rencana kegiatan kelompok, dan aturan main dalam
kelompok.
3. Peserta TAK
1. Tn.D 5. Tn. S
2. Tn. E 6. Ny. A
3. Tn. A 7. Ny. A
4. Tn. T
5. Pelaksanaan
a. Hari/Tanggal : Jumat, 31 Januari 2020
b. Waktu : Pkl. 08.30 – 09.00 WIB
c. Alokasi waktu : Pembukaan (5 menit), Terapi kelompok (20 menit), Penutup (5
menit)
d. Tempat : Ruang Dewi Amba RSMM Bogor
e. Jumlah klien : 7 klien
7. Pengorganisasian
a. Leader : Rosdiana Lukitasari
b. Co-leader : Naadiyah Fauziyyah
c. Observer/Time Keeper : Mega Apriyanti
d. Fasilitator 1 : Emilza Maizar
e. Fasilitator 2 : Elfira Rusiana
f. Fasilitator 3 : Pipin Nurul F.
g. Fasilitator 4 : Safitri Fadilla
8. Metode dan Media
a. Metode
1) Diskusi kelompok
2) Bermain peran/simulasi
b. Media
1) Bantal.
2) Jadwal kegiatan harian.
3) Pulpen.
9. Setting
a. Ventilasi baik dan penerangan cukup
b. Suasana tenang
c. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
Keterangan:
: Leader : Fasilitator.
: Co leader. : Klien.
: Observer
10. Antisipasi Masalah
1. Penanganan terhadap klien yang tidak aktif dalam aktivitas
b. Memanggil klien.
c. Memberi kesempatan pada klien untuk menjawab sapaan perawat atau klien
lain.
2. Bila klien meninggalkan kegiatan tanpa izin
a. Panggil nama klien.
b. Tanyakan alasan klien meninggalkan kegiatan.
3. Bila klien lain ingin ikut
a. Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada klien yang telah
dipilih.
b. Katakan pada klien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin didikuti oleh klien
tersebut.
c. Jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi pesan
pada kegiatan ini.
Petunjuk:
Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
Untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan mempraktikkan dua cara fisik
mencegah perilaku kekerasan, beri tanda √ jika klien mampu dan tanda X jika klien
tidak mampu.
STRATEGI PELAKSANAAN
TAK STIMULASI PERSEPSI : HALUSINASI SESI III
I. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien
Pasien di Ruang Dewi Amba yang memiliki masalah keperawatan halusinasi
dengan keadaan tenang sehingga dapat berpartisipasi dalam kegiatan Terapi
Aktivitas Kelompok.
b. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
c. Tujuan Khusus
- Klien dapat menyebutkan 3 cara yang bisa dilakukan klien untuk mengontrol
halusinasi
- Klien dapat mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain
d. Tindakan Keperawatan
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi: Sesi III (Melatih Bercakap-
cakap)
2. Fase Kerja
“Baiklah pak, bu saya akan menjelaskan terlebih dahulu peratutan pada kegiatan
hari ini. Pertama, jika ada diantara bapak-bapak sekalian yang ingin
meninggalkan kegiatan harus meminta izin terlebih dahulu. Kedua, bapak-bapak
sekalian wajib mengikuti kegiatan ini dari awal hingga akhir ya pak.”
“Nah sekarang kita akan mulai membahas cara untuk bercakap-cakap. Selain
menghardik, ada cara lain untuk mencegah atau mengontrol halusinasi, yaitu
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi, jika Bapak/Ibu mendengar suara-suara,
langsung cari temang untuk diajak ngobrol ya. Contohnya begini, “Tolong, saya
mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol sama saya” Nah seperti itu Bapak D, coba
lakukan lagi. Ya, begitu bagus! Coba sekali lagi! Oke, bagus! Nanti dilatih terus
ya D. D juga bisa mengajak perawat atau pasien lain bercakap-cakap”
“Nah, Bapak/Ibu, sekarang coba dituliskan dalam jadwal kegiatan harian, kapan
kegiatan bercakap-cakap akan Bapak Ibu lakukan setiap hari”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi respon klien
“Bagaimana perasaan bapak-bapak ibu-ibu setelah kita mempraktikan
kegiatan untuk bercakap-cakap tadi?”
“Apakah dari bapak-bapak atau ibu-ibu ada yang bersedia menyebutkan
kembali apa yang tadi telah kita lakukan pak? Kegiatan apa saja yang tadi
kita praktikan”
“Wah bagus sekali bapak”
“Nah sekarang bapak-bapak mencoba satu kali percakapan yang telah kita
praktikan secara mandiri dimulai dari bapak A. selanjutnya bapak B dan
seterusnya ya pak.”
“Wah luar biasa, semuanya mampu mempraktikan kembali apa yang telah
kita pelajari hari ini”
“Ayo tepuk tangan untuk kita semuanya”
b. Rencana tindak lanjut
“Baiklah pak bu, tadi kita sudah belajar cara bercakap cakap. Bapak-bapak
dan ibu ibu semua sudah melakukannya dengan sangat baik. Saya harap
bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian dapat rutin melakukan cara yang telah kita
pelajari tadi jika merasa kesal atau marah. Nah bapak-bapak ini ada jadwal
kegiatan yang bisa bapak-bapak isi agar rutin melakukan percakapan seperti
yang sudah kita lakukan tadi. Misalnya dalam satu hari bapak-bapak bisa
melakukan percakapan 2 kali pukul 09.00 dan pukul 16.00. ayo kita tulis
bersama-sama ya, nanti akan dibantu oleh teman-teman saya untuk
menuliskannya.”
c. Kontrak yang akan datang
“Baiklah bapak-bapak ibu-ibu sekiranya untuk hari ini kegiatan kita sudah
selesai ya. Nah untuk selanjutnya kita akan bertemu lagi seperti ini untuk
kegiatan terapi aktivitas kelompok selanjutnya ya pak. Nanti kita akan
mempelajari cara baru untuk mencegah perilaku kekerasan yaitu patuh
minum obat. Bagaimana bapak-bapak apakah bersedia?”
“Oke, kita ketemu lagi besok pagi ya pak pukul 09.00?”
“Oke, bapak-bapak mau disini lagi atau di taman?”
“oke, besok jam 9 di taman kita akan bertemu lagi ya.”
“Kalau begitu saya tutup kegiatan TAK hari ini, kita akhiri dengan berdoa
menurut keyakinan masing masing. Berdoa mulai…selesai”
“Oke bapak-bapak/ibu-ibu acara kita selesai, sekarang bapak-bapak/ibu-ibu
bisa kembali beristirahat ke kamar. Sampai jumpa”
Daftar Pustaka
Keliat, B. A. & Akemat. (2015). Keperawatan Jiwa: Terapi aktivitas kelompok. Jakarta:
EGC
Stuart, G. W. (2013). Principles and practice of psychiatric nursing (10th ed). Missouri:
Elsevier