165-99Z - Article Text-762-1-2-20191028
165-99Z - Article Text-762-1-2-20191028
http://ejournal.poltekkesternate.ac.id/ojs
Dani Syaiful Akbar1., Ida Ayu Made Widi Rahayu Brahmani P2., Alfina Martiana3 .
1,2,3
Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram, Indonesia.
1
daniakbar67@gmail.com
Sejarah Artikel: Psoriasis vulgaris adalah penyakit autoimun yang dimediasi oleh interaksi antara
Diterima CD40 dengan CD40L Antigen-presenting cell (APC) memproduksi IL-23 dan
Disetujui menstimulasi sel T tipe Th17 dan Th22 dengan patogenesis aktivasi IL17 serta
Di Publikasi IL22 yang memicu keratinosit untuk meningkatkan kemokin proinflamasi.
Psoriasis umumnya ditandai dengan lesi yang khas berupa bercak-bercak eritema
Keywords: berbatas tegas, plak yang bersisik berwarna putih mengkilat yang disebabkan
Psoriasis Vulgaris, Sel T, pembentukan epidermis yang dipercepat. Pengobatan psoriasis dengan terapi
Keratinosit, Agen sistemik konvensional sangat jarang digunakan karena sifat imunosupresi yang
Biologis tinggi sehingga menyebabkan efek toksik tidak hanya pada sel-sel sistem imun
tetapi juga terhadap sel-sel diluar sistem imun. Adapun beberapa obat psoriasis
yang bersifat sebagai agen terapi biologis adalah alefacept, infliximab, dan
etanercept.
Abstract
Alamat korespondensi: daniakbar67@gmail.com
Poltekkes Kemenkes Ternate, Ternate - West Maluku Utara, Indonesia ISSN 2597-7520
Email: uppmpoltekkesternate@gmail.co.id
PENDAHULUAN Berdasarkan perkiraan lembaga
Psoriasis adalah penyakit kulit kesehatan dunia World Health
kronik residif dengan lesi yang khas Organization (WHO) jumlah penderita
berupa bercak-bercak eritema berbatas psoriasis di setiap negara di dunia
tegas, plak yang bersisik berwarna putih mencapai 1-3% dari total jumlah
mengkilat yang disebabkan pembentukan penduduk.Di Eropa insidensi psoriasis
epidermis yang dipercepat (Wu,2017). vulgaris mencapai 1,5-3%, sedangkan di
Psoriasis adalah penyakit autoimun yang Asia 0,4-0,7%. Menurut National Institute
dimediasi oleh sel T yang melibatkan of Health prevalensi pasien psoriasis di
hiperkeratosis dan parakeratosis Indonesia pada tahun 2017, mencapai
(Aprilliana,2017). 2,5% dari populasi penduduk, dan dari
Psoriasis telah lama diduga prevalensi tersebut masih banyak yang
disebabkan oleh hiperproliferasi belum mendapatkan penanganan medis
keratinosit. Namun, ketika pengobatan dan terapi pengobatan.
dengan imunomodulator menjadi efektif, Pengobatan psoriasis dengan terapi
sistem imun ditemukan menjadi faktor sistemik konvensional sangat jarang
penting dalam perkembangan penyakit digunakan karena sifat imunosupresi yang
(Declercq,2013). Penyakit ini sangat tinggi sehingga menyebabkan efek toksik
dipengaruhi oleh faktor genetik dan jenis tidak hanya pada sel-sel sistem imun tetapi
kelamin. Insidensi pada pria lebih banyak juga terhadap sel-sel diluar sistem imun
daripada wanita, terdapat pada semua usia, (Rajagopalan,2019). Hal ini yang menjadi
tetapi umumnya pada orang dewasa dasar para peneliti untuk mengembangkan
(Moningka,2015) obat psoriasis dengan terapi biologis yaitu
Psoriasis diklasifikasikan secara terapi dengan target spesifik menggunakan
klinis dalam 2 kelompok diantaranya lesi protein hasil rekayasa genetik
pustular dan non-pustular. Salah satu (Declercq,2013). Sehingga studi literatur
contoh psorisasis non-pustular adalah ini bertujuan untuk mengetahui obat-
psoriasis vulgaris merupakan jenis yang obatan psoriasis bersifat agen terapi
paling umum juga disebut psoriasis tipe biologis yang dapat menghambat
plak, karena lesi pada bagian siku dan lutut terjadinya psoriasis beserta mekanisme
terlihat seperti plak yang menempel pada patogenesis.
kulit dan mudah terkelupas (Sarac,2016). METODE
Karakteristik histologis dari psoriasis Metode yang digunakan dalam
vulgaris diantaranya hiperplasia studi ini adalah metode studi literatur
epidermal, peningkatan dalam proses dengan mencari artikel yang relevan
pembentukan pembuluh darah baru dengan topik patogenesis dan pengobatan
(angiogenesis) dan peradangan kulit pada pasien psoriasis vulgaris. sumber
(Rendon,2019). yang digunakan berupa data primer yaitu
Penyebab terjadinya psoriasis ini jurnal penelitian yang telah dipublikasikan
masih belum diketahui secara pasti. Faktor yang dapat diunduh secara online di
genetik dan imunologik berperan dalam website jurnal nasional dan Internasional
etiopatogenesis psoriasis. Beberapa hal pada tahun 2010 sampai tahun 2019.
yang diduga dapat menjadi faktor pencetus Sumber data lainnya yang digunakan
psoriasis dapat dipicu oleh pemicu adalah data tersier yaitu mencari referensi
eksternal dan internal, termasuk trauma dari buku-buku yang relevan.
ringan, terbakar sinar matahari, infeksi,
obat-obatan sistemik dan stress
(Alwan ,2015).
HASIL DAN PEMBAHASAN Sel T naive mengalami aktivasi
Pada keadaan normal ketika tidak tetapi belum optimal ketika terjadi
ada stimulasi dari antigen, sel penyaji interaksi tersebut. Agar aktivasi sel T
antigen (antigen presenting cells/APC) optimal, diperlukan interaksi molekul
berada dalam keadaan imatur dan sel-sel tambahan (accessory/ costimulatory
limfosit T masih dalam bentuk naive signals) yaitu LFA-3, CD80/CD86, CD40
(naive T cell). Apabila ada stimulasi pada sel penyaji yang masing-masing akan
antigen, sel penyaji akan menangkap dan berinteraksi dengan CD2, CD28/CTLA-4,
memproses antigen menjadi peptida dan CD40L pada permukaan sel T naive.
antigen serta mempresentasikannya Sehingga sel T naive menjadi aktif
kepermukaan sel bersama Major (Sharma,2019).
Histocompatibity Complex/MHC I/ II Dengan adanya interaksi antara
(Abbas,2016). Sel penyaji antigen CD40 dengan CD40L Antigen-presenting
mengalami pematangan (mature), ditandai cell (APC) memproduksi IL-23 dan
dengan berbagai ekspresi molekul menstimulasi sel T tipe Th17 dan Th22
permukaan (CD80, CD86, CD40) dan (dan mungkin juga sel Tc17) untuk
bermigrasi menuju kelenjar getah bening melepaskan IL-17 dan IL-22. IL-17
regional melalui aliran getah bening memicu keratinosit untuk meningkatkan
aferen, dan siap untuk mengaktifkan sel T kemokin proinflamasi yang menarik sel T,
naive. Interaksi antara sel APC matur neutrofil dan sel mononuklear pada lesi.
dengan sel T naive di dalam kelenjar, IL-22 menyebabkan akantosis epidermal.
diawali dengan pengikatan antara molekul Kedua sitokin tersebut meningkatkan
pengenal antigen sel T dengan peptida produksi anti-microbial protein (AMP).
antigen (sinyal 1) dan pengikatan molekul IFN-γ dari sel Th1 menstimulasi APC
B7 (CD80 / 86) pada APC ke CD28 pada untuk melepaskan IL-23 (Nograles,2010).
sel T (sinyal 2). Proses stimulasi tersebut IFN-γ akan memicu sel keratinosit
dapat diilustrasikan seperti pada Gambar melepaskan IL-8 dan sel makrofag
1. mensekresikan lebih banyak TNF- α yang
dapat meningkatkan ekspresi IL-8,
sehingga pada keratinosit berperan dalam
meningkatkan infiltrasi sel T ke dalam
epidermis dan menyebabkan sel neutrofil
dikerahkan ke dalam lokasi inflamasi
(Rendon 2019). Interaksi antar sel tersebut
dapat dilihat pada Gambar 2.