Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BARU LAHIR (BBL)

Oleh
Nama: Sylvia Fitriani
NIM : P17212195002

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN MATERNITAS


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES MALANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
BAYI BARU LAHIR (BBL)

A. Definisi
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 40 atau
42 minggu,dan berat lahir 2500 gram - 4000 gram. (Bobak,2000)
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan
37 minggu – 42 minggu dan Berat Badan 2500 gram – 4000 gram. (Dep. Kes.
RI : 2005)
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir memalui proses kelahiran
sampai usia 4 minggu dengan usia gestasi 38-42 minggu dan mampu
menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri ke kehidupan ekstrauteri.
(Pusdinakes:2003)

B. Tanda-Tanda Bayi Lahir Sehat


1. Berat badan bayi 2500-4000 gram
2. Umur kehamilan 37 – 40 mg
3. Bayi segera menangis
4. Bergerak aktif, kulit kemerahan
5. Mengisap ASI dengan baik
6. Tidak ada cacat bawaan

C. Perubahan Dan Adaptasi Fisiologis Pada Bayi Baru Lahir


a. Perubahan Sistem Pernafasan
 Perkembangan paru – paru
Ketidakmatangan paru-paru akan mengurangi peluang
kelangsungan hidup bayi baru lahir sebelum usia kemilan 24 minggu,
yang disebabkan oleh keterbatasan permukaan alveolus, ketidak
matangan sistem kapiler paru-paru dan tidak mencukupinya jumlah
surfaktan.
Awal adanya nafas
 Dua faktor yang berperan pada rangsangan pertama nafas bayi:
1. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik
lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di
otak
2. Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi
paru-paru selama persalinan yang merangsang masuknya
udara kedalam paru-paru secara mekanis
 Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler dan
susunan saraf pusat menimbulkan pernafasan yang teratur dan
berkesinambungan, Jadi sistem-sistem harus berfungsi secara
normal.
 Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernafas
1. Upaya pernafasan pertama bayi berf/ untuk mengeluarkan
cairan dalam paru-paru dan mengembangkan alveolus paru-
paru untuk pertama kali.
2. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan 30-40
minggu kehamilan meningkat sampai paru - paru matang
3. Surfaktan ini berfungsi mengurangi tekanan permukaan
paru-paru dan membantu menstabilkan dinding alveolus
sehingga tidak kolaps pada akhir pernafasan.
4. Tanpa surfaktan, alveoli akan kolaps setiap saat setelah akhir
setiap pernafasan, yang menyebabkan sulit bernafas.
 Dari cairan menuju udara
1. Bayi cukup bulan, mempunyai cairan di dalam paru-
parunya. Pada saat bayi melalui jalan lahir selama
persalinan, sekitar 1/3 cairan ini akan diperas keluar paru-paru.
2. Dengan beberapa kali tarikan nafas pertama, udara memenuhi
ruangan trakea dan bronkus bayi baru lahir.
3. Dengan sisa cairan di dalam paru-paru dikeluarkan dari paru-
paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah
 Fungsi pernafasan dalam kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler
1. Oksigenasi sangat penting dalam mempertahankan
kecukupan pertukaran udara.
2. Hipoksia  pembuluh darah paru-paru mengalami
vasokonstriksi  tidak ada pembuluh darah yang terbuka,
guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli,
sehingga penyebab penurunan oksigenasi jaringan akan
memperburuk hipoksia.
3. Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar
pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan
paru-paru yang mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi
limfe dan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan
merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar
rahim.
 Karakteristik respirasi bayi baru lahir
1. RR : 30 – 60 x/ menit
2. Dangkal dan irregular
3. Pernafasan cuping hidung
4. Apnea 5 – 15 detik

b. Perubahan Sistem Peredaran Darah


 Setelah lahir darah bayi baru lahir harus melewati paru-paru untuk
mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna
mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang
baik pada bayi baru lahir terjadi dua perubahan besar:
1. Penutupan Foramen ovale pada atrium jantung
2. Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru - paru dan aorta
 Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah,
adalah:
1. Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik
meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Tekanan atrium
kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan.
Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium
tersebut. Kedua kejadian ini membantu darah dengan
kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk
menjalani proses oksigenasi ulang.
2. Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah
paru-paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan.
3. Pada pernafasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan sedikit
terbukanya sistem pembuluh darah paru-paru.
4. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan
volume darah dan tekanan pada atrium kanan. Dengan
peningkatan tekanan atrium kanan dan penurunan tekanan pada
atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup.
 Karakteristik fungsi kardio
Tekanan darah : bayi lahir 72/ 47 mmHg
Hearth murmurs : 90%

c. Perubahan Sistem Pengaturan Suhu


Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya,
sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan.
Suhu dingin menyebabkan air ketubah menguap lewat kulit, sehingga
mendinginkan darah bayi. Pada lingkungan dingin, pembentukan suhu
tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi
yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.
Cara Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi Normal
 Pencegahan kehilangan panas
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur tubuhnya secara memadai, dan
dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera
dicegah
 Mekanisme Hilangnya Panas Pada Bayi
1. Evaporasi
Adalah cara kehilangan panas karena menguapnya cairan
ketuban pada permukaan tubuh setelah bayi lahir karena tubuh
tidak segera dikeringkan
2. Konduksi
Adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara
tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.
 Bayi diletakkkan di atas meja, timbangan atau tempat tidur
3. Konveksi
Adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar dengan
udara sekitar yang lebih dingin
 Adanya tiupan kipas angin, penyejuk ruangan tempat bersalin.
4. Radiasi
Adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan
dekat benda yang mempunyai temperatur tubuh lebih rendah
dari temperatur tubuh bayi.
 Bayi ditempatkan dekat jendela yang terbuka
 Upaya Untuk Mencegah Kehilangan Panas
Kehilangan panas tubuh bayi dapat dihindarkan upaya-upaya berikut
ini:
1. Keringkan bayi secara seksama.
2. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.
3. Tutupi kepala bayi.
4. Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI
5. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir,
lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian.
6. Jangan memandikan bayi setidak - tidaknya 6 jam setelah lahir
7. Tempatkan bayi di lingkungan hangat

d. Mekanisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak diperlukan glukosa dalam jumlah tertentu.
Dengan tindakan penjepitan tali pusat pada saat lahir, seorang bayi
harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada
setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun cepat dalam waktu
1-2 jam.
e. Perubahan Sistem Gastro Intestinal
 Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum
sempurna yang menyebabkan gumoh pada bayi baru lahir dan
neonatus.
 Kapasitas lambung sangat terbatas, kurang dari 30 cc untuk bayi
baru lahir cukup bulan. Waktu pengosongan lambung adalah 2,5-
3 jam, itulah sebabnya bayi memerlukan ASI sesering mungkin
 Pada saat makanan masuk kelambung terjadilah gerakan peristaltik
cepat. Ini berarti bahwa pemberian makanan sering diikuti dengan
refleks pengosongan lambung.
 Bayi yang diberi ASI dapat bertinja 8-10 kali sehari atau paling
sedikit 2-3 kali sehari.
f. Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh
 Sistem imunitas bayi belum matang, sehingga menyebabkan
neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Oleh karena
itu, pencegahan terhadap mikroba dan deteksi dini infeksi
menjadi sangat penting. Kekebalan alami dari struktur kekebalan
tubuh yang mencegah infeksi.
 Jika bayi disusui ASI terutama kolostrum memberi bayi kekebalan
pasif dalam bentuk laktobaksilus bifidus, laktoferin, lisozim dan
sekresi Ig A.
g. Perubahan Sistem Ginjal
Beban kerja ginjal dimulai saat bayi lahir hingga masukan cairan
meningkat, mungkin air kemih akan tampak keruh termasuk berwarna
merah muda. Hal ini disebabkan oleh kadar ureum yang tidak banyak
berarti.
h. Perubahan Sistem Reproduksi
 Anak laki-laki tidak menghasilkan sperma sampai pubertas
 Tetapi anak perempuan mempunyai ovum atau sel telur dalam
indung telurnya.
 Kedua jenis kelamin mungkin memperlihatkan pembesaran
payudara, kadang-kadang disertai sekresi cairan pada puting
pada hari 4-5, karena adanya gejala berhentinya sirkulasi hormon
ibu.
i. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
 Otot sudah dalam keadaan lengkap pada saat lahir, tetapi
tumbuh melalui proses hipertropi.
 Tumpang tindih atau molase dapat terjadi pada waktu lahir
 Molase ini dapat menghilang beberapa hari setelah melahirkan.
 Ubun-ubun besar akan tetap terbuka hingga usia 18 bulan.
j. Perubahan Sistem Neurologi
Sistem Neurologi belum matang pada saat lahir. Refleks dapat
menunjukkan keadaan normal dari integritas sistem saraf dan sistem
muskuloskeleat
k. Perubahan Sistem Intergumentary
 Pada bayi baru lahir cukup bulan kulit berwarna merah dengan
sedikit verniks kaseosa.
 Sedangkan pada bayi prematur kulit tembus pandang dan banyak
verniks.
 Pada saat lahir verniks tidak semua dihilangkan, karena
diabsorpsi kulit bayi dan hilang dalam 24 jam.
 Bayi baru lahir tidak memerlukan pemakaian bedak atau krim,
karena zat-zat kimia dapat mempengaruhi Ph kulit bayi.

D. Tatalaksana Bayi Baru Lahir


Tatalaksana bayi baru lahir meliputi:
a. Asuhan bayi baru lahir pada 0 – 6 jam:
1. Asuhan bayi baru lahir normal, dilaksanakan segera setelah lahir,
dan diletakkan di dekat ibunya dalam ruangan yang sama.
2. Asuhan bayi baru lahir dengan komplikasi dilaksanakan satu
ruangan dengan ibunya atau di ruangan khusus.
3. Pada proses persalinan, ibu dapat didampingi suami.
b. Asuhan bayi baru lahir pada 6 jam sampai 28 hari:
1. Pemeriksaan neonatus pada periode ini dapat dilaksanakan di
puskesmas/ pustu/ polindes/ poskesdes dan/atau melalui
kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan.
2. Pemeriksaan neonatus dilaksanakan di dekat ibu, bayi didampingi
ibu atau keluarga pada saat diperiksa atau diberikan pelayanan
kesehatan.

E. Penatalaksanaan Keperawatan
Segera setelah melahirkan bayi
1. Sambil secara ceepat menilai pernafasannya, letakkan bayi edngan
handuk diatas perut ibu.
2. Dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah dan lahir dari wajah
bayi untuk mencegah jalan udaranya terhalang.
3. Klem dipotong tali pusat.
a. Mengklem tali pusat dengan dua buah klem, pada titik kira-kira 2
dan 3 cm dari pengkal pusat bayi
b. Mempertahankan tali pusat diantara kedua kklem sambil
melindungi bayi dari gunting dengan tangan kiri anda.
c. Mempertahankan kebersihan pada saat memotong tali pusat.
Mengganti sarung tangan bila ternyata sudah kotor. Memotong
tali pusat dengan pisau atau gunting yang steril atau disinfeksi
tingkat tinggi.
d. Memeriksa tali pusat setiap 15 menit. Apabila masih ada
perdarahan, lakukan pengikatan ulang yang lebih hanyat.
4. Jagalah agar bayi tetap hangat
a. Memastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antara
kulit bayi dan kulit ibu.
b. Mengganti handuk atau kain yang basah, dan bungkus bayi
terebut dengan selimut dan jangan lupa memastikan bahwa
kepala yang telah terlindung dengan baik untuk mencegah
keluarnya panas tubuh.
5. Kontak dini dengan ibu.
a. Memberikan bayi kepada ibunya secepat mungkin untuk
kehangatan.
b. Untuk ikatan batin dan pemberian ASI.
6. Pernafasan
Periksa pernafasan dan warna kulit bayi setiap 5 menit.
7. Perawatan mata
Obat mata eritromisin 0,5%/ tetrasikklin 1% dianjurkan untuk
pencegahan penyakit mata karena klamidia.
8. Pemeriksaan fisik bayi
a. Gunakan tempat yang aman (hangat dan bersih) untuk pemeriksaan.
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, menggunakan
sarung tangan dan bertindak lembut pada saat menangani bayi.
c. Lihat, dengarkan dan raasakan tiap-tiap daerah, dimulai dari
kepala dan berlanjut secara sistematis menuju jari kaki.
d. Menulis hasil pengamatan.
1. Pemeriksaan fisik bayi
2. Kepala : Simetris/ tidak, terdapat caput succedanum/ tidak,
terdapat cephal hematoma.
3. Telinga : Periksa hubungan letak dengan mata dan kepala.
4. Mata : Tanda-tanda infeksi yakni Pus.
5. Hidung dan Mulut : Bibir dan langitan, periksa adanya
sumbing, reflek hisap, dinilai dengan mengamati bayi pada
saat menyusu.
6. Leher : Ada pembengkakan/ tidak
7. Dada : Simetris/ tidak, bunyi nafas, bunyi jantung,
putingnya menonjol/ tidak
8. Bahu, lengan dan tangan gerakan normal atau tidak, jumlah jari.
9. Perut : Bentuk penonjolan sekitar tali pusat pada saat
menangis, perdarahan tali pusat.
10. Jenis kelamin
♂ : Testis berada dalam skrotum, penis berulang dan pada
ujung letak lubang ini.
♀ : Vagina berlubang, uretra berlubang, labia minor dan mayor.
11. Tungkai dan kaki : Gerakan normal, tampak normal, jumlah
jari.
12. Punggung dan anus : Pembengkakan/ ada cekungan, spina
bifida/ tidak, ada anus/ tidak, berlubang/ tidak.
13. Kulit : Verniks, warna, pembengkakan, tanda-tanda lahir.
14. Sistem syaraf : Adanya reflek morro, lakukan rangsangan
dengan suara keras yaitu pemeriksa bertepuk tangan.
9. Identifikasi bayi
Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu dipasang
segera pasca persalinan.
a. Alat yang digunakan, hendaknya keap air, dengan tepi yang harus
tidak mudah melukai, tidak mudah sobek, dan tidak mudah lepas.
b. Pada alat/ gelang identifiksi harus tercantum: Nama (bayi,
ibunya), tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit.
c. Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan
nama, tanggal lahir, nomor identifikasi.
10. Ukurlah BB, PB, LIKA, LIDA, LILA, lingkar perut bayi dan catat
rekam medis.

F. Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap
di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses
IMD. Langkah IMD pada persalinan normal (partus spontan):
1. Suami atau keluarga dianjurkan mendampingi ibu di kamar bersalin
2. Bayi lahir segera dikeringkan kecuali tangannya, tanpa menghilangkan
vernix, kemudian tali pusat diikat.
3. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapkan di dada ibu
dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting
susu ibu. Keduanya diselimuti dan bayi diberi topi.
4. Ibu dianjurkan merangsang bayi dengan sentuhan, dan biarkan bayi
sendiri mencari putting susu ibu.
5. Ibu didukung dan dibantu tenaga kesehatan mengenali perilaku bayi
sebelum menyusui
6. Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu minimal selama satu
jam; bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, biarkan bayi tetap di
dada ibu sampai 1 jam
7. Jika bayi belum mendapatkan puting susu ibu dalam 1 jam posisikan
bayi lebih dekat dengan puting susu ibu, dan biarkan kontak kulit bayi
dengan kulit ibu selama 30 menit atau 1 jam berikutnya.
8. Kemudian Setelah selesai proses IMD bayi ditimbang, diukur,
dicap/diberi tanda identitas, diberi salep mata dan penyuntikan vitamin
K1 pada paha kiri. Satu jam kemudian diberikan imunisasi Hepatitis B
(HB 0) pada paha kanan

G. Pelaksanaan Penimbangan, Penyuntikan Vitamin K1, Salep Mata


Dan Imunisasi Hepatitis B (Hb 0)
Pemberian layanan kesehatan tersebut dilaksanakan pada periode setelah
IMD sampai 2-3 jam setelah lahir , dan dilaksanakan di kamar bersalin
oleh dokter, bidan atau perawat.
 Semua BBL harus diberi penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione) 1
mg intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL
akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL.
 Salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi mata
(Oxytetrasiklin 1%).
 Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah
penyuntikan Vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan
Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan
kerusakan hati
H. RAWAT GABUNG (ROOMING IN)
Ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar, berada dalam jangkauan ibu
selama 24 jam. Berikan hanya ASI saja tanpa minuman atau makanan
lain kecuali atas indikasi medis. Tidak diberi dot atau kempeng.
Manfaat rawat gabung
1. Aspek fisik
Bila bayi dekat dengan ibu maka ibu dengan mudah melakukan
perawatan bayi dengan mandiri, dapat menyusui kapan saja,
sehingga ibu dapat melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada
bayinya.
2. Aspek fisiologis
Bila bayi dekat dengan ibu, ibu akan sering menyusukan bayinya.
Proses ini adalah proses fisiologis yang alami. Bagi ibu timbul
refleks oksitosin yang membantu proses involusio rahim.
3. Aspek psikologis
Dengan rawat gabung antara ibu dan bayi akan terjadi proses
lekat (early infant mother bonding) akibat sentuhan badaniah antara
ibu dan bayi.
a. Bagi Ibu : Merupakan kepuasan tersendiri bisa memberikan ASI
b. Bagi Bayi : Mendapatkan rasa aman atau merasa terlindungi.
4. Aspek edukatif
Dengan rawat gabung ibu akan mempunyai pengalaman yang berguna
terutama yang baru mempunyai anak.Keterampilan yang didapat pada
rawat gabung yaitu diharapkan dapat menjadi modal bagi ibu untuk
merawat bayinya sendiri. Dapat juga dipakai sebagai sarana pendidikan
bagi keluarga.
5. Aspek ekonomi
Dengan Rooming in pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin.
Bagi pihak keluarga bisa menjadi penghematan dalam pengeluaran biaya
untuk susu botol.
6. Aspek medis
Rooming in dapat menurunkan terjadinya infeksi nasokomial pada bayi
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan rawat gabung
1. Peranan sosial budaya
Kemajuan tekhnologi, perkembangan Industri, urbanisasi dan
pengaruh Kebudayaan barat pergeseran nilai sosial - budaya
masyarakat memberi susu Formula modern
2. Faktor ekonomi
a. Gaji yang sedikit à ibu-ibu untuk bekerja diluar rumah à Pemberian
ASI menurun
b. Ibu cenderung memberikan susu formula/botol

I. Kunjungan Neonatal
Kunjungan Neonatal adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus
sedikitnya 3 kali yaitu :
1. Kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai dengan 48 jam
setelah lahir
2. Kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke 3 s/d 7 hari
3. Kunjungan neonatal III (KN3) pada hari ke 8 – 28 hari
Pelayanan kesehatan diberikan oleh dokter/bidan/perawat, dapat
dilaksanakan di puskesmas atau melalui kunjungan rumah. Pelayanan
yang diberikan mengacu pada pedoman Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS) pada algoritma bayi muda (Manajemen Terpadu Bayi
Muda/MTBM) termasuk ASI ekslusif, pencegahan infeksi berupa
perawatan mata, perawatan tali pusat, penyuntikan vitamin K1 dan
imunisasi HB-0 diberikan pada saat kunjungan rumah sampai bayi
berumur 7 hari (bila tidak diberikan pada saat lahir).

J. Pencatatan Dan Pelaporan


Hasil pemeriksaan dan tindakan tenaga kesehatan harus dicatat pada:
1. Buku KIA (buku kesehatan ibu dan anak)
a. Pencatatan pada ibu meliputi keadaan saat hamil, bersalin dan nifas
b. Pencatatan pada bayi meliputi identitas bayi, keterangan lahir,
imunisasi, pemeriksaan neonatus, catatan penyakit, dan masalah
perkembangan serta KMS
2. Formulir Bayi Baru Lahir
a. Pencatatan per individu bayi baru lahir, selain partograph
b. Catatan ini merupakan dokumen tenaga kesehatan
3. Formulir pencatatan bayi muda (MTBM)
a. Pencatatan per individu bayi
b. Dipergunakan untuk mencatat hasil kunjungan neonatal yang
merupakan dokumen tenaga kesehatan puskesmas
4. Register kohort bayi
a. Pencatatan sekelompok bayi di suatu wilayah kerja puskesmas
b. Catatan ini merupakan dokumen tenaga kesehatan puskesmas
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BAYI BARU LAHIR

A. Pengkajian Keperawatan
Fokus utama pengkajian pada bayi baru lahir adalah transisi dari
kehidupan intrauterus ke ekstra uterus dengan mengenalkan kepada
anggota keluarga sesuai kondisi neonatus.
1. Sirkulasi
Nadi apical dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 kali/menit.
Tekanan darah 60 mmHg sampai 80 mmHg untuk systole dan 40
mmHg sampai 45 mmHg untuk diatole. Bunyi jantung seperti
murmur biasa terjadi selama beberapa jam pertama kehidupan.
Nadi perifer mungkin lemah, nadi brakhialis dan radialis lebih
mudah dipalpasi daripada nadi femoralis.
2. Eliminasi
Pada bayi baru lahir tidak ada perbedaan. Bayi yang lahir cukup
bulan tanpa ada kelainan dapat segera berkemih secara spontan.
Abdomen lunak tanpa distensi, bising usus akan aktif dalam beberapa
jam setelah kelahiran. Pengeluaran feses mekonium dalam 24 jam
sampai 48 jam setelah kelahiran.
3. Makanan/Cairan
Berat badan pada bayi baru lahir mencapai 2500 gram sampai
4000 gram dengan panjang badan 44cm sampai 55cm.
4. Neurosensori
Tonus otot fleksi hipertonik dari semua ekstremitas. Sadar dan aktif
mendemonstrasikan reflex menghisap selama 30 menit pertama
setelah kelahiran. Kaput suksedaneum dan/molding mungkin ada
selama 3 sampai 4 hari. Sutura cranial yang bertumpang tindih
mungkin terlihat, sedikit obliterasi fontanel anterior. Mata dan kelopak
mata mungkin udema, hemorargi subkonjungtiva atau hemorargi
retina mungkin terlihat, konjungtivitis selama 1 sampai 2 hari
mungkin terjadi setelah penetesan obat mata oftalmik terapeutik.
Adanya reflex moro, plantar, genggaman palmar, dan babinski’s.
5. Pernapasan
Apgar skor optimal, harus mencapai 7 sampai 10. Rentang dari 30
samapai 60/menit dengan pola periodic yang dapat terlihat. Bunyi
nafas bilateral, kadang-kadang krekels. Takipnea mungkin terlihat,
diagfragmaik dan abdominal dengan gerakan sinkron dari dada dan
abdomen. Pernapasan dangkal dan cuping hidung kadang terlihat.
Krekels pernapasan dapat menetap selama beberapa jam pertama
setelah kelahiran.
6. Keamanan
Suhu terntang dari 36,5⁰C sampai 37,5⁰C. kulit berwarna merah muda
dan ada pengelupasan pada tangan dan kaki. Akrosianosis mungkin
ada selama beberapa hari periode transisi. Sefalohematoma dapat
tampak sehari setelah kelahiran, peningkatan ukuran pada usia 2
sampai 3 hari kemudian direabsorpsi perlahan selama 1 sampai 6
bulan.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. pH tali pusat, tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status
praasidosis, tingkat rendah menunjukkan gangguan asfiksia
bermakna
b. Hemoglobin mencapai 15 sampai 20 g. hematokrit berkisar antara
43% sampai 61%.
c. Tes Coombs langsung pada daerah tali pusat menentukan
adanya kompleks antigen-antibodi pada membran sel darah
merah yang menunjukkan kondisi hemolitik.
d. Bilirubin Total sebanyak 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8
mg/dl 1 sampai 2 hari dan 12 mg/dl pada 3 sampai 5 hari.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
stressor prenatal atau intrapartum, produksi mucus yang berlebihan.
2. Resiko tinggi terhadap perubahan suhu tubuh berhubungan dengan
jumlah lemak subkutan yang terbatas, sumber yang tidak dapa
diperbaharui dari lemak cokelat, dan lapisan epidermis yang tipis.
3. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi
perkembangan atau penambahan anggota keluarga baru.
4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan laju metabolic, kebutuhan kalori tinggi, simpanan nutrisi
minimal.
5. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan anomaly congenital yang
tidak terdeteksi dan pemajanan tehadap agen-agen infeksius.

C. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa 1 : Resiko tinggi terhadap gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan stressor prenatal atau intrapartum, produksi mucus
yang berlebihan.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
resiko tinggi terhadap pertukaran gas teratasi dengan criteria hasil :
1. Mempertahankan jalan nafas yang paten
2. Frekuensi dan pernafasan dalam batas normal
3. Tidak ada sianosis
4. Bebas dari tanda distress pernapasan
Rencana Tindakan :
1. Ukur agar skor pada menit pertama dan menit kelima.
2. Perhatikan komplikasi prenatal yang mempengaruhi status plasenta
dan janin.
3. Tinjau ulang status janin intrapartum, termasuk denyut jantung janin.
4. Kaji frekuensi dan upaya pernafasan awal.
5. Perhatikan adanya pernafasan cuping hidung, pernafasan mendengkur,
krekels, dan ronkhi.
6. Tempatkan bayi pada posisi trendelenburg yang dimodifikasi pada
sudut 10⁰.
7. Perhatikan nadi apical.
8. Berikan rangsangan taktil dan sensori yang tepat.
9. Observasi adanya sianosis.

Diagnosa 2 : Resiko tinggi terhadap perubahan suhu tubuh berhubungan


dengan jumlah lemak subkutan yang terbatas, sumber yang tidak dapa
diperbaharui dari lemak cokelat, dan lapisan epidermis yang tipis.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan resiko tinggi terhadap perubahan suhu tubuh teratasi dengan
criteria hasil :
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
2. Tidak ada tanda-tanda hipotermia.
Rencana Tindakan :
1. Tempatkan bayi baru lahir pada lingkungan yang hangat.
2. Pertahankan suhu lingkungan dalam zona termoneural.
3. Jangan mandikan bayi jika suhu tubuh belum stabil.
4. Perhatikan tanda-tanda sekunder distress dingin.

Diagnosa 3 : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi


perkembangan atau penambahan anggota keluarga baru.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
perubahan proses keluarga teratasi dengan criteria hasil :
1. Orang tua memulai proses kedekatan dengan cara bermakna.
2. Dapat dengan tepat mengidentifikasi bayi.
Rencana Tindakan :
1. Informasikan kepada orang tua tentang kebutuhan neonatus.
2. Anjurkan orang tua untuk mengelus atau berbicara kepada bayi.
3. Diskusikan kemampuan bayi untuk berinteraksi.
4. Gunakan system identifikasi yang dapat diterima oleh hukum.
Diagnosa 4 : Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan peningkatan laju metabolic, kebutuhan metabolic
tinggi, simpanan nutrisi yang minimal.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan resiko perubahan nutrisi teratasi dengan criteria hasil :
1. Bebas dari tanda-tanda hipoglikemia.
2. Glukosa darah dalam batas normal.
Rencana Tindakan :
1. Perhatikan nilai apgar skor.
2. Turunkan stressor fisik.
3. Timbang berat badan bayi.
4. Observasi bayi adanya tanda hipoglikemia.
5. Auskultasi bising usus.
6. Anjurkan keluarga memberikan makanan pada bayi sesuai jadwal.

Diagnosa 5 : Resiko tinggi cedera/infeksi berhubungan dengan anomaly


congenital yang tidak terdeteksi dan pemajanan tehadap agen-agen
infeksius.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan resiko terjadinya cedera/infeksi teratasi dengan criteria hasil :
1. Bebas dari tanda-tanda infeksi.
2. Pemulihan tepat waktu pada punting tali pusat.
Rencana Tindakan :
1. Tinjau ulang factor ibu yang cenderung membuat bayi terkena infeksi.
2. Inspeksi kulit terhadap adanya ruam.kaji adanya tanda-tanda infeksi
terutama pada tali pusat.perhatikan adanya letargi.
3. Berikan ASI sedini mungkin.
4. Pantau pemerikaan laboratorium darah.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Buku Ajar Maternitas, Edisi 4, Jakarta : EGC. 2004


Kemenkes. 2010. Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Berbasis
PerlindunganAnak.http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-
content/uploads/downloads/2011/01/PANDUAN-YANKES-BBL-
BERBASIS-PERLINDUNGAN-ANAK.pdf.
Prawirohardjo, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Edisi I, Jilid 4. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2008.

Anda mungkin juga menyukai