Anda di halaman 1dari 109

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI PT TAKEDA INDONESIA
JALAN P. DIPONEGORO KM 38 TAMBUN
PERIODE 18 FEBRUARI – 28 MARET 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

WISNU AJENG RAKHMANINGTYAS, S.Farm


1106153574

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI PT TAKEDA INDONESIA
JALAN P. DIPONEGORO KM 38, TAMBUN
PERIODE 18 FEBRUARI – 28 MARET 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

WISNU AJENG RAKHMANINGTYAS, S.Farm


1106153574

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013

ii Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan oleh :


Nama : Wisnu Ajeng Rakhmaningtyas
NPM : 1106153574
Program Studi : Farmasi
Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT
Takeda Indonesia Jalan P. Diponegoro Km
38,Tambun, Jawa Barat periode 18 Februari- 28 Maret
2013

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Program Studi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia

iii Universitas Indonesia


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan ini. Penulisan laporan ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan laporan ini, sangatlah sulit bagi saya
untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada:
(1) Bapak Yuniarto Go, selaku Plant Director di PT. Takeda Indonesia karena
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA di
PT. Takeda Indonesia.
(2) Ibu Rani Kania W., S.Si., Apt. selaku pembimbing PKPA dan manager QA PT
Takeda Indonesia yang telah membimbing dan memberikan bantuan kepada
penulis selama PKPA berlangsung.
(3) Bapak Dr. Mahdi Jufri, M. Si., Apt., selaku pembimbing di program profesi
apoteker fakultas farmasi UI yang telah memberikan arahan dan bimbingan
pada penulis selama pelaksanaan dan penyusunan laporan PKPA di PT
Takeda Indonesia.
(4) Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia
(5) Bapak Dr. Harmita, Apt., sebagai ketua Program Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
selama PKPA
(6) Ibu Rifqy Ifada, S.Farm., Apt dan Bapak Yudi Gumilang, S.Farm., Apt. selaku
supervisor di departemen QA PT. Takeda Indonesia yang telah memberikan
arahan dan bimbingan selama pelaksanaan PKPA, khususnya dalam
pelaksanaan tugas khusus.
(7) Seluruh staf PT Takeda Indonesia yang telah menerima dan membantu penulis
iv Universitas Indonesia
selama melaksanakan kegiatan PKPA
(8) Seluruh staf pengajar, tata usaha dan karyawan di program apoteker fakultas
farmasi UI atas segala ilmu pengetahuan, didikan serta bantuan dan masukan
selama ini
(9) Keluarga tercinta, Papa, Mama, Mas Agung dan Mutia atas kesabaran, kasih
sayang, dukungan material dan moral, perhatian dan doanya yang luar biasa
untuk menyelesaikan pendidikan di farmasi dengan sebaik mungkin.
(10) Arif Rakhman Hakim atas segala dukungan, kesabaran dan doanya.
(11) Rekan-rekan mahasiswa apoteker angkatan 76 yang telah berjuang bersama
dalam menyelesaikan studi di program profesi apoteker di Universitas
Indonesia
(12) Serta pihak lain yang telah membantu sehingga laporan praktek kerja
profesi apoteker ini dapat selesai.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat


banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha
Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua yang
memerlukannya.

Penulis
2013

v Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:

Nama : Wisnu Ajeng Rakhmaningtyas


NPM : 1106153574
Program Studi : Apoteker
Fakultas : Farmasi
Jenis karya : Karya Akhir

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan


kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Takeda Indonesia Periode 18


Februari - 28 Maret 2013

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 15 Juni 2013

vi Universitas Indonesia
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii


HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN UMUM ............................................................................... 3


2.1 Industri Farmasi ..................................................................................... 3
2.1.1 Pengertian Industri Farmasi ............................................................ 3
2.1.2 Persyaratan usaha industri farmasi .................................................. 3
2.1.3 Pembinaan dan pengawasan industri farmasi................................... 5
2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) .............................................. 6
2.2.1 Manajemen Mutu ............................................................................... 7
2.2.2 Personalia ........................................................................................... 8
2.2.3 Bangunan dan Fasilitas ................................................................... 9
2.2.4 Peralatan ....................................................................................... 10
2.2.5 Sanitasi dan Hygiene ..................................................................... 11
2.2.6 Produksi ....................................................................................... 11
2.2.7 Pengawasan Mutu ......................................................................... 12
2.2.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu........................................................ 13
2.2.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk,
dan Produk Kembalian ................................................................................ 14
2.2.10 Dokumentasi................................................................................. 14
2.2.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak .............................. 15
2.2.12 Kualifikasi dan Validasi ................................................................ 15

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS .......................................................................... 17


3.1 Sejarah PT Takeda Indonesia ............................................................... 17
3.2 Visi dan Misi ....................................................................................... 18
3.2.1 Visi ............................................................................................... 18
3.2.2 Misi .............................................................................................. 19
3.3 Lokasi dan Tata Letak Bangunan ......................................................... 19
3.4 Sistem Manajerial PT Takeda Indonesia .............................................. 19

vii Universitas Indonesia


3.5 Personalia ............................................................................................ 19
3.5.1 Departemen Produksi.................................................................... 20
3.5.2 Departemen Production Planning Inventory Control (PPIC) ......... 20
3.5.3 Departemen Pengendalian Mutu/Quality Assurance (QA) ............. 21
3.5.4 Departemen Quality Control (QC) ................................................ 22
3.5.5 Departemen gudang / warehouse .................................................. 23
3.5.6 Departemen Maintenance & General Affairs (GA) ....................... 24
3.5.7 Departemen Sumber Daya Manusia (HRD) .................................. 24
3.6 Bangunan dan Fasilitas Takeda Bekasi Factory .................................... 24
3.6.1 Pembagian Takeda Bekasi Factory................................................ 24
3.7 Sanitasi dan Hygyene ........................................................................... 25
3.7.1 Higiene personalia dan keselamatan kerja ..................................... 25
3.7.2 Sanitasi bangunan ......................................................................... 26
3.7.3 Sanitasi peralatan .......................................................................... 27
3.8 Factory ................................................................................................ 27
3.8.1 Produksi ....................................................................................... 27
3.8.2 Bagian gudang .............................................................................. 31
3.8.3 Bagian maintenance & GA ........................................................... 35

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 40


4.1 Manajemen Mutu ................................................................................. 40
4.2 Personalia ............................................................................................ 42
4.3 Bangunan dan fasilitas ......................................................................... 43
4.4 Peralatan .............................................................................................. 45
4.5 Sanitas dan higiene .............................................................................. 46
4.6 Produksi .............................................................................................. 47
4.7 Pengawasan mutu ................................................................................ 52
4.8 Inspeksi diri dan audit mutu ................................................................. 54
4.9 Penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali obat dan
produk kembalian ........................................................................................... 54
4.10 Dokumentasi........................................................................................ 55
4.11 Kualifikasi dan validasi........................................................................ 56
4.12 Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak ........................................ 60

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 61


5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 61
5.2 Saran ................................................................................................... 61

DAFTAR ACUAN ........................................................................................... 62

viii Universitas Indonesia


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur organisasi PT.Takeda Indonesia ......................................... 64


Lampiran 2. Alur penerimaan barang ................................................................ 65
Lampiran 3. Skema pengolahan limbah ............................................................ 66

ix Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009
tentang pekerjaan kefarmasian, salah satu tempat pengabdian profesi apoteker
adalah industri farmasi. Tanggung jawab apoteker dalam industri farmasi tersebut
berada pada bidang pemastian mutu, produksi, serta pengawasan mutu. Sebagai
pemegang otoritas penuh tentang obat, seorang apoteker harus mempunyai standar
kompetensi tertentu agar dapat menjamin konsistensi kualitas mutu industri
farmasi dan produk farmasi di tengah-tengah persaingan industri yang ada.
Dengan pengetahuan dan keahlian yang dikuasai mengenai produksi obat, seorang
apoteker harus benar-benar menjalankan tanggung jawab profesi tersebut dengan
profesional. Untuk itu, diperlukan adanya pembekalan mengenai peran apoteker
di dalam industri farmasi.
Produksi obat adalah salah satu kegiatan dari sebuah industri farmasi. Obat
yang dihasilkan harus sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya,
memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi) dan
tidak menimbulkan risiko yang membahayakan karena tidak aman, mutu rendah
atau tidak efektif. Dalam menjalankan tanggung jawabnya di bidang produksi
obat, apoteker harus mengikuti suatu pedoman yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Pedoman tersebut adalah Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
CPOB merupakan pedoman dalam aspek dan rangkaian kegiatan pembuatan
obat jadi di industri farmasi. CPOB dibuat untuk menjamin mutu obat yang
diproduksi oleh industri farmasi sehingga sesuai dengan spesifikasinya, aman, dan
berkualitas. Seorang apoteker di industri farmasi mempunyai peranan penting
untuk menerapkan aspek-aspek yang tercantum dalam CPOB.
Aspek-aspek tersebut dapat diterapkan melalui ilmu dan keahlian yang telah
dimiliki apoteker. Oleh karena itu, adanya tenaga farmasi yang handal mutlak
diperlukan untuk mendukung penerapan CPOB yang efektif. Dengan adanya

1 Universitas Indonesia
2

kedua unsur tersebut, maka suatu industri farmasi diharapkan dapat menghasilkan
obat yang sesuai persyaratan.
Dilatarbelakangi oleh hal tersebut, maka seorang calon apoteker harus
memahami tanggung jawab profesinya secara nyata. Melalui teori yang dibekali
sebelumnya, calon apoteker diharapkan memiliki pemahaman awal mengenai
penerapannya di dunia nyata. Pemahaman tersebut dapat diperoleh melalui sebuah
praktek kerja profesi di industri farmasi. Oleh karena itu, Program Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia mengadakan kerjasama dengan
PT Takeda Indonesia dalam menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) agar dapat menjadi sarana pembelajaran di industri farmasi bagi para
calon apotekernya. Melalui kegiatan ini pula, mahasiswa tingkat profesi
diharapkan dapat mengamati secara langsung penerapan CPOB di industri
farmasi.
1.2 Tujuan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Takeda Indonesia bertujuan
agar :
1.2.1 Mahasiswa profesi apoteker dapat melihat langsung aktivitas yang
berlangsung dalam suatu industri farmasi.
1.2.2 Mahasiswa profesi apoteker dapat memperoleh pengetahuan dan wawasan
tentang segala aspek yang terkait di industri farmasi terutama dalam hal
penerapan CPOB di PT. Takeda Indonesia.
1.2.3 Mahasiswa profesi apoteker dapat memiliki pemahaman yang mendalam
mengenai peran dan tugas apoteker di industri farmasi.

Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN UMUM

2.1 Industri Farmasi


2.1.1 Pengertian Industri Farmasi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1799/Menkes/Per/XII/20 10 tentang Industri Farmasi, industri farmasi adalah
badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan
kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Industri farmasi dapat melakukan
kegiatan proses pembuatan obat dan/atau bahan obat untuk semua tahapan
dan/atau sebagian tahapan. Pembuatan obat adalah seluruh tahapan kegiatan
dalam menghasilkan obat, yang meliputi pengadaan bahan awal dan bahan
pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu dan pemastian mutu sampai
diperoleh obat untuk didistribusikan (Kementerian Kesehatan, 2010).
2.1.2 Persyaratan usaha industri farmasi
Industri farmasi untuk melaksanakan proses industrinya harus memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah. Menurut peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi,
usaha industri farmasi wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Setiap pendirian Industri Farmasi wajib memperoleh izin industri farmasi dari
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
b. Industri Farmasi yang membuat obat dan/atau bahan obat yang termasuk
dalam golongan narkotika wajib memperoleh izin khusus untuk memproduksi
narkotika sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi terdiri atas :
a. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas,
b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat,
c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak,
d. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung
dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian.
Untuk memperoleh izin industri farmasi diperlukan persetujuan prinsip yang
3 Universitas Indonesia
4

berlaku selama 3 (tiga) tahun. Permohonan persetujuan prinsip diajukan secara


tertulis kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Dalam
hal permohonan persetujuan prinsip dilakukan oleh Industri Penanaman Modal
Asing atau Penanaman Modal Dalam Negeri, pemohon harus memperoleh Surat
Persetujuan Penanaman Modal dari instansi yang menyelenggarakan urusan
penanaman modal sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Persetujuan
prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
setelah pemohon memperoleh persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP)
dari Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Dalam hal permohonan
persetujuan prinsip telah diberikan, pemohon dapat langsung melakukan
persiapan, pembangunan, pengadaan, pemasangan dan instalasi peralatan
termasuk produksi percobaan dengan memperhatikan ketentuan perundang-
undangan.
Setiap pendirian industri farmasi wajib memenuhi ketentuan sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang tata ruang dan lingkungan
hidup. Industri Farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB yang dibuktikan
dengan sertifikat CPOB. Sertifikat CPOB berlaku selama 5 (lima) tahun
sepanjang memenuhi persyaratan. Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara
sertifikasi CPOB diatur oleh Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan.
Selain wajib memenuhi ketentuan yang telah disebutkan, Industri Farmasi juga
wajib melakukan farmakovigilans.
Izin usaha industri farmasi diberikan oleh Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan dengan rekomendasi dari kepala Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM). Izin ini berlaku seterusnya selama
perusahaan industri farmasi tersebut berproduksi dan memenuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan. Industri Farmasi yang akan melakukan perubahan
bermakna terhadap pemenuhan persyaratan CPOB, baik untuk perubahan
kapasitas dan/atau fasilitas produksi wajib melapor dan mendapat persetujuan
sesuai ketentuan perundang-undangan. Untuk industri farmasi Penanaman Modal
Asing (PMA) masa berlakunya sesuai dengan ketentuan dalam UU No. 1 tahun
1967 tentang Penanaman Modal Asing dan peraturan pelaksanaannya.
Universitas Indonesia
5

Perusahaan Industri Farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri wajib:
a. Menyampaikan laporan industri secara berkala mengenai kegiatan usahanya
yaitu sekali dalam enam bulan, meliputi jumlah dan nilai produksi setiap obat
atau bahan obat yang dihasilkan serta sekali dalam satu tahun.
b. Melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam serta
pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup
akibat kegiatan Industri Farmasi yang dilakukannya.
c. Melaksanakan upaya yang menyangkut keamanan dan keselamatan alat, bahan
baku dan bahan penolong, proses serta hasil produksinya termasuk
pengangkutannya dan keselamatan kerja.
d. Melakukan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang berlaku
bagi jenis-jenis industri yang telah ditetapkan dan kewajiban untuk
melakukannya setelah memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi.
2.1.3 Pembinaan dan pengawasan industri farmasi
Pembinaan terhadap pengembangan industri farmasi dilakukan oleh Kepala
BPOM. Dalam melaksanakan pengawasan, tenaga pengawas dapat memasuki
setiap tempat yang digunakan dalam kegiatan pembuatan, penyimpanan,
pengangkutan dan perdagangan obat dan bahan obat untuk memeriksa, meneliti
dan mengambil contoh, membuka dan meneliti kemasan obat, serta memeriksa
dokumen atau catatan lain yang diduga memuat keterangan mengenai kegiatan
pembuatan, penyimpanan, pengangkutan dan perdagangan obat dan bahan obat.
Tenaga pengawas juga dapat mengambil gambar (foto) seluruh atau sebagian
fasilitas dan peralatan yang digunakan dalam pembuatan, penyimpanan,
pengangkutan dan/atau perdagangan obat dan bahan obat.
Pelanggaran terhadap ketentuan yang tercantum dalam peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri
Farmasi dapat dikenakan sanksi administratif berupa :
a. Peringatan secara tertulis (diberikan oleh Kepala BPOM);
b. Larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk
penarikan kembali obat atau bahan obat dari peredaran bagi obat atau bahan
obat yang tidak memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat, atau
Universitas Indonesia
6

mutu (diberikan oleh Kepala BPOM);


c. Perintah pemusnahan obat atau bahan obat jika terbukti tidak memenuhi
persyaratan keamanan, khasiat atau mutu (diberikan oleh Kepala BPOM);
d. Penghentian sementara kegiatan (diberikan oleh Kepala BPOM);
e. Pembekuan izin industri farmasi (diberikan oleh Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala BPOM); dan
f. Pencabutan izin industri farmasi (diberikan oleh Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala BPOM).
Izin usaha industri farmasi dapat dicabut dalam hal :
a. Perusahaan Industri Farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi
melakukan pemindahtanganan hak milik Izin Usaha Industri Farmasi dan
perluasan tanpa memiliki izin sesuai dengan ketentuan dalam Surat Keputusan
ini; dan atau
b. Perusahaan Industri Farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi
tidak menyampaikan informasi industri farmasi secara berturut-turut 3 (tiga)
kali atau dengan sengaja menyampaikan informasi yang tidak benar; dan atau
c. Perusahaan Industri Farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi
melakukan pemindahan lokasi usaha industri tanpa persetujuan tertulis
terlebih dahulu dari menteri; dan atau
d. Perusahaan Industri Farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi
dengan sengaja memproduksi Obat Jadi atau Bahan Baku Obat yang tidak
memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku, obat palsu; dan atau
e. Tidak dipenuhinya ketentuan dalam Izin Usaha Industri Farmasi yang
ditetapkan dalam Surat Keputusan.
2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
CPOB merupakan bagian dari sistem pemastian mutu yaitu suatu konsep
dalam industri farmasi mengenai prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan
dalam suatu industri farmasi untuk menjamin mutu obat jadi, yang diproduksi
dengan menerapkan Good Manufacturing Practices (GMP) dalam seluruh aspek
dan rangkaian kegiatan produksi, sehingga obat yang dihasilkan senantiasa
memenuhi persyaratan mutu yang ditentukan sesuai dengan tujuan
Universitas Indonesia
7

penggunaannya.
CPOB merupakan suatu pedoman untuk memastikan agar mutu obat yang
dihasilkan sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya, bila perlu dapat
dilakukan penyesuaian pedoman dengan syarat bahwa standar mutu obat yang
telah ditentukan tetap dicapai. Mutu obat tergantung pada bahan awal, bahan
pengemas, proses produksi, pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang
digunakan, dan personel yang terlibat. Pada proses pembuatan obat, pengendalian
menyeluruh sangat penting untuk menjamin bahwa konsumen menerima obat
yang bermutu tinggi. Pembuatan yang tidak sesuai dengan prosedur tidak
dibenarkan bagi produk yang digunakan untuk menyelamatkan jiwa, memulihkan
atau memelihara kesehatan.
CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. Ruang
lingkup CPOB edisi 2006, meliputi manajemen mutu, personalia, bangunan dan
fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri
dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk
dan produk kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak,
serta kualifikasi dan validasi.
2.2.1 Manajemen Mutu
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan
tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam izin edar
(registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan bagi
penggunannya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen
mutu bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan
Mutu”, yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua
departemen di dalam perusahaan, para pemasok, dan para distributor.
Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan,
diperlukan manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan
secara benar. Unsur dasar manajemen mutu adalah :
a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi,
prosedur, proses, dan sumber daya.
b. Tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan
Universitas Indonesia
8

tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk atau jasa pelayanan yang
dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Keseluruhan tindakan tersebut disebut pemastian mutu. Pemastian mutu
adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik secara tersendiri maupun
secara kolektif, yang akan mempengaruhi mutu dari obat yang dihasilkan.
Pemastian mutu merupakan totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan
untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan
pemakaiannya. Pemastian mutu suatu obat tidak hanya mengandalkan
pelaksanaan pengujian tertentu saja namun obat hendaklah dibuat dalam kondisi
yang dikendalikan dan dipantau secara cermat. Karena itu pemastian mutu
mencakup CPOB ditambah dengan faktor lain, seperti desain dan pengembangan
produk.
2.2.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh
sebab itu, industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personel yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas.
Seluruh personel hendaklah memahami prinsip CPOB, memperoleh pelatihan
awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan
dengan pekerjaan serta memahami tanggung jawab masing-masing.
Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi di mana tugas spesifik
dan kewenangan dari personel pada posisi penanggung jawab hendaklah
dicantumkan dalam uraian tugas tertulis. Tugas tersebut boleh didelegasikan
kepada wakil yang ditunjuk dan mempunyai tingkat kualifikasi yang memadai.
Dalam hal ini, aspek penerapan CPOB tidak ada yang terlewatkan ataupun
tumpang tindih dalam tanggung jawab yang tercantum pada uraian tugas. Personil
kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian Pengawasan Mutu dan
kepala bagian Pemastian Mutu. Kepala bagian Produksi dan kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) atau kepala bagian PengawasanMutu harus
independen satu terhadap yang lain.
Tanggung jawab masing-masing personil kunci adalah sebagai berikut:
Universitas Indonesia
9

a. Kepala bagian Produksi


1) Memastikan obat dibuat dan disimpan sesuai prosedur agar memenuhi
syarat mutu yang ditetapkan.
2) Memberi persetujuan prosedur tetap (protap) yang berkaitan dengan
produksi serta implementasinya.
3) Memastikan catatan produksi telah dievaluasi dan ditandatangani sebelum
diserahkan ke bagian pemastian mutu.
4) Memastikan pemeliharaan gedung dan peralatan produksi.
5) Memastikan validasi proses telah dilaksanakan.
6) Memastikan pelatihan dilaksanakan.
b. Kepala bagian Pemastian Mutu
1) Memastikan penerapan sistem mutu.
2) Memprakarsai pembuatan Quality Manual.
3) Inspeksi diri dan eksternal audit.
4) Melakukan pengawasan bagian pengawasan mutu.
5) Mengkoordinasi program validasi, kualifikasi dan kalibrasi.
6) Memastikan pemenuhan persyaratan CPOB dan dari regulator.
7) Mengkaji Catatan Bets dan Product Quality Review.
8) Menangani keluhan (teknis dan medis).
9) Menangani obat kembalian dan penarikan obat.
c. Kepala bagian Pengawasan Mutu
1) Meluluskan atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk
antara/ruahan dan obat jadi.
2) Memberi persetujuan spesifikasi, instruksi sampling, metode uji dan
protap pengawasan mutu.
3) Memberi persetujuan dan memantau kontrak analisa.
4) Memastikan pemeliharaan gedung dan alat.
5) Memastikan validasi metoda telah dilakukan.
6) Melakukan stabilitas obat jadi.
2.2.3 Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat termasuk area produksi,
Universitas Indonesia
10

laboratorium, area penyimpanan, koridor, dan lingkungan sekeliling bangunan


hendaklah memiliki desain, konstruksi, dan letak yang memadai, serta disesuaikan
kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasional
yang benar. Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat dengan cermat, dibersihkan
dan didesinfeksi sesuai prosedur tertulis secara rinci. Kondisi bangunan hendaklah
ditinjau secara teratur dan diperbaiki bila perlu.
Tindakan perbaikan dan perawatan terhadap bangunan dan fasilitas
dilakukan hati-hati agar kegiatan tersebut tidak mempengaruhi mutu obat
pasokan. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk
memperkecil risiko terjadinya kekeliruan, pencemaran silang, memudahkan
pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif, menghindari penumpukan debu
atau kotoran dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat. Letak bangunan
diatur sedemikian rupa untuk menghindari pencemaran dari lingkungan
sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah, air, serta dari kegiatan
industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan tidak sesuai, hendaklah
diambil tindakan pencegahan yang efektif terhadap pencemaran tersebut.
Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area
penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dirawat
dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah ditinjau secara teratur
dan diperbaiki bila perlu. Perbaikan dan perawatan bangunan dan fasilitas
hendaklah dilakukan hati-hati agar kegiatan tersebut tidak mempengaruhi mutu
obat pasokan.
2.2.4 Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan
untuk memudahkan pembersihan serta perawatan. Peralatan hendaklah didesain
dan dikonstruksi sesuai dengan tujuannya. Permukaan peralatan yang bersentuhan
dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan
reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau
kemurnian di luar batas yang ditentukan.
Universitas Indonesia
11

Bahan yang diperlukan untuk pengoperasian alat khusus misalnya pelumas


atau pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah
sehingga tidak mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian bahan awal, produk
antara ataupun produk jadi. Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup
bocor tetesan pelumas dan hal sejenis atau karena perbaikan, perawatan,
modifikasi dan adaptasi yang tidak tepat. Peralatan hendaklah didesain
sedemikian rupa agar mudah dibersihkan. Pembersihan peralatan dilakukan sesuai
dengan prosedur tertulis yang rinci serta disimpan dalam keadaan bersih dan
kering. Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau
pencemaran yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk.
2.2.5 Sanitasi dan Higiene
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil,
bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan
segala sesuatu yang dapat menjadi sumber pencemaran produk. Sumber
pencemaran potensial harus dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan
higiene yang menyeluruh dan terpadu. Sanitasi dan higiene yang diatur dalam
pedoman CPOB terbaru adalah terhadap personalia, bangunan dan peralatan.
Prosedur sanitasi dan higiene hendaklah divalidasi dan dievaluasi secara berkala
untuk cukup efektif dan selalu memenuhi persyaratan.
2.2.6 Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang senantiasa menjamin bahwa
produk yang dihasilkan memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar
(registrasi). Mutu suatu obat tidak hanya ditentukan oleh hasil analisis terhadap
produk akhir melainkan juga oleh mutu yang dibangun selama tahapan proses
produksi (built in quality) sejak pemilihan bahan awal, penimbangan, proses
produksi personalia, bangunan, peralatan kebersihan, dan higiene sampai dengan
pengemasan.
Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personel yang kompeten.
Prosedur produksi dibuat oleh penanggung jawab produksi bersama dengan
Universitas Indonesia
12

penanggung jawab pengawasan mutu yang dapat menjamin obat yang dihasilkan
memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Prosedur kerja standar hendaklah
tertulis, mudah dipahami dan dipatuhi oleh karyawan produksi, serta
didokumentasikan. Dokumentasi setiap langkah dilakukan dengan cermat, tepat
dan ditangani oleh karyawan yang melaksanakan tugas.
2.2.7 Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB) untuk memberikan kepastian bahwa produk secara
konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.
Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap
merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan
sampai kepada distribusi produk jadi. Pengawasan mutu tidak terbatas pada
kegiatan laboratorium, tetapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang
terkait dengan mutu produk. Ketidaktergantungan pengawasan mutu dari produksi
dianggap hal yang fundamental agar pengawasan mutu dapat melakukan kegiatan
dengan memuaskan. Tiap pemegang izin pembuatan harus mempunyai bagian
pengawasan mutu. Bagian ini harus independen dari bagian lain dan berada di
bawah tanggung jawab dan wewenang seorang dengan kualifikasi dan
pengalaman yang sesuai, yang membawahi satu atau beberapa laboratorium.
Sarana yang memadai harus tersedia untuk memastikan bahwa segala
kegiatan pengawasan mutu dilaksanakan dengan efektif dan dapat diandalkan.
Pengawasan mutu hendaklah mencakup semua kegiatan analisis yang dilakukan
di laboratorium, termasuk pengambilan sampel, pemeriksaan, dan pengujian
bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi. Kegiatan ini
mencakup juga uji stabilitas, program pemantauan lingkungan, pengujian yang
dilakukan dalam rangka validasi, penanganan sampel pertinggal, menyusun dan
memperbaharui spesifikasi bahan dan produk serta metode pengujiannya.
Dokumentasi dan prosedur pelulusan yang diterapkan bagian pengawasan
mutu hendaklah menjamin bahwa pengujian yang diperlukan telah dilakukan
sebelum bahan digunakan dalam produksi dan produk disetujui sebelum
didistribusikan. Personel pengawasan mutu hendaklah memiliki akses ke area
Universitas Indonesia
13

produksi untuk pengambilan sampel dan penyelidikan yang diperlukan. Personel,


bangunan dan fasilitas, serta peralatan laboratorium hendaklah sesuai untuk segala
jenis tugas yang ditentukan dan skala kegiatan pembuatan obat.
2.2.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek
poduksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB.
Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam
pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang
kompeten dari perusahaan. Ada manfaatnya juga bila menggunakan auditor luar
yang independen. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan di samping
itu, pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi
atau terjadi penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan
supaya dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah
didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Pada aspek–aspek inspeksi diri hendaklah dibuat daftar periksa inspeksi
diri yang menyajikan standar persyaratan minimal dan seragam. Daftar periksa
inspeksi diri ini hendaklah mengandung pertanyaan mengenai ketentuan CPOB
yang meliputi personalia, bangunan termasuk fasilitas untuk personil, perawatan
bangunan dan peralatan, penyimpanan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi,
peralatan, pengolahan dan pengawasan selama proses, pengawasan mutu,
dokumentasi, sanitasi dan higiene, program validasi dan revalidasi, kalibrasi alat
atau sistem pengukuran, prosedur penarikan kembali obat jadi, penanganan
keluhan, pengawasan label dan hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindakan
perbaikan.
Inspeksi diri dapat dilakukan oleh tiap bagian sesuai kebutuhan pabrik,
namun inspeksi diri yang dilaksanakan secara menyeluruh hendaklah
dilaksanakan minimal satu kali dalam setahun. Frekuensi inspeksi diri hendaklah
tertulis dalam prosedur tetap inspeksi diri. Penyelenggaraan audit mutu berguna
sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian
semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk
Universitas Indonesia
14

meningkatkan mutu. Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar
atau independen atau tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen
perusahaan. Audit mutu juga dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima
kontrak.
2.2.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk, dan
Produk Kembalian
Keluhan terhadap obat dan laporan keluhan dapat menyangkut mutu, efek
samping yang merugikan atau masalah efek terapetik. Semua keluhan dan laporan
keluhan hendaklah diteliti dan dievaluasi dengan cermat, kemudian diambil tindak
lanjut yang sesuai dan dibuatkan laporan. Penarikan kembali obat jadi dapat
berupa penarikan kembali satu atau beberapa bets atau seluruh obat jadi tertentu
dari semua mata rantai distribusi. Penarikan kembali dilakukan apabila ditemukan
adanya produk yang tidak memenuhi persyaratan mutu atau atas dasar
pertimbangan adanya efek samping yang tidak diperhitungkan yang merugikan
kesehatan. Penarikan produk dari peredaran dapat mengakibatkan penundaan atau
penghentian pembuatan obat tersebut.
Obat kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian
dikembalikan ke pabrik karena adanya keluhan, kerusakan, kadaluwarsa, masalah
keabsahan atau sebab lain mengenai kondisi obat, wadah atau kemasan sehingga
menimbulkan keraguan akan keamanan, identitas, mutu dan jumlah obat yang
bersangkutan.
Industri farmasi hendaklah menyiapkan prosedur untuk penahanan,
penyelidikan dan pengujian produk kembalian serta pengambilan keputusan
apakah produk kembalian dapat diproses ulang atau harus dimusnahkan setelah
dilakukan evaluasi secara kritis. Produk kembalian yang tidak dapat diolah ulang
hendaklah dimusnahkan. Pro sedur pemusnahan bahan atau pemusnahan produk
harus disiapkan dan mencakup tindakan pencegahan terhadap pencemaran
lingkungan dan penyalahgunaan bahan atau produk oleh orang yang tidak
mempunyai wewenang.
2.2.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
Universitas Indonesia
15

merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas
adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personel menerima uraian
tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadinya
kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan.
Spesifikasi, dokumen produksi induk/formula pembuatan, prosedur, metode dan
instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara
tertulis.
2.2.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,
disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat
menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan.
Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat secara
jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak.
Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets
produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Kontrak tertulis harus dibuat meliputi
pembuatan dan/atau analisis obat yang dikontrakkan dan semua pengaturan teknis
terkait. Semua pengaturan untuk pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak
termasuk perubahan dalam pengaturan teknis atau pengaturan lain hendaklah
sesuai dengan izin edar untuk produk yang bersangkutan. Kontrak hendaklah
mengizinkan pemberi kontrak untuk mengaudit sarana dari penerima kontrak.
Pelulusan akhir dalam analisis berdasarkan kontrak harus diberikan oleh kepala
bagian manajemen mutu (pemastian mutu) pemberi kontrak.
2.2.12 Kualifikasi dan Validasi
CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang
diperlukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang
dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang
dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan
kajian risiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan
validasi.
Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program
Universitas Indonesia
16

validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam Rencana


Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. RIV hendaklah merupakan dokumen
yang singkat, tepat dan jelas. RIV hendaklah mencakup sekurang-kurangnya data
sebagai berikut: kebijakan validasi; struktur organisasi kegiatan validasi;
ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan divalidasi; format
dokumen: format protokol dan laporan validasi, perencanaan dan jadwal
pelaksanaan; pengendalian perubahan; dan acuan dokumen yang digunakan.
Protokol validasi hendaklah merinci langkah kritis dan kriteria
penerimaan. Laporan harus dibuat mengacu pada protokol kualifikasi dan/atau
protokol validasi dan memuat ringkasan hasil yang diperoleh, tanggapan terhadap
penyimpangan yang terjadi, kesimpulan dan rekomendasi perbaikan. Tiap
perubahan terhadap rencana yang ditetapkan dalam protokol hendaklah
didokumentasikan dengan pertimbangan yang sesuai.

Universitas Indonesia
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS

3.1 Sejarah PT Takeda Indonesia


Lebih dari dua abad yang lalu pada tahun 1781, Chobei Takeda I memulai bisnis
menjual obat-obatan tradisional Jepang dan Cina di Doshomachi, Osaka, pusat
perdagangan obat di Jepang. Toko kecil itu membeli obat-obatan dari grosir,
kemudian dibagi menjadi batch yang lebih kecil dan menjualnya kepada pedagang
obat-obatan lokal dan dokter. Ini adalah awal dari Takeda Pharmaceutical Company
Limited.
Pada tahun 1871, impor obat-obatan Barat dimulai oleh Chobei Takeda IV
dalam mengubah perhatiannya untuk pengobatan Barat. Dia membentuk sebuah
koperasi untuk pembelian obat-obatan Barat di Yokohama dan memulai transaksi
dengan perusahaan perdagangan asing. Obat-obatan Barat yang diimpor pada saat itu
termasuk kina, obat anti-malaria, dan fenol, obat anti-kolera.
Takeda memulai impor langsung dari Inggris, AS, Jerman, Spanyol dan negara-
negara lain di sekitar tahun 1895, dan pada tahun 1907 memperoleh hak eksklusif
penjualan di Jepang untuk produk-produk dari perusahaan Bayer Jerman. Dengan
demikian, usaha yang dimulai sebagai toko yang menjual obat kuno Jepang dan Cina
terus meningkat.
Pada tahun 1895, Takeda mengakuisisi perusahaan obat Uchibayashi untuk
mendirikan pabrik sendiri di Osaka dan menjadi produsen farmasi. Pabrik ini
menghasilkan produk seperti bismuth subgallate (agen antidiare) dan hidroklorida
kina.
Pada tahun 1914, Takeda mulai memperkenalkan produk sendiri. Di antaranya
adalah Calmotin® (obat penenang), Novoroform® (analgesik) dan Lodinon® (bentuk
injeksi D-glukosa). Takeda terus memperluas bisnis farmasi dan bahkan mulai ekspor
ke AS, Rusia dan China.
Pada tahun 1925, perusahaan ini didirikan sebagai Chobei Takeda & Co, Ltd,
dengan modal sebesar 5,3 juta yen dan Chobei Takeda V sebagai presiden.

17 Universitas Indonesia
18

Perusahaan ini berubah dari sebuah bisnis individual yang dimiliki untuk organisasi
menjadi perusahaan modern mengintegrasikan R & D, manufaktur dan pemasaran.
Perusahaan ini kemudian mengubah namanya menjadi Takeda Pharmaceutical
Industries, Ltd pada tahun 1943 (nama bahasa Inggris yang diubah menjadi Takeda
Chemical Industries, Ltd pada tahun 1961).
Setelah Perang Dunia II, di samping vitamin B1 dan Vitacampher® (stimulan
jantung dan pernapasan), yang telah diteliti saat sebelum perang, Takeda mulai
mengeksplorasi penelitian antibiotik dan penelitian sintetik dari asam folat. Selain itu
juga dimulai penelitian produksi untuk penisilin, yang mulai diproduksi pada tahun
1948.
Pada tahun 1954, Takeda berhasil mengembangkan dan mulai penjualan dari
derivat vitamin B1 Alinamin®, yaitu prodrug yang meningkatkan penyerapan vitamin
B1. Sekitar waktu yang sama, perusahaan juga mulai memasok vitamin untuk
pengadaan makanan untuk mengurangi kekurangan gizi yang disebabkan oleh
kekurangan pangan pascaperang.
Menyusul pembentukan perusahaan manufaktur dan pemasaran di Taiwan pada
tahun 1962, Takeda mendirikan perusahaan manufaktur dan pemasaran di Asia
Tenggara, termasuk Filipina, Thailand dan Indonesia. Tianjin Takeda
Pharmaceuticals Co, Ltd, didirikan pada tahun 1994, menjadi pabrik pertama di Cina
yang akan disertifikasi untuk Good Manufacturing Practice. Pada tahun 1978, Takeda
mendirikan usaha bersama perusahaan farmasi di Perancis, diikuti oleh basis
operasional di Jerman dan Italia.
PT. Takeda Indonesia didirikan pada tahun 1971. Takeda Indonesia
menyediakan obat-obatan resep maupun OTC untuk pasien di Indonesia. Salah satu
produk unggulan dari PT. Takeda Indonesia adalah Vitacimin® yang saat ini sudah
memiliki beberapa varian rasa seperti orange, fruitpunch dan berry. Produk-produk
PT. Takeda Indonesia lainnya adalah Alinamin®, Nevramin®, Esilgan®, Blopress®
dan lain-lain.
3.2 Visi dan Misi
3.2.1 Visi
PT.Takeda Indonesia mempunyai visi untuk mewujudkan kemampuan menjadi
Universitas Indonesia
19

pemimpin farmasi global melalui Inovasi, Pertumbuhan dari budaya yang dipandu
oleh komitmen kuat secara signifikan meningkatkan kehidupan pasien. Inovasi
berlandaskan keunggulan yang kuat dalam bidang sains dan pengobatan yang
menghasilkan penemuan, pengembangan dan penyediaan produk-produk berkualitas
tinggi yang spesifik fokus pada kebutuhan pasien. Sebuah Budaya berdasarkan tata
kelola perusahaan yang baik, yang memberdayakan karyawan melalui kolaborasi,
penyertaan, kepercayaan dan pengambilan keputusan tepat waktu. Pertumbuhan yang
berkesinambungan dalam nilai perusahaan dengan memanfaatkan bidang terapeutik
utama dan unggul dalam produk yang dikembangkan (pipeline) dan ditawarkan
(portfolio)
3.2.2 Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut, PT. Takeda Indonesia mempunyai misi untuk
membantu kesehatan yang lebih baik bagi pasien di seluruh dunia melalui inovasi
terdepan di bidang pengobatan.
3.3 Lokasi dan Tata Letak Bangunan
Kantor pusat PT Takeda Indonesia terletak di Office 8, 25th Floor, SCBD Lot
#28 ,Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53 Jakarta 12190. Sedangkan pabrik PT Takeda
Indonesia terletak di Jalan Pangeran Diponegoro KM 38 Bekasi Jawa Barat. Pabrik
PT Takeda Indonesia dibangun di area seluas 28.340 m2.
3.4 Sistem Manajerial PT Takeda Indonesia
Standar yang saat ini diadopsi oleh perusahaan adalah CPOB. Struktur
dokumentasi yang digunakan mengacu kepada GQAD yaitu sebagai berikut:
a. Quality Manual
b. Guideline
c. Standard Operating Procedure (SOP)
d. Rekaman /Record
e. Logbook
f. Logsheet
g. Laporan /Report
3.5 Personalia
PT. Takeda Indonesia dipimpin oleh seorang plant manager. Gambar struktur
Universitas Indonesia
20

organisasi PT. Takeda Indonesia dapat dilihat di Lampiran 1.


3.5.1 Departemen Produksi
Departemen produksi dipimpin oleh seorang apoteker dengan jabatan manager
produksi yang membawahi supervisor dalam menjalankan kegiatan produksi.
Tanggung jawab manager produksi yaitu:
a. Merencanakan, mengatur, dan memimpin seluruh kegiatan produksi yang
diperlukan oleh pabrik.
b. Menjamin pelaksanaan produksi yang tepat waktu serta pengiriman semua
produk dengan biaya yang rasional sesuai dengan kebijakan mutu PT. Takeda
Indonesia, dan CPOB.
c. Memastikan semua tahap produksi sesuai prosedur agar memenuhi syarat
mutu yang ditetapkan.
Proses manufaktur dan pengemasan adalah aktivitas harian utama yang
dilakukan pada departemen produksi. Pengemasan merupakan proses dimana
produk ruahan atau produk dikemas dalam kemasan primer dan sekunder
sehingga menjadi produk akhir yang akan dipasarkan. Dalam proses ini perlu
dipastikan bahwa semua label, nomor batch dan semua penandaan lain yang
diperlukan telah disertakan dengan baik. Perlu dihindari juga kejadian seperti
salah label atau tidak terpasangnya label.
3.5.2 Departemen Production Planning Inventory Control (PPIC)
Departemen PPIC ini dikepalai oleh seorang manager PPIC yang
bertanggung jawab dalam perencanaan produksi. Perencanaan produksi sangat
berpengaruh dalam jumlah produksi. Perencanaan produksi dibuat berdasarkan
forecasting/peramalan dari Marketing Department bersama dengan bagian
accounting. Peramalan sangat penting dalam perencanaan produksi karena
mempertimbangkan kebutuhan marketing, yaitu situasi penjualan masa lalu dan
kebutuhan pasar masa depan dengan melihat pertumbuhan pasar. Production
Planning Department bertugas untuk menganalisa setiap forecast/peramalan yang
berasal dari bagian marketing, kemudian melakukan perencanaan Master
Production Scheduling (MPS) dan Master Requirements Planning (MRP). Master
Production Scheduling (MPS) berisi jenis, jumlah produk yang akan diproduksi,
Universitas Indonesia
21

serta jadwal kapan dilakukannya proses produksi. Setelah MPS dibuat,


selanjutnya dibuat MRP untuk menunjang MPS. Master Requirements Planning
(MRP) berisi nama dan jumlah material yang dibutuhkan dalam proses produksi.
Dokumen Master Requirements Planning (MRP) di-follow up ke bagian
warehouse, QA, produksi, dan marketing.
3.5.3 Departemen Pengendalian Mutu/Quality Assurance (QA)
Quality Assurance Department dipimpin seorang apoteker dengan jabatan
manager QA yang memiliki tanggung jawab ikut serta dalam atau memprakarsai
pembentukan acuan mutu perusahaan dan memastikan penerapan sistem mutu,
memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri berkala,
melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian pengawasan mutu, mengevaluasi
catatan batch dan meluluskan/menolak produk jadi untuk penjualan dengan
mempertimbangkan semua faktor terkait, serta memprakarsai dan berperan aktif
dalam audit eksternal dan program validasi. Manager QA membawahi supervisor
dalam menjalankan tugasnya.
Departemen QA ini memiliki tugas yaitu:
a. Pelaksanaan uji stabilitas produk–produk yang sudah beredar di pasaran
untuk mengetahui apakah suatu produk tetap memenuhi spesifikasi pada masa
peredaran ataupun penyimpanan. Uji stabilitas dilakukan sampai ED+1 tahun,
artinya uji stabilitas dilakukan sampai waktu kadaluarsa ditambah satu
tahun. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui adanya kemungkinan
dilakukan perpanjangan masa daluarsa suatu produk. Perpanjangan masa
daluarsa dilakukan untuk produk yang masih memenuhi syarat sampai
ED +1 tahun. Apabila ditemukan produk yang sudah tidak memenuhi syarat
saat ED atau sebelum ED, maka bisa dilakukan pemendekan waktu
kadaluarsa dalam pembuatan produk selanjutnya.
b. Pelaksanaan inspeksi diri yang dilakukan secara berkala. Inspeksi diri
mencakup semua bagian di manufacturing dan dilakukan oleh divisi lain
sebagai inspektor.
c. Penanganan keluhan, keluhan yang diterima harus segera diteruskan ke QA,
terutama keluhan yang terkait dengan keamanan produk.
Universitas Indonesia
22

d. Pelaksanaan kualifikasi alat- alat produksi dan laboratorium, validasi metode


analisa dan penanganan dokumen-dokumen kalibrasi. Kalibrasi alat
dilakukan secara berkala, yaitu kalibrasi satu tahunan dan kalibrasi enam
bulanan
e. Membuat dan merevisi Standard Operating Procedure (SOP) penggunaan
dan pembersihan dan SOP kalibrasi alat-alat yang terdapat di
laboratorium QC. Setelah SOP jadi, maka harus dilaksanakan pelatihan
terhadap analis agar para analis dapat menggunakan alat dengan baik dan
benar.
3.5.4 Departemen Quality Control (QC)
Pada industri farmasi, bagian Quality Control (QC) merupakan bagian
yang penting. QC memberikan kepastian tentang mutu produk agar tetap
konsisten memiliki spesifikasi yang telah ditetapkan, sehingga produk
memberikan manfaat kepada konsumen. Kegiatan pengawasan mutu tidak
terbatas pada kegiatan laboratorium, tetapi juga terlibat dalam semua keputusan
yang terkait dengan mutu produk.
Departemen QC bersifat independen, sejajar dengan Departemen QA,
serta tidak tergantung dengan produksi sehingga QC dapat melakukan kegiatan
dengan memuaskan tanpa terpengaruh oleh bagian lain. Departemen QC
dikepalai oleh seorang apoteker yang disebut manager QC dan memiliki beberapa
tanggung jawab sebagai berikut :
a. Menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara,
produk ruahan dan produk jadi.
b. Memastikan seluruh pengujian yang diperlukan dan validasinya telah
dilaksanakan.
c. Memberi persetujuan terhadap spesifikasi, instruksi kerja pengambilan
sampel, metode pengujian, kontrak analisis dan prosedur pengawasan mutu
yang lain.
d. Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian
pengawasan mutu.
e. Menetapkan, memvalidasi, dan menerapkan semua prosedur pengawasan
Universitas Indonesia
23

mutu.
3.5.5 Departemen gudang / warehouse
Untuk mendukung perencanaan produksi, penyediaan barang harus
dilakukan. Penyimpanan bahan baku maupun produk jadi harus diperhatikan agar
barang yang disimpan selalu dalam kondisi baik. Kualitas material maupun barang
jadi dipengaruhi oleh cara penyimpanan barang tersebut. Semua bahan dan
produk hendaklah disimpan secara rapi dan teratur untuk mencegah resiko
campur baur atau pencemaran serta memudahkan pemeriksaan dan pemeliharaan.
Gudang berfungsi sebagai tempat penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan,
pendistribusian, pengendalian, pemusnahan, dan pelaporan material serta
peralatan agar kualitas dan kuantitas terjamin. Beberapa manfaat gudang,
yaitu terjaganya kualitas dan kuantitas perbekalan kesehatan, tertatanya
perbekalan kesehatan, peningkatan pelayanan pendistribusian, kemudahan akses
dalam pengendalian dan pengawasan, tersedianya data dan informasi yang lebih
akurat, aktual dan dapat dipertanggungjawabkan.
Syarat gudang menurut CPOB yaitu:
a. Harus ada protap yang mengatur tata kerja (penerimaan, penyimpanan, dan
distribusi barang.
b. Cukup luas, terang, dapat menyimpan bahan dalam keadaan kering, bersuhu
sesuai dengan persyaratan, bersih, dan teratur.
c. Harus terdapat tempat khusus untuk menyimpan bahan yang mudah terbakar
atau mudah meledak.
d. Tersedia tempat khusus barang karantina dan rejected.
e. Tersedia ruangan khusus untuk sampling, dengan kualitas ruangan seperti
grey area.
f. Pengeluaran barang mengikuti prinsip First In First Out (FIFO) atau First
Expired First Out (FEFO).
Bangunan yang dijadikan sebagai tempat penyimpanan barang harus
terjamin kebersihan dan higienitasnya. Selain itu, gudang harus memiliki
kelembaban ruangan 75%, suhu dalam batasan 8- C, bahan yang disimpan
tidak boleh bersentuhan langsung dengan lantai, jarak antara bahan
Universitas Indonesia
24

mempermudah pembersihan dan inspeksi, dan pallet harus dalam keadaan bersih
dan terawat.
3.5.6 Departemen Maintenance & General Affairs (GA)
Departemen ini dikepalai oleh seorang manager maintenance. Departemen ini
bertugas melakukan aktivitas-aktivitas umum yang dibutuhkan untuk mendukung
operasional perusahaan. Bagian ini bertanggung jawab untuk memulai dan
mengontrol kelompok aktivitas manajemen aset yang mencakup kegiatan yang
menjamin aset perusahaan dipelihara dan dijaga dari kerusakan dan aktivitas
pendukung operasional yaitu aktivitas yang dilakukan untuk mendukung aktivitas
operasional adalah aktivitas yang berhubungan dengan penyediaan peralatan
kantor, bagian resepsionis, laundry, gardening dan janitory (bagian kebersihan),
kantin dan fasilitas pekerja. Departemen ini bertujuan untuk memfasilitasi dan
memastikan kelancaran berbagai kegiatan core bussiness dan menjadi support
system secara umum di PT. Takeda Indonesia.
3.5.7 Departemen Sumber Daya Manusia (HRD)
Departemen SDM bertanggung jawab menyeleksi, mengembangkan, dan
mempertahankan orang-orang dengan kualifikasi dan karakter yang tepat, sesuai
dengan pekerjaan yang ada sesuai dengan visi dan misi perusahaan. HRD juga
bertanggung jawab dalam mengatur pelaksanaan medical check up bagi para
pekerja.
3.6 Bangunan dan Fasilitas Takeda Bekasi Factory
3.6.1 Pembagian Takeda Bekasi Factory
Takeda Bekasi Factory terdiri dari beberapa bangunan yaitu:
a. Factory 1 (P1)
Di bangunan seluas 1409 m2 ini digunakan sebagai kantor dan laboratorium QC.
Beberapa departemen bertempat di bangunan ini seperti departemen PPIC,
departemen HRD, departemen QA dan departemen QC. Selain itu terdapat juga loker
pria dan wanita.
b. Factory 2 (P2)
Pada bagian seluas 1315 m2 ini merupakan area produksi utama untuk produk-
produk PT Takeda Indonesia. Bangunan ini dilengkapi dengan Air Handling Unit
Universitas Indonesia
25

(AHU), pompa, pipa-pipa air dan saluran-saluran. Mezzanine dibuat untuk


meminimalkan kontaminasi eksternal ke dalam area produksi, selain itu dengan
adanya mezzanine kegiatan perbaikan kerusakan sistem pendukung produksi
misalnya lampu, AC, dan peralatan lain tidak mengganggu jalannya proses
produksi.
Gedung P2 ini terdiri dari 2 bagian yaitu bagian pengolahan dan pengemasan.
Pada bagian pengolahan terdapat beberapa ruangan yaitu raw material room,
weighing room, staging room, granulating room, ruang cetak tablet, ruang
pengisian kapsul, semi product storage room, ruang pengemasan primer, dan
ruang ganti pakaian untuk karyawan.
c. Gudang
Dengan luas area 720 m2 dan dilengkapi dengan sistem rak yang terdiri dari 4
tingkat, gudang mampu menampung sekitar 1200 pallet. Gudang terdiri dari 5
bagian, yaitu area office, ruang brosur dan label, gudang penyimpanan dengan
suhu maksimal 30°C, gudang penyimpanan cool room dengan suhu <25°C dan
gudang penyimpanan cold storage dengan suhu 2-8°C.
3.7 Sanitasi dan Hygyene
3.7.1 Higiene personalia dan keselamatan kerja
Tiap personil baik karyawan maupun non karyawan yang masuk ke dalam area
produksi PT. Takeda Indonesia harus mengenakan pakaian khusus area produksi.
Pakaian khusus ini terdiri dari penutup kepala, masker, baju, celana, sarung tangan,
kaus kaki dan sepatu khusus area produksi. Setiap orang yang masuk ke dalam area
produksi tidak diperbolehkan menggunakan jam tangan ataupun perhiasan. Setelah
berganti pakaian, tangan disemprot dengan menggunakan alkohol lalu masuk ke
dalam area produksi melalui air lock. Pakaian yang digunakan di dalam area
produksi dicuci setelah selesai digunakan. Karyawan yang sakit harus melapor ke
atasan. Jika terdapat luka terbuka, maka tidak boleh menangani bahan baku, obat
setengah jadi dan obat jadi. Jika menderita sakit menular tidak diperbolehkan
masuk kerja hinggga sembuh kembali.
Proses medical check up ini dilakukan pada saat proses :

Universitas Indonesia
26

a. Recruitment
Saat karyawan diterima bekerja di perusahaan, dan dilakukan untuk
menyeleksi karyawan
b. Periodik
Dilakukan secara periodik dengan jadwal tertentu untuk mengevaluasi,
menyeleksi, memperbaiki, dan memastikan kelayakan kondisi kesehatan
karyawan dari waktu ke waktu (periodik) sesuai dengan standar kebutuhan
kondisi kesehatan dari pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Pelaksanaan
medical check-up secara periodik dibedakan berdasarkan jenis pekerjaan, kondisi
kesehatan yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan, interaksi antar karyawan,
tingkat resiko perubahan kondisi fisik dan tingkat resiko terhadap kontaminasi
produk.
3.7.2 Sanitasi bangunan
3.7.2.1 Pembersihan ruangan produksi
Peralatan yang digunakan untuk pembersihan harus dipastikan terlebih
dahulu dalam keadaan baik dan bersih, jika perlu diganti dengan yang baru.
Urutan pembersihan area, dibersihkan dulu area yang lebih bersih, lalu dilanjutkan
ke area yang lebih kotor. Setelah dibersihkan harus dilakukan pemeriksaan. Debu
atau kotoran yang ada di area dibersihkan dengan vacuum cleaner atau lap basah
jika perlu. Ruangan dikatakan bersih juka tidak terdapat sisa-sisa bahan
sebelumnya, lantai, dinding dan pintu bebas dari debu, (dipastikan dengan
pemeriksaan visual), jendela kaca mengkilap, tidak ada bekas tangan atau cairan
pembersih. Frekuensi pembersihan untuk langit-langit adalah setiap 1 minggu
sekali sedangkan dinding, lantai, jendela kaca dan pintu dilakukan setiap
pergantian batch. Jika sudah bersih, supervisor/petugas (operator produksi yang
telah dilatih) akan memberikan tanda pelulusan kebersihan dengan membubuhkan
tanda tangan pada label bersih. Status kebersihan ruang produksi berlaku sampai
dengan 5 hari setelah dinyatakan bersih. Jika lewat dari periode tersebut,
dilakukan pemeriksaan kebersihan ulang atau jika perlu dibersihkan ulang
sebelum digunakan.

Universitas Indonesia
27

3.7.3 Sanitasi peralatan


Pembersihan mesin dan peralatan produksi dilakukan dengan cara change
part dilepaskan dan dibersihkan secara terpisah. Setelah dibersihkan dilakukan
pemeriksaan adanya sisa bahan sebelumnya yang masih menempel pada
permukaan mesin atau alat. Mesin atau alat dikatakan bersih apabila permukaan
alat bebas dari debu, tidak terlihat sisa-sisa bahan sebelumnya dan tidak terlihat
sisa-sisa bahan pembersih. Jika sudah bersih, supervisor akan memberikan tanda
tangannya pada label bersih.
3.8 Factory
3.8.1 Produksi
3.8.1.1 Pengolahan
Proses produksi adalah pengolahan bahan baku sampai dikemas menjadi
barang jadi/finished good. Sediaan yang diproduksi adalah sediaan solid (tablet
dan kapsul) dan sediaan semisolid (salep dan suppositoria). Bagian ini
bertanggung jawab untuk memproduksi produk-produk solid dan semi solid mulai
dari mixing, tabletting, coating sampai pengemasan primer dan sekunder.
Pengambilan bahan baku atau bahan pengemas dari gudang menggunakan
picklist. Picklist merupakan daftar material yang dibutuhkan saat produksi dibuat
oleh Production Planning Inventory Control (PPIC) berdasarkan daftar material
dalam rencana produksi dan didistribusikan ke gudang.
Setiap bahan baku dan bahan pengemas yang datang dari pemasok
disimpan di gudang dengan status karantina. Tanda bahwa bahan baku dan bahan
pengemas berstatus karantina adalah terdapat label karantina warna kuning di
wadah bahan. Bahan baku dan bahan pengemas tersebut baru bisa digunakan
untuk produksi setelah diperiksa kemudian dinyatakan lulus oleh QC. Saat
dinyatakan lulus, label lulus warna hijau ditempel menutupi label karantina di
wadah bahan baku dan bahan pengemas. Bahan baku dan bahan pengemas yang
tidak memenuhi syarat dikeluhkan dan dikembalikan ke pemasok.
Proses penimbangan merupakan tahap yang kritis dalam proses produksi
karena merupakan proses awal dalam produksi dan jika terjadi kesalahan dalam
penimbangan maka proses selanjutnya akan bermasalah. Bahan baku dipesan dari
Universitas Indonesia
28

gudang berdasarkan picklist bahan baku. Bahan baku dari gudang


diserahterimakan ke bagian produksi di ruang raw material dan dilakukan
pengecekan identitas bahan baku satu-persatu sesuai picklist meliputi nomor part,
nama dan nomor bahan baku, expired date, analisa ulang serta label hijau
(released). Bahan baku yang sudah lolos pengecekan diletakkan di ruang raw
material room, masing-masing diletakkan perbatch (satu palet hanya untuk satu
batch). Bahan baku yang akan digunakan ini masuk melalui air shower material.
Proses yang perlu dilakukan sebelum penimbangan adalah penyiapan
ruang timbang. Penyiapan ruang timbang meliputi pengaktifan sistem down flow
booth, pengecekan suhu dan RH, dan pengecekan waterpass. Sistem down flow
booth adalah sistem pengaturan aliran udara untuk membawa debu dan partikel
bahan baku yang jatuh serta terhambur di udara masuk ke dalam fine filter (di
bagian samping bawah ruang timbang) sehingga tidak mengontaminasi
penimbang. Penimbangan dilakukan pada timbangan sesuai kapasitas masing-
masing.
Bahan-bahan padat yang sudah ditimbang dimasukkan dalam plastik.
Plastik yang digunakan harus sudah dicek dan dirilis oleh QC. Bahan yang
sudah dimasukkan dalam wadah kemudian dilabel dengan label timbang,
kemudian diletakkan di dalam ruangan staging room.
Proses selanjutnya yaitu proses mixing dan granulating. Granulasi yang
dilakukan secara granulasi basah. Proses granulasi basah adalah proses
pembentukan granul basah yang menggunakan bantuan air untuk membentuk
granul. Larutan lain yang dapat digunakan untuk granulasi basah adalah alkohol,
isopropanol dan kombinasi keduanya. Proses granulasi basah dilakukan untuk
bahan-bahan yang tahan panas dan tidak rusak karena hidrolisis air. Proses
pencampuran bahan untuk granulasi basah dimulai dengan pencampuran basah
(wet mixing) zat aktif dengan fase dalam, yaitu bahan pengisi, pengikat dan
penghancur. Alat yang digunakan adalah super mixer, yaitu alat yang mempunyai
kemampuan untuk mencampur bahan dengan putaran agitator dan membentuk
granul dengan chopper. Agitator berbentuk seperti baling-baling dan dapat
berputar pada kecepatan tinggi sehingga massa yang ada dapat teraduk dan
Universitas Indonesia
29

tercampur oleh gaya putar agitator. Proses selanjutnya setelah pencampuran


basah adalah pengeringan dengan Flow Dryer). Granul yang dikeringkan dicek
kadar airnya, alat yang digunakan untuk mengecek kadar air adalah alat pengukur
Moisture Balance. Granul yang sudah memenuhi persyaratan kadar air
selanjutnya diproses dengan granulator. Granul kering hasil granulator
selanjutnya dicampur kering (dry mixing) dengan fase luar (bahan pelicin,
lubrikan, dan disintegran) dalam mixer.
Setelah proses granulasi, maka selanjutnya dilakukan proses tabletting. Hasil
mixing yang telah diizinkan untuk proses dilanjutkan dibawa ke ruang
tabletting melalui pipa yang tersambung ke ruang tabletting untuk dicetak. In
process control tablet berlangsung saat pencetakan tablet dilakukan setiap 15
menit sekali. In process control yang dilakukan adalah ketebalan tablet,
keragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur. Masalah yang sering
dihadapi dalam pencetakan tablet adalah capping, laminating, lengket pada dies,
dan lengket pada punch. Capping dan laminating diatasi dengan menurunkan
tekanan kempa, menambahkan jumlah pengikat sampai optimum, dan
memasukkan granul yang kekeringan ke dalam oven dalam keadaan mati/off.
Granul tersebut akan menyerap uap air sehingga terjadi peningkatan kadar air
dalam granul. Massa tablet yang lengket pada punch dan dies terjadi karena
granul terlalu basah, tekanan kempa kurang besar, dan terlalu banyak bahan
pengikat. Pengatasan massa tablet yang lengket pada punch dan dies adalah
dengan mengeringkan granul yang terlalu basah, menaikkan tekanan kempa dan
memakai bahan pengikat dalam jumlah yang optimum. Tablet yang memenuhi
syarat disimpan di semi product storage room. Tablet yang tidak memenuhi syarat
dikarantina terlebih dahulu, kemudian didiskusikan dengan QA untuk tindakan
selanjutnya (reprocessing atau reject). Tablet yang direject dikumpulkan dan
dimusnahkan.
3.8.1.2 Pengemasan
a) Pengemasan primer
Pengemasan primer untuk tablet dibuat dalam dua bentuk, yaitu strip dan
blister. Bahan kemasan strip adalah alufoil, sedangkan bahan kemasan blister
Universitas Indonesia
30

adalah plastik dan alufoil. Bahan pengemasan yang digunakan adalah bahan
pengemas yang sudah dinyatakan released oleh QC. Pengecekan bahan pengemas
dilakukan sebelum proses pengemasan, yang dicek adalah nomor batch dan
kualitas pengemas. Pengemas yang tidak layak pakai tidak digunakan untuk
proses pengemasan dan selanjutnya dikarantina untuk dimusnahkan. Blister
merupakan kemasan yang mudah dibuka, yaitu dengan didorong dari belakang
(Push through pack), lebih disukai konsumen dibandingkan strip yang dibuka
dengan merobeknya.
IPC yang dilakukan adalah tes kebocoran dengan larutan metilen blue
dalam mesin sedot vakum, dilakukan setiap 15 menit sekali. IPC dilakukan setiap
15 menit supaya saat ditemukan kemasan yang rusak atau bocor dapat segera
diambil tindakan perbaikan dan pencegahan sehingga jumlah kemasan yang
reject tidak terlalu banyak. Cara menguji kebocoran adalah dengan memasukkan
strip ke dalam larutan metilen blue (dalam mesin sedot vakum) dan ditutup pintu
mesin, vakum dinyalakan dan jika terjadi kebocoran maka strip atau blister akan
terisi larutan metilen blue. Sampel IPC harus dibuang dan tidak boleh dikemas
ulang setelah dibuka. Strip/blister yang mengalami kebocoran dikarantina dan
dikonfirmasi ke QA untuk melakukan pengemasan ulang. Pengecekan penampilan
juga dilakukan saat pengemasan, kemasan yang bergaris, penyok atau tidak
sempurna segera dicek penyebabnya, kemudian dikarantina dan dimusnahkan.
Pemusnahan dilakukan supaya kemasan bekas tidak disalahgunakan oleh pihak
yang bertanggungjawab. Alufoil sisa pengemasan dikembalikan ke gudang.
b) Pengemasan sekunder
Pengemasan sekunder dilakukan langsung setelah pengemasan primer,
mesin dibuat model in-line. Urutan model in-line adalah mesin labelling, mesin
printing untuk label, mesin printing untuk kemasan sekunder dan mesin sealing
master box. Proses kritis dari pengemasan sekunder adalah proses printing.
Proses printing dilakukan dengan printer dengan warna tinta hitam yang tidak
mudah terhapus oleh udara atau gesekan, yang dicetak adalah nomor batch,
expired date, dan tanggal produksi. Hasil printing yang tidak bagus (miring,
kabur), dapat dihapus dengan larutan penghapus/semacam thinner kemudian
Universitas Indonesia
31

direprinting. Pengemasan sekunder masih dilakukan dengan bantuan tenaga


manusia dengan dimasukkan secara manual dalam dus kemasan. Dus kemasan
juga diprint nomor batch, expired date dan tanggal produksinya. Dus kemasan
dimasukkan ke dalam master box dan ditutup dengan plakband. Master box
dilabel dan selanjutnya diserahterimakan dengan bagian gudang. In process
control yang dilakukan hanya cek printed material seperti tersebut di atas.
3.8.2 Bagian gudang
Daerah gudang dibagi menjadi beberapa area untuk tujuan yang berbeda dan
semua area tersebut bersifat tertutup dan dikunci. Ada tiga kondisi penyimpanan
untuk bahan baku dan produksi dalam gudang, yaitu:
a. Gudang sentral (suhu ≤ 30 °C)
b. Ruang dengan suhu terkontrol/ cool room (≤ 25 °C)
c. Ruang dingin/ cold storage (2 – 8°C)
Selain itu ada juga ruang untuk bahan baku atau produk yang ditolak atau
dikembalikan dan sebuah ruangan untuk menyimpan barang-barang yang
digunakan untuk promosi atau keperluan pemasaran. Bahan-bahan dan produk
disimpan di rak, dikunci dan diberi status dengan label yang sesuai (“quarantine”,
“released” atau “rejected”). Hanya produk-produk yang telah released yang dapat
dikirim untuk didistribusikan. Hal ini dikontrol oleh software BPCS dan
diverifikasi oleh label released. Proses pengeluaran barang dari gudang mengikuti
prinsip FEFO (First Expired First Out). Gudang di PT Takeda Indonesia dikepalai
oleh seorang kepala gudang. Sistem keluar-masuk (flow of material) barang dari
PT Takeda Indonesia menggunakan sistem satu pintu, dimana bahan/barang
produksi maupun non produksi masuk dan keluar melewati gudang. Gudang
bertanggung jawab terhadap material handling dan order handling. Kedua hal
tersebut diwujudkan melalui 4 kegiatan, yaitu penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian dan penghitungan.
3.8.2.1 Penerimaan barang
Gudang menerima barang baik secara internal maupun eksternal.
Penerimaan barang internal meliputi penerimaan barang-barang titipan yang
berasal dari bagian produksi ataupun dari departemen lain. Barang-barang tersebut
Universitas Indonesia
32

dititipkan oleh departemen yang bersangkutan kepada gudang untuk disimpan


sementara. Penerimaan barang eksternal meliputi penerimaan barang-barang
produksi (raw material dan packaging material), obat jadi impor, dan obat jadi
retur dari distributor atau relasi (obat yang sudah expired, obat yang rusak di
outlet, obat yang salah kirim, barang yang mengalami kesalahan jumlah dan
barang yang rusak saat perjalanan).
Sebelum masuk gudang, barang-barang untuk produksi diperiksa oleh
petugas gudang yang menerima barang. Pemeriksaan tersebut meliputi
kelengkapan dokumen, surat jalan, purchase order (PO), keutuhan kemasan,
keutuhan fisik bahan, jumlah bahan baku (untuk jumlah bahan baku, batas yang
diterima adalah ± 10 % dari bahan baku yang dipesan), kondisi bahan, identitas
dan sertifikat analisis. Selain itu juga dilihat due date dari barang yang datang.
Due date adalah tanggal dimana seharusnya barang yang dipesan datang.
Apabila barang-barang tersebut memenuhi syarat maka barang diterima
dan petugas gudang akan memasang label karantina (warna kuning), untuk
selanjutnya diperiksa oleh bagian Quality. Selanjutnya pihak administrasi gudang
akan menginput data barang yang diterima ke sistem BPCS kemudia dari sistem
akan secara otomatis membuat Request for Quality Control Report yang
merupakan pengajuan pemeriksaan barang ke bagian QC. Setelah menerima QO,
bagian QC mengambil sampel barang ke gudang untuk diperiksa. Selama
menunggu pemeriksaan, barang yang telah ditempeli label karantina ditempatkan
di area karantina untuk menunggu keputusan dari bagian QC. Hasil pemeriksaan
jika barang sesuai dengan persyaratan maka barang diluluskan dan dapat
digunakan untuk produksi (ditempeli label released berwarna hijau oleh petugas
QC), jika barang tidak memenuhi persyaratan maka barang tersebut tidak
diluluskan dan ditempeli label rejected (warna merah) dan diletakkan di tempat
yang terpisah (area reject).
Barang yang telah release segera dipindahkan dari lokasi karantina menuju
lokasi released, begitu juga barang yang di-reject dipindahkan ke lokasi reject.
Alur penerimaan barang dapat dilihat di Lampiran 2.

Universitas Indonesia
33

3.8.2.2 Penyimpanan barang


Gudang PT. Takeda Indonesia menyimpan barang secara integrated yaitu
semua barang baik bahan baku, bahan kemas, produk jadi dan barang titipan
disimpan dalam satu gudang. Penyimpanan bahan baku psikotropika, bahan
kemas dan produk jadi disimpan di tempat yang berbeda. Printed material
(etiket/label disimpan dalam ruangan terkunci).
Gudang PT Takeda Indonesia memiliki ruang khusus barang retur dan
reject serta loker untuk menyimpan sediaan. Selain itu, pada salah satu sisi
gudang terdapat ruang dengan teralis besi terkunci yang digunakan untuk
menyimpan bahan-bahan psikotropika. Rak pada gudang sentral memiliki 4 level
yang menunjukkan ketinggiannya yang diberi nomor 1-4. Level ini digunakan
untuk menyimpan barang-barang kemas dan bahan baku yang tidak memerlukan
penyimpanan khusus. Di gudang terdapat 1 pintu yang berfungsi sebagai pintu
untuk penerimaan barang dari luar dan pengeluaran produk jadi yang akan
didistribusikan.
Contoh Penomoran rak penyimpanan pada gudang :
HW1030213
Keterangan :
Digit 1 (H) = menunjukkan nomor rak
Digit 2 (W) = menunjukkan nomor baris
Digit 3 (1) = menunjukkan nomor level
Digit 4 dan 5 (03) = menunjukkan bulan kedatangan barang
Digit 6 dan 7 (02) = menunjukkan frekuensi kedatangan barang
Digit 8 dan 9 (13) = menunjukkan tahun
3.8.2.3 Pendistribusian barang
Barang-barang yang telah disimpan di gudang dan telah dinyatakan
released selanjutnya didistribusikan kepada pihak yang membutuhkan barang
tersebut. Distribusi barang ini meliputi dua hal yaitu distribusi internal dan
distribusi eksternal. Distribusi internal adalah jika barang yang disimpan di
gudang didistribusikan ke dalam lingkungan perusahaan itu sendiri. Distribusi
internal meliputi distribusi barang produksi (bahan baku dan bahan kemas) kepada
Universitas Indonesia
34

bagian produksi. Penyerahan barang produksi ini didasarkan atas permintaan


bagian produksi melalui shop order picking slip yang berisi bahan-bahan dan
jumlah yang dibutuhkan untuk produksi. Setelah bagian gudang menerima SO
picking slip maka orang gudang segera menyiapkan barang dan diserahkan ke
bagian produksi.
Distribusi eksternal adalah jika barang didistribusikan ke luar lingkungan
perusahaan, meliputi penyerahan produk jadi kepada distributor. Produk jadi dari
bagian produksi diterima oleh gudang melalui pintu penyerahan produk jadi dan
bagian gudang menerima Slip Penerimaan Hasil Produksi.
3.8.2.4 Penghitungan barang
Gudang selain sebagai tempat menyimpan barang juga berfungsi
melakukan perhitungan terhadap stok barang untuk mengontrol persediaan
barang. Perhitungan yang dilakukan gudang meliputi :
a. Stock opname
Pada perhitungan ini seluruh staf pabrik melakukan perhitungan terhadap
semua barang yang ada di pabrik. Koordinator stock opname adalah manager
PPIC. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui kecocokan antara jumlah
secara fisik dan jumlah secara sistem. Perhitungan ini dilakukan tiap satu tahun
sekali (di akhir tahun).
b. Cycle count
Perhitungan ini adalah untuk menghitung jumlah barang (stok) untuk barang-
barang yang ada di gudang. Perhitungan ini dilakukan oleh petugas gudang dan
dilakukan setiap bulan. Koordinator cycle count adalah kepala gudang.
3.8.2.5 Penanganan Bahan Mudah Terbakar (BMT) dan Bahan Mudah Meledak
(BMM)
BMT adalah sekelompok bahan yang sangat mudah terbakar. Bahan yang
digunakan di PT Takeda Indonesia adalah alkohol teknis. BMM adalah kelompok
bahan yang sangat mudah meledak karena memiliki titik didih yang sangat
rendah. Namun tidak ada bahan BMM yang digunakan di PT Takeda Indonesia.
Barang BMT baik yang di-release maupun di reject dikirim ke gudang alkohol.

Universitas Indonesia
35

3.8.3 Bagian maintenance & GA


Bagian maintenance bertanggungjawab terhadap pekerjaan yang
berhubungan dengan sarana bangunan/gedung, seperti pengembangan/perluasan
gedung, renovasi/perbaikan gedung, perawatan gedung dan pengendalian hama
(pest control) di lingkungan perusahaan. Selain itu, bagian ini juga bertanggung
jawab terhadap hal-hal yang berhubungan dengan mesin-mesin yang digunakan
khususnya mesin produksi seperti maintenance, perbaikan dan modifikasi mesin
produksi. Selain itu bagian ini juga berperan dalam proses kualifikasi mesin (IQ
dan OQ) bekerjasama dengan bagian quality.
Bagian utility bertanggung jawab terhadap sarana yang mendukung
kelancaran kegiatan perusahaan. Bagian utility menangani 5 hal penting yaitu
sistem tata udara (HVAC System), water system, steam system, electrical power
system dan waste water system. Perangkat sistem yang terdapat di pabrik, seperti
kabel-kabel, pipa, dan saluran terletak terbuka untuk memudahkan perawatannya.
Untuk melindungi perangkat-perangkat tersebut digunakan penutup berupa
stainless steel (baja tahan karat) atau kolom energi. Panel-panel listrik juga
diletakkan di luar area terkontrol. Sistem penting yang diatur di bagian ini
diantaranya adalah sistem pengaturan air dan HVAC.

a. Water system.
Air yang digunakan oleh PT. Takeda Indonesia disuplai dari air tanah.
Pemrosesan air ini secara garis besar adalah air ini disaring secara mekanik
menggunakan filter ukuran 20 μm. Karena kesadahannya masih tinggi dan bisa
menimbulkan kerak bila digunakan pada mesin-mesin produksi, maka fresh water
ini dilunakkan menggunakan resin. Akan tetapi karena masih mengandung banyak
ion-ion selanjutnya dilakukan pemurnian dengan sistem Reverse Osmosis dan
Electro Deionization (RO-EDI). Dalam RO digunakan membrane semi permeable
yang diatur pada tekanan tertentu sehingga ion-ion dibuang sebagai konsentrat.
Selanjutnya water for injection yang diperoleh melalui tahap destilasi. Tangki
penampungan menggunakan bahan SS 316 L, alirannya turbulen dan untuk
menghindari mikroba alirannya dipercepat.
Universitas Indonesia
36

Dijaga agar tidak ada daerah mati (zero deadlag). Pipa distribusi
menggunakan pipa dengan kualitas SS 316 L dan sanitasi pipa dengan hot loop
atau cold system. Air yang digunakan oleh PT. TAKEDA INDONESIA
digolongkan menjadi 2 jenis berdasarkan tingkat kemurniannya, yaitu:
1) Raw Water (RW). RW merupakan air yang berasal dari tanah.
2) Purified Water (PW). PW merupakan air yang digunakan dalam produksi.
Purified water dihasilkan dari softened water yang telah mengalami proses
RO (reverse osmosis) dan EDI (electrical deionization). Air disirkulasi dengan
aliran turbulensi (acak dan berputar) dan di setiap tapping point dilengkapi
zero dead leg valve untuk mengurangi pertumbuhan mikroba. Kapasitas
produksinya adalah 1500 L/jam. Sanitasi menggunakan lampu UV. PW
ditampung dalam tangki sebesar 1000 L kemudian didistribusikan
menggunakan sistem looping.
b. HVAC System
Sistem HVAC (Heating Ventilation and Air Conditioning) adalah suatu
sistem pengkondisian udara yang tersentralisasi. Suhu dikontrol dengan
menggunakan mekanisme termostat dan sensor yang dipasang pada saluran balik.
Sistem HVAC didesain, dipasang, dan dikualifikasi untuk memenuhi parameter-
parameter tertentu seperti kecepatan udara, tekanan dalam ruang, suhu,
kelembaban relatif, dan filtrasi udara. HVAC terdiri dari beberapa unit yaitu
AHU, cooling coil atau evaporator, blower, filter, ducting dan dumper. Cooling
coil berfungsi mengontrol suhu dan kelembapan relatif (RH) udara yang akan
didsitribusikan ke ruang produksi. Blower berfungsi menggerakkan udara di
sepanjang sistem distribusi udara yang terhubung dengannya, merubah energi
listrik menjadi energi gerak, mengatur jumlah debit udara yang masuk ke ruang
produksi sehingga tekanan dan pola aliran udara yang masuk ke ruang produksi
dapat dikontrol. Filter berfungsi mengendalikan dan mengontrol jumlah partikel
dan mikroorganisme yang dapat mengkonkontaminasi udara yang masuk ke
dalam ruang produksi. Terdapat 3 macam filter, yakni pre filter (efisiensi 30-
40%), medium filter (85-95%), HEPA filter (95-9,997%). Ducting berfungsi
sebagai saluran tertutup tempat mengalirnya udara yang menghubungkan blower
Universitas Indonesia
37

dengan ruangan produksi. Ducting terdiri dari saluran udara yang masuk dan
saluran udara yang keluar dari ruang produksi. Sementara dumper berfungsi untuk
mengatur jumlah debit udara yang dipindahkan ke dalam maupun yang keluar dari
ruang produksi. Sumber udara dari full fresh (udara segar) dan udara resirkulasi.
Pasukan udara segar yang digunakan adalah sebesar 20% untuk supply oksigen
dan mengatur tekanan ruangan.
Terdapat 13 AHU yang digunakan untuk meminimalkan kontaminasi silang
di antara lini-lini produksi. PT. Takeda Indonesia menggunakan Building
Automatization System (BAS) untuk memonitor dan mengatur tekanan diferensial
dan suhu ruangan. Dengan sistem otomatis ini, kondisi ruangan akan dijaga pada
kondisi yang telah ditetapkan. Jika tekanan terlalu rendah, blower akan berputar
lebih cepat sedangkan exhaust-nya lebih pelan atau tetap, demikian pula
sebaliknya. Hal ini juga berlaku untuk pengaturan suhu yang menggunakan
chiller.
c. Electricity System.
Listrik yang digunakan di PT. Takeda Indonesia disuplai dari PLN.
Disamping itu terdapat genset sebagai cadangan. Genset ini terdiri dari 2
generator yang digerakkan oleh mesin diesel. Genset ini dapat menghasilkan
listrik sebesar 250 kVa, namun tidak cukup besar untuk memenuhi kebutuhan
listrik kegiatan produksi.
d. Steam system.
Steam system adalah sistem penyediaan uap air panas, misalnya untuk
kebutuhan autoclave untuk pemanasan mixing tank yang tidak dapat dilakukan
dengan pemanasan langsung. Pada produksi steam digunakan purified water.
Steam dibuat dengan memanaskan purified water hingga suhu > 100°C.
e. Pengolahan Limbah.
PT. Takeda Indonesia hanya mengolah limbah cair, sedangkan penanganan
limbah padat diserahkan ke pihak ketiga. Limbah cair di PT. Takeda Indonesia
diolah secara biologi, menggunakan sistem aerasi menggunakan aerator. Dengan
adanya aerator ini, jumlah oksigen dalam air akan meningkat sehingga bakteri
dapat berkembang biak dan menguraikan bahan-bahan kimia. Skema pengolahan
Universitas Indonesia
38

limbah PT. Takeda Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 3.


Pengolahan limbah cair ini melibatkan beberapa peralatan, antara lain:
1) Bak septik (Septic Tank). Pada bak ini limbah yang berasal dari Industrial
waste water dan limbah cair yang berasal dari kebutuhan domestik industri
dikumpulkan.
2) Bak Pencampur (Mixer Tank). Sebelum masuk ke bak ini limbah cair yang
berasal dari septic tank disaring terlebih dahulu dan dihomogenkan. Apabila
pH limbah cair pada bak ini rendah, maka ditambahkan kapur sampai pH
menjadi netral.
3) Bak Aerasi. Limbah dari bak penampungan awal dialirkan ke bak aerasi, dan
dilakukan pengembangbiakan bakteri untuk menguraikan bahan kimia dan
juga ditambahkan urea sebagai nutrisi untuk perkembangbiakan bakteri.
4) Bak Pengendap. Pada tahap ini air dimasukkan ke dalam bak pengendapan,
dan lumpur yang mengendap disaring pada tower adsorbsi dan sebelum masuk
ke bak penampungan akhir pada dinding bak diberi saringan.
5) Bak Penampungan Akhir. Merupakan tempat penampungan akhir sebelum
limbah dibuang. Air pada bak penampungan akhir akan dicatat beberapa
parameter antara lain pH, suhu, konduktivitas, kandungan oksigen (BOD,
COD), dan volume air limbah.
6) Tower Adsorbsi. Digunakan untuk mengadsorbsi hasil pengolahan air limbah
yang merupakan penyaring lumpur yang berasal dari bak pengendap sehingga
air yang dihasilkan menjadi jernih. Semua peralatan yang digunakan untuk
proses produksi dan laboratorium memenuhi syarat dasar untuk peralatan yang
digunakan dalam industri farmasi, yaitu :
a. Dibuat dari baja tahan karat 316L dengan kekasaran < 0,6 Ra untuk semua
bagian alat yang kontak langsung dengan produk.
b. Mesin didesain dengan sebanyak mungkin alat pemisah yang dapat digunakan
antara bagian teknik dan bagian produksi.
c. Desain mesin menjamin bahwa tidak ada kontaminasi yang disebabkan oleh
perangkat-perangkat sistem terhadap produk.
d. Desain mesin dapat diubah untuk pengaturan kualifikasi yang sesuai.
Universitas Indonesia
39

Sementara itu, pelapis epoksi digunakan secara luas untuk melapisi lantai,
langit-langit, dan sekat antar dinding. Perawatan bangunan juga perlu dilakukan
secara berkala, termasuk kontrol terhadap hama atau hewan-hewan pengganggu,
seperti tikus, serangga, cicak, dan sebagainya. Semua hal tersebut juga menjadi
tanggung jawab bagian maintenance.

Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Suatu industri farmasi dituntut untuk menyediakan produk obat yang


bermutu baik untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam peningkatan derajat
kesehatan. Pedoman CPOB disusun sebagai petunjuk bagi para industri farmasi
dalam menghasilkan obat yang bermutu baik pada saat proses produksi. Selain itu,
CPOB adalah standar yang harus dipenuhi oleh setiap industri farmasi untuk
menjamin proses produksi obat yang berkualitas, bermutu, aman, dan dapat
dipertanggungjawabkan. Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam CPOB
meliputi : persyaratan-persyaratan dari manajemen mutu, personalia yang terlibat
dalam industri farmasi, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene,
produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan
terhadap produk dan produk kembalian serta penarikan kembali produk,
dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, kualifikasi dan
validasi.

4.1 Manajemen Mutu


Manajemen mutu terdiri dari sistem mutu yang mencakup struktur
organisasi, prosedur, proses, dan sumber daya dan tindakan sistematis yang
diperlukan untuk mendapatkan kepastian produk atau jasa pelayanan yang
dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Sistem mutu
yang diterapkan di PT. Takeda Indonesia mengacu kepada standar CPOB. Standar
ini digunakan dalam hal pemenuhan persyaratan yang diperlukan untuk penjualan
produk baik di dalam negeri, maupun di luar negeri.
Selain sistem mutu, diperlukan juga tindakan untuk pemenuhan persyaratan
mutu yang disebut juga dengan pemastian mutu. Tindakan ini dilakukan dari
sebelum proses produksi hingga produk telah beredar di pasaran. Sebelum
produksi dimulai, terlebih dahulu dibuat planning mingguan yang dibuat oleh
bagian PPIC. Selanjutnya, dibuat juga SO (Shop order) Picklist, yang merupakan

40 Universitas Indonesia
41

bahan-bahan yang diperlukan selama proses produksi, baik bahan kemas maupun
bahan baku, serta Manufacturing SO, yang merupakan alur proses selama
kegiatan produksi, termasuk kegiatan In Process Control (IPC). Bagian timbang
dan gudang akan mengambil bahan sesuai dengan yang tertera dalam SO Picklist,
dan bagian produksi akan melakukan proses produksi sesuai dengan yang
tercantum dalam Manufacturing SO. Proses produksi dilakukan pada alat-alat
yang telah terkualifikasi dan tervalidasi dan sesuai dengan proses yang telah
divalidasi. Seluruh kegiatan produksi harus terdokumentasi agar dapat dikaji
mengenai kekonsistenan dalam produksi dan menelusuri permasalahan jika terjadi
kesalahan dalam produksi. Seluruh dokumen selanjutnya akan dievaluasi dan
dikaji oleh bagian Quality untuk menentukan apakah bahan awal, produk ruahan,
produk antara dan produk jadi di-release atau di-reject.
Penyimpanan bahan awal, bahan kemas, produk jadi menjadi tanggung
jawab gudang, dimana penyimpanan dilakukan pada kondisi masing-masing yang
dipersyaratkan, terutama suhu dan kelembaban. Pendistribusian barang, baik
internal maupun eksternal, harus tercatat dengan benar, baik secara manual
maupun sistem komputerisasi (BPCS System). Hal ini dimaksudkan agar jumlah
barang yang terdokumentasi sesuai dengan jumlah yang ada. Proses dokumentasi
pendistribusian ini dilakukan pada saat penyerahan barang dari gudang ke
timbang, penyerahan barang dari timbang ke produksi, penyerahan dari produksi
ke gudang, penyerahan dari gudang ke tim ekspedisi, serta pada saat bagian
produksi meminta barang tambahan serta pengembalian barang yang berlebih.
Uji stabilitas dilakukan untuk menjamin mutu produk yang telah diproduksi,
baik selama validasi proses, maupun setelah produk dipasarkan (Quality
Surveillance). Quality Surveilence dilakukan dengan sampel tertinggal (retained
sample) yang disimpan sesuai dengan kondisi yang tertera dalam kemasan. Hal ini
dilakukan untuk memastikan dan memantau bahwa produk yang telah diedarkan
tetap stabil selama disimpan sesuai dengan kondisi yang tertera dalam kemasan.
Selain itu, dilakukan inspeksi dan audit diri untuk memastikan bahwa seluruh
kegiatan produksi memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Evaluasi mutu
suatu produk dikaji secara berkala dalam bentuk Product Quality Review (PQR)
Universitas Indonesia
42

untuk memastikan kinerja produksi yang dilakukan terhadap produk tersebut


bersifat konsisten dan tidak menimbulkan banyak penyimpangan.
Untuk memantau kualitas produk ruahan atau produk jadi selama proses
produksi, dilakukan pengawasan mutu yang mencakup proses pengambilan
sampel, prosedur pengujian dan dokumentasi. Pengambilan sampel dilakukan
sesuai dengan protap yang telah divalidasi dan dilakukan oleh personel yang telah
terlatih. Pengambilan sampel dilakukan untuk pengujian pada saat pelulusan
bahan awal, pengujian IPC, dan pengujian produk akhir. Prosedur pengujian
dilakukan sesuai dengan protap yang telah divalidasi dan setiap prosedur
pengujian didokumentasikan berupa print out dari alat-alat yang digunakan dan
laporan hasil uji (LHU).
Penerapan sistem mutu di PT. Takeda Indonesia memperlihatkan bahwa PT.
Takeda Indonesia telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan CPOB. Hal ini
dibuktikan dengan diperolehnya sertifikat CPOB untuk berbagai sediaan farmasi
yang diproduksi PT. Takeda Indonesia.
4.2 Personalia
Suatu industri farmasi diharuskan memiliki personalia dengan jumlah yang
cukup dan terlatih dalam menjalankan proses produksi dan mengerjakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab masing-masing. Tugas masing-masing personel
terdapat di struktur organisasi untuk setiap bagian departemen maupun lini atau
bagian lain yang terkait. Pembagian tugas dilakukan agar tidak terdapat tumpang
tindih pada saat pengerjaan tugas. Personel kunci di PT. Takeda Indonesia adalah
manajer Departemen Produksi dan Departemen Quality. Semua personel sudah
terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, dan memiliki pengalaman
praktis yang memadai di bidang industri farmasi. PT. Takeda Indonesia
menempatkan apoteker sebagai Manajer Quality dan Manager Produksi sesuai
dengan yang dianjurkan berdasarkan anjuran CPOB.
Efektivitas pelatihan dinilai melalui evaluasi dan sesi timbal balik untuk
memastikan level pemahaman dari topik yang diberikan. Jika seseorang tidak
memenuhi persyaratan minimum, maka harus mengikuti pelatihan ulang. Semua
pelatihan dicatat oleh bagian SDM. Progam pelatihan yang diadakan PT. Takeda
Universitas Indonesia
43

Indonesia menunjukkan bahwa PT. Takeda Indonesia telah mengikuti anjuran


CPOB dalam mengembangkan dan meningkatkan kemampuan personel dalam
bekerja.
4.3 Bangunan dan fasilitas
Bangunan PT. Takeda Indonesia terletak di Tambun dan keberadaannya
dalam wilayah industri diharapkan dapat meminimalisir pencemaran yang dapat
menganggu kenyamanan penduduk sekitar. Perlindungan terhadap bangunan juga
direncanakan dengan membuat desain bangunan utama yang lebih tinggi daripada
jalan di depan, untuk menghindari luapan air masuk bila terjadi banjir. PT. Takeda
Indonesia mempunyai desain bangunan yang memenuhi persyaratan CPOB,
dimana bagian sudut lantai dan atap tidak berupa sudut mati, Namun melengkung,
sehingga mudah untuk dibersihkan. Bagian bawah jendela diberi kemiringan
tertentu agar tidak mendeposit kotoran. Lantai dan langit-langit dilapisi epoksi
sehingga mudah untuk dibersihkan. Kerangka pintu dan jendela terbuat dari
aluminium sehingga tidak lapuk dan mudah dibersihkan. Sekitar bangunan PT.
Takeda Indonesia juga dilakukan pest control untuk mencegah masuknya
binatang pengerat atau serangga ke dalam bangunan.
Tata letak ruangan dibuat berdasarkan pertimbangan kelancaran arus kerja,
komunikasi dan pengawasan yang efektif. Terdapat perbedaan alur pergerakan
antara material dan karyawan, dimana karyawan masuk melalui ruang ganti di
bagian depan bangunan sedangkan material masuk melalui ruang penyerahan di
bagian samping bangunan. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi ketidakteraturan
yang dapat menyebabkan terhambat jalannya produksi dan mungkin dapat
membahayakan personel, sesuai dengan anjuran di CPOB.
Ruangan-ruangan dalam bangunan dibagi menjadi beberapa kelas yang
mempunyai persyaratan jumlah partikel dan mikroba yang berbeda sesuai dengan
tingkat kritikalitas terhadap produk yang diproduksi dalam ruangan tersebut.
Sistem tata udara diatur oleh PT. Takeda Indonesia agar kondisi persyaratan tiap
kelas kebersihan terpenuhi. Sistem tata udara diatur dengan menggunakan AHU
sebanyak 13 buah yang dibagi menjadi beberapa area sesuai dengan
kebutuhannya. Spesifikasi, seperti temperatur, perbedaan tekanan antar ruang,
Universitas Indonesia
44

pergantian udara, kelembaban rata-rata, dan jumlah partikel didokumentasikan


untuk setiap ruang. Terdapat sistem Air lock dengan sistem interlocking terdapat
pada perbatasan antara dua ruangan dengan zona higienis yang berbeda, untuk
mencegah terjadinya kontaminasi silang.
Area penimbangan mempunyai sistem AHU dan tata udara yang berbeda.
Pada ruangan ini terdapat sistem dust collector dan exhaust untuk melindungi
personel dari terpaparnya bahan-bahan yang ditimbang. Hal ini akan
meminimalisir terjadinya kontaminasi silang dan mix up pada saat penimbangan.
Pipa, kabel, saluran-saluran serta benda lain yang dapat mengganggu proses
produksi dan menjadi sumber kontaminasi tidak ditempatkan di area produksi,
melainkan ditempatkan dalam ruangan mezzanine, yang terletak antara satu lantai
dengan yang lain. Ruang pengemasan primer dirancang terpisah untuk tiap produk
untuk mencegah mix-up atau kontaminasi silang.
Area penyimpanan, yaitu gudang, terbagi menjadi 3 bagian, yaitu gudang
sentral suhu ≤30°C, gudang dengan suhu terkontrol ≤25°C, dan Cold storage.
Kondisi tiap ruangan terus dipantau dan dipasang alarm untuk mengetahui kondisi
berubah. Pada gudang sentral, terdapat rak yang terdiri dari 4 lantai dan berupa
kerangka besi untuk menahan pallet yang diletakkan diatasnya. Bentuk kerangka
ini akan mempermudah dalam pembersihan dan memperkecil jumlah kotoran
yang terdeposit. Pada area ini terdapat loker terkunci untuk menyimpan label,
jeruji terkunci untuk menyimpan barang-barang yang bernilai tinggi dan
psikotropika. Hal ini ditujukan agar tidak ada penyalahgunaan label dan
pencurian.
Area laboratorium berada terpisah dari area produksi, begitu juga ruangan
mikrobiologi yang terletak terpisah dari area produksi maupun area laboratorium.
Ruang timbang pada area ini dilengkapi dengan printer yang dapat mencetak hasil
timbang untuk didokumentasikan pada batch record. Ruang mikrobiologi berlatar
belakang white, dengan sistem airlock sebagai jalan masuk. Ruangan ini memiliki
sistem tata udara yang berbeda dengan area laboratorium, karena kondisi yang
dipersyaratkan lebih ketat.
Air yang digunakan untuk menunjang seluruh kegiatan produksi di
Universitas Indonesia
45

PT.Takeda Indonesia adalah Purified Water dan Water for Injection. Air yang
digunakan telah diolah dengan treatment masing-masing dan digunakan untuk
keperluan yang berbeda. Pada berbagai jenis air ini dilakukan
pengawasan/monitoring untuk memastikan bahwa air yang digunakan memenuhi
persyaratan/criteria yang ditetapkan oleh PT.Takeda Indonesia.
4.4 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk pembuatan produk di PT. Takeda
Indonesia telah memenuhi ketentuan CPOB, yaitu peralatan yang
bersentuhan dengan bahan baku, produk antara atau produk jadi tidak boleh
bereaksi sehingga tidak akan mempengaruhi mutu atau kemurnian produk yang
diproduksi.
Mesin-mesin dan peralatan yang terletak dibidang produksi penempatannya
diatur sedemikian rupa untuk menjamin keleluasaan kerja operator dan
mencegah terjadinya kekeliruan atau kontaminasi silang antar bahan selama
produksi. Mesin dan peralatan juga dilengkapi dengan penandaan atau etiket
mengenai status mesin. Mesin yang telah dibersihkan ditandai dengan etiket yang
berwarna hijau, sedangkan untuk mesin-mesin yang rusak ditandai dengan
etiket yang berwarna merah.
Desain mesin memungkinkan untuk dilakukan kualifikasi terhadap
kinerjanya. Kualifikasi meliputi kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional dan
kualifikasi performa mesin. Kualifikasi peralatan dilakukan oleh bagian teknik
yang dibantu oleh bagian QA. Selain kualifikasi, juga dilakukan kalibrasi pada
peralatan ukur yang digunakan. Kalibrasi ini dilakukan secara terjadwal untuk
menjamin keakuratan alat ukur. Kualifikasi dan kalibrasi merupakan bagian dari
program validasi. Pada saluran-saluran diberikan penandaan baik dengan tulisan
maupun warna beserta dengan tanda arahnya. Hal ini akan mempermudah
penelusuran jika terjadi kerusakan atau kecacatan pada produk.
Pemeliharaan peralatan merupakan tanggung jawab bersama antara
departemen produksi dan departemen maintenance. Departemen produksi
bertangung jawab pada pembersihan dan perbaikan masalah yang ringan saat
proses produksi berlangsung, sedangkan departemen maintenance bertanggung
Universitas Indonesia
46

jawab untuk menjaga kinerja dan perawatan mesin. Kalibrasi dan validasi mesin
dilakukan secara berkala serta dalam pengatasan masalah yang cukup serius.
Menjaga kinerja dan perawatan mesin meliputi pemilihan jenis pelumas dan
servis berkala, sedangkan kalibrasi mesin dilakukan secara berkala sesuai dengan
protap yang telah disusun.
4.5 Sanitasi dan higiene
Tingkat sanitasi yang tinggi perlu diterapkan pada sebuah industri farmasi
sehingga dapat mencegah terjadinya pencemaran terhadap produk. Sanitasi
dibedakan menjadi higiene personel, sanitasi bangunan dan fasilitas, sanitasi
peralatan dan validasi pembersihan. Untuk memenuhi persyaratan higiene
personel, maka PT. Takeda Indonesia menerapkan tiap personel baik karyawan
maupun non karyawan yang masuk ke area produksi PT. Takeda Indonesia
mengenakan baju yang sesuai dengan area produksi. Baju tersebut terbuat dari
bahan yang tidak melepaskan serat dan dilengkapi dengan penutup kepala.
Adanya penutup kepala akan melindungi produk dari rambut atau benda lain yang
mungkin dapat jatuh dari kepala. Baju dilengkapi dengan tangan panjang, dan
harus memakai masker dan sarung tangan untuk personel yang kontak langsung
dengan produk Pada beberapa tempat tersebut terdapat poster dan protap mencuci
tangan.
Pada personel PT. Takeda Indonesia dilakukan juga medical check-up yang
dilakukan baik pada saat recruitment maupun secara periodik. Hal ini
dimaksudkan untuk memantau dan menjamin bahwa kesehatan personel tetap
terjaga selama bekerja di PT. Takeda Indonesia. Medical check-up yang dilakukan
secara periodik bergantung pada frekuensi kontak produk dengan personel dan
kegiatan yang dilakukan di PT. Takeda Indonesia. Selain itu, personel juga
dilarang merokok selain di tempat merokok yang sudah disediakan. Personel yang
mengidap penyakit menular tidak diperbolehkan bekerja hingga sembuh kembali.
Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi dari penyakit tersebut.
Personel yang memiliki luka terbuka tidak boleh kontak dengan bahan dan
produk, karena dikhawatirkan bahan atau produk tersebut dapat masuk ke dalam
tubuh personel melalui luka tersebut.
Universitas Indonesia
47

Untuk memenuhi persyaratan sanitasi bangunan dan fasilitas, ruang ganti


black dilengkapi dengan fasilitas locker yang memungkinkan personel
menyimpan barang milik pribadi selama jam kerjanya berlangsung. Personel
hanya boleh makan dan minum dalam tempat tertentu, yaitu kantin. Setelah
makan pun personel harus mencuci tangan sebelum keluar dari kantin dengan
prosedur yang telah ditetapkan. Dinding, langit-langit, lantai, fitting lampu, grille
dibentuk dan dipasang sedemikian rupa agar mudah dibersihkan. Pembersihan
dilakukan dengan peralatan yang sebelumnya sudah dibersihkan terlebih dahulu.
Sampah dikumpulkan dalam tempat sampah dan diambil setiap hari secara
teratur pada jam-jam tertentu. Ruangan produksi yang akan digunakan harus
dalam keadaan bersih, hal ini diperlihatkan dari label bersih yang bertuliskan
clean yang ditandatangani oleh supervisor. Jika ruangan tersebut telah selesai
digunakan, maka ruangan diberikan label “to be clean” untuk segera dibersihkan
oleh personel yang berwenang. Jika produksi sedang berjalan, maka ruangan
diberikan label ”use to” dan dituliskan jenis obat, nama obat dan batch dari proses
produksi dan ditandatangani oleh supervisor.
Peralatan yang digunakan, terutama yang kontak dengan produk, harus
dibersihkan dengan baik agar tidak terjadi kontaminasi silang. Seperti halnya label
bersih ruangan, terdapat juga label bersih peralatan yang memperlihatkan
peralatan tersebut sebelumnya digunakan untuk apa dan sudah dibersihkan atau
belum. Terdapat ruang pencucian alat pada masing-masing lini area produksi
untuk mencuci peralatan yang dapat dilepas dari mesin. Prosedur pencucian
dilakukan sesuai dengan protap yang berlaku dan yang telah divalidasi.
4.6 Produksi
Proses produksi harus mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, dan
memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk
yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan
izin edar (registrasi).
Bahan awal yang digunakan berasal dari vendor yang telah diaudit dan
disetujui oleh bagian QA. Pada saat penerimaan bahan awal dilakukan
pemeriksaan kebenaran bahan, pemeriksaan visual tentang kondisi umum,
Universitas Indonesia
48

keutuhan wadah dan segelnya, ceceran dan kemungkinan adanya kerusakan


bahan, dan tentang keseuaian catatan pengiriman dengan label dari pemasok. Jika
telah sesuai, barang diterima dan dilakukan input administratif ke dalam sistem
BPCS yang secara otomatis akan membuat nomor lot baru untuk barang tersebut.
Bahan awal akan mendapat status karantina dan pihak QC akan menguji bahan
tersebut apakah memenuhi spesifikasi atau tidak. Jika lulus maka diberikan label
release berwarna hijau, dan jika di-reject maka bahan akan ditempatkan di ruang
reject dalam gudang sambil menunggu saatnya dimusnahkan atau dikembalikan
ke supplier. Penempelan label hanya boleh dilakukan oleh personel dari bagian
QA. Bahan awal yang telah direlease disimpan dalam gudang sesuai dengan
persyaratan kondisi masing-masing bahan.
Setiap bahan terdapat kartu stok yang dituliskan secara manual untuk
mengetahui berapa banyak bahan tersebut yang tersisa dan dituliskan juga tanggal
pengambilan serta personel yang bertanggung jawab. Jumlah sisa stok kemudian
diupdate dengan memasukkan ke dalam BPCS system. Hal yang sama juga
berlaku terhadap bahan kemas.
Proses serah terima material antara gudang dan produksi dilakukan dengan
mengecek kembali kebenaran bahan, no lot dan jumlah bahan. Jika telah sesuai,
petugas dari gudang dan produksi yang memberikan tanda tangan di SO picklist
sebagai bukti serah terima material. Material sisa produksi selalu direkonsiliasi
sebelum dikembalikan ke gudang. Dokumentasi yang dilakukan berupa pengisian
Slip Retur Barang (SRB). Pada SRB, tertera nomor item, nama barang dan jumlah
yang dikembalikan. Jumlah barang yang di retur selalu dicek dengan tabel
rekonsiliasi yang terdapat pada Manufacturing SO. Dalam tabel rekonsiliasi, diisi
jelas berapa jumlah material yang digunakan, berapa yang rusak, dan berapa yang
masih baik untuk dikembalikan ke gudang.
Setiap memasuki area produksi, terdapat SOP tata cara berpakaian yang
harus dilakukan oleh karyawan dan tamu termasuk cara memakai APD (alat
pelindung diri) atau SPD (Self Protecting Device). Saat memasuki ruangan
produksi, personil diwajibkan untuk mengenakan pakaian khusus (coverall),
penutup kepala, sepatu khusus, dan masker. Selanjutnya, personil diwajibkan
Universitas Indonesia
49

untuk mencuci tangan dan menggunakan desinfektan. Prosedur ini dilakukan


untuk mencegah adanya kontaminasi dari luar terhadap ruang produksi dan
produk yang dihasilkan.
Sebelum mesin dan ruang digunakan untuk proses produksi, supervisor
produksi akan memastikan kondisi kebersihan mesin/ruang serta memberikan
tanda tangannya di label bersih sebagai tanda bahwa mesin/ruang telah bersih dan
boleh digunakan untuk proses produksi. Kegiatan pengolahan dilaksanakan
mengikuti Shop Order (SO). Semua keterangan terkait proses akan dicatat di
dalamnya. Kegiatan IPC dicatat dan datanya dilampirkan dalam batch record.
Setiap penyimpangan terkait proses harus dipertanggungjawabkan dan dilaporkan
ke bagian QA.
Pada proses produksi, jika terdapat produk yang berbeda tetapi
diproduksi dengan menggunakan mesin yang sama maka akan diproduksi secara
bergantian setelah satu produk selesai, mesin dan ruangan harus dibersihkan
dahulu dan dicek oleh supervisor baru kemudian dilanjutkan dengan produk yang
lain. Selain itu, ruangan produksi memiliki air lock sebagai ruang antara yang
membatasi ruang produksi dan lingkungan luar.
Di setiap tahap produksi, operator akan selalu melakukan optimasi
terlebih dahulu untuk mencapai spesifikasi yang dipersyaratkan dalam SOP dan
produk ini akan dikategorikan sebagai produk reject. Setelah diperoleh produk
dengan spesifikasi yang diinginkan, proses produksi dapat berjalan dan
selanjutnya dilakukan IPC (in process control) pada tahap awal, tengah, dan akhir
proses produksi. Untuk tablet, IPC yang dilakukan meliputi pemerian, kode
penandaan, bobot, kekerasan, diameter, ketebalan, keregasan, dan waktu hancur.
Untuk kapsul, IPC yang dilakukan meliputi pemerian, kode penandaan kapsul,
kadar air, bobot kapsul terisi, bobot granul per kapsul, panjang kapsul, dan waktu
hancur. Selain IPC, operator dari produksi juga mengirimkan sampel untuk diuji
oleh QC.
Pencemaran bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain harus
dihindarkan. Salah satunya adalah dengan penggunaan sistem airlock dan juga
sistem perbedaan tekanan untuk mengatur airflow di ruangan tersebut. PT. Takeda
Universitas Indonesia
50

Indonesia menganut sistem clean corridor dimana tekanan udara pada koridor
lebih tinggi daripada tekanan di dalam ruang-ruang produksi. Hal ini dilakukan
untuk menjaga agar bahan yang terdapat di dalam ruangan tidak keluar dan
mencemari ruangan lain. Cara lain untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang
adalah dengan penggunaan baju khusus sesuai spesifikasi ruangan, menerapkan
pembersihan dan dekontaminasi peralatan yang tervalidasi, serta penggunaan label
bersih untuk mesin dan ruang.
Ruangan-ruangan produksi yang mengolah bahan berbentuk serbuk kering
(misalnya granulasi, ruangan untuk mengayak, dan ruang tablet) memiliki tekanan
yang lebih kecil dari koridor dan dilengkapi dengan fasilitas dust collector.
Parameter operasional yang kritis (misal waktu, kecepatan, dan suhu) untuk tiap
proses pencampuran, pengadukan dan pengeringan dicatat dan dipantau selama
proses berlangsung. Mesin pengering fluid bed menggunakan kantong filter yang
terbuat dari bahan yang tidak melepaskan partikel dan selalu dicuci tiap kali
selesai digunakan untuk memproses sediaan. Sebelum digunakan, punch dan die
diperiksa dari keausan. Pemantauan bobot tablet dilakukan tiap beberapa menit
sekali selama proses tabletasi berlangsung oleh bagian produksi dan IPC. Pada
setiap ruang cetak tablet terdapat timbangan yang digunakan untuk memantau
bobot hasil cetak tablet yang dilakukan oleh bagian produksi. Hasil pemantauan
dimasukkan ke dalam Lembar Pemantauan Bobot Tablet. Tablet yang di-reject
oleh mesin disimpan dalam tempat yang terpisah sehingga tidak tercampur dengan
tablet yang sesuai spesifikasi.
Pada produksi suppositoria dan salep, desain peralatan sesedikit mungkin
terdapat sambungan mati dimana residu dapat berkumpul dan menyebabkan
perkembangan mikroba. Perhatian khusus diberikan pada awal pengisian, sesudah
perhentian dan pada akhir proses untuk memastikan bahwa produk dalam keadaan
homogen. Air yang digunakan selama proses produksi hanya air yang telah
memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Bahan pengemas diperiksa terlebih dahulu baik kebenarannya maupun
jumlahnya. Jika terdapat hal yang tidak sesuai dengan Shop Order (SO) maka
proses produksi tidak akan berjalan. Tahap pengemasan pada setiap lini dilakukan
Universitas Indonesia
51

secara in line. Setiap hasil pencetakan (expired date, manufacturing date, batch
number dan harga eceran tertinggi) selalu dicek pada interval tertentu. Proses
pengemasan dituangkan dalam SO dengan memastikan lebih dulu bahwa jalur
kemas dan mesin koding berada dalam kondisi bersih dan hanya produk ruahan,
bahan kemas dan dokumen untuk batch yang sedang dikerjakanlah yang ada di
jalur kemas. Hal ini untuk mendukung kelancaran proses pengemasan secara
inline dan untuk mencegah adanya mixed up. Selain itu dilakukan rekonsiliasi
pengemasan untuk mengetahui persentase reject dan persentase rekonsiliasi. Jika
terdapat cacat pada bahan kemasan baik primer maupun sekunder, dilakukan
pemusnahan, untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan.
Hal yang diperiksa selama pengawasan dalam proses (in process control)
adalah parameter-parameter yang penting dalam bahan awal dan produk ruahan,
misalnya kadar air dalam proses granulasi, keseragaman bobot tablet, keregasan
bobot tablet, dan lain-lain. Hal lain yang diperiksa adalah bobot akhir setelah
produk jadi berada dalam inner box dan master box. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui adanya produk yang hilang atau bertambah pada saat pengemasan jika
nilai hasil penimbangan berbeda jauh dari yang seharusnya. Sampel yang diambil
untuk setiap pengujian IPC adalah dibagian awal, tengah dan akhir produksi.
Hasil pengujian selama inspeksi in proses control didokumentasikan yang
selanjutnya akan dilampirkan dalam batch record.
Bahan awal yang di-reject dari pihak QA dicatat dalam laporan rekonsiliasi.
Semua komplain direkam dan di-review secara periodik. Produk kembalian dari
recall akan disimpan pada ruangan terpisah sementara menunggu keputusan dari
Manajer QA. Produk retur atau recall yang tidak memenuhi syarat selanjutnya
dimusnahkan. Berita acara pemusnahan harus diketahui dan ditandatangani oleh
QA. Produk yang dikembalikan dilakukan pemusnahan sehingga mencegah
terjadinya penyalahgunaan.
Selama menunggu pelulusan dari bagian Pemastian Mutu, seluruh batch/lot
yang sudah dikemas ditahan dalam status karantina. Produk yang dikarantina
diberi label “Karantina” berwarna kuning atau diberi tanda berupa rantai berwarna
kuning yang menutupi seluruh batch. Produk karantina ditempatkan di tempat
Universitas Indonesia
52

yang berbeda dengan produk yang telah di-release. Produk jadi diserahkan dari
pihak produksi ke bagian gudang dengan produk berstatus karantina. Penyerahan
produk ini dilakukan beserta slip penyerahan hasil produk. Sebelum pihak gudang
menerima produk dari produksi diperiksa terlebih dahulu kebenaran identitas dan
jumlahnya. Setelah itu pihak gudang akan menyimpan produk tersebut di tempat
yang sesuai dengan kondisi penyimpanannya.
PT Takeda Indonesia menganut prinsip FEFO (First Expired First Out)
dalam mengatur alur penyimpanan, penggunaan, dan distribusi barang. Distribusi
produk dilakukan oleh distributor tunggal yaitu PT. Dicocitas.
4.7 Pengawasan mutu
Departemen pengawasan mutu (Quality Control/QC) bertanggung jawab
dalam memastikan setiap bahan baku yang akan dipergunakan dan produk jadi
yang akan dipasarkan memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Departemen
ini dipimpin oleh seorang manager QC. Bagian QC dibagi menjadi empat
bagian, yaitu bagian bahan baku (raw material), bahan pengemas (packaging
material), produk setengah jadi (half finished goods), dan mikrobiologi. Sistem
pengawasan mutu bertanggung jawab pada kegiatan sampling, spesifikasi dan
testing, mencakup koordinasi, dokumentasi dan release produk dengan menjamin
bahwa setiap pengujian yang diperlukan telah dilakukan dan melakukan
judgement untuk me-release atau me-reject bahan baku, ruahan maupun produk
jadi.
Laboratorium yang terdapat di departemen QC terdiri dari laboratorium
kimia (chemical laboratory), laboratorium instrumen (instrument laboratory),
dan laboratorium mikrobiologi (microbiology laboratory). Laboratorium kimia
biasanya digunakan untuk pemeriksaan bahan baku yang baru datang dari vendor
atau reanalisa bahan baku untuk memeriksa apakah bahan baku tersebut masih
dapat digunakan atau tidak untuk produksi. Pemeriksaan yang dilakukan, meliputi
identifikasi dan parameter-parameter lain yang tercantum dalam spesifikasi serta
untuk memeriksa kualitas purified water dan air limbah. Pemeriksaan ini
dilakukan oleh QC Raw Material dengan syarat bahwa produk tersebut disertakan
dengan Lembar Penerimaan Barang (LPB) dan Certificate of Analysis (CoA)
Universitas Indonesia
53

dari vendor.
Laboratorium instrumen terdapat alat- alat yang dibutuhkan untuk analisa
kuantitatif dan biasanya digunakan untuk pemeriksaan produk setengah jadi.
Laboratorium ini juga dilakukan pengujian terhadap metode validasi metode
analisa. Instrumen yang ada di laboratorium QC selalu dikalibrasi secara rutin dan
berkala, seperti kalibrasi satu tahunan dan kalibrasi enam bulanan Jadwal
kalibrasi tersebut dibuat oleh QA staff.
Laboratorium mikrobiologi digunakan untuk memeriksa adanya
kontaminasi mikroorganisme terhadap bahan baku, bahan pengemas, maupun
produk setengah jadi. Selain dilakukan pemeriksaan pada produk, juga dilakukan
pemeriksaan mikroba pada ruang produksi.
Pengujian di QC dilakukan oleh analis, diperiksa oleh supervisor, dan
diputuskan hasilnya memenuhi persyaratan atau tidak oleh manager QC. Hasil
pengujian tersebut dilaporkan dalam bentuk sertifikat analisa. Jika dari pengujian
diperoleh hasil yang menyimpang dari persyaratan, maka dibuat formulir
penanganan hasil uji di luar spesifikasi (Out of Spesification). Pada penanganan
OOS, terlebih dulu dilakukan pengecekan pada laboratorium QC. Jika tidak
terdapat kesalahan laboratorium, maka perlu investigasi lebih lanjut oleh QA
untuk mengetahui penyebab sebenarnya.
Dokumentasi yang terdapat di bagian quality control antara lain spesifikasi,
prosedur sampling, prosedur testing, laporan pengujian analisis dan sertifikatnya,
validasi metode analisis dan prosedur kalibrasi. Dokumen batch record disimpan
sampai 10 tahun. Setiap penggunaan reagen yang baru dicatat dan dilakukan
penyesuaian antara reagen yang tercatat dengan reagen yang ada. Peralatan dan
instrumen di laboratorium telah mempunyai prosedur tetap untuk
pengoperasiannya masing-masing. Peralatan di laboratorium, sama seperti halnya
peralatan di bagian produksi juga dikualifikasi dan dikalibrasi, untuk memastikan
bahwa instrumen tersebut dapat berfungsi dengan baik. Setiap kali
menggunanakan alat, personel yang bertanggung jawab mencatat dalam log book,
untuk mempermudah penelusuran jika terjadi kerusakan.

Universitas Indonesia
54

4.8 Inspeksi diri dan audit mutu


PT. Takeda Indonesia telah melaksanakan program inspeksi diri melalui
departemen QA. Inspeksi diri dilaksanakan untuk meninjau implementasi CPOB
agar mutu obat tetap terkontrol. Inspeksi diri dilakukan secara rutin dan terjadwal
dengan tujuan untuk memastikan bahwa sistem yang telah dibuat benar-benar
diaplikasikan di keadaan sebenarnya. Hal-hal yang diperiksa, yaitu report
analysis, batch record, dan laporan validasi untuk setiap batch validasi. Jika
terdapat temuan yang tidak sesuai dengan CPOB, maka dilakukan tindakan
perbaikan dan pencegahan. Selain melakukan inspeksi diri, departemen QA juga
melaksanakan vendor audit dan toll out manufacturing audit yang bertujuan
untuk memastikan bahwa pemasok (vendor) maupun jasa servis yang digunakan
oleh PT. Takeda Indonesia mempunyai kualitas sesuai dengan standar
perusahaan. Selain itu, audit juga dapat dilakukan oleh pihak luar yaitu audit
reguler dari otoritas BPOM. Hasil audit eksternal ini akan di-follow up melalui
CAPA dengan due date tertentu.
4.9 Penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali obat dan
produk kembalian
Penanganan keluhan, penarikan produk, dan produk kembalian merupakan
tanggung jawab departemen QA. Keluhan yang ditangani jika keluhan yang
diterima berupa cacat produk, seperti terjadinya perubahan warna pada sediaan.
Keluhan tersebut dapat berasal dari dokter, pasien, apotek, rumah sakit maupun
dari distributor. Segala keluhan tentang obat akan ditindak lanjuti oleh QA.
Dalam mengatasi segala keluhan tersebut, QA mendokumentasikan setiap
keluhan dan melakukan investigasi terhadap keluhan tersebut. Investigasi
dilakukan dengan jalan mencocokan informasi mengenai keluhan obat dan data
perusahaan yang didasarkan pada contoh pertinggal. Lead time untuk penanganan
keluhan yang critical adalah selama 2 hari kerja, sedangkan lead time untuk
penanganan keluhan major/ minor selama 10 hari kerja. Lead time dihitung mulai
dari dokumen dan sampel keluhan sudah lengkap sampai dengan surat jawaban
keluhan disusun.
Penarikan kembali obat jarang dilakukan oleh PT. Takeda Indonesia, hal
Universitas Indonesia
55

ini dikarenakan mutu dan keamanan obat produksi PT. Takeda Indonesia
telah terjamin. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan terdapat penarikan
obat. Pada dasarnya penarikan obat dapat dilakukan oleh perusahaan maupun
oleh lembaga pemerintah yang terkait. Jika terdapat obat recall maka
dilakukan investigasi untuk dapat memastikan kebenaran alasan obat ditarik.
Hasil investigasi tersebut dijadikan dasar penyanggahan maupun persetujuan
penarikan obat. Alur penarikan obat kembalian, yaitu departemen QA
memberitahukan kepada pihak marketing, kemudian marketing memberitahukan
kepada distributor. Selanjutnya, distributor akan melaporkan obat yang masih ada
di distributor dan obat yang sudah sampai di masyarakat. Obat yang masih
beredar kemudian ditarik oleh distributor lalu dikirim ke gudang PT. Takeda
Indonesia, kemudian QA akan membuat recall report (laporan obat kembalian).
Obat recall tersebut kemudian diolah ulang atau dapat langsung dimusnahkan.
Pemusnahan obat recall di saksikan saksi dari perusahaan maupun dari lembaga
pemerintah terkait.
Obat kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian
dikembalikan ke pabrik karena adanya keluhan, kerusakan, kedaluarsa, masalah
keabsahan maupun sebab lain mengenai kondisi obat, wadah atau kemasan
sehingga menimbulkan keraguan akan keamanan, identitas dan mutu obat yang
bersangkutan. PT. Takeda Indonesia telah menetapkan prosedur penanganan obat
kembalian, yaitu dilakukan investigasi alasan mengapa obat dikembalikan dan
menganalisa kelayakan obat tersebut untuk diproses ulang. Pada kasus obat
kembalian, PT. Takeda Indonesia melakukan dokumentasi dan pencatatan mutu
obat kembalian. Obat kembalian tersebut kemudian dikarantina. Selanjutnya
dilakukan penelitian, pemeriksaan dan pengujian oleh departemen terkait. Hasil
penelitian tersebut dijadikan dasar pengambilan tindakan terhadap obat
tersebut.
4.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas
adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personel menerima uraian
Universitas Indonesia
56

tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadinya
kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan.
Spesifikasi, dokumen produksi induk/formula pembuatan, prosedur, metode dan
instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara
tertulis.
Picklist merupakan dokumen yang berisi bahan awal dan bahan kemas yang
akan digunakan dalam proses produksi, sedangkan Shop Order merupakan
dokumen yang menjelaskan tentang tahapan kerja yang harus dilakukan selama
proses produksi. Setiap dokumen selalu ditandatangani oleh personel yang
membuat dan disetujui oleh bagian manager. Pada dokumen juga tertulis tanggal
efektif dokumen tersebut, revisi yang keberapa dan hal-hal yang direvisi atau
ditambahkan pada revisi terakhir. Semua dokumen disiapkan, disetujui,
disosialisasikan, direvisi, didistribusi dan disimpan berdasarkan prosedur tertulis.
Pencatatan data secara manual dilakukan dengan tinta biru untuk
memastikan data berupa asli, bukan fotokopi. Selain itu jika ada kesalahan dalam
pencatatan data, bagian yang salah dicoret sekali kemudian diganti dengan data
yang benar lalu dibubuhi paraf dan inisial serta tanggal oleh personel yang
bertanggung jawab. Seluruh catatan yang berhubungan dengan proses produksi
suatu batch akan disimpan dalam batch record. Data hasil pengujian dari
laboratorium, baik kimia, mikrobiologi maupun IPC, dituliskan dalam lembar
hasil uji (LHU). Setiap penggunaan alat instrumentasi dan alat-alat lain untuk
pengujian laboratorium, personel yang bertanggung jawab mencatat dalam
logbook dan dibubuhi paraf serta inisial menggunakan tinta biru.
4.11 Kualifikasi dan validasi
PT. Takeda Indonesia melakukan perencanaan terhadap program validasi
melalui penyusunan Validation Master Plan (VMP). VMP adalah dokumen yang
menyajikan informasi mengenai program kerja validasi yang disiapkan dengan
mengacu kepada CPOB dan cGMP disamping kebijakan dan komitmen
perusahaan untuk melakukan penyempurnaan terus menerus khususnya terhadap
pencapaian sasaran mutu. Ruang lingkup VMP meliputi seluruh proses validasi
atau kualifikasi dari system yang mempunyai dampak terhadap kualitas produk
Universitas Indonesia
57

yang meliputi antara lain sarana penunjang (water system, HVAC, dan lain-lain),
mesin dan peralatan produksi, instrument laboratorium dan peralatan IPC, proses
pembersihan serta proses produksi
Validation Master Plan juga berisi struktur organisasi kegiatan validasi dan
pembagian peran masing-masing. Dalam melaksanakan program validasi terhadap
utility maupun fasilitas, PT. Takeda Indonesia sudah menggunakan analisis risiko.
Hal ini telah sesuai dengan CPOB, yang mengatakan pendekatan dengan kajian
resiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan
validasi. Prosedur analisa resiko ini dibagi dalam beberapa tahapan, yaitu daftar
peralatan dan fungsinya, klasifikasi kritikal dan non-kritikal, alasan dari
klasifikasi, parameter yang mungkin berpengaruh terhadap kualitas, kemungkinan
terjadinya kesalahan, dan daftar pengukuran/control yang harus dilakukan.
Validation Master Plan mencakup aktivitas-aktivitas sebagai berikut:
a. Kualifikasi
Program kualifikasi mesin di bawah pengawasan supervisor QA. Kualifikasi
dan validasi ini mencakup: sarana penunjang (water system, HVAC), mesin dan
peralatan produksi, instrumen laboratorium dan peralatan IPC, proses
pembersihan dan proses industri. Jadwal kualifikasi dan validasi telah disusun
setiap tahunnya berdasarkan VMP. Apabila terdapat kualifikasi di luar program,
maka inisiator dapat mengajukan validasi kepada pihak quality melalui form
Validation Request. Sebelum memulai pelaksanaan kualifikasi, QA spesialist
mempelajari spesifikasi alat serta membuat protokol kualifikasi, yang harus
diapprove dahulu oleh QA Manager. Proses dokumentasi ini sesuai dengan
prinsip CPOB.
Kualifikasi yang dilakukan terdiri dari beberapa tahapan, kualifikasi
instalasi/Installation Qualification (IQ), kualifikasi operasional/Operational
Qualification (OQ) dan kualifikasi kinerja/Performance Qualification. Apabila
mesin tidak masuk kriteria kualifikasi, maka akan diberi label DO NOT USE.
Selanjutnya, dilihat berdasarkan tingkat kekritikannya, apabila masih bisa di-
adjust, maka mesin tetap digunakan dengan beberapa penyesuaian. Apabila tidak
bisa, maka pihak komite akan mengajukan kebijakan untuk dilakukan disposal.
Universitas Indonesia
58

Selain kualifikasi, PT. Takeda Indonesia juga menetapkan jadwal


rekualifikasi untuk mesin yang sudah dikualifikasi maupun mesin yang diganti
spare part-nya. Beberapa peralatan dan sistem penunjang juga perlu dilakukan
rekualifikasi. Pelaksanaan rekualifikasi berdasarkan penilaian resiko (risk
assessment) meliputi utilities risk assessment dan equipment risk assessment.
Utilities risk assessment dilakukan untuk sistem penunjang (HVAC dan water
system) berdasarkan seberapa besar pengaruh sistem terhadap aspek kualitas
produk yang dihasilkan dan kemungkinan dampak terburuk apabila terjadi
(Quality dan likeliness) dan dampak luas (Wide).
b. Kalibrasi
Kalibrasi yang dilakukan ada 2 jenis, yaitu kalibrasi internal dan kalibrasi
eksternal. Kalibrasi internal dilakukan sendiri oleh personel dari perusahaan, yaitu
oleh petugas kalibrasi yang dikoordinir oleh QA specialist, sedangkan kalibrasi
eksternal menggunakan jasa dari luar perusahaan. Program kalibrasi dimulai
dengan menyusun jadwal. Jadwal dibuat berdasarkan VMP dan Master Schedule.
Setelah itu, bagian quality akan mengajukan Permohonan Penjadwalan Produksi
(P3) lewat PPIC untuk menganggarkan jadwal kalibrasi ke produksi. Kalibrasi di
luar program dapat dikerjakan melalui form Validation Request (VR), misalnya
apabila ada alat baru, ada label kalibrasi yang jatuh tempo. Hasil dari kalibrasi
yang memenuhi syarat akan diberikan label terkalibrasi dan sertifikat kalibrasi
(yang diapprove oleh Quality Manager). Apabila tidak memenuhi syarat, maka
dilakukan investigasi terhadap petugas, kalibrator, dan metode. Kemudian,
dilakukan uji ulang, dan di-review. Apabila memenuhi syarat, maka dilakukan
pengujian ulang lagi minimal 2 kali. Apabila tidak memenuhi syarat, maka
dilakukan adjustment alat oleh bagian teknik. Setelah adjustment, dilakukan
rekalibrasi.
c. Validasi pembersihan
Validasi pembersihan juga merupakan salah satu tugas dari bagian validasi
di departemen quality, yakni QA specialist. Validasi pembersihan dilakukan
minimal setahun sekali, sedangkan validasi pembersihan untuk produk baru
dilakukan 6 bulan sekali. Dalam validasi pembersihan di PT. Takeda Indonesia,
Universitas Indonesia
59

pemilihan produk dinilai berdasarkan nilai resiko tertinggi dari beberapa


parameter meliputi kelarutan bahan aktif, toksisitas, tingkat kemudahan
kebersihan, persentase zat aktif dalam batch, volume sampling, dan volume
penimbangan. Apabila tidak memenuhi spesifikasi, maka dilakukan pengujian
ulang, investigasi terhadap metode analisis validasi pembersihan dan investigasi
terhadap metode pembersihan alat. Setelah itu, disusun laporan hasil validasi
pembersihan. Prioritas dalam validasi pembersihan adalah validasi pembersihan
untuk produk yang sudah ada di pasar, produk baru, revalidasi untuk adanya
perubahan (misal : desinfektan) dan revalidasi rutin.
d. Validasi proses
Jenis validasi proses yang diterapkan untuk produk exsiting dan produk baru
di PT. Takeda Indonesia adalah secara konkuren. Validasi proses produksi terdiri
dari 4 tahap, yaitu pembuatan protokol validasi proses, pelaksanaan validasi
proses, pengumpulan dan pengolahan data validasi proses, dan pembuatan laporan
validasi proses. Validasi proses dilaksanakan oleh tim validasi departemen QA.
Pembuatan prosedur kerja/protokol validasi proses berdasarkan transfer method
dari Takeda Global. Validasi prospektif dan konkuren dilakukan terhadap 3 bets
berturut-turut sesuai dengan kriteria yang berlaku. Sampel IPC produk antara dan
produk jadi diserahkan ke laboratorium QC untuk diperiksa sesuai dengan metode
pemeriksaan yang berlaku. Apabila dalam proses pengolahan validasi terdapat
ketidaksesuaian, maka dapat diambil dua alternatif kesimpulan, yaitu : (i) Proses
tidak valid, atau (ii) Proses valid dengan justifikasi dan rekomendasi perubahan.
Prioritas dalam validasi proses adalah validasi proses untuk produk baru termasuk
untuk transfer proses, produk lama/existing yang akan diregistrasi ulang, produk
existing yang belum divalidasi prosesnya, kemudian revalidasi rutin.
e. Computer Sytem Validation (CSV)
Validasi software dan sistem komputer meliputi seluruh siklus lengkap dari
produk. CSV mempunyai peran mayor untuk memperoleh konsistensi, reliabilitas,
dan akurasi dari data sebagai MIS (Sistem Manajemen Informasi). CSV dapat
menjamin bahwa fungsi kritik dari komputer dan alat otomatis yang mempunyai
pengaruh pada kualitas akan dapat memenuhi spesifikasi. Kerangka kerja CSV
Universitas Indonesia
60

diadopsi dari pedoman GAMP (Good ASEAN Manufacturing Practice). CSV


diterapkan dalam ERP (Enterprise Resource Planning) System Oracle, dan Sistem
Laboratorium dan Produksi, meliputi mesin-mesin atau peralatan dengan sistem
konfigurasi, seperti PLC (Programmable Logic Controller), BAS (Building
Automatic System), HVAC.
f. Validasi Metode Analisis
Validasi Metode Analisis dilaksanakan oleh departemen QC PT. Takeda
Indonesia. Validasi ini dilaksanakan setelah terdapat master formula dari bagian
Formulasi di Takeda Global. Setelah didapatkan metode yang valid, maka
dilakukan AMT (Analytical Method Transfer) ke pihak quality
control/laboratorium PT. Takeda Indonesia.
4.12 Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak
Pada prinsipnya pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak haruslah
dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan dengan baik untuk menghindari
kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu
yang tidak memuaskan. PT. Takeda Indonesia memberi kontrak (toll out) dengan
perusahaan farmasi lainnya seperti PT. Tanabe dan PT. Eisai Indonesia.
Kerjasama ini dilakukan berdasarkan suatu kontrak antara pemberi kontrak dan
penerima kontrak dalam suatu persetujuan teknis yang mencakup spesifikasi
tanggung jawab masing-masing berkaitan dengan proses produksi dan kontrol
terhadap produk.
Sebagai pemberi kontrak, PT. Takeda Indonesia melakukan audit terhadap
perusahaan farmasi yang akan menerima kontrak. Audit dilakukan oleh bagian
QA yang berisi audit CPOB di perusahaan penerima kontrak tersebut, audit yang
dilakukan meliputi audit terhadap sarana produksi, kontrol kualitas sampai dengan
sarana penyimpanan. Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus
dilakukan dengan teliti agar tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat berakibat
kesalahpahaman yang dapat berefek pada mutu produk. Beberapa analisis perlu
dilakukan oleh laboratorium lain jika fasilitas dan sumber daya yang ada kurang
tersedia. Analisis oleh pihak luar ini juga dilakukan berdasarkan kontrak.

Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan PKPA, dapat
disimpulkan bahwa :
5.1.1 PT. Takeda Indonesia telah menerapkan setiap aspek CPOB dengan baik
dalam tiap aspek dan rangkaian proses produksinya untuk menjamin
kualitas produk yang dihasilkan.
5.1.2 Apoteker memegang peranan yang sangat penting dalam industri farmasi,
yaitu sebagai kepala produksi, kepala pengawasan mutu dan kepala bagian
pemastian mutu. Fungsi Apoteker adalah sebagai tenaga profesional yang
ikut dalam menentukan kualitas produk yang dihasilkan melalui
keahliannya dalam dunia kefarmasian.
5.2 Saran
5.2.1 Penerapan aspek-aspek CPOB di PT. Takeda Indonesia perlu terus
dipertahankan dan ditingkatkan untuk menjamin konsistensi mutu produk
yang dihasilkan.
5.2.2 Meningkatkan dan mempertahankan komunikasi dan kerjasama yang baik
antar divisi PT. Takeda Indonesia sehingga dihasilkan kinerja yang lebih
baik lagi, serta selalu meng-update informasi dan teknologi di bidang
farmasi.

61 Universitas Indonesia
62

DAFTAR ACUAN

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang
Baik. Badan Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2009. Petunjuk Operasional Pedoman Cara
Pembuatan Obat yang Baik. Badan Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta.

Company Profile PT. Takeda Indonesia. 2013. http://www.takeda.com/. Diakses


pada 18 Maret 2013 pukul 10.48 WIB.

Priyambodo, B. 2007. Manajemen Farmasi Industri. Penerbit Global Pustaka


Utama, Yogyakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 Tentang Industri
Farmasi. Jakarta.

Universitas Indonesia
LAMPIRAN
64

Lampiran 1. Struktur organisasi PT.Takeda Indonesia

Universitas Indonesia
65

Lampiran 2. Alur penerimaan barang

Barang datang Cek dokumen Dikembalikan

Karantina (label
kuning)

Sampling (uji)

Released (label Rejected (label


hijau) merah)

Simpan, Musnahkan/
masukkan data kembalikan
ke dalam
database gudang

Universitas Indonesia
66

Lampiran 3. Skema pengolahan limbah

Limbah Cair Septik tank Filtrasi dihomogenkan

Penyaring Bak Aerasi Netralisasi


lumpur pengendap

Penampungan Cek BOD, COD,


akhir pH, suhu,
kondutivitas,
volume

Dibuang ke
sungai

Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA

RE-KUALIFIKASI KINERJA CLIMATIC CHAMBER DI


LABORATORIUM QC PT TAKEDA INDONESIA

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

WISNU AJENG RAKHMANINGTYAS, S.Farm


1106153574

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... v

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3


2.1 Peralatan ............................................................................................... 3
2.2 Validasi ................................................................................................. 3
2.3 Kualifikasi Mesin dan Peralatan Produksi .............................................. 4
2.4 Climatic Chamber .................................................................................. 8

BAB 3 METODE RE-KUALIFIKASI .............................................................. 9


3.1 Gambaran Alat....................................................................................... 9
3.2 Alat ukur yang digunakan ...................................................................... 9
3.3 Prosedur re-kualifikasi kinerja Climatic Chamber ................................ 10

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 12


4.1 Hasil .................................................................................................... 12
4.2 Pembahasan ......................................................................................... 12

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 14


5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 14
5.2 Saran ................................................................................................... 14

DAFTAR ACUAN ........................................................................................... 15

ii Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Layout Rak Climatic Chamber ...................................................... 10

iii Universitas Indonesia


DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Alat ukur yang digunakan ................................................................... 9


Tabel 3. 2. Sampel produk yang diisikan ke dalam climatic chamber ................. 10

iv Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 . Data pemantauan suhu climatic chamber ......................................... 17


Lampiran 2. Data pemantauan kelembaban climatic chamber ............................... 23

v Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri farmasi harus dapat menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan
khasiat (efficacy), keamanan (safety), dan mutu (quality) dalam dosis yang
digunakan untuk tujuan pengobatan. Salah satu kriteria penting dari produk
industri farmasi ialah diterimanya kriteria persyaratan kualitas obat karena
menyangkut soal nyawa manusia. Oleh karena itu, industri farmasi dan produk
industri farmasi diatur secara ketat, baik oleh industri farmasi itu sendiri maupun
oleh pemerintah (dalam hal ini Badan POM sebagai regulator industri farmasi di
Indonesia).
Peralatan merupakan salah satu aspek yang dipersyaratkan dalam CPOB,
yang juga menentukan kualitas obat yang diproduksi. Peralatan yang dimaksud
adalah seluruh peralatan yang berhubungan dengan produk atau dapat
mempengaruhi kualitas produk baik itu peralatan untuk proses produksi, peralatan
untuk pemantauan, peralatan pendukung (utility), peralatan untuk pengujian
maupun peralatan untuk penyimpanan. Peralatan hendaklah memiliki desain dan
konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi
dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke
bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan.
Salah satu jaminan mutu yang dapat diberikan oleh produsen terhadap obat
yang diproduksinya adalah kestabilan obat itu sendiri. Untuk memastikan
kestabilan obat yang diproduksinya sebelum diedarkan ke masyarakat, produsen
harus melakukan evaluasi kestabilan. Peralatan yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi kestabilan produk yaitu dengan menggunakan alat climatic
chamber. Alat ini merupakan alat yang dapat digunakan untuk pengujian stabilitas
dipercepat. Alat ini diatur dalam temperatur 40±2°C dan kelembaban 75±5%.
Oleh karena itu, perlu dilakukan rekualifikasi untuk memastikan bahwa
climatic chamber yang digunakan sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan,
dipasang dengan benar, dapat dioperasikan tanpa kendala, serta mampu
menghasilkan produk yang sesuai dengan yang dipersyaratkan secara konsisten.

1 Universitas Indonesia
2

1.2 Tujuan
Memberikan bukti terdokumentasi bahwa climatic chamber dalam kondisi
baik dan dapat dioperasikan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.

Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peralatan (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2006)


Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat, agar mutu obat terjamin sesuai dengan desain serta seragam dari bets ke
bets yang lain dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan. Permukaan
peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi
tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat mempengaruhi
identitas, mutu atau kemurnian diluar batas yang ditentukan. Peralatan satu sama
lain hendaklah ditempatkan pada jarak yang cukup untuk menghindari kesesakan
serta memastikan tidak terjadi kekeliruan dan campur baur produk. Pelaksanaan
perawatan dan pemakaian suatu peralatan hendaklah dicatat dalam buku log alat
yang menunjukkan tanggal, waktu, produk, kekuatan, dan nomor tiap bets atau lot
yang diolah dengan alat tersebut.
2.2 Validasi
Validasi merupakan tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa
tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan, atau mekanisme
yang digunakan dalam produksi maupun pengawasan mutu akan senantiasa
mencapai hasil yang diinginkan (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia, 2006). Validasi merupakan bagian dari program Penjaminan Mutu
(Quality Assurance) sebagai upaya untuk memberikan jaminan terhadap khasiat
(efficacy), kualitas (quality), dan keamanan (safety) produk-produk industri
farmasi. Validasi mencakup paling tidak 4 (empat) bidang utama dalam industri
farmasi, yaitu hardware, terdiri dari instrumen, peralatan produksi, dan sarana
penunjang; software, berupa seluruh dokumen dan sistem atau mekanisme kerja
dalam industri farmasi; metode analisa; dan kesesuaian sistem (Priambodo, 2007).
Validasi memiliki cakupan yang sangat luas dan hampir meliputi seluruh
bidang (area) di industri farmasi, mulai dari personalia, bahan awal (bahan aktif,
bahan tambahan, maupun bahan pengemas), fasilitas, peralatan, mesin, bangunan

3 Universitas Indonesia
4

hingga sistem atau prosedur kerja. Sedemikian luasnya cakupan validasi ini,
mengakibatkan beragamnya pengertian dan pendekatan dalam pelaksanaan
validasi. Secara garis besar, pelaksanaan validasi di industri farmasi terbagi
menjadi 3, yaitu (Priambodo, 2007) :
1. Pre validation, terdiri dari kualifikasi mesin, peralatan dan sarana penunjang,
serta validasi metoda analisa.
2. Process validation, terdiri dari validasi proses produksi, validasi pengemasan,
dan validasi pembersihan.
3. Post validation, terdiri dari periodic review, change control, dan revalidasi.
2.3 Kualifikasi Mesin dan Peralatan Produksi
Kualifikasi adalah istilah yang digunakan untuk validasi mesin, peralatan
produksi, maupun sarana penunjang. Kualifikasi mesin, peralatan produksi, dan
sarana penunjang merupakan langkah pertama (first step) dalam pelaksanaan
validasi di industri farmasi. Seluruh kegiatan validasi di industri farmasi diawali
dengan pelaksanaan program kualifikasi ini. Validasi metode analisa, validasi
proses produksi, validasi proses pengemasan, serta validasi pembersihan tidak
bisa dilakukan tanpa melakukan kualifikasi mesin, peralatan produksi, serta
sarana penunjang terlebih dahulu (Priambodo, 2007).
Kualifikasi adalah kegiatan pembuktian bahwa perlengkapan, fasilitas, atau
sistem yang digunakan dalam suatu proses atau sistem akan selalu bekerja sesuai
dengan kinerja dan fungsinya serta pembatasan nilai tertentu atau restriksi
terhadap sifat tersebut. Kualifikasi mesin, peralatan produksi dan sarana
penunjang terdiri dari 4 tingkatan, yaitu (Priambodo, 2007) :
1. Kualifikasi Desain (Design Qualification/DQ)
2. Kualifikasi Instalasi (Installation Qualification/IQ)
3. Kualifikasi Operational (Operational Qualification/OQ)
4. Kualifikasi Kinerja (Performance Qualification/PQ)
Masing-masing pelaksanaan kualifikasi harus dilaksanakan secara urut dan
berkesinambungan mulai dari Design Qualification (DQ), Installation
Qualification (IQ), Operational Qualification (OQ) dan Performance
Qualification (PQ) (Priambodo, 2007).

Universitas Indonesia
5

2.3.1. Design Qualification (DQ)


Tujuan Design Qualification (DQ) adalah untuk menjamin dan
mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan atau bangunan yang akan
dipasang atau dibangun (rancang bangun) sesuai dengan ketentuan atau
spesifikasi yang diatur dalam ketentuan CPOB yang berlaku. DQ dilaksanakan
sebelum mesin, peralatan produksi, atau sarana penunjang (termasuk bangunan
untuk industri farmasi) tersebut dibeli, dipasang, atau dibangun.
Sasaran atau target dari pelaksanaan DQ adalah (Priambodo, 2007) :
1. Memastikan bahwa sistem atau peralatan atau bangunan yang akan dipasang
atau dibangun (rancang bangun) sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam CPOB (GMP Compliance).
2. Memastikan bahwa sistem atau peralatan atau bangunan yang akan dipasang
atau dibangun (rancang bangun) memperhatikan aspek-aspek keamanan dan
kemudahan operasional.
3. Memastikan bahwa sistem atau peralatan atau bangunan, telah dilengkapi
dengan modul desain, gambar teknis, dan spesifikasi produk secara lengkap.
Kualifikasi Desain ini dilakukan sebelum instalasi (pemasangan) alat/mesin/
prasarana produksi. Agar memudahkan pelaksanaannya, dibuat check list (daftar
periksa) pelaksanaan DQ, yang terdiri dari :
1. Rencana Induk Validasi/Kualifikasi
2. Lay out, dan rencana desain.
3. Gambar teknis dan spesifikasi.
4. Kesesuaian sistem dengan ketentuan CPOB.
2.3.2. Installation Qualification (IQ)
Tujuan Installation Qualification (IQ) adalah untuk menjamin dan
mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang diinstalasi sesuai dengan
spesifikasi yang tertera pada dokumen pembelian, manual alat yang bersangkutan
dan pemasangannya dilakukan memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. IQ
dilaksanakan pada saat pemasangan atau instalasi mesin atau peralatan produksi
atau sarana penunjang.
Sasaran atau target dari pelaksanaan IQ adalah (Priambodo, 2007) :

Universitas Indonesia
6

1. Memastikan bahwa sistem atau peralatan telah dipasang sesuai rencana desain
yang telah ditentukan (GMP Compliance).
2. Memastikan bahwa bahan dan konstruksi peralatan telah sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditentukan (jenis baja anti karat, kemudahan
pembersihan, dan lain-lain)
3. Memastikan ketersediaan perlengkapan pengawasan (alat kontrol) dan
pemantauan (monitor) sesuai dengan penggunaannya.
4. Memastikan sistem atau peralatan aman dioperasikan serta tersedia sistem
atau peralatan pengaman yang sesuai.
5. Memastikan bahwa sistem penunjang, misalnya listrik, air, udara, dan lain-lain
telah tersedia dalam kualitas dan kuantitas yang memadai sesuai dengan
penggunaannya.
6. Memastikan bahwa kondisi instalasi dan sistem penunjang telah tersedia dan
terpasang dengan benar.
Kualifikasi instalasi dilakukan pada waktu instalasi (pemasangan baru),
modifikasi atau pemindahan alat yang bersangkutan. Agar memudahkan
pelaksanaannya, dibuat daftar periksa pelaksanaan IQ, yang terdiri dari :
1. Spesifikasi/rancangan alat/sistem.
2. Identifikasi kemasan/asesoris mesin/peralatan dan pengecekan suku cadang
(spare part).
3. Identifikasi bagian alat/ mesin/ sistem yang penting yang dapat mempengaruhi
proses dan kulaitas produk.
4. Daftar alat/instrumen yang perlu dikalibrasi.
5. Pelaksanaan kalibrasi (sertifikat analisis).
6. Prosedur (tata cara) instalasi.
7. Pemeriksaan instalasi terpasang dan sarana penunjang.
2.3.3. Operational Qualification (OQ)
Tujuan Operational Qualification (OQ) adalah untuk menjamin dan
mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang telah diinstalasi bekerja
(beroperasi) sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. OQ dilaksanakan setelah
pemasangan atau instalasi mesin atau peralatan produksi atau sarana penunjang
dan digunakan sebagai tes mesin atau peralatan.
Universitas Indonesia
7

Sasaran atau target dari pelaksanan OQ adalah (Priambodo, 2007) :


1. Memastikan bahwa sistem atau peralatan bekerja sesuai rencana desain dan
spesifikasi.
2. Memastikan bahwa kapasitas mesin atau peralatan secara aktual dan
operasional telah sesuai dengan rencana design yang telah ditentukan.
3. Memastikan bahwa parameter operasi yang berdampak terhadap kualitas
produk akhir bekerja sesuai dengan rancangan desain yang telah ditentukan.
4. Memastikan bahwa langkah operasi (urutan tata cara kerja) berdasarkan
petunjuk operasional, telah sesuai dengan waktu dan peristiwa dalam operasi
secara berurutan,.
Kualifikasi operasional dilakukan setelah kualifikasi instalasi (pemasangan
baru), modifikasi atau pemindahan alat yang bersangkutan. Agar memudahkan
pelaksanaannya, dibuat check list (daftar periksa) pelaksanaan OQ, yang terdiri
dari :
1. Uji simulasi dengan kondisi operasi yang sesungguhnya (tanpa produk).
2. Batas/limit yang masih dapat disetujui.
3. Menetapkan parameter dan batas limit operasi yang dapat mempengaruhi
proses dan produk dan menetapkan SOP (Standart Operating Procedure).
4. Menetapkan limit spesifikasi.
2.3.4. Performance Qualification (PQ)
Tujuan Performance Qualification (PQ) adalah untuk menjamin dan
mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang telah diinstalasi bekerja
(beroperasi) sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan dengan cara menjalankan
sistem sesuai dengan tujuan penggunaan.
Sasaran atau target dari pelaksanaan PQ adalah (Priambodo, 2007) :
1. Memastikan bahwa sistem atau peralatan yang digunakan bekerja sesuai
dengan yang diharapkan dan spesifikasi yang telah ditetapkan.
2. Pada umumnya pelaksaan dilakukan dengan placebo.
3. Selanjutnya dengan menggunakan produk (obat) dan pada kondisi normal.
4. Dilakukan 3 kali secara berurutan.
Agar memudahkan pelaksanaannya, dibuat check list (daftar periksa)
pelaksanaan PQ, yang terdiri dari :
Universitas Indonesia
8

1. Kesinambungan operasi dan fungsinya.


2. Dapat diulang kembali (repeatability).
3. Memastikan dalam kondisi yang sama, mutu produk dan spesifikasi obat jadi
terwujud.
2.4 Climatic Chamber
Climatic chamber adalah alat yang digunakan untuk pengujian stabilitas
dipercepat. Alat ini diatur dalam temperatur 40±2°C dan kelembaban 75±5%.

Universitas Indonesia
BAB 3
METODE RE-KUALIFIKASI

3.1 Gambaran Alat


Alat yang akan dire-kualifikasi adalah climatic chamber RBF 720ICH yang
terdapat di Laboratorium QC PT Takeda Indonesia, Bekasi. Alat climatic chamber
ini digunakan untuk menyimpan sampel uji stabilitas dipercepat dengan kondisi :
Temperatur 40 ± 2⁰C dan RH 75 ± 5%
3.2 Alat ukur yang digunakan
Tabel 3. 1 Alat ukur yang digunakan dalam rekualifikasi kinerja climatic chamber

Mer Kalibrasi
No. Alat Ukur Type No. Alat
k Berikutnya

EBI 20-THI /
A Datalogger Ebro EQQA0014 03 Januari 2014
62229819

EBI 20-THI /
B Datalogger Ebro EQQA0015 03 Januari 2014
62229850

EBI 20-THI /
C Datalogger Ebro EQQA0016 03 Januari 2014
62229854

EBI 20-THI /
D Datalogger Ebro EQQA0017 03 Januari 2014
62229831

EBI 20-THI /
E Datalogger Ebro EQQA0018 03 Januari 2014
62229832

EBI 20-THI /
F Datalogger Ebro EQQA0019 03 Januari 2014
62229833

EBI 20-THI /
G Datalogger Ebro EQQA0020 03 Januari 2014
62229834

EBI 20-THI /
H Datalogger Ebro EQQA0027 03 Januari 2014
62229811

EBI 20-THI /
I Datalogger Ebro EQQA0033 03 Januari 2014
62229866

9 Universitas Indonesia
10

3.3 Prosedur re-kualifikasi kinerja Climatic Chamber


1. Chamber diisi dengan sampel produk seperti yang disebutkan di bawah:
Tabel 3. 2. Sampel produk yang diisikan ke dalam climatic chamber

Tingkat Rak Nama Produk Jumlah Sampel

7 Vitacimin® 5 box

1 Nevramin® 2 box

4 Ceradolan Injection® 9 box

4 Candesartan® 16 box

1 Vitacimin Orange® 1 box

1 Vitacimin Blueberry® 1 box

2. Datalogger dipasang untuk dapat merekam data temperatur dan kelembaban


setiap 30 menit selama 3 x 24 jam (pemantuan dilakukan selama 3 hari).
3. Datalogger yang sudah dikalibrasi dipasang pada 9 titik (3 titik di rak paling
atas (rak no. 7), 3 titik di rak tengah (rak no. 4) dan 3 titik di rak paling
bawah (rak no. 1).

Gambar 3. 1 Layout Rak Climatic Chamber


Universitas Indonesia
11

4. Kondisi climatic chamber diatur pada temperatur 40°C dan kelembaban


relatif 75%.
5. Pemantauan dilakukan selama 3 (tiga) hari.
6. Setelah 3 (tiga) hari, data yang terekam pada datalogger tersebut diambil,
kemudian data yang diperoleh selama pemantauan dibandingkan dengan
setting point yang telah ditetapkan (temperatur 40°C, kelembaban 75%).
Deviasi antara setting point pada climatic chamber dengan data pada
datalogger tidak lebih dari ± 0.5°C untuk temperatur dan ± 2% untuk
kelembaban.
7. Setiap deviasi yang terjadi selama re-kualifikasi dilaporkan.

Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil re-kualifikasi kinerja climatic chamber dipantau melalui data suhu dan
kelembaban. Dari data pemantauan suhu selama 3 hari (Lampiran 1) diperoleh bahwa
suhu masih berada di dalam rentang spesfikasi yang ditetapkan yaitu 38-42°C.
Sedangkan untuk pemantauan kelembaban (Lampiran 2) diperoleh bahwa pada waktu
tertentu kelembaban di dalam climatic chamber berada di luar rentang 70-80%.
4.2 Pembahasan
Kualifikasi adalah kegiatan pembuktian bahwa perlengkapan, fasilitas, atau
sistem yang digunakan dalam suatu proses atau sistem akan selalu bekerja sesuai
dengan kinerja dan fungsinya serta pembatasan nilai tertentu atau restriksi
terhadap sifat tersebut. Kualifikasi mesin, peralatan produksi, dan sarana
penunjang merupakan langkah pertama (first step) dalam pelaksanaan validasi di
industri farmasi.
Proses re-kualifikasi climatic chamber melibatkan bagian-bagian terkait
seperti quality dan maintenance. Semua bagian memiliki peranannya masing-
masing yang saling menunjang dalam keberhasilan proses kualfikasi. Sebelum
pelaksanaan kualifikasi dilaksanakan perlu dilakukan penyusunan protokol
kualifikasi. Pembuatan protokol kualifikasi dilakukan oleh bagian quality. QA
specialist yang ditunjuk untuk melakukan kualifikasi akan mempelajari dokumen
penunjang terkait dan kemudian melakukan observasi dengan berkoordinasi
dengan pemilik/user dari mesin yang akan dikualifikasi. Dokumen-dokumen yang
terkait dalam penyusunan protokol kualifikasi adalah URS, Functional
Specification (FS), Design Specification (DS), manual book, dan berdasarkan
referensi protokol alat sebelumnya. Isi protokol kualifikasi yaitu :
1. Sosialisasi protokol yang berisi nama, departemen, jabatan, paraf, dan tanggal
sosialisasi pada pihak-pihak terkait yang terlibat dalam pelaksanaan protokol.
2. Pendahuluan yang meliputi tujuan, ruang lingkup, alat ukur yang digunakan
dan kriteria penerimaan.

12 Universitas Indonesia
13

3. Prosedur yang berisi penjelasan/instruksi kerja yang menjadi isi protokol, isian
kolom kosong sebagai tempat menulis hasil pelaksanaan protokol, catatan
4. terkait dengan pelaksanaan protokol dan deviasi yang terjadi (bila ada), dan
isian untuk pembuktian bahwa setiap prosedur yang dilakukan telah
diverifikasi oleh orang lain (minimal tim validasi).
5. Kesimpulan yang berisi ringkasan tiap tahapan dari prosedur, deskripsi
prosedur, tanggal pelaksanaan, hasil, deviasi dan catatan, dan kesimpulan
akhir dari keseluruhan proses validasi apakah memenuhi persyaratan atau
tidak, serta tanda tangan pemeriksa yaitu supervisor dan quality manager.
Kualifikasi kinerja bertujuan untuk membuktikan dan mendokumentasikan
bahwa sistem atau peralatan yang telah diinstalasi dapat bekerja (beroperasi)
sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan dengan cara menjalankan sistem sesuai
dengan tujuan penggunaan. Kualifikasi kinerja menjamin repeatability kinerja
peralatan, yaitu bila dilakukan pada kondisi yang sama, maka dapat memberikan
mutu yang sama.
Kualifikasi kinerja yang dilakukan untuk alat climatic chamber adalah
pemeriksaan suhu dan kelembaban selama 3 hari. Tujuan pemantauan suhu dan
kelembaban ini adalah untuk mengetahui apakah kinerja alat climatic chamber
masih memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Alat climatic chamber ini
digunakan untuk uji stabilitas dipercepat dengan spesifikasi suhu 40±2°C dan
kelembaban 75±5%.

Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil re-kualifikasi yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa re-kualifikasi alat climatic chamber belum memenuhi persyaratan karena
berdasarkan data pemantauan suhu dan kelembaban yang diperoleh masih ada
yang tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.
5.2 Saran
Beberapa saran untuk PT.Takeda Indonesia yaitu diperlukan pemeriksaan
oleh bagian maintenance untuk mengetahui penyebab hasil pemantauan
kelembaban yang di luar spesifikasi, diperlukan re-kualifikasi ulang setelah
dilakukan perbaikan oleh maintenance, diperlukan perawatan mesin secara rutin
agar kinerja alat tetap baik dan kerja sama yang baik antar bagian atau departemen
yang terkait dalam proses kualifikasi harus selalu terjalin agar proses kualifikasi
dapat berjalan dengan lancar.

14 Universitas Indonesia
15

DAFTAR ACUAN

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Cara
Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2009. Petunjuk


Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta

Priyambodo, B. 2007. Manajemen Farmasi Industri. Yogyakarta: Global Pustaka


Utama Yogyakarta

PT. Takeda Indonesia. 2013. Protokol Rekualifikasi Climatic Chamber. Tambun:


PT. Takeda Indonesia.

Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Lampiran 1 . Data pemantauan suhu climatic chamber
Pukul A B C D E F G H I
2/25/2013 11:00:00 AM 39,6 40,0 40,3 39,3 39,2 40,0 39,3 39,4 38,8
2/25/2013 11:30:00 AM 39,8 40,1 40,4 39,4 39,7 40,1 39,7 39,8 39,3
2/25/2013 12:00:00 PM 39,7 40,1 40,3 39,4 39,8 40,1 39,7 39,8 39,3
2/25/2013 12:30:00 PM 39,7 40,1 40,3 39,4 39,8 40,1 39,8 39,9 39,4
2/25/2013 1:00:00 PM 39,8 40,1 40,5 39,4 39,8 40,1 39,8 39,9 39,4
2/25/2013 1:30:00 PM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,8 39,9 39,4
2/25/2013 2:00:00 PM 39,7 40,0 40,3 39,3 39,8 40,1 39,8 39,9 39,4
2/25/2013 2:30:00 PM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,8 39,9 39,5
2/25/2013 3:00:00 PM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,8 39,9 39,5
2/25/2013 3:30:00 PM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,9 40,0 39,6
2/25/2013 4:00:00 PM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,9 40,0 39,6
2/25/2013 4:30:00 PM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,9 40,1 39,9 40,0 39,7
2/25/2013 5:00:00 PM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,9 40,1 39,9 40,0 39,7
2/25/2013 5:30:00 PM 39,8 40,1 40,3 39,4 39,9 40,1 39,9 40,0 39,7
2/25/2013 6:00:00 PM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,9 40,1 39,9 40,0 39,7
2/25/2013 6:30:00 PM 39,8 40,1 40,3 39,4 39,9 40,1 39,9 40,0 39,7
2/25/2013 7:00:00 PM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,9 40,1 39,9 40,0 39,7
2/25/2013 7:30:00 PM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,9 40,1 39,9 40,0 39,7
2/25/2013 8:00:00 PM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,9 40,0 39,7
2/25/2013 8:30:00 PM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,9 40,1 39,9 40,0 39,7
Universitas Indonesia

2/25/2013 9:00:00 PM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,9 39,9 39,5
2/25/2013 9:30:00 PM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,9 40,1 39,9 39,9 39,5
2/25/2013 10:00:00 PM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,8 39,9 39,5
2/25/2013 10:30:00 PM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,8 39,9 39,5
2/25/2013 11:00:00 PM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,8 39,9 39,5
2/25/2013 11:30:00 PM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,8 39,9 39,5

17
Lanjutan
Pukul A B C D E F G H I
2/26/2013 39,7 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,8 39,9 39,5
2/26/2013 12:30:00 AM 39,8 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,8 39,9 39,5
2/26/2013 1:00:00 AM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,8 39,9 39,5
2/26/2013 1:30:00 AM 39,8 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,8 39,9 39,5
2/26/2013 2:00:00 AM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,8 39,9 39,5
2/26/2013 2:30:00 AM 39,8 40,1 40,5 39,3 39,9 40,1 39,9 39,9 39,5
2/26/2013 3:00:00 AM 39,8 40,1 40,3 39,4 39,8 40,1 39,8 39,9 39,5
2/26/2013 3:30:00 AM 39,7 40,0 40,3 39,3 39,8 40,1 39,8 39,9 39,4
2/26/2013 4:00:00 AM 39,8 40,1 40,3 39,4 39,9 40,1 39,9 39,9 39,5
2/26/2013 4:30:00 AM 39,7 40,1 40,3 39,4 39,8 40,1 39,8 39,9 39,5
2/26/2013 5:00:00 AM 39,8 40,1 40,3 39,4 39,9 40,1 39,9 39,9 39,5
2/26/2013 5:30:00 AM 39,7 40,1 40,3 39,4 39,8 40,1 39,8 39,9 39,5
2/26/2013 6:00:00 AM 39,8 40,1 40,3 39,4 39,9 40,1 39,9 39,9 39,5
2/26/2013 6:30:00 AM 39,8 40,1 40,3 39,4 39,8 40,1 39,9 39,9 39,5
2/26/2013 7:00:00 AM 39,7 40,1 40,3 39,4 39,8 40,1 39,8 39,9 39,5
2/26/2013 7:30:00 AM 39,7 40,1 40,3 39,4 39,8 40,1 39,8 39,8 39,4
2/26/2013 8:00:00 AM 39,8 40,1 40,3 39,4 39,8 40,1 39,8 39,8 39,4
2/26/2013 8:30:00 AM 39,7 40,0 40,3 39,3 39,7 40,1 39,7 39,8 39,3
2/26/2013 9:00:00 AM 39,7 40,1 40,3 39,4 39,8 40,1 39,9 39,9 39,4
2/26/2013 9:30:00 AM 39,7 40,1 40,3 39,4 39,8 40,1 39,9 40,0 39,5
39,7 40,1 40,2 39,4 39,7 40,1 39,9 39,9 39,4
Universitas Indonesia

2/26/2013 10:00:00 AM
2/26/2013 10:30:00 AM 39,8 40,1 40,5 39,4 39,7 40,1 39,8 39,8 39,4
2/26/2013 11:00:00 AM 39,7 40,0 40,3 39,3 39,6 40,1 39,6 39,7 39,2
2/26/2013 11:30:00 AM 39,8 40,1 40,5 39,4 39,7 40,1 39,7 39,8 39,2
2/26/2013 12:00:00 PM 39,8 40,1 40,5 39,3 39,7 40,1 39,7 39,8 39,2
2/26/2013 12:30:00 PM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,7 40,1 39,7 39,7 39,2

18
Lanjutan
Pukul A B C D E F G H I
2/26/2013 1:00:00 PM 39,8 40,1 40,3 39,3 39,7 40,1 39,7 39,8 39,2
2/26/2013 1:30:00 PM 39,8 40,1 40,5 39,3 39,7 40,1 39,6 39,7 39,2
2/26/2013 2:00:00 PM 39,8 40,1 40,3 39,3 39,7 40,1 39,7 39,8 39,2
2/26/2013 2:30:00 PM 39,8 40,1 40,5 39,3 39,7 40,1 39,7 39,8 39,2
2/26/2013 3:00:00 PM 39,8 40,1 40,3 39,3 39,7 40,1 39,7 39,8 39,2
2/26/2013 3:30:00 PM 39,8 40,1 40,3 39,4 39,7 40,1 39,7 39,8 39,2
2/26/2013 4:00:00 PM 39,7 40,1 40,4 39,3 39,7 40,1 39,5 39,7 39,2
2/26/2013 4:30:00 PM 39,8 40,1 40,3 39,4 39,7 40,1 39,7 39,8 39,2
2/26/2013 5:00:00 PM 39,8 40,1 40,5 39,3 39,7 40,1 39,7 39,8 39,2
2/26/2013 5:30:00 PM 39,8 40,1 40,3 39,3 39,7 40,1 39,7 39,8 39,2
2/26/2013 6:00:00 PM 39,8 40,1 40,3 39,4 39,7 40,1 39,7 39,8 39,2
2/26/2013 6:30:00 PM 39,8 40,1 40,4 39,4 39,7 40,1 39,7 39,8 39,2
2/26/2013 7:00:00 PM 39,8 40,1 40,3 39,4 39,7 40,1 39,7 39,8 39,2
2/26/2013 7:30:00 PM 39,8 40,1 40,5 39,3 39,8 40,1 39,7 39,8 39,3
2/26/2013 8:00:00 PM 39,8 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,8 39,9 39,4
2/26/2013 8:30:00 PM 39,7 40,0 40,3 39,3 39,7 40,1 39,7 39,8 39,3
2/26/2013 9:00:00 PM 39,8 40,1 40,5 39,3 39,8 40,1 39,9 39,9 39,5
2/26/2013 9:30:00 PM 39,8 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,9 39,9 39,5
2/26/2013 10:00:00 PM 39,8 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,9 40,0 39,5
2/26/2013 10:30:00 PM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,9 40,0 39,5
2/26/2013 11:00:00 PM 39,7 40,1 40,5 39,3 39,8 40,1 39,9 40,0 39,5
2/26/2013 11:30:00 PM 39,8 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,9 40,0 39,6
Universitas Indonesia

2/27/2013 39,8 40,1 40,5 39,3 39,9 40,1 39,9 40,0 39,7
2/27/2013 12:30:00 AM 39,8 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,9 40,0 39,7
2/27/2013 1:00:00 AM 39,7 40,0 40,3 39,3 39,7 40,1 39,8 39,9 39,5
2/27/2013 1:30:00 AM 39,7 40,1 40,4 39,3 39,8 40,1 39,9 40,0 39,7

19
Lanjutan
Pukul A B C D E F G H I
2/27/2013 2:00:00 AM 39,8 40,1 40,4 39,3 39,9 40,1 39,9 40,0 39,7
2/27/2013 2:30:00 AM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,9 40,0 39,7
2/27/2013 3:00:00 AM 39,5 40,0 40,3 39,2 39,7 40,1 39,8 39,9 39,4
2/27/2013 3:30:00 AM 39,8 40,1 40,5 39,3 39,9 40,1 39,9 40,0 39,7
2/27/2013 4:00:00 AM 39,8 40,1 40,3 39,3 39,9 40,1 39,9 40,0 39,7
2/27/2013 4:30:00 AM 39,8 40,1 40,3 39,3 39,9 40,1 39,9 40,0 39,7
2/27/2013 5:00:00 AM 39,7 40,0 40,3 39,3 39,8 40,1 39,8 39,9 39,5
2/27/2013 5:30:00 AM 39,7 40,1 40,4 39,3 39,9 40,1 39,9 40,0 39,7
2/27/2013 6:00:00 AM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,9 40,1 39,9 40,0 39,7
2/27/2013 6:30:00 AM 39,5 40,0 40,3 39,2 39,7 40,1 39,8 39,9 39,4
2/27/2013 7:00:00 AM 39,8 40,1 40,5 39,3 39,9 40,1 39,9 40,0 39,6
2/27/2013 7:30:00 AM 39,8 40,1 40,5 39,4 39,8 40,1 39,8 39,9 39,5
2/27/2013 8:00:00 AM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,8 39,8 39,4
2/27/2013 8:30:00 AM 39,8 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,7 39,8 39,3
2/27/2013 9:00:00 AM 39,8 40,1 40,3 39,4 39,8 40,1 39,7 39,8 39,3
2/27/2013 9:30:00 AM 39,8 40,1 40,5 39,4 39,8 40,1 39,7 39,8 39,3
2/27/2013 10:00:00 AM 39,8 40,1 40,3 39,3 39,7 40,1 39,7 39,8 39,3
2/27/2013 10:30:00 AM 39,8 40,1 40,3 39,4 39,7 40,1 39,7 39,8 39,3
2/27/2013 11:00:00 AM 39,8 40,1 40,5 39,4 39,8 40,1 39,7 39,8 39,3
2/27/2013 11:30:00 AM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,7 40,1 39,7 39,8 39,3
2/27/2013 12:00:00 PM 39,8 40,1 40,3 39,4 39,7 40,1 39,7 39,8 39,3
2/27/2013 12:30:00 PM 39,8 40,1 40,5 39,4 39,8 40,1 39,7 39,8 39,3
2/27/2013 1:00:00 PM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,7 40,1 39,7 39,8 39,2
Universitas Indonesia

2/27/2013 1:30:00 PM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,7 40,1 39,7 39,8 39,2
2/27/2013 2:00:00 PM 39,8 40,1 40,3 39,4 39,7 40,1 39,7 39,8 39,3
2/27/2013 2:30:00 PM 39,8 40,1 40,3 39,4 39,7 40,1 39,7 39,8 39,2

20
Lanjutan
Pukul A B C D E F G H I
2/27/2013 3:00:00 PM 39,7 40,0 40,3 39,3 39,7 40,1 39,6 39,7 39,2
2/27/2013 3:30:00 PM 39,8 40,1 40,3 39,4 39,7 40,1 39,7 39,8 39,2
2/27/2013 4:00:00 PM 39,8 40,1 40,3 39,3 39,7 40,1 39,7 39,8 39,2
2/27/2013 4:30:00 PM 39,8 40,1 40,5 39,4 39,7 40,1 39,7 39,8 39,3
2/27/2013 5:00:00 PM 39,7 40,0 40,3 39,3 39,6 40,1 39,5 39,7 39,2
2/27/2013 5:30:00 PM 39,8 40,1 40,3 39,4 39,7 40,1 39,7 39,8 39,2
2/27/2013 6:00:00 PM 39,8 40,1 40,5 39,4 39,7 40,1 39,7 39,8 39,2
2/27/2013 6:30:00 PM 39,8 40,1 40,5 39,4 39,7 40,1 39,7 39,8 39,2
2/27/2013 7:00:00 PM 39,7 40,1 40,3 39,4 39,7 40,1 39,7 39,7 39,2
2/27/2013 7:30:00 PM 39,8 40,1 40,3 39,4 39,7 40,1 39,7 39,8 39,2
2/27/2013 8:00:00 PM 39,8 40,1 40,5 39,4 39,7 40,1 39,7 39,8 39,2
2/27/2013 8:30:00 PM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,7 40,1 39,7 39,7 39,2
2/27/2013 9:00:00 PM 39,8 40,1 40,3 39,4 39,7 40,1 39,7 39,8 39,2
2/27/2013 9:30:00 PM 39,8 40,1 40,3 39,4 39,7 40,1 39,7 39,8 39,2
2/27/2013 10:00:00 PM 39,8 40,1 40,3 39,4 39,7 40,1 39,7 39,8 39,2
2/27/2013 10:30:00 PM 39,7 40,1 40,3 39,4 39,7 40,1 39,5 39,7 39,2
2/27/2013 11:00:00 PM 39,8 40,1 40,3 39,4 39,7 40,1 39,7 39,7 39,2
2/27/2013 11:30:00 PM 39,8 40,1 40,3 39,4 39,7 40,1 39,6 39,7 39,2
2/28/2013 39,7 40,0 40,3 39,3 39,7 40,1 39,5 39,7 39,1
2/28/2013 12:30:00 AM 39,7 40,1 40,3 39,4 39,7 40,1 39,5 39,7 39,2
2/28/2013 1:00:00 AM 39,8 40,1 40,4 39,4 39,7 40,1 39,6 39,7 39,2
2/28/2013 1:30:00 AM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,7 40,1 39,5 39,7 39,2
Universitas Indonesia

2/28/2013 2:00:00 AM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,7 40,1 39,7 39,8 39,3
2/28/2013 2:30:00 AM 39,7 40,0 40,3 39,3 39,7 40,1 39,7 39,8 39,3
2/28/2013 3:00:00 AM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,8 39,9 39,4
2/28/2013 3:30:00 AM 39,8 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,8 39,9 39,4

21
Lanjutan
Pukul A B C D E F G H I
2/28/2013 4:00:00 AM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,8 39,9 39,4
2/28/2013 4:30:00 AM 39,8 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,8 39,9 39,5
2/28/2013 5:00:00 AM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,8 39,9 39,5
2/28/2013 5:30:00 AM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,8 39,9 39,5
2/28/2013 6:00:00 AM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,8 39,9 39,5
2/28/2013 6:30:00 AM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,8 39,9 39,5
2/28/2013 7:00:00 AM 39,8 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,8 39,9 39,4
2/28/2013 7:30:00 AM 39,7 40,0 40,3 39,3 39,8 40,1 39,7 39,8 39,3
2/28/2013 8:00:00 AM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,7 39,8 39,3
2/28/2013 8:30:00 AM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,8 40,1 39,7 39,8 39,3
2/28/2013 9:00:00 AM 39,8 40,1 40,4 39,4 39,8 40,1 39,7 39,8 39,3
2/28/2013 9:30:00 AM 39,7 40,0 40,3 39,3 39,7 40,1 39,5 39,7 39,2
2/28/2013 10:00:00 AM 39,8 40,1 40,3 39,3 39,7 40,1 39,7 39,8 39,2
2/28/2013 10:30:00 AM 39,8 40,1 40,3 39,4 39,7 40,1 39,7 39,8 39,2
2/28/2013 11:00:00 AM 39,7 40,1 40,3 39,3 39,7 40,1 39,5 39,7 39,2
Universitas Indonesia

22
Lampiran 2. Data pemantauan kelembaban climatic chamber
Pukul A B C D E F G H I
2/25/2013 11:00:00 AM 74,4 73,0 72,8 74,7 75,4 73,5 73,5 73,6 71,1
2/25/2013 11:30:00 AM 74,7 73,5 73,6 75,2 74,6 74,1 73,1 73,2 70,7
2/25/2013 12:00:00 PM 75,4 74,4 75,1 76,1 75,1 75,1 73,5 74,1 71,3
2/25/2013 12:30:00 PM 74,5 73,2 73,5 75,0 73,9 73,8 72,9 72,2 70,3
2/25/2013 1:00:00 PM 78,1 76,5 76,8 78,7 77,1 77,3 76,1 75,8 73,6
2/25/2013 1:30:00 PM 74,9 73,5 73,7 75,5 74,0 74,0 73,3 73,0 70,6
2/25/2013 2:00:00 PM 65,5 63,9 63,2 66,1 64,9 64,2 64,5 63,8 62,4
2/25/2013 2:30:00 PM 75,3 73,9 74,0 76,0 74,3 74,4 73,6 73,2 71,1
2/25/2013 3:00:00 PM 74,4 73,1 73,2 75,1 73,5 73,6 72,7 72,1 70,2
2/25/2013 3:30:00 PM 75,2 73,8 73,9 75,8 74,2 74,3 73,5 72,9 71,0
2/25/2013 4:00:00 PM 74,3 72,9 72,9 75,0 73,3 73,4 72,7 72,3 70,7
2/25/2013 4:30:00 PM 75,2 73,8 73,9 76,0 74,4 74,4 73,7 73,1 71,2
2/25/2013 5:00:00 PM 74,4 73,1 73,0 75,2 73,5 73,5 72,8 72,5 70,0
2/25/2013 5:30:00 PM 75,3 73,9 74,0 76,0 74,3 74,4 73,4 73,1 70,4
2/25/2013 6:00:00 PM 74,1 72,8 72,8 74,9 73,1 73,2 72,4 72,4 69,6
2/25/2013 6:30:00 PM 75,4 74,0 74,1 76,1 74,3 74,4 73,4 73,5 70,4
2/25/2013 7:00:00 PM 74,5 73,1 73,2 75,3 73,5 73,6 72,6 72,4 69,5
2/25/2013 7:30:00 PM 75,5 74,0 74,1 76,2 74,5 74,5 73,8 73,7 70,4
2/25/2013 8:00:00 PM 74,2 72,8 72,9 75,0 73,2 73,3 72,2 72,2 69,8
2/25/2013 8:30:00 PM 75,1 73,7 73,8 75,9 74,2 74,2 73,5 73,4 71,0
2/25/2013 9:00:00 PM 74,1 72,7 72,6 74,8 73,0 73,1 72,4 72,4 69,2
2/25/2013 9:30:00 PM 75,1 73,7 73,8 75,8 74,0 74,2 73,4 72,8 70,8
Universitas Indonesia

2/25/2013 10:00:00 PM 70,2 68,5 67,8 70,9 69,3 68,8 68,9 68,1 65,9
2/25/2013 10:30:00 PM 75,3 73,9 74,0 76,0 74,2 74,4 73,6 73,1 70,4
2/25/2013 11:00:00 PM 74,3 72,9 72,9 74,9 73,4 73,3 72,4 72,1 69,6
2/25/2013 11:30:00 PM 75,3 73,9 74,0 76,0 74,2 74,4 73,4 73,2 70,8

23
Lanjutan
Pukul A B C D E F G H I
2/26/2013 74,5 73,1 73,1 75,3 73,5 73,6 72,6 72,4 70,2
2/26/2013 12:30:00 AM 75,4 74,0 74,1 76,1 74,4 74,5 73,5 73,5 70,5
2/26/2013 1:00:00 AM 74,1 72,8 72,7 74,8 73,0 73,2 72,1 72,1 69,3
2/26/2013 1:30:00 AM 75,4 74,0 74,1 76,1 74,2 74,5 73,4 73,0 71,1
2/26/2013 2:00:00 AM 74,5 73,2 73,2 75,3 73,4 73,6 72,7 72,1 69,9
2/26/2013 2:30:00 AM 76,2 74,8 74,9 76,9 75,3 75,3 74,4 73,8 71,4
2/26/2013 3:00:00 AM 75,3 73,9 74,1 76,0 74,2 74,4 73,2 73,0 70,6
2/26/2013 3:30:00 AM 62,5 61,0 60,2 63,1 61,7 61,2 61,3 60,7 58,5
2/26/2013 4:00:00 AM 75,3 74,0 74,0 76,0 74,2 74,5 73,2 72,9 71,0
2/26/2013 4:30:00 AM 73,9 72,6 72,7 74,7 72,8 73,1 71,8 71,6 69,6
2/26/2013 5:00:00 AM 75,2 73,9 73,8 75,9 74,1 74,4 73,1 73,0 70,4
2/26/2013 5:30:00 AM 73,9 72,6 72,7 74,6 72,8 73,0 72,1 71,7 68,9
2/26/2013 6:00:00 AM 75,3 74,0 74,0 75,9 74,3 74,4 73,3 73,3 71,3
2/26/2013 6:30:00 AM 74,2 72,9 72,9 74,9 73,1 73,3 72,2 72,0 68,8
2/26/2013 7:00:00 AM 75,4 74,0 74,2 76,0 74,2 74,5 73,3 73,4 69,9
2/26/2013 7:30:00 AM 70,4 68,7 68,1 70,9 69,5 69,0 68,9 68,4 66,4
2/26/2013 8:00:00 AM 75,1 73,7 74,0 75,6 73,9 74,2 72,9 73,2 70,4
2/26/2013 8:30:00 AM 70,5 69,6 70,4 71,1 69,7 70,3 68,6 69,0 65,9
2/26/2013 9:00:00 AM 75,7 74,3 73,8 76,2 75,1 74,7 75,3 74,6 75,0
2/26/2013 9:30:00 AM 75,8 74,3 73,9 76,3 75,2 74,7 75,2 74,6 74,8
2/26/2013 10:00:00 AM 48,3 46,7 47,2 45,4 43,7 45,1 41,8 41,6 40,1
Universitas Indonesia

2/26/2013 10:30:00 AM 77,5 75,9 76,5 78,0 76,8 76,7 74,9 74,8 72,0
2/26/2013 11:00:00 AM 60,5 59,6 60,1 61,2 60,4 60,2 59,0 58,8 57,2
2/26/2013 11:30:00 AM 74,9 73,4 73,8 75,5 74,0 74,0 72,8 72,1 69,9
2/26/2013 12:00:00 PM 76,6 75,2 75,6 77,2 75,8 75,8 74,6 73,9 71,4
2/26/2013 12:30:00 PM 65,5 63,9 63,1 66,2 65,2 64,2 64,4 63,5 61,9

24
Lanjutan
Pukul A B C D E F G H I
2/26/2013 1:00:00 PM 75,0 73,7 74,0 75,7 74,3 74,2 73,0 72,9 70,3
2/26/2013 1:30:00 PM 77,6 76,3 77,1 78,4 76,7 77,1 75,2 74,9 73,3
2/26/2013 2:00:00 PM 73,9 72,5 72,7 74,5 73,2 73,0 72,3 71,6 69,2
2/26/2013 2:30:00 PM 76,4 75,1 75,6 77,4 75,7 75,8 74,5 73,9 72,2
2/26/2013 3:00:00 PM 69,5 67,9 67,2 70,3 69,1 68,2 68,3 67,1 66,1
2/26/2013 3:30:00 PM 75,0 73,8 74,1 75,7 74,4 74,3 73,4 73,2 70,8
2/26/2013 4:00:00 PM 76,4 75,3 76,1 77,3 75,7 76,1 74,2 74,6 71,6
2/26/2013 4:30:00 PM 74,9 73,6 73,8 75,7 74,0 74,2 72,8 72,4 70,2
2/26/2013 5:00:00 PM 77,1 75,7 76,0 78,0 75,9 76,3 75,4 74,7 72,8
2/26/2013 5:30:00 PM 74,5 73,1 73,3 75,3 73,8 73,7 73,0 72,1 69,7
2/26/2013 6:00:00 PM 75,2 73,9 74,0 75,9 74,6 74,4 73,4 72,4 70,4
2/26/2013 6:30:00 PM 78,1 76,8 77,3 78,9 77,5 77,5 76,2 76,1 74,5
2/26/2013 7:00:00 PM 75,0 73,7 74,0 75,7 74,4 74,3 73,6 72,7 71,8
2/26/2013 7:30:00 PM 77,1 75,7 75,9 78,0 76,4 76,3 75,3 73,9 73,7
2/26/2013 8:00:00 PM 75,3 74,0 74,1 76,1 74,7 74,4 73,8 73,5 71,8
2/26/2013 8:30:00 PM 61,8 60,9 60,1 63,1 61,8 61,0 61,6 61,1 59,7
2/26/2013 9:00:00 PM 75,7 74,3 74,4 76,8 74,9 74,8 74,0 73,5 71,8
2/26/2013 9:30:00 PM 75,0 73,6 73,7 75,9 74,1 74,1 73,3 72,7 71,1
2/26/2013 10:00:00 PM 76,0 74,6 74,7 76,9 75,0 75,0 74,3 74,0 71,5
2/26/2013 10:30:00 PM 74,5 73,0 73,1 75,3 73,4 73,5 72,7 72,0 70,2
2/26/2013 11:00:00 PM 77,7 76,2 76,4 78,8 76,7 76,8 75,8 74,7 73,7
2/26/2013 11:30:00 PM 75,0 73,6 73,7 75,9 74,2 74,1 73,1 72,7 70,3
Universitas Indonesia

2/27/2013 77,1 75,2 75,7 78,2 76,1 76,1 75,3 74,4 73,0
2/27/2013 12:30:00 AM 75,4 74,1 74,2 76,3 74,5 74,4 73,6 73,1 70,9
2/27/2013 1:00:00 AM 61,2 60,3 59,5 62,5 61,1 60,4 60,7 59,9 58,8
2/27/2013 1:30:00 AM 75,4 74,0 74,1 76,3 74,6 74,5 73,5 72,3 71,1

25
Lanjutan
Pukul A B C D E F G H I
2/27/2013 2:00:00 AM 78,8 77,4 77,6 79,7 77,7 77,9 76,7 76,1 74,4
2/27/2013 2:30:00 AM 75,2 73,9 74,0 76,1 74,3 74,3 73,4 72,5 71,1
2/27/2013 3:00:00 AM 59,8 58,8 58,0 61,0 59,5 58,9 59,3 58,8 57,5
2/27/2013 3:30:00 AM 75,5 74,1 74,1 76,6 74,3 74,5 73,6 73,1 71,1
2/27/2013 4:00:00 AM 75,1 73,7 73,7 76,0 74,1 74,1 73,1 72,9 70,6
2/27/2013 4:30:00 AM 75,6 74,2 74,2 76,5 74,6 74,6 73,6 73,1 71,1
2/27/2013 5:00:00 AM 66,5 65,6 64,9 68,1 66,4 65,8 66,0 65,4 63,9
2/27/2013 5:30:00 AM 75,5 74,2 74,2 76,6 74,6 74,6 73,7 73,2 70,7
2/27/2013 6:00:00 AM 75,5 74,1 74,1 76,4 74,5 74,5 73,6 73,1 70,9
2/27/2013 6:30:00 AM 59,2 57,9 57,0 60,3 58,7 58,0 58,5 57,8 56,8
2/27/2013 7:00:00 AM 75,0 73,7 73,8 76,0 74,0 74,2 72,7 72,4 69,1
2/27/2013 7:30:00 AM 77,3 76,0 76,3 78,1 76,2 76,5 75,0 74,8 71,8
2/27/2013 8:00:00 AM 65,8 65,0 64,1 67,3 65,9 65,2 65,3 64,2 63,2
2/27/2013 8:30:00 AM 75,0 73,7 74,0 75,8 74,1 74,2 72,9 71,4 69,6
2/27/2013 9:00:00 AM 76,3 75,0 75,4 77,1 75,5 75,5 74,1 73,9 71,0
2/27/2013 9:30:00 AM 77,8 76,5 77,0 78,7 76,9 77,2 75,6 76,1 72,6
2/27/2013 10:00:00 AM 74,4 73,1 73,5 75,2 73,5 73,6 72,4 71,8 69,7
2/27/2013 10:30:00 AM 74,8 73,5 73,9 75,4 74,0 74,0 72,7 72,1 68,9
2/27/2013 11:00:00 AM 76,1 74,7 75,1 76,8 75,4 75,3 73,7 73,7 71,9
2/27/2013 11:30:00 AM 71,5 69,7 69,0 72,2 70,7 69,9 69,8 68,6 67,9
2/27/2013 12:00:00 PM 75,2 73,8 74,1 75,8 74,2 74,3 73,0 72,3 70,3
Universitas Indonesia

2/27/2013 12:30:00 PM 77,4 76,1 76,5 78,2 76,5 76,6 75,1 75,2 72,6
2/27/2013 1:00:00 PM 71,7 70,0 69,3 72,4 70,9 70,2 70,3 68,6 67,5
2/27/2013 1:30:00 PM 75,0 73,7 74,0 75,7 74,2 74,2 72,9 71,9 70,1
2/27/2013 2:00:00 PM 76,5 75,2 75,5 77,3 75,7 75,7 74,4 73,8 72,3
2/27/2013 2:30:00 PM 77,6 76,3 76,8 78,4 76,7 76,8 75,1 74,9 72,2

26
Lanjutan
Pukul A B C D E F G H I
2/27/2013 3:00:00 PM 70,9 70,8 72,2 72,4 71,0 71,5 69,0 69,0 67,0
2/27/2013 3:30:00 PM 74,5 73,3 73,6 75,2 73,6 73,7 72,2 71,8 69,2
2/27/2013 4:00:00 PM 75,0 73,7 74,0 75,7 74,1 74,2 72,6 72,4 69,6
2/27/2013 4:30:00 PM 76,4 75,1 75,6 77,1 75,6 75,7 74,1 74,0 71,5
2/27/2013 5:00:00 PM 59,7 59,0 59,1 60,7 59,9 59,3 58,8 58,1 57,1
2/27/2013 5:30:00 PM 75,2 73,9 74,1 76,0 74,3 74,4 73,2 72,1 70,5
2/27/2013 6:00:00 PM 76,4 75,1 75,5 77,2 75,6 75,6 73,9 74,2 72,2
2/27/2013 6:30:00 PM 77,6 76,3 76,8 78,4 76,7 76,9 75,4 75,1 73,1
2/27/2013 7:00:00 PM 67,7 66,4 65,6 68,6 67,5 66,6 66,9 65,8 63,9
2/27/2013 7:30:00 PM 75,0 73,8 74,0 75,7 74,2 74,2 73,0 72,4 69,6
2/27/2013 8:00:00 PM 76,6 75,2 75,6 77,4 76,0 75,8 74,2 74,2 72,0
2/27/2013 8:30:00 PM 65,3 64,5 63,9 66,7 65,6 64,7 65,0 63,6 62,8
2/27/2013 9:00:00 PM 74,9 73,6 74,0 75,5 74,1 74,0 73,0 72,2 69,3
2/27/2013 9:30:00 PM 75,5 74,2 74,6 76,2 75,0 74,7 73,8 73,7 72,0
2/27/2013 10:00:00 PM 77,5 76,2 76,6 78,3 76,8 76,8 75,2 75,2 72,7
2/27/2013 10:30:00 PM 67,5 66,6 65,8 68,9 67,7 66,7 66,9 66,4 64,4
2/27/2013 11:00:00 PM 75,0 73,8 74,2 75,7 74,4 74,4 73,1 72,7 70,6
2/27/2013 11:30:00 PM 76,6 75,3 75,7 77,2 75,9 75,8 74,4 73,9 72,9
2/28/2013 75,7 74,8 75,9 76,7 75,1 75,7 73,5 73,3 71,2
2/28/2013 12:30:00 AM 75,0 73,7 74,1 75,6 74,3 74,2 73,1 72,7 70,8
2/28/2013 1:00:00 AM 76,0 74,7 75,0 76,6 75,3 75,3 73,9 73,1 71,4
Universitas Indonesia

2/28/2013 1:30:00 AM 68,7 67,4 66,7 69,7 68,5 67,6 68,1 67,2 66,4
2/28/2013 2:00:00 AM 75,5 74,2 74,4 76,2 74,8 74,6 74,0 73,1 71,8
2/28/2013 2:30:00 AM 67,7 67,1 67,2 69,2 68,0 67,5 67,4 67,0 65,5
2/28/2013 3:00:00 AM 75,4 74,0 74,1 76,2 74,9 74,5 73,9 73,5 71,8
2/28/2013 3:30:00 AM 78,4 76,9 77,1 79,3 77,4 77,5 76,6 76,0 74,5

27
Lanjutan
Pukul A B C D E F G H I
2/28/2013 4:00:00 AM 75,5 74,1 74,3 76,3 74,7 74,6 73,7 73,2 71,0
2/28/2013 4:30:00 AM 77,7 76,1 76,4 78,6 76,6 76,7 75,6 75,3 73,5
2/28/2013 5:00:00 AM 75,4 74,0 74,2 76,3 74,4 74,4 73,7 72,9 71,2
2/28/2013 5:30:00 AM 75,8 74,4 74,7 76,7 74,8 74,9 73,9 73,8 72,3
2/28/2013 6:00:00 AM 75,1 73,7 73,8 76,0 74,0 74,2 73,4 73,0 71,6
2/28/2013 6:30:00 AM 75,5 74,1 74,5 76,3 74,4 74,7 73,3 72,8 70,0
2/28/2013 7:00:00 AM 77,0 75,5 75,9 77,8 75,6 76,1 74,6 74,4 71,8
2/28/2013 7:30:00 AM 75,3 74,4 75,4 76,1 74,4 75,1 72,8 72,4 69,9
2/28/2013 8:00:00 AM 75,0 73,7 74,1 75,8 73,9 74,2 72,9 72,6 70,4
2/28/2013 8:30:00 AM 75,3 73,9 74,3 76,0 74,2 74,4 73,0 72,7 70,6
2/28/2013 9:00:00 AM 76,8 75,3 76,1 77,5 75,7 76,1 74,7 74,1 71,5
2/28/2013 9:30:00 AM 72,5 72,0 73,4 73,6 71,9 72,9 70,4 70,8 68,6
2/28/2013 10:00:00 AM 75,0 73,6 74,1 75,8 74,0 74,2 73,2 72,1 70,4
2/28/2013 10:30:00 AM 75,8 74,2 74,8 76,5 74,6 75,0 73,5 72,9 70,9
2/28/2013 11:00:00 AM 77,7 76,5 77,4 78,6 76,6 77,2 75,4 75,1 73,5
Universitas Indonesia

28

Anda mungkin juga menyukai